• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENDEKATAN DESAIN PERANCANGAN RABBIT GARDEN SEBAGAI WAHANA REKREASI DAN EDUKASI DI KARANGANYAR DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENDEKATAN DESAIN PERANCANGAN RABBIT GARDEN SEBAGAI WAHANA REKREASI DAN EDUKASI DI KARANGANYAR DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

V-1

BAB V

PENDEKATAN DESAIN PERANCANGAN

RABBIT GARDEN SEBAGAI WAHANA REKREASI DAN EDUKASI DI KARANGANYAR

DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pendekatan desain yang diterapkan kedalam Rabbit Garden sebagai Wahana Rekreasi dan Edukasi di Karanganyar dengan Penerapan Arsitektur Berkelanjutan. Rabbit garden merupakan sarana rekreasi dan edukasi masyarakat dengan dasar kegiatan berbasis pengembangan kelinci. Pendekatan konsep desain meliputi, hirarki ruang, hirarki site, hirarki massa, dan hirarki komplementer.

5.1 Hirarki Site 5.1.1 Site Terpilih

Konsep site terpilih:

a. Ditinjau dari kriteria site yang berpotensi sebagai wahana rekreasi dan edukasi dan digabungkan dengan kriteria habiatat kelinci, maka site terletak di kawasan pegunungan. Kawasan pegunungan dinilai dapat mengakomodasi kriteria yang muncul, karena di karanganyar, potensi pariwisata yang dapat diangkat adalah pegunungan. Ditambah lagi, keriteria lokasi habitat pengembangan kelinci adalah 15-220 C, dan berada diantara area hijau, maka kawasan pengunungan dinilai tepat sebagai kawasan yang terpilih.

b. Kriteria site mampu dicapai oleh pengunjung. Maka, pada kawasan luar site terdapat akses berupa jalan, yang mengakomodasi kebutukan pengunjung dalam bentuk pencapaian site menuju Rabbit garden.

c. Site berada dikawasan dengan pencapaian site yang mudah dijangkau oleh konsumen. d. Kriteria site berada dalam lingkup pengembangan ternak kelinci yang potensial. e. Site memilki kontur yang manampilkan suasana rekreasi alam yang menarik. f. Site berada di lahan yang memilki potensi drainase yang baik.

Proses:

Proses penentuan site didasarkan atas hasil konsep Rabbit Garden yang disesuaikan data potensi lapangan serta peraturan RT RW di Karanganyar. Diantaranya:

a. Proses pemilihan awal adalah pemilihan kecamatan yang disesuaikan dengan konsep site yang berada dipegunungan serta dalam peraturan RT RW karanganyar diarahkan sebagai kawasan pengembangan pariwisata dan pertanian. Studi tersebut menghasilkan kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu, dan Kecamatan Ngargoyoso.

(2)

commit to user

V-2

Gambar 5.1 Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

Sumber: http://www.karanganyarkab.go.id/20150527/geografi-2014/

Ketiga kecamatan tersebut disebutkan dalam Bab V Pasal 41 Penetapan Kawasan Strategis Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar No.1 Th.2013 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-2032.

b. Setelah proses pemerolehan kecamatan dengan kriteria pegunungan, pengembangan wisata dan pertanian, kemudian dari kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu, dan Kecamatan Ngargoyoso dipilih lagi kecamatan dengan Kriteria site pengembangan ternak kelinci yang potensial.

Kecamatan dengan data pengembangan kelinci paling potensial menunjukkan bahwa potensi lingkungan dan eksisting kecamatan tersebut paling sesuai sebagai media pengembagan ternak kelinci. Studi mengenai potensi terbesar kecamatan pengembangan kelinci didasarkan atas populasi ternak kelinci yang bersumber dari data Karanganyar dalam Angka.

Kecamatan terpilih

(3)

commit to user

V-3

Tabel 5.1 Data pengembangan ternak di Kabupaten Karanganyar

Sumber: Karanganyar dalam Angka 2013/

Data tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Tawangmangu memilki potensi terbesar sebagai kecamatan pengembangan ternak kelinci terbaik. Sehingga ditentukan Rabbit Garden berada pada Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Gambar 5.2 Peta Administratif Kecamatan Tawangmangu Sumber: http://www.karanganyarkab.go.id/20150527/geografi-2014/

(4)

commit to user

V-4

c. Proses selanjutnya yaitu masuk ke lingkup yang lebih kecil yaitu pemilihan site rabbit

Garden.

