1
PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
LARVA IKAN KOI (Cyprinus carpio)
Dodi Hendra, Yuneidi Basri, Lisa Deswati
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang Email : dodihendra46@gmail.com
ABSTRAK
This research aims to understand the influence of the provision of feed natural different against
survival rate and growth fish larvae Koi carp (Cyprinus carpio). This study was conducted in
July-August 2015, in the laboratory integrated the faculty fisheries and of marine science university of Bung Hatta, Padang City. Method used in research this is the method his experiment with complete random design (CRD) with 3 treatment and 4 repetitions. Treatment A (fish larvae Koi carp given feed artemia non dekapsulasi) , treatment B (fish larvae Koi carp given feed artemia dekapsulasi) and treatment C (fish larvae Koi carp given feed Daphnia). The results of the analysis shows that the feed natural different in fish larvae Koi carp obtained survival highest is treatment A ( 92.9 %) and the lowest was in treatment C (90 %). The absolute is long highest treatment B (1.58 cm) , followed treatment A (1.51 cm) while pesentase long growth absolute the lowest in treatment C (1.37 cm). The absolute is heavy highest treatment B (0.29 gr) , followed treatment A (0.28 gr) and lowest in treatment C (0.17 gr).
Key Word : koi Fish, Artemia, dekapsulasi, growth, survival rate PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komoditi ikan hias yang memiliki ekonomis yang tinggi adalah ikan
Koi. Ikan koi (Cyprinus carpio) sebagai
ikan hias memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ikan hias lainnya
antara lain. Peluang besar terhadap
permintaan konsumen terhadap ikan koi cukup besar, penggemar ikan Koi khususnya orang kota sangat senang membuat kolam koi di halaman rumah sebagai sarana rekreasi sekaligus gengsi, dan ikan Koi
sangat mudah dipelihara. Ikan koi (Cyprinus
carpio) merupakan salah satu jenis ikan hias yang berpuluh – puluh tahun secara turun – temurun dibudidayakan oleh orang Jepang, bahkan dijadikan lambang bagi bangsa Jepang dan diangkat sebagai ikan nasional Jepang. Warna Koi yang indah dan beraneka ragam, mendorong orang Jepang untuk menghasilkan berpuluh – puluh jenis Koi yang akhirnya digemari oleh orang di
berbagai negara termasuk Indonesia
(Susanto, 2000).
Di Indonesia, Koi merupakan ikan hias favorit dan banyak digemari oleh masyarakat luas, karena warna tubuhnya
2
yang mempesona dan harganya relatif mahal. Ikan koi sampai saat ini masih menjadi salah satu komoditas perdagangan yang cukup dalam bidang perikanan. Oleh karena itu, kehadiran Koi di tengah masyarakat selalu berdampak positif, artinya apabila dipelihara dalam skala besar dapat
digunakan sebagai mata pencaharian
sekaligus dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Sedangkan bila dipelihara dalam skala kecil layaknya ikan hias, Koi
dapat dijadikan sarana rekreasi atau
menyalurkan hobi seseorang dengan
mengamati keindahan dan lenggak –
lenggoknya dalam aquarium (Effendi,
1993).
Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan hias maupun ikan konsumsi. Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah keuntungan,
disamping kualitas kebersihan pakan
terjamin, pakan alami produksi sendiri juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti
yang diharapkan. Penghematan
waktu,tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi pakan alami dilakukan dengan baik. Pakan alami adalah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain
lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat
sesuai dengan lebar bukaan mulut
larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Dari penelitian Agus (2010),
didapatkan perbedaan jenis pakan alami (Daphnia sp, jentik nyamuk dan cacing sutera) berpengaruh sangat nyata terhadap
pertumbuhan ikan cupang hias,
Pertumbuhan biomassa ikan cupang hias paling tinggi pada perlakuan cacing sutera, kemudian perlakuan jentik nyamuk dan
paling rendah perlakuan Daphnia sp.
Pakan alami umumnya selalu
bergerak di dalam air, sehingga menarik
perhatian ikan untuk memangsanya.
