• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Proses Bisnis Layanan Transportasi Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus: PT Citra Perdana Kendedes)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Proses Bisnis Layanan Transportasi Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus: PT Citra Perdana Kendedes)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

6959

Evaluasi Proses Bisnis Layanan Transportasi Menggunakan Metode

Quality Evaluation Framework (QEF)

(Studi Kasus: PT Citra Perdana Kendedes)

Desy Miladiana1, Nanang Yudi Setiawan.2, Andi Reza Perdanakusuma3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1dmiladiana@gmail.com, 2nanang@ub.ac.id, 3andireza@gmail.com

Abstrak

PT. Citra Perdana Kendedes atau lebih dikenal dengan taksi Citra merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa transportasi berupa taksi argometer. Ada beberapa proses bisnis utama yang berjalan pada perusahaan PT. Citra Perdana Kendedes dimulai dari menerima pesanan masuk, pengiriman armada, pelelangan pesanan, penjemputan dan pengantaran pesanan, dan service berkala. Ada sekitar 1200 pesanan yang masuk setiap harinya. Namun, ada ratusan komplain yang masuk ke perusahaan. Sebanyak 70% komplain yang masuk mengenai keterlambatan taksi sampai ke tempat pelanggan. Karena permasalahan ini, perlu diadakannya evaluasi serta analisis akar permasalahan yang terjadi di Perusahaan. Langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan evaluasi proses bisnis adalah mendekomposisi fungsi bisnis menggunakan metode Value Shop Analysis, lalu memodelkannya menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN) dengan aplikasi Bonita, kemudian dilakukan pemetaan Quality Factor dari setiap proses bisnis yang telah dimodelkan menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF). Dihasilkan 5 buah quality factor yang tidak sesuai dengan target perusahaan. Ketidaksesuaian yang didapat akan dianalisis menggunakan metode 5 whys analysis. Berdasarkan dari hasil analisis metode 5 whys didapatkan 22 akar permasalahan. Akar permasalahan yang paling banyak berasal dari sopir atau sumber daya manusianya. Hal ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk mengurangi komplain yang masuk.

Kata kunci: value shop analysys, quality evaluation framework (qef), quality factor, business model and notation (bpmn), 5 why analysis

Abstract

PT. Citra Perdana Kendedes or better known as Citra’s Taxies is a provider of transportation services in the form of taximeter cab. There are some key business processes running on company Citra Perdana Kendedes, it starts from incoming orders, shipping fleet, the auction order, pick-up and delivery orders, and service intervals. There are about 1200 incoming orders each day. However, there are hundreds of complaints coming into the company. About 70% of incoming complaints, its about the cab’s delay to the customer’s place. Because of these problems, it is necessary to hold the evaluation and root analysis of the problems occurred at the company. The steps that will be used in conducting the evaluation of the business process is thermally business functions using the method Value Shop Analysis, then make the models using Business Process Model and Notation (BPMN) use application of Bonita, then do mapping of Quality Factor in every business process that have been modeled using the Quality Evaluation Framework (QEF) method. 5 quality factors are produced, which are not in accordance with the company's target. The discrepancies obtained will be analyzed using 5 whys analysis method. Based on the results of the 5 whys method analysis found 22 root causes. The most root of the problem comes from the driver or human resources. This can be a reference for companies to reduce incoming complaints.

(2)

1. PENDAHULUAN

PT. Citra Perdana Kendedes atau biasa dikenal sebagai taksi Citra merupakah perusahaan yang menyediakan jasa transportasi berupa taksi argometer. Setelah melakukan wawancara setiap orderan yang masuk akan segera dilayani dengan baik kepada pelanggan. Namun sayangnya, permasalahan orderan ini memiliki banyak komplain yang masuk. Komplain selalu berpusat pada keterlambatan taksi yang sampai ke tempat pelanggan. Hal ini tentu berimbas dengan performa perusahaan yang turun. Karena jika perusahaan tidak segera memperbaiki kendala yang terjadi, maka perusahaan bisa saja kehilangan pelanggan. Karena kinerja organisasi bergantung pada kemampuan kolektif proses bisnisnya untuk mencapai tujuan mendasarnya (Shaw et al., 2007).