Site didasarkan atas konsep yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu akses menuju site mudah dijangkau oleh pengunjung,hal itu akan memberikan pengaruh terhadp penigkatan peluang konsumen yang datang, kemudian berada dengan potensi kontur yang diolah untuk menunjang estetika site, terdapat potensi sungai sebagai sarana pengairan bagi kegiatan pertanian yang berlangsung dalam Rabbit garden dan pertimbangan yang cukup berpengaruh selanjutnya yaitu berada disekitar wahana rekreasi lain yang memberikan peluang kunjungan konsumen (amenities wisata)

Alternatif 1 Alternatif 2

 Site berada di tepi Jalan Lawu, yang merupakan pencapaian dari Karanganyar menuju Tawangmangu

 Site dapat diakses melalui 2 sisi  Profil site dengan kontur dinamis

 Berdekatan dengan Jawa Dwipa Heritage and resto

 Site dilalui oleh sungai

 Site berada di tepi Jalan Lawu, yang

merupakan pencapaian dari

Karanganyar menuju Tawangmangu  Site dapat diakses melalui 2 sisi  Profil site dengan kontur relatif datar  Site dilalui oleh sungai

Tabel 5.2 Perbandingan Site Sumber: Analisis pribadi Keputusan Site:

Berdasar Proses yang telah dijabarkan diatas maka site terpilih adalah site Alternatif 1. Site 1 dililai memiliki nilai potensial yang lebih serta layak diproyeksikan sebagai lahan pengembangan Rabbit Garden. Site terletak di Jl. Lawu, Desa Plumbon, Kec. Tawangmangu, Karanganyar.

Identitas site:

a. Site berada pada dengan batas wilayah yaitu:

Sebelah utara site merupakan Desa karang, Kec. Karangpandan Sebelah selatan merupakan Desa Plumbon, Kec. Tawangmangu Sebelah timur merupakan Desa Plumbon, Kec. Tawangmangu

(5)

commit to user

V-5

Sebelah barat merupakan Desa Gerdu, Kec. Karangpandan

Gambar 5.3 Site terpilih Sumber: Dokumentasi pribadi

b. Batas site secara langsung yaitu:

Sebelah utara merupakan pemukiman Desa Karang, dengan batas Jalan pemukiman Jl.Srandon (terdpat Restoran Jawa Dwipa dan Ponpes Isy-Karima)

Sebelah selatan merupakan sungai dan Area persawahan Sebelah timur merupakan area perbukitan dan tegalan Sebelah barat merupakan area perbukitan

Gambar 5.4 Batas Site terpilih Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

SITE

Jl. Lawu

(Akses utama Karanganyar-Tawangmangu)

Jalan Pemukiman

(6)

commit to user

V-6

c. Site berada pada Ketinggian ±800 sampai dengan ±812 Mdpl, dengan eksisting site berupa

area persawahan, tegalan dan perbukitan. d. Luas site ±49.000 m2

Gambar 5.5 Ukuran Peta Administratif Site terpilih Sumber: Bakosurtanal dan Bappeda Kab. Karanganyar

e. Potensi Eksisting yang dimiliki site antara lain:

Terdapat sungai yang mengalir di tengah site dan berpotensi menjadi penambah daya tarik wisata sekaligus potensi view yang menaik di sekitar site.

Gambar 5.6 Potensi view Site terpilih Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

(7)

commit to user

V-7

f. Potensi klimatologis site

Gambar 5.7 Pergerakan Matahari dalam site Sumber: Analisa Pribadi, 2015

Gambar 5.8 Pergerakan Angin dalam site Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.1.2 Desain Pencapaian Site

Konsep sirkulasi site antara lain:

a. Main entrance ditempatkan pada bagian muka bangunan (tampak depan) dengan tujuan bangunan mudah dikenali pengunjung.

(8)

commit to user

V-8

b. Side enterance ditempatkan melebur pada bagian main enterance atas dasar optimalisasi dan

efektifitas penggunaan ruang dalam Rabbit garden.

c. Pengadaan sirkulasi yang aman dicapai dengan lebar jalan yang ditentukan beserta atribut kemanan pada jalan dan mengakomodasi kebutuhan pelaku dalm Rabbit Garden

d. Potensi sirkulasi eksisting site

 Sirkulasi utama dari Jl. Lawu yang merupakan pencapaian utama dari arah karanganyar menuju Tawangmangu. Laulintas kendaraan terhitung cukup padat. Lebar jalan mampu menampung 2 kendaraan roda 4 dengan arah berseberangan.

Gambar 5.10 Sirkulasi utama dalam site Sumber: Analisa Pribadi, 2015

 Sirkulasi sekunder meruppakan Jl. Srandon, berupa jalan pemukiman. Jalan ini terhitung relatif sepi kaena hanya digunakan beberapa metani maupun penduduk sekitar site.

Gambar 5.11 Sirkulasi sekunder dalam site Sumber: Analisa Pribadi, 2015 Keputusan desain:

Sirkulasi site yang berkalitan dengan lingkungaan luar

(9)

commit to user

V-9

b. Main entrance juga berfungsi sebagai side enterance, terdapat 2 jalur untuk masuk dan keluar sehingga dapat lebih kondusif penggunaannya. Desain lebar akses sirkulasi pada main enterance yang diterapkan adalah 6 meter.

Gambar 5.12 Desain jalur main enterance

Sumber: Citra Google Maps dan Dokumentasi Pribadi, 2015

c. Material yang digunakan sebagai perkerasan dalam main enterance adalah beton.