Setidaknya ada tiga jenis pakan alami yang biasanya diberikan untuk ikan cupang hias dalam suatu pemeliharaan (pembesaran) yaitu daphnia, jentik nyamuk dan cacing sutera. Pada hal, ketiga jenis pakan alami
3
tersebut diduga mempunyai kandungan nutrisi (gizi) yang berbeda. Menurut Makmur (2004), bahwa kandungan nutrisi
yang terdapat dalam pakan sangat
berpengaruh terhadap hasil panen, yang
merupakan tujuan akhir dari proses
budidaya. Nutrisi yang baik, tentunya akan memacu pertumbuhan yang baik pula.
Terkait hal tersebut perlu adanya sebuah penelitian tentang jenis pakan alami yang berbeda sehingga bisa diketahui jenis pakan alami mana, yang sesuai dengan pertumbuhan ikan Koi. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan Koi.
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2015. Dilaboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang. Bahan dan Alat Penelitian
Alat
Alat-alat yang dipergunakan pada penelitian ini secara umum dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu alat yang
digunakan selama penelitian, dan
pengukuran bobot tubuh benih ikan Koi (sampling) dan alat-alat yang digunakan pada pengukuran kualitas air.
a. Alat-alat yang digunakan penelitian antara lain :
1. Akuarium sebanyak 12 buah berukuran
20x20x40 cm
2. Peralatan aerasi untuk memasok oksigen
ke dalam setiap akuarium, (blower, pipa, selang aerasi, kran aerasi dan batu aerasi).
3. Selang berdiameter 0,25 inchi untuk
penyimponan membersikan media setiap hari.
4. Kamera digital
5. Tissue dan alat tulis
6. Peralatan penunjang untuk
memindahkan ikan, seperti baskom, dan saringan.
b.Alat-alat yang digunakan pada saat pengukuran kualitas air antara lain :
1. Thermometer untuk mengukur suhu
2. DO meter untuk mengukur oksigen
terlarut yang terkandung dalam
akuarium
3. pH meter untuk mengukur derajat
kesamaan (pH) air. Bahan
Bahan –bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Akuarium diisi air sebanyak 12 liter.
2. Larva Ikan Koi sebanyak 240 ekor
berumur 4 hari, setiap akuarium berisi 20 ekor yang telah berisi air sebanyak 12 liter.
4
3. Air, yang berasal dari bak tandon yang
telah diendapkan dan diaerasi di bak penampungan.
4. Pakan alami Daphnia sp dan Artemia.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan A : Larva Ikan Koi diberikan
pakan Artemia non
dekapsulasi
Perlakuan B : Larva Ikan Koi diberikan
pakan Artemia dekapsulasi
Perlakuan C : Larva Ikan Koi diberikan
pakan Daphnia sp
Hipotesis dan Asumsi
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Ho : Pemberian pakan alami dengan jenis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan Koi (Cyprinus
carpio).
H1 : Pemberian pakan alami dengan jenis yang berbeda berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ikan Koi (Cyprinus carpio).
Asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
- Kesempatan mendapat pakan alami
dianggap sama.
- Faktor genetik dianggap sama.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari persiapan, pelaksanaan
penelitian dan pengukuran kualitas air. Persiapan penelitian
a. Persiapan Wadah
Akuarium sebanyak 12 buah
berukuran (20x20x40) cm, dibersihkan dengan mengunakan air, dan direndam dengan metilen blue kemudian dibilas dengan menggunakan air sampai bersih dan dikeringkan, setelah kering diisi dengan air sebanyak 12 liter yang diperoleh dari bak penampungan yang telah diendapkan selama 24 jam.
b. Penyediaan Pakan Alami
Pakan alami Artemia Non Dekapsulasi
Siapkan media penetasan dengan wadah
corong dengan kapasitas air 1 liter
Masukkan air laut bersalinitas 35 ppt
kedalam media penetasan
Masukkan 2 gr kista Artemia pada media
penetasan, tunggu 24-48 jam
Artemia menetas diberikan kepada larva ikan
Pakan Alami Artemia Dekapsulasi Artemia yang digunakan sebanyak 2 gr
untuk setiap kali dekapsulasi.
