1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Guru merupakan salah satu faktor penting
dalam peningkatan mutu pendidikan. Mutu
pendidikan berkaitan erat dengan kualitas belajar-mengajar di kelas. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan. Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN Nomor: 03/V/PB/2010 Tahun 2010, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai atau mengevaluasi peserta didik. Dari uraian di atas jelaslah bahwa tugas guru sangatlah berat. Lebih-lebih setelah diterapkan desentralisasi pendidikan kepada daerah-daerah,
masyarakat diikutsertakan dalam usaha-usaha
pendidikan, dan lain-lain tugas guru semakin banyak dan luas (Purwanto: 2010).
Sejalan dengan pengembangan guru sebagai
tenaga profesional dituntut memiliki berbagai
persyaratan. Manurut UU No.14 Tahun 2005 Bab III Pasal 7 Ayat (1) guru harus memiliki prinsip profesionalitas, yaitu:
2
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Berdasarkan uraian di atas penulis
menyimpulkan betapa beratnya tugas guru, maka penting bagi guru untuk terus mendapatkan supervisi untuk meningkatkan profesionalnya.
Purwanto (2010) menjelaskan supervisi bukan hanya mengawasi apakah guru menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan, tetapi juga berusaha bersama-sama guru bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai patner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman
yang perlu didengar dan dihargai serta
diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Pernyataan Purwanto tersebut didukung oleh Prasojo (2011) bahwa supervisi yang baik adalah supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu bebas berpikir, melatih diri untuk
3 dalam pembuatan keputusan terkait kebijakan pembelajaran.
Dalam lingkup sekolah, kepala sekolah
merupakan pihak yang paling bertanggungjawab melakukan supervisi. Pernyataan tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Menteri No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah atau Madrasah. Seorang kepala sekolah harus memiliki 5 (lima) dimensi kompetensi minimal yaitu kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, kewirausahaan, dan
supervisi. Dimensi kompetensi supervisi yang
dimaksud adalah kepala sekolah harus mampu: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru, (2)
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan (3) wajib menindaklanjuti hasil supervisi tersebut.
Dijelaskan oleh Purwanto (2010), supervisi bukan hanya mengawasi apakah guru menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau digariskan, tetapi juga berusaha bersama-sama guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif melainkan sebagai
partner bekerja yang memiliki ide-ide,
4 Pernyataan Purwanto tersebut didukung oleh Prasojo (2011), bahwa supervisi yang baik adalaah supervisi yang demokratis, artinya guru sebagai
individu bebas berpikir, melatih diri untuk
berinisiatif dan megembangkan keikutsertaan dalam pembuatan keputusan terkait dengan kebijakaan pembelajaran.
Menurut penulis, supervisi merupakan suatu proses pembimbingan dari kepala sekolah selaku atasan kepada guru yang langsung menangani pelaksanaan proses belajar-mengajar kepada siswa, untuk menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif sehingga prestasi belajar semakin meningkat.
Supervisi berbeda dengan inspeksi. Inspeksi
mempunyai tujuan untuk memeriksa sampai
seberapa jauh rencana telah dilaksanakan dan apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan, sedangkan
supervisi bertujuan untuk menemukan dan
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan guru dalam memberikan pelayanan kepada siswa.
Pengawasan atau supervisi merupakan dua istilah terjemahan salah satu fungsi manajemen,
yaitu fungsi controlling. Terdapat dua pandangan
5 Penulis berpendapat bahwa pengawasan dan supervisi merupakan salah satu fungsi manajemen organisasi sekolah dimana kepala sekolah sebagai
supervisor harus bisa mengontrol semua
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah bersifat fleksibel sesuai kebutuhan sekolah. Selain itu, supervisi dapat diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi, memotivasi, serta menilai guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan
profesinya secara efektif.
Supervisi yang dibahas dalam penelitian ini adalah supervisi akademik dimana salah satu tugas kepala sekolah intinya sebagai pembina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sasaran supervisi akademik adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mulai dari penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran serta
penelitian tindakan kelas. Untuk dapat
melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman: 2007).
6 sekolah dalam melaksanakan penilaian kinerja guru. Kepala sekolah harus menggunakan pendekatan profesional yang objektif dalam melaksanakan supervisi sehingga kepala sekolah mengetahui bantuan perbaikan yang seharusnya diberikan kepada guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Menurut Pidarta (2009) supervisi selalu
mengacu pada kegiatan memperbaiki proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak bisa terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah, yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik harus
dibiasakan sikap saling memberi dan menerima antara kepala sekolah dengan guru. Menurut penulis, pelaksanaan supervisi sebaiknya didahului adanya kesepakatan antara kepala sekolah dengan harapan terciptanya suasana yang menyenangkan dan kondusif.
Penelitian pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis di SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak pada tahun 2012/2013 penulis mencatat
bahwa pengelolaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah belum memperhatikan kriteria pengelolaan supervisi yang baik. Akibatnya supervisi belum dapat meningkatkan kinerja guru. Supervisi yang baik seharusnya melalui 3 (tiga)
tahap, yaitu: (a) perencanaan supervisi; (b)
7 Pada tahun 2013/2014 di SMP Negeri 1 Kebonagung terjadi pergantian jabatan kepala sekolah. Apakah kepala sekolah yang baru sudah melaksanakan pengelolaan supervisi dengan baik dan apakah supervisi yang dilaksanakan dapat meningkatkan kinerja guru yang harapannya dapat meningkatkan kualitas peserta didiknya?
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas penulis ingin meneliti dalam tesis ini dengan
judul: ”PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI
SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN
DEMAK”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
c. Bagaimanakah tindak lanjut supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan:
a. Mendeskripsikan perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik
8
c. Mendeskripsikan tindak lanjut supervisi
akademik kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebonagung.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini mencakup manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan tentang supervisi akademik kepala sekolah untuk
meningkatkan profesionalisme guru yang
mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan evaluasi
dalam pengelolaan supervisi akademik yang
mengarah pada peningkatan kualitas
pendidikan.
b. Bagi guru, diharapkan dapat memotivasi guru
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
c. Bagi Dinas Pendidikan (Pengawas), diharapkan
dapat memberikan bantuan dalam program
supervisi akademik di sekolah dengan