Gambar 5.13 beton sebagai aplikasi bahan dalam sirkulasi dari luar menuju site Sumber: www.rumahmaterial.com

d. Aplikasi guard rail sebagai pengaman jalan menuju site, dengan material baja

Gambar 5.14 Guard rail

Sumber: http://globalindoteknikmandiri.co.id/

Sirkulasi antar masa di dalam site:

a. Terdapat akses yang menghubungkan antar massa bangunan dan mengelilingi keseluruhan site selebar 4 m.

(10)

commit to user

V-10

Gambar 5.15 Konsep Konsep jalur sirkulasi yang terdapat didalam ORB.

Sumber: Analisa Pribadi, 2015

b. Material sirkulasi didalam site yang dipakai adalah batu-batuan yang memunculkan suasana alami

c. Pada karakter bangunan yang berisi kegiatan interaksi dengan alam bebas, maka terdapat penambahan elemen sirkulasi berupa pergola, sebagai peneduh

Gambar 5.16 pergola sebagai elemen sirkulasi di dalam site Sumber: davisla.wordpress.com

Gambar 5.17 Konsep sirkulasi yang terdapat didalam ORB. Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.1.2 Orientasi Site

Konsep:

Bangunan di orientasikan utamanya pada satu arah namun tidak mengesampingkan arah yang lain, agar dapat terlihat dari berbagai sudut pandang sehingga dengan mudah dapat dikenali oleh pengguna jalan yang hendak menuju bangunan atau melintasi kawasan site ORB tersebut.

(11)

commit to user

V-11

Orientasi utama site dihadapkan pada arah akses jalan yang berada disekitar site agar pengunjung dapat mengakses kode visual yang dimunculkan ORB, orientasi sekunder bangunan menghadap view yang menarik yang mengelilingi site.

Gambar 5.18 Konsep orientasi yang terdapat didalam ORB. Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.1.3 Penzoningan site

Hirarki site dilakukan untuk mengelompokkan jenis kegiatan yang ada pada Rabbit garden. Penentuan hirarki site mempertimbangkan pada analisis site yang telah dilakukan, yaitu:

a. Pencapaian b. Sirkulasi

c. View dan orientasi d. Klimatologi e. Kebisingan

Zona Tingkat Akses Tingkat privasi Keamanan Tingkat kebisingan

RI 0%

Akses terbuka pada kelompok pengelola dan pengunjung khusus sebagai pelaku (misal: pelaku yang telah reservasi pada penginapan) 100% Privasi mutlak dibutuhkan 100% Kemanan mutlak dibutuhkan 0%

Dijauh kan dari sumber kebisingan yang mengganggu kenyamanan

R2 25%

Akses terbuka pada kelompok pengelola Pengunjung 25%

(12)

commit to user

V-12

R3 50%

Akses terbuka pada kelompok pengelola Pengunjung 50%

50% 50% 50%

R4 75%

Akses terbuka pada kelompok pengelola Pengunjung 75%

25% 25% 75%

R5 100%

Akses terbuka pada kelompok pengelola Pengunjung 100%

0% 0% 100%

Tabel 5.3 Prosentase keterbukaan ruang sebagai bahan dalam penzoningan Site Sumber: Analisis pribadi

Gambar 5.19 Hirarki site Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.2 Konsep Desain Ruang 5.2.1 Konsep Ruang Rekreasi Rabbit Park Rabbit Farming Rabbit Craft Rabbit market Rabbit House Organic Farming Workshop space Rabbit resto Fasilitas Penunjan

(13)

commit to user

V-13

dan Organic Market g Edukasi

Zona Tingkat Akses Tingkat

privasi

Keamanan Tingkat kebisingan

RI 0%

Akses terbuka pada kelompok pengelola dan pengunjung khusus sebagai pelaku (misal: pelaku yang telah reservasi pada penginapan) 100% Privasi mutlak dibutuhkan 100% Kemanan mutlak dibutuhkan 0%

Dijauh kan dari sumber kebisingan yang mengganggu kenyamanan

R2 25%

Akses terbuka pada kelompok pengelola

Pengunjung 25%

75% 75% 25%

R3 50%

Akses terbuka pada kelompok pengelola

Pengunjung 50%

50% 50% 50%

R4 75%

Akses terbuka pada kelompok pengelola

Pengunjung 75%

25% 25% 75%

R5 100%

Akses terbuka pada kelompok pengelola

Pengunjung 100%

0% 0% 100%

Tabel 5.4 Prosentase keterbukaan ruang sebagai bahan dalam penzoningan Site Sumber: Analisis pribadi

Klasifikasi Zona Makro

Jenis Ruang Makro

Jenis Ruang Mikro Klasifikasi Zona

Mikro

R3 Rabbit Park

Area pemberhentian kendaraan R5

Loket tiket R3

Ruang penerimaan R5

(14)

commit to user

V-14

Ruang pengenalan kelinci R4

Jalur sirkulasi R5

Ruang penyediaan pakan (seperti stand/loket)

R4

KM WC wastafel R1

Pintu keluar R5

Jalur sirkulasi taman R5

Ruang duduk, komunal R4

Area terbuka interaksi kelinci R4

Ruang pegawai R1 Musholla R5 Ruang duduk pegawai R2 Pantry R2 Kantor R3 Gudang R1 R2 Rabbit Farming