Langkah-langkah penetasan dengan cara
5
Kista Artemia dihidrasi dengan
menggunakan air tawar selama 1-2 jam
Kista dicampur dengan larutan Soda Api
dengan konsentrasi 1 ml per 1 gram kista lalu bilas, setelah itu campur dengan kapur tohor dengan konsentrasi 1,5 ml per 1 gram kista, kemudian diaduk direndam selama 20 menit hingga warna menjadi merah bata
Kista segera disaring menggunakan
plankton net 120 mikron dan dibilas menggunakan air tawar sampai bau
klorin hilang, Artemia siap untuk
ditetaskan dengan waktu 12-24 jam.
Pakan Alami Daphnia
Siapkan media kultur dengan wadah
kolam terpal 100x100x15 cm, lalu isi dengan air sebanyak 100 liter air
Siapkan pupuk kandang yaitu kotoran
ayam, lalu masukkan pada media kultur
Satu hari kemudian, masukkan bibit
Daphnia yang didapat dari alam untuk dikultur
c. Penyediaan Larva
Larva yang akan digunakan diukur panjangnya. Pengukuran panjang larva yang akan digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran relatif seragam.
Pelaksanaan Penelitian
a. Penebaran larva sebanyak 20
ekor/akuarium.
b. Pemberian Pakan dilakukan tiga kali
sehari, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 08:00, siang hari sekitar pukul 12:00 dan sore hari sekitar pukul 16:00. Pemberian pakan diberikan secara adlibitum.
c. Pembersihan Akuarium (Penyiponan)
dilakukan setiap 3 hari sekali untuk menjaga kebersihan akuarium dari sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar akuarium dengan mengunakan selang kecil. Penyiponan dilakukan sebelum pemberian pakan pagi hari dan setelah pemberian pakan sore hari.
d. Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali
selama 30 hari dengan total sampling 3 kali.
Peubah Yang Diamati Kelangsungan hidup ( SR )
Untuk mengetahui tingkat sintasan larva ikan mas koki, dapat diketahui dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : SR = Jumlah Ikan Akhir X 100 %
Jumlah Ikan Awal Pertumbuhan panjang mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan mas koki dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Serang, 2006) :
6
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang mutlak (mm) Lt = Pertumbuhan panjang mutlak pada
akhir penelitian (mm)
Lo = Pertumbuhan panjang mutlak pada awal penelitian (mm)
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Menurut Effendi (1997),
pertumbuhan ikan diukur dengan
menggunakan rumus pertumbuhan berat mutlak:
W = Wt – Wo Dimana:
W : Berat Mutlak ikan (gram)
Wt : Berat rata-rata ikan pada
akhir penelitian (gram)
Wo : Berat rata-rata ikan pada
awal penelitian (gram) Kualitas air
Parameter kualitas air yang di amati
meliputi suhu air (0C), oksigen terlarut
(DO), keasaman (pH) dan amoniak (NH3).
Pengamatan parameter kualitas air
dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis variannya dengan sidik ragam menurut RAL, jika Fhitung < Ftabel 95%, berarti tidak ada pengaruh nyata dari pemberian pakan alami berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih
ikan Koi (Cyprinus carpio L). Bila Fhitung
> Ftabel 95%, berarti ada pengaruh nyata dari pemberian pakan alami berbeda
terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan Koi (Cyprinus
carpio L). Ho ditolak dan H1 diterima, dilanjutkan dengan uji DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup larva ikan Koi
hingga hari terakhir penelitian yang
diberikan pakan alami berbeda selama 30 hari pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Koi
Perlakuan Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
A 92.00 ± 3.26a
B 91.00 ± 3.83a
7
Keterangan : Superscrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata tingkat kelangsungan hidup menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05).
Keterangan : Perlakuan A : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Non Dekapsulasi Perlakuan B : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Dekapsulasi Perlakuan C : Larva ikan Koi diberikan pakan Daphnia
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
perlakuan pemberian pakan alami Artemia
non dekapsulasi, Artemia dekapsulasi dan
Daphnia tidak mempengaruhi kelangsungan hidup larva ikan Koi, karena pakan yang diberikan dapat dikonsumsi dan digunakan oleh larva sebagai sumber energi untuk
metabolisme (Budiardi et al., 2005).