Permasalahan yang terjadi pada PT. Citra Pedana Kendedes perlu adanya evaluasi proses bisnisnya. Analisis proses bisnisnya menggunakan metode Value Shop Analysis

untuk menggambarkan aktivitas utama. Setelah mengetahui aktivitas-aktivitas maka sampailah ketahap perancangan proses bisnis dengan menggunakan Business Process Modelling and Notation (BPMN). Barulah melakukan evaluasi dan juga pengukuran kinerja proses bisnis yang berjalan di PT. Citra Perdana Kendedes dengan menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF). Dalam QEF sebuah proses bisnis dianalisis untuk kualitasnya melalui

Business Process Model, yang jelas akan dinyatakan dalam beberapa Business Process Modeling Language (Heidari et al., 2013). Hasil dari evaluasi ketidaksesuaian antara target perusahaan dengan hasil yang ada di lapangan maka tahap selanjutnya adalah menganalisa akar permasalahan yang muncul di dalam proses bisnis perusahaan. Metode untuk mencari akar permasalahan akan menggunakan metode 5 whys analysis yang berguna untuk memperoleh pemahaman permasalahan yang lebih mendalam untuk menggali akar permasalahan.

Dari tulisan yang sudah dijelaskan, penulis akan meneliti terkait masalah yang ada pada perusahaan PT. Citra Perdana Kendedes dengan.judul “Evaluasi Proses Bisnis Layanan Transportasi Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus :

PT. Citra Perdana Kendedes)”. Diharapkan

dengan dilakukannya evaluasi pada proses bisnis ini akan menjadikan PT. Citra Perdana Kendedes bekerja secara maksimal, sementara untuk pihak pelanggan akan mendapatkan pelayanan yang lebih efisien dan juga efektif.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1

Value Shop Analysis

Value shop analysis adalah metode.yang berfungsi dalam mendeskripsikan.sebuah rantai aktivitas pada sebuah bisnis untuk menghasilkan nilai dengan memaksimalkan sumber.daya serta mendapatkan solusi.yang dibutuhkan.pelanggan (Stabell.dan.Fjeldstad, 1998). Menurut Ward dan peppard (2002) perusahaan.yang memiliki produk jasa yang bertujuan untuk.menyelesaikan masalah pelanggan dengan ciri-ciri pertukaran informasi untuk membuahkan solusi.maka.analisis.value shop analysis sangat tepat.digunakan.dalam mendeskripsikan aktivitas dalam bisnis. Gambar 1 adalah alur aktivitas value shop analysis.

Gambar.1..Pemetaan.value.shop.analysis menurut.Stabell.dan.Fjeldstad (1998)

2.2

Quality Evaluation Framework

(QEF)

(3)

Tabel 1 adalah dimensi pengukuran dalam metode QEF sebagai berikut :

Tabel 1. Quality Factor QEF

2.3

5 Whys Analysis

5 whys analysis adalah pendekatan dengan peneliti bertanya kata ‘mengapa’ sebayak lima kali agar mengetahui akar permasalahan dari kejadian yang terjadi (Latino, 2014). Manfaat teknik 5 whys analysis yaitu membantu peniliti untuk menginisiasi sebuah proses berfikir yang membantu menyelesaikan permasalahan terjadi. Teknik peniliti ini menghasilkan sebuah pemahaman dari permasalahan yang sangat mendalam untuk menggali akar permasalahan. Manfaat lainnya adalah mempersatukan pemahaman permasalahan secara berkelompok (Pojasek, 2000).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian dimulai dari studi literatur terkait dalam permasalahan proses bisnis. Dilanjutkan dengan identifikasi studi kasus pada perusahaan yang bertujuan agar profil, ruang lingkup, struktur.organisasi, serjarah, visi-misi, tujuan,.serta tugas.pokok dan fungsi dari setiap bagian perusahaan. Lalu masuk pada tahap pengumpulan data perusahaan dengan menggunakan metode wawancara. Kemudian, menganalisis seluruh aktivitas-aktivitas yang ada di PT. Citra Perdana Kendedes menggunakan dekomposisi, barulah bersama para stakeholder melakukan diskusi

menentukan proses bisnis utama menggunakan metode Value Shop Analysis. Lalu, memodelkan proses bisnis utama dengan menguraikan proses.bisnis yang.akan dibuat modelnya, mendefinisikan.kondisi proses bisnis yang saat ini berjalan menggunakan

Business Process Modelling and Notation

(BPMN). Setelahnya, mengevaluasi .proses bisnis menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF), barulah memetakan.Quality.Factor.nya ke setiap aktivitas di dalam proses bisnis yang telah dimodelkan. Hasil evaluasi akan membandingkan result dan target, dinamakan ketidaksesuaian. Hasil ketidaksesuaian yang ditemukan akan dianalisis menggunakan metode 5 whys untuk mencari akar permasalahannya. Gambar 2 adalah alur metode penelitian.

Gambar 2. Diagram Alur Metode Penelitian

4. PEMODELAN DAN EVALUASI

PROSES