Area pemberhentian kendaraan R5

Ruangan penerimaan R5

Loket penitipan barang R3

Ruangan penyimpanan R1

Kandang pejantan R4

Kandang betina R4

Kandang kawin R1

Kadang induk bunting dan beranak R2

Kandang pembesaran anak sapih R3

Kandang dewasa R4

Kandang isolasi R1

Bangunan pemusnahan kelinci R1

Gudang peralatan dan obat R2

bangunan pengelolaan limbah (bak, saluran

pembuangan limbah, digester untuk biogás

R4

Ruang penyediaan pakan (stok) R4

KM WC wastafel R1 Musholla R5 Pantry R2 Ruang pegawai R3 R4 Rabbit Craft Ruang pegawai KM WC Musholla Ruang duduk Pantry

Ruang pengolahan bahan baku studio kerajinan

Pintu keluar

Area pemberhentian kendaraan Gerbang

Loket tiket Taman kerajinan Komunal, area duduk

(15)

commit to user

V-15

Ruang display Area pengamatan pengrajin Kasir Gudang R5 Rabbit market dan Organic Market KM WC Retail/toko Pintu keluar

Area pemberhentian kendaraan Gerbang

Loket barang bawaan Ruang penyimpanan Jalur sirkulasi Kasir

Gudang

R1 Rabbit House

Area pemberhentian kendaraan Resepsionis Loket pembayaran Jalur sirkulasi Taman Enterance penginapan Penginapan KMWC Ruang tidur

Ruang bebas, ruang keluarga Area parkir umum

Ruang pegawai KM WC Musholla Ruang duduk Pantry R4 Organic Farming Gerbang Lahan

Ruang penyediaan pupuk Area pemberhentian kendaraan Loket tiket

Ruangan penerimaan Loket penitipan barang Ruangan penyimpanan Jalur masuk (lounge) Ruang duduk, komunal

R3 Workshop space Ruang pegawai KM WC Musholla Ruang duduk Pantry

Entrance area workshop Area w. Indoor (kelas) Area w. outdoor

Area pemberhentian kendaraan Gerbang

(16)

commit to user

V-16

Jalur sirkulasi Komunal Gudang R4 Rabbit resto Gerbang R5

Area pemberhentian kendaraan R5

Entrance resto R5

Jalur sirkulasi R5

Area makan indoor R4

Area makan out door R4

Area makan plus mini pantry R4

KM WC R1 Musholla R5 Kasir R4 Ruang terbuka R5 Ruang pegawai R3 KM WC R1 Musholla R5 Ruang duduk R4 Pantry R3

Dapur utama resto R3

Ruang penyimpanan bahan makanan R3

Ruang pencucian R3

Gudang R1

Pintu keluar R5

R5 Fasilitas

Penunjang

Area parkir umum Ruang pegawai KM WC Masjid Ruang duduk Mini market Kantor Pusat Nursing room Medical center Komunal Gudang

Tabel 5.5 Penzoningan Ruang Sumber: Analisis pribadi

No Nama

ruang

Konsep Suasana Ruang

1 Rabbit park  Wahana rekreasi yang didominasi area outdoor sebagai tempat untuk interaksi manusia dengan kelinci

 Interaksi dengan alam, binatang dan menikmati keindahan alam.  Pada zona penganalan dalam kandang, pengunjung dibawa

kedalam suatu labirin yang dikanan kirinya terdapat kandang kelinci, untuk memberikan kesan alur perjalanan menuju ruang terbuka.

(17)

commit to user

V-17

 Tema natural menjadi pokok utama dalam ruang ini, pengunjung

dibawa untuk berinteraksi dialam bebas

 Di ruang terbuka terdapat beberapa bangunan mini sebagai tempat hidup kelinci di alam terbuka.

 Terdapat pergola sebagai fasilitas pengunjung untuk beristirahat ketika sedang berekreasi

 Permainan kontur pada area terbuka rabbit park di perhalus patahan tanahnya sehingga terkesan hamparan luas dalam bentuk bukit bukit kecil

2 Rabbit

farming

 Area pembudidayaan kelinci, konsep seperti kadang pada umumnya, terdiri dari bangunan besar yang didalamnya terdapat kandang-kandang untuk memelihara kelinci.

 Area penyimpanan dan pengolahan limbah dipisah dengan massa bangunan lain.