Persentase tertinggi tingkat kelangsungan hidup larva ikan Koi terdapat pada perlakuan A dengan nilai (92.00 ± 3.26)diikuti perlakuan B dengan nilai (91.00 ± 3.83) sedangkan persentase terendah didapat pada perlakuan C sebesar (90.00 ±
6.92). Untuk lebih jelas tingkat
kelangsungan hidup ikan Koi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Koi
Tingginya persentase tingkat
kelangsungan hidup pada perlakuan A
disebabkan pemberian pakan alami Artemia
non dekapsulasi dimanfaatkan dengan baik oleh larva, hal ini didukung oleh kandungan
gizi pakan alami Artemia terdiri dari protein
58 %, (Kotara, 1990), sementara pada
perlakuan C (Pakan alami daphnia)
mempunyai kandungan gizi 42,65 %
protein Schumann (2006) dalam Mufidah
et al., (2009), oleh sebab nilai gizi daphnia
lebih rendah dibandingkan dengan Artemia
hal ini yang menyebabkan tingkat
kelangsungan hidup perlakuan A (Artemia)
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan (Daphnia). 0 20 40 60 80 100 A B C P er sent a se K ela ng sun g a n H idu p (%) Perlakuan
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Koi
8
Hal ini diperkuat oleh Murdinah et
al., (1999) dalam Priyadi (2010), yang menyatakan bahwa pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan selain dapat mempertinggi derajat efisiensi pakan juga dapat memacu pertumbuhan dan sintasan/tingkat kelangsungan hidup. Hal ini
juga didukung oleh Watanabe (1988)
dalam Budiardi et al., (2005), bahwa
petama-tama pakan yang dikonsumsi
digunakan untuk kelangsungan hidup dan
selebihnya dimanfaatkan untuk
pertumbuhan. Menurut Zonneveld et al.,
(1991), pemberian pakan alami dapat
meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara dalam wadah budidaya, karena dapat mempertahankan kondisi lingkungan selama masa pemeliharaan.
Dan menurut Effendie (2002), pakan
alami yang diberikan dalam jumlah yang normal dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan-ikan budidaya.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertambahan panjang mutlak ikan Koi pada masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Panjang Mutlak larva ikan Koi
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak
(cm)
A 1.51 ± 0.02a
B 1.58 ± 0.08 a
C 1.37 ± 0.10b
Keterangan : Superscrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata tingkat kelangsungan hidup menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05).
Keterangan : Perlakuan A : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Non Dekapsulasi Perlakuan B : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Dekapsulasi Perlakuan C : Larva ikan Koi diberikan pakan Daphnia
Berdasarkan hasil One Way Anova
bahwasannya pertumbuhan panjang mutlak tertinggi didapatkan pada perlakua B dengan nilai (1.58 ± 0.08) diikuti perlakuan A dengan nilai (1.51 ± 0.02) sedangkan perlakuan terendah didapat pada perlakuan C dengan nilai (1.37 ± 0.10).
Pertumbuhan panjang mutlak pada ikan Koi selama penelitian menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan A dan B dengan perlakuan C untuk lebih jelas pertumbuhan panjang mutlak dapat dilihat pada Gambar 2.
9
Gambar 2. Diagram Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva Ikan Koi
Tingginya pertumbuhan panjang
mutlak pada perlakuan B menunjukkan
adanya pemanfaatan pakan alami Artemia
dekapsulasi dengan baik, disamping itu
faktor penetasan Artemia dengan proses
dekapsulasi dapat menghilangkan lapisan terkeras (korion) sehingga larva dapat mencerna dengan mudah dan pertumbuhan larva menjadi optimal. Hal ini didukung oleh kondisi ikan yang sehat dan juga
tentunya kandungan gizi pakan Artemia
Dimanfaatkan dengan baik oleh larva ikan Koi.
Pernyataan ini didukung oleh Halver
and Ronald (2002), kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan harus dalam kondisi berimbang, berfungsi sebagai pengatur transportasi hormon dalam darah. Perkembangan larva ikan-ikan budidaya
tergantung dari ketersediaan nutrisi pakan
yang diberikan (Effendie, 2002).
Kandungan protein Artemia adalah 58 %,
(Kotara, 1990), sementara pada Daphnia
Protein 42,65 % Schumann (2006) dalam
Mufidah et al., (2009). Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Menurut Widyati (2009), jumlah protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Tinggi rendahnya protein dalam pakan dipengaruhi oleh kandungan energi nonprotein yaitu yang berasal dari karbohidrat dan lemak.
0 0.5 1 1.5 2 A B C Per sen tase Pe rtu m b u h an Pan jan g m u tlak ( cm ) Perlakuan
Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan
koi
10
Pertambahan Bobot Mutlak
Data pertumbuhan bobot mutlak pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan hasil analisis One Way
Anava selama penelitian didapatkan pertambahan bobot tertinggi pada perlakuan B dengan nilai rataan persentase (0.29 ± 0.01), diikuti perlakuan A dengan nilai (0.28
± 0.00), sedangkan pertambahan bobot terendah didapat pada perlakuan C dengan nila (0.17 ± 0.00). Pertambahan bobot mutlak pada ikan Koi selama penelitian menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan A, B dengan C, untuk lebih jelas pertambahan bobot mutlak dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Mutlak Larva Ikan Koi
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Berat Mutlak (gr)
A 0.28 ± 0.00a
B 0.29 ± 0.01a
C 0.17 ± 0.00b
Keterangan : Superscrip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata tingkat kelangsungan hidup menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05).
Keterangan : Perlakuan A : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Non Dekapsulasi Perlakuan B : Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Dekapsulasi Perlakuan C : Larva ikan Koi diberikan pakan Daphnia
Tingginya pertumbuhan larva ikan
Koi pada pemberian Artemia Dekapsulasi
dibandingkan dengan Artemia Non
dekapsulasi pada perlakuan B dan A, karena
proses dekapsulasi tersebut dapat
menghilangkan lapisan keras (korion) dari
kista Artemia, sehingga ikan dapat mencerna
dengan mudah, sedangkan pada proses penetasan Non dekapsulasi belum tentu
Korion pada kiste Artemia terlepas dengan
sempurna, maka larva ikan akan sulit untuk
mencerna Artemia tersebut.
Pertambahan bobot larva ikan Koi pada perlakuan B lebih tinggi karena
pemberian pakan Artemia dan tentunya
didukung oleh kondisi kesehatan ikan sehingga konsumsi larva terhadap pakan optimal. Kotara (1990), kandungan protein Artemia adalah 58 %. Sedangkan kandungan
protein Daphnia sebesar 42,65 %
(Schumann, 2006). Kualitas pakan tidak hanya ditentukan oleh tingginya kandungan
gizi namun juga ditentukan oleh
kemampuan ikan mencerna dan menyerap makanan. Daphnia memiliki dinding tebal dan terdiri atas cangkang tanpa duri sehingga sulit untuk dicerna oleh larva. Selain itu Daphnia merupakan hewan yang
11
bersifat planktonik , melayang yang
bergerak aktif sehingga menyulitkan larva
untuk memakannya (Lovell, 1989 dalam
Priyadi et al., 2010). Menurut Rabiati (2014), tidak hanya protein yang diperlukan
untuk pertumbuhan ikan, tetapi lemak juga dibutuhkan. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang harus tersedia dalam pakan.
Gambar 3. Diagram Pertambahan Bobot Mutlak Larva Ikan Koi
Hal ini didukung oleh pernyataan Mokoginta et al., (2000) bahwa lemak dalam pakan tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka energi untuk beraktivitas diambil dari protein sehingga pertumbuhan menjadi terhambat. Nutrisi dari makanan pertama digunakan untuk mempertahankan hidupnya dahulu, selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan. Pada pertumbuhan benih nutrisi yang diutamakan adalah protein (Hartoyo dan Sukardi, 2007). Ketersediaan makanan yang bernutrisi tinggi
sangat dibutuhkan benih untuk
perkembangan organ tubuh yang masih
sederhana menuju kesempurnaan (Effendi,
2004).