3 Rabbit

resto

 Konsep ruang natural, ruangan indoor dihadirkan dengan material yang memberikan suasana natural

 Konsep ruangan outdoor terdiri dari massa ruang yang terpisah dan berinteraksi dengan alam

Tabel 5.6 Konsep Suasana Ruang Sumber: Analisis pribadi 5.2.2 Kebutuhan dan Besaran Ruang

Berikut dipaparkan mengenai pendekatan konsep desain pada massa ruang kegiatan utama dalam Rabbit garden.

a. Kebutuhan dan Besaran Ruang makro

No Nama ruang Besaran

1 Rabbit park 15427m2 2 Rabbit farming 1542 m2 3 Rabbit Craft 460 m2 4 Rabbit Market 280 m 5 Rabbit house 985 m2 6 Organic farming 25195m2 7 workshop space 352 m2 8 Rabbit resto 825 m2 9 fasilitas penunjang 2065 m2 47.131 m2

Tabel 5.7 Konsep Besaran Ruang Sumber: Analisis pribadi

(18)

commit to user

V-18

Jenis ruang Luasan Bentuk Dimensi

Area pemberhentian kendaraan 30 m2 3x10 Loket tiket 20 m2 4x5 Ruangan penerimaan (hall) (pengenalan aturan interaksi 60 m2 6x10 Loket penitipan barang 20 m2 4x5 Ruangan penyimpanan 12 m2 4x3 Ruang pengenalan 60 m2 6x10 Ruang display kelinci dalam kandang kapsul 200 m2 5x40 Ruang penyediaan pakan (seperti stand/loket) 20 m2 4x5 KM WC wastafel 20 m2 2x10 Lahan penanaman 3000 m2 50x60 Ruang duduk, komunal 100 m2 Area terbuka interaksi kelinci 5000 m2 Ruang loker pegawai 12 m2 4x3 Musholla 20 m2 Pantry 10 m2 3x3 Kantor 30 m2 6x5

Tabel 5.8 Konsep Bentuk Ruang Sumber: Analisis pribadi

c. Kebutuhan dan besaran ruang rabbit farming

Jenis ruang Ukuran Bentuk Dimensi

Area

pemberhentian kendaraan

30 m2 3x10

(19)

commit to user

V-19

penerimaan Loket penitipan barang 20 m2 4x5 Ruangan penyimpanan 12 m2 3x4 Kandang 150 m2 15x10 Ruang penyediaan pakan (stok) 15 m2 3x5 Ruang produksi pelet 15 m2 3x5 Ruang pengolahan limbah 10 m2 3x3 KM WC wastafel 20 m2 2x10 Ruang loker pegawai 12 m2 3x4 Musholla 20 m2

Tabel 5.9 Konsep Bentuk Ruang Sumber: Analisis pribadi

d. Kebutuhan dan besaran ruang rabbit resto

Jenis ruang Ukuran Bentuk Dimensi

Area pemberhentian kendaraan 30 m2 3x10 Entrance resto 20 m2 2,5x8 Area makan indoor 100 m2 10x10 Area makan out door 100 m2 10x10 Area makan plus mini pantry 200 m2 Musholla 20 m2 Dapur utama resto 50 m2 5x10

(20)

commit to user

V-20

Ruang penyimpanan bahan makanan 10 m2 3x3 Ruang pencucuian 10 m2 3x3 Gudang 25 m2 5x5

Tabel 5.10 Konsep Bentuk Ruang Sumber: Analisis pribadi 5.2.3 Zoning ruang

a. Zoning ruang makro

b. Zoning ruang mikro pada massa utama area bangunan utama

Jenis ruang Zoning

Rabbit Park Dikasifikasikan menjadi zona

 Area indoor dan area out door

 Area landscape perkerasan dan area lunak (rumput, tanah)  Area bermain aman untuk anak-anak dan area semua usia  Area pekarangan kering dan basah

Rabbit farming

Diklasifikasikan menjadi zona

 Produksi (pemelihraan, perngembangbiakan), area pengolahan limbah kelinci dan area siap pemasaran

 Area bersih dan area kotor

Rabbit resto Dikasifikasikan menjadi zona

 Area indoor dan area out door

 Area landscape perkerasan dan area lunak (rumput, tanah)  Area merokok dan area bebas rokok

 Area pekarangan kering dan basah

 Area makan duduk dengan kursi maupun duduk dilantai  Area dapur kotor dan dapur bersih

Tabel 5.11 Konsep Zoning Ruang Sumber: Analisis pribadi

Jenis ruang Zoning

Rabbit Park Publik

Rabbit farming Semi publik

Rabbit craft Publik

Rabbit resto Publik

Rabbit market Publik

Rabbit house Privat

Organik market Publik

Organik farming Semi publik

Workshop Semi publik

Fasilitas penunjang Semi publik

(21)

commit to user

V-21

5.2.4 Organisasi Ruang

a. Organisasi Ruang Rabbit Park

Gambar 5.20 Organisasi ruang Sumber: Analisa Pribadi, 2015

b. Organisasi ruang Rabbit farming

Gambar 5.21 Organisasi ruang Sumber: Analisa Pribadi, 2015

c. Organisasi ruang Rabbit Resto

Gambar 5.22 Organisasi ruang Sumber: Analisa Pribadi, 2015

(22)

commit to user

V-22

d. Organisasi ruang Makro

Gambar 5.23 Organisasi ruang Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.3 Konsep Desain Massa 5.3.1 Bentuk bangunan

Konsep:

a. Ruang ruang yang memiliki kegiatan rekreatif, non formal, diaplikasikan bentuk yang memiliki kesan dinamis, organis, dan berasal dari gubahan bentuk dasar yang dikombinasikan dengan bentuk lain.

b. Ruang-ruang yang bersifat formal, pengembangan dan pembudidayaan diaplikasikan kedalam bentuk ruang yang memiliki karakter efisien dan efektif sehingga diterapkan bentuk organis yang diadaptasi menjadi bentuk formal.

(23)

commit to user

V-23

Rabbit Park Rabbit farming Rabbit craft, workshop dan Rabbit market

(24)

commit to user

V-24

Rabbit resto

Penunjang

Tabel 5.12 Konsep Bentuk Bangunan Sumber: Analisis pribadi 5.3.2 Tampilan Bangunan

Kriteria:

Konsep tampilan bangunan yang diaplikasikan kedalam ORB adalah tampilan bangunan yang natural karena konsep ORB adalah rekreasi dan edukasi alam sehingga, tampilan dapat mencerminkan potensi alam yang dikembangkan dalam ORB

Keputusan desain:

Tampilan bangunan diolah dengan mateial bangunan yang menampilkan nuansa alami yaitu kayu dan batu bata.

(25)

commit to user

V-25

Gambar 5.24 tampilan bangunan

Sumber: Analisa Pribadi, 2015

5.3.3 Material, Finishing dan Warna

Kriteria: a. Material

Material yang diterapkan kedalam bangunan adalah material yang sesuai dengan kaidah arsitektur berkelanjutan

b. Finishing

Finishing yang diterapkan pada proses pembangunan ORB adalah jenis finishing yang aman bagi pengguna, memberikan kenyamanan pada lingkungan, kenyamanan kesehatan user yang menggunakan peluang serta kenyamanan visual.

c. Warna

Warna yang diterapkan ke dalam ORB adalah warna yang mendukung tampilan bangunan, tampilan yang bernuansa alam maka didukung dengan warna bangunan yang bernuansa alam, atau berasal dari warna-warna alam. Warna memberikan pengaruh kenyamanan pada kegiatan rekreasi dan edukasi yang terjadi dalam user.

Keputusan desain:

Material Finishing

Batu bata Cat

Kayu Kamprot

(26)

commit to user

V-26

Beton Acian

5.4 Konsep Desain Landscape

Konsep:

a. Penerapan berkelanjutan yang diaplikasikan kedalam landscape pada poin utama adalah pelestarian potensi lingkungan yang ada (konservasi), hal tersebut diwujudkan dengan cara mempertahankan potensi pohon-pohon besar yang terdapat pada site, dengan pengadaan massa bangunan baru dan tata landscape yang menyesuaikan kondisi eksisting

b. Tata landscape yang menarik, hal ini diwujudkan dalam kenyamanan visual yang diaplikasikan ke dalam landscape

c. Penataan lansekap menggunakan elemen keras dan elemen lunak, baik alami maupun buatan d. Penataan lanscape berdasarkan nilai keindahan, diantaranya skala, tekstur, dan warna e. Penggunaan furniture landscape sebagai fasilitas/ sarana pendukung bagi pengguna

f. Terdapat landmark sebagai orientasi utama lansdcape maupun sclupture yang merupakan identitas bagi rabbit garden

Keputusan Desain:

1. Desain landscape tetap dalam tema menggunakan bahan-bahan natural sehingga terwujud kesan natural yang menjadi identitas lingkungan disekitar site

2.

Elemen landscape yang digunakan antara lain: Elemen Keras

1. Batu batuan dan Potongan kayu

Dihadirkan untuk menghadirkan kesan alami dan indah

2.

Lantai atau

perkerasan jalan setapak

Elemen ini berpengaruh kuat pada kesan keseluruhan taman, sebagai penghubung antara landscape massa bangunan

3.

Tangga Dapat berupa tangga dari massa menuju taman, atau tangga

antaar bagian taman

(27)

commit to user

V-27

5.

Pergola Seabagai peneduh taman yang dirambati tumbuhan rambat

6.

Kolam Penambah kesejukan

7. Bangku taman Fasilitas duduk

(28)

commit to user

V-28

9. Furnitur Landscape, seperti, wastafel, hotspot, tempat sampah

Fasilitas penunjang bagi konsumen

10. Landmark

Elemen Lunak Ilustrasi

1. Pohon

2. Perdu

3. Tanaman semak

4. Tanaman Penutup tanah

5. Rumput

Dalam tata landscape, yang menjadi

bagian utama dalam proses

perancangan adalah penataan

elemen landscape, salah satunya adalah tumbuhan. Tumbuhan pada

Rabbit garden di analogikan sebagai unsur titik. Dalam komposisi nantinya, titik tumbuhan dapat

(29)

commit to user

V-29

berdiri sendiri, maupun menjadi

satu kelompok memanjang atau cluster.

5.4 Konsep Desain Komplementer 5.4.1 Struktur

Jenis Struktur Kriteria Keputusan desain

Supper Struktur a. Kekuatan dan kekauan sistem struktur b. Fleksibilitas dan efisiensi penggunaan

ruang

c. Segi estetika pada tampilan bangunan

Rigid frame

Sub Struktur a. Ketinggian bangunan maksimal 2 lantai

b. Kekuatan daya dukung untuk bangunan 2 lantai

c. memperhatikan struktur yang digunakan

sesuai jenis tanah pada daerah

pegunungan

Dapat menggunakan

pondasi menerus, batu kali

Pondasi umpak Pondasi foot plate

Upper struktur a. Pemberdayaan material lokal sebagai upper struktur

b. Upper struktur mampu melindungi

bangunan dari fenomena alam

Rangka atap skuat terhadap beban yang dihasikan pada bagian penutup atap

Struktur kayu Stuktur beton

5.4.3 Utilitas Jaringan Listrik

Konsep:

a. Kebutuhan listrik yang harus di penuhi untuk seluruh kegiatan yang di wadahi a. Distribusi enregi listrik yang merata

b. Efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber listrik Keputusan desain:

Dalam penyediaan energi listrik pada bangunan, terdapat tiga alternatif sumber energi listrik, keduanya adalah :

a. PLN

Sumber energi listrik dari PLN merupakan sumber energi listrik utama yang digunakan oleh selururh bangunan. Suplay listrik dari PLN memanfaatkan sumber daya tegangan menengah yang diambil dari gardu di luar bangunan, untuk diubah menjadi tegangan rendah 220 V menggunakan trafo. Setelah itu, disalurkan ke panel utama untuk didistribusikan ke saklar dan stop kontak.

(30)

commit to user

V-30

b. Genset

Generator merupakan alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator sering digunakan sebagai sumber cadangan energi listrik. Kerja generator seperti kerja mesin motor, dimana energi di hasilkan dari putaran dinamo dalam mesin diesel. Listrik pada generator dengan listrik pada PLN di hubungkan pada satu panel pembagian aliran listrik. Apabila listrik dari PLN padam, maka secara otomatis genset akan beroperasi.

c. Panel Surya

Panel surya sebagai sumber alternatif energi listrik merupakan inovasi teknologi pemanfaatan radiasi panas sinar matahari yang di ubah menjadi energi listrik. Panel surya beberapa tahun terakhir menjadi salah satu sumber energi listrik bangunan. Panel surya sering kali disebut sel photovoltaic (PV). Energi panas yang di dapat dari sinar matahari di simpan dalam baterai yang nantinya akan menghasilkan energi listrik untuk di distribusikan pada peralatan elektronik.

5.4.4 Utilitas Air Bersih

Konsep:

a. Sistem yang digunakan dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada bangunan b. Kemudahan sumber air bersih, baik dari sumur maupun PDAM

c. Pengoperasian dan perawatan sistem jaringan air bersih Keputusan desain:

Dalam penyediaan air bersih, sumber air bersih yang digunakan adalah PDAM dan sumur. Air bersih tersebut didistribusikan dengan sistem:

Gambar 5.25 Skema Distribusi Air Bersih Sumber : Analisis Pribadi, 2015

5.4.5 Utilitas Pembuangan Air Kotor

Konsep:

Sumur PDAM

Sumber air bersih

Meteran Reservoir bawah pompa Reservoir atas Ruang Plumbing Hydrant Water treatment pompa

(31)

commit to user

V-31

a. Penanganan limbah air buangan / air kotor berdasar penerapan konsep arsitektur berkelanjutan b. Pembuangan air kotor dimanajemen dengan baik karena air kotor dapat mengganggu

kesehatan, mencemari lingkungan dan mengganggu pemandangan c. Memelihara sumber air bersih di dalam tanah

Keputusan desain:

Sumber air kotor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air kotor padat (tinja & lavatory) dan air kotor cair (wastafel, wudhu dan dapur). Penanganannya yaitu, Air kotor padat/ black water disalurkan ke septictank kemudian ke peresapan, seangkan air kotor cair/ grey water dikumpulkan di water treatment untuk diolah kembali sehingga bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Berikut skema sistem sanitasi jaringan air kotor:

Gambar 5.26 Skema Pengolahan Air Kotor Sumber : Analisa Pribadi, 2015 5.4.6 Utilitas Penanggulangan Kebakaran

Konsep:

a. Keselamatan pengguna bangunan b. Kecepatan evakuasi pada bangunan

c. Kemudahan penggunaan alat pemadam kebakaran d. Efektifitas akses menuju area terbakar

Keputusan desain: Sistem Otomatis

Gambar 5.27 Skema Pemadam Kebakaran Otomatis Air hujan

Biopori Bak penampung Bak kontrol

Masuk tanah

Sprinkler dan Pengairan

tanaman

Limbah dapur Toilet

STP Kolam Riool kota Asap Panas Smoke detector Heat detector

Panel alarm Sistem start

(32)

commit to user

V-32

Sumber : Analisa Pribadi, 2015

Pada sistem deteksi awal, yang bekerja adalah detektor, berupa detektor asap dan detektor panas. Detektor asap (Smoke detector) memiliki kepekaan yang tinggi dalam mendeteksi asap dalam ruangan. Sedangkan detektor panas (Heat Detector) akan membunyikan alarm dan menghidupkan sprinkler jika terjadi kenaikan suhu 10%/menti atau suhu ruang 60o.

5.4.7 Utilitas Pengkondisian Udara Konsep:

a. Pemaksimalan energi alam b. Hemat energi

c. Penerapan inovasi teknologi Keputusan desain:

Pada bangunan, terdapat dua alternatif sistem penghawaan yang direncanakan, yaitu menggunakan sistem penghawaan alami dan buatan. Sistem penghawaan buatan digunakan pada ruang –ruang yang memerlukan penanganan kondisi udara khusus, seperti ruang panel, ruang untuk alat –alat elektronik, diberikan penghawaan buatan berupa AC. Sedangkan ruang lain yang tidak memerlukan penanganan khusus terhadap kondisi udara dalam ruang, digunakan sistem penghawaan alami. Penerapan sistem penghawaan alami di optimalkan untuk mengurangi konsumsi energi bangunan. Berikut alternatif sistem penghawaan pada bangunan:

a. Sistem penghawaan alami berupa :

 Sistem penghawaan alami di dapat dari bukaan pada bangunan.

Pemaksimalan bukaan berupa jendela dan ventilasi, bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi yang di butuhkan untuk pengoperasian alat pendingin ruangan. Penghawaan alami di dapat dengan sistem ventilasi silang, yaitu memasukkan udara segar melalui bukaan – bukaan serta mengeluarkannya untuk menghalau panas dari dalam ruangan. Tetapi, dengan adanya bukaan juga akan memberikan kemungkinan perolehan panas yang berlebih ke dalam bangunan.

 Untuk itu perlu adanya komponen untuk mengurangi panas ke dalam bangunan, seperti overhang, jalusi, vegetasi dalam ruang, komponen kolam dalam ruang, dan sebagainya.

(33)

commit to user

V-33

Gambar 28 jendela dan jalusi sebagai elemen penghawaan alami

Sumber: suryastar.co.id b. Sistem penghawaan buatan berupa :

 Sistem penghawaan buatan pada iklim tropis seperti Indonesia berupa penghawaan untuk membuat ruangan dingin. Penghawaan buatan yang dimaksud berupa AC.  Pada ruang semi terbuka/ bukaan penuh pengkondisian udara memanfaatkan

penghawaan alami dengan respon material yang mampu memfilter udara dari kelembaban. Pada ruang tertutup, respon sistem penghawaan ruangan menggunakan penghawaan buatan berupa AC, di sesuaikan dengan kebutuhan udara dalam ruang.

5.4.8 Utilitas Pembuangan Sampah

Konsep:

a. Penerapan berkelanjutan yaitu reduce, reuse dan recycle b. Faktor kebersihan dan kesehatan dalam bangunan

c. Kemudahan lokasi dari system jaringan pembuangan sampah Keputusan desain:

1. Pembuangan sampah di klasifikasikan menjadi 3 jenis, organik, non organik dan sampah B3, dengan tindakan pengelolaan sampah yaitu pelaku berpartisipasi aktif dalam membuang sampah, sesuai jenisnya

2. Terdapat bank sampah sebagai fasilitas pengelolaan sampah

3. Sampah Organik di olah menjadi pupuk kompos, sehinggga di dalam ORB terdapat ruang untuk pengomposan sampah

Gambar 29 Tempat pembuatan kompos Sumber: www.dhenokhstuti.com

4. Sampah Non organik, dipilah terlebih dahulu, kemudian dijual melalui pengepul maupun di buang ke TPA, sehingga sampah tiidak mengakibatkan buruk pada lingkungan, namun termanfaatkan kembali.

Gambar

Gambar 5.2 Peta Administratif Kecamatan Tawangmangu   Sumber: http://www.karanganyarkab.go.id/20150527/geografi-2014/
Gambar 5.3 Site terpilih   Sumber: Dokumentasi pribadi  b.  Batas site secara langsung yaitu:
Gambar 5.6 Potensi view Site terpilih  Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.7 Pergerakan Matahari dalam site  Sumber: Analisa Pribadi, 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan melalui cara ini dapat memperoleh data yang berkaitan dengan peran TVRI dalam. menyiarkan agama Islam di kantor stasiun

Penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Akhir untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga bahwa kurikulum pelatihan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan alumni pada Lembaga

mengajukan permohonan. Dengan kata lain, bank menyediakan dana pada masyarakat yang membutuhkan tetapi bank akan menganalisa terlebih dahulu untuk menilai kelayakan

 Duduk, dan berdiri Perdagangan  Menjual terumbu karang hias  Membuat cinderamata terumbu karang  Pengemasan cinderamata dari terumbu karang yang mati 

dilengkapi dengan dokumen angkutan yang sah berupa Surat Jalan dan telah sesuai dengan data penerimaan pada Laporan Mutasi Hasil Hutan Olahan Kayu (LMHHOK) pada periode

Bagi mahasiswa dengan SRL rendah maupun sedang hendaknya memiliki mereflesikan, mengidentifikasi dan mengawasi sejauh mana self regulated learning yang sudah ia miliki dan

Album packaging "Kamasutra" Julia Perez raises discourses related to personal branding Jupe, music albums, brand sponsorship, and brand social responsibility!.