Kualitas Air
Kualitas merupakan faktor
penunjang bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Efeendi (1979),
mengungkapkan bahwa pertumbuhan
merupakan parameter penting, dimana laju
pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keturunan, umur dan ketahanan
terhadap penyuakit. Sedangkan factor
eksternal meliputi suhu perairan, DO, padat tebar serta mutu pakan. Adapun parameter kualitas air selama penelitian adalah sebagai berikut. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 A B C P er sent a se P er ta m ba ha n bo bo t M utla k ( gr ) Perlakuan
Pertambahan Bobot Mutlak
Ikan Koi
12
Tabel 4. Kualitas Air Selama Penelitian
Parameter
Awal Penelitian Akhir Penelitian Ambang Batas (SNI :
01-6485.1-3)
A B C A B C
pH 6 6 6 7 7 7 6,5 – 8
DO (ppm) 5,5 5,5 5,5 7 7 6,5 >5 mg/L
Suhu 0C 27 27 27 28 28 28 25 – 30 0C
pH selama penelitian 6, tidak terdapatnya kenaikan ataupun penurunan pH
selama penelitian. Derajat keasaman
merupakan factor pendukung bagi
kehidupan dan pertumbuhan ikan, hal ini
didukung oleh Wardoyo (1981) dalam
Firdaus (2014), yang menyatakan bahwa pH yang mendukung untuk kehidupan ikan secara normal diperairan berkisar antara 6-7.
Begitu juga Effendie (1997), menyatakan
bahwa kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan ikan adalah 7-8,5.
Oksigen merupakan media bernafas pada ikan, kandungan oksigen terlarut (DO) pada media penelitian sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, selama penelitian kadar DO yang terdapat pada masing-masing perlakuan berkisar 5,5-7 ppm. Hal
ini didukung oleh pernyataan Djadmika
(1996) dalam Hidayati (2014), bahwa
kandungan oksigen yang ideal bagi
kehidupan ikan berkisar antara 6,6 – 7 ppm/Liter.
Suhu pada penelitian berkisar antara 27 – 28, suhu penelitian masih dianggap dalam batas normal pemeliharaan ikan, hal
ini di dukung oleh Lesmana (2001) yang
menyatakan bahwa suhu optimal untuk ikan
tropis adalah 27-28 0C. juga didukung oleh
Susanto (1996), mengemukakan bahwa suhu air yang ideal untuk pemeliharaan ikan
berkisar antara 25-30 0C.
KESIMPULAN
1. Tingkat Kelangsungan Hidup larva ikan
Koi tertinggi terdapat pada perlakuan A (Larva ikan Koi diberikan pakan Artemia Non Dekapsulasi) sebesar 92 %, diikuti perlakuan B (Larva ikan Koi
diberikan pakan Artemia Dekapsulasi)
sedangkan nilai terendah pada perlakuan C (Larva ikan Koi diberikan pakan Daphnia) sebesar 90 % .
13
2. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi
didapatkan pada perlakuan B dengan nilai 1.58, sedangkan pertumbuhan panjang mutlak terendah pada perlakuan C dengan nilai 1.37.
3. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi
didapatkan pada perlakuan B dengan nilai 0.29 sedangkan pertumbuhan bobot terendah pada penelitian ini terdapat pada perlakuan C dengan nilai 0.17.
4. Pemberian pakan alami yang berbeda
berpengaruh tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dengan Fhitung (0.164) < Ftabel (4.26). pada pertumbuhan berat mutlak berpengaruh nyta dengan Fhitung (143.413) > Ftabel
(4.26). pada pertumbuhan panjang
mutlak berpengaruh nyata dengan
Fhitung (6.837) > Ftabel (4.26).
DAFTAR PUSTAKA
Agus. M, tri yusup M, Bisrul Nafi 2010. pengaruh perbedaan jenis pakan alami daphnia, jentik nyamuk dan cacing sutera terhadap pertumbuhan ikan cupang hias ( betta splendens ) jurna PENA Akuatika Volume 2 N0.1, hal 1-9.
Budiardi, T. Nursyam, T. dan Sudrajat, A. O. 2005. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Betta (Betta
spelndes Regan) yang diberi Berbagai Jenis Pakan Alami. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 13-16 (2005).
Dajadmika, 1996. Kualitas Air. Ekset. Jakarta.
Edmondson. 1959. Seawater Biologi.
Second Editor. Black Well
Scientific. London.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi
Perikanan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor. 102 Hal.
Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan.
Yokyakarta : Yayasan Pustaka
Nusantara.
2002. Biologi Perikanan
Ed ke-2 (Edisi Revisi): Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusatama.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 104-156.
Effendy, Hersanto. 1993. Mengenal
Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta.
Firdaus, M. 2014. Penggunaan Bahan Filter
Yang Berbeda Pada Media
Pemeliharaan Benih Ikan Sepat
Mutiara (Trichogaster leeri)
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan. [SKRIPSI] Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Padang. Halver JE and Ronald WH, 2002. Fish
Nutrition. United States of America: Academic Press An Imprinr of Elsevier Science.
Hidayati, I. 2014. Pengaruh Pemberian Pakan alami Yang Berbeda Terhadap
Kelangsungan Hidup Dan
14
Mutiara (Trichogaster leerii).
[SKRIPSI] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta. Padang.
Kotara, E. K. 1990. Pertumbuhan Udang Windu Stadium Post Larva yang
diberi Nauplius Artemia Hasil
Bioenkapsulasi dengan asam lemak Omega 3. Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 63 Halaman.
Lesmana, d. s. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Tawar, Penebar Swadaya. Jakarta.
Lovell, T. 1988. Nutrition and Fedding of Fish. Van Nostrand Reinhold. New York. 27 pp.
Makmur, Afran. 2004. Proses Metabolisme
Protein Pakan Pada Ikan. Palembang : Balai Riset Perikanan Umum.
Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi & M. A. Suprayudi. 2000. The effect of different levels of dietary n-3 fatty acid on the egg quality of catfish (Pangasius hypophthalmus). JSPS-DGHE Internasional Symposium, Sustainable Fisheries in Asia In the New Millenium. Pp: 252-256.
Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia
sp. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan
Menengah Departemen
Pendidikan Nasional. Bidang
Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawa.
Mufidah, N, B, W. Boedy, S, R. dan Woro,
H, S. 2009. Pengkayaan Daphnia sp.
Dengan Viterna terhadap
Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal
ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1. April 2009.
Priyadi, A. 2010. Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Sintasan Larva
Ikan Upside Down Catfish
(Synodontis nigriventris). Prosiding
Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur. Balai Riset Budidaya
Ikan Hias. Universitas Negeri
Jakarta.
Rabiati, 2014. Pemberian Pakan Alami
Yang Berbeda Terhadap Laju
Sintasan dan Pertumbuhan Larva
Ikan Bujuk (Channa lucius Cuvier).
[SKRIPSI] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang.
Schumann, K. 2000. Artemia FAQ 2.0.
www.aqualink.
com/marine/z-artemia.html (10 April 2005).
Schumann, K. 2006. Daphnia.FAQ. Discus Article. Discus Breeding Website. http ://www.KS@Lilly.com. 2 ha Susanto , H dan Lingga Pinus, 1996. Ikan
Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 127.
Susanto, H. 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo University of Fisheries. JICA Textbook. The General Aquaculture Course
15
Waterman. 1960. UnfyingConcepts from Methyl Farnesoate for Invertebrate Reproduction and Post – Embryonic
Development. Departement of
Molecular and Cell Biology.
University of Connecticut.
Massachussetts.
Widyati, W. 2009.Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis niloticus)yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun
Lamtorogung (Leucaena
leucophala).Skripsi.Program Studi
Teknologi dan Manajemen
Perikanan Budidaya.Institutut
Pertanaian Bogor.
Wira, 2007. Cacing tubifex/ Cacing Rambut/ Cacing Sutra, http://www.cacing– tubifex–cacing–rambut–cacing.html. [23 februari 2009].
Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. PrinsipPrinsip Budidaya Ikan. Ed ke-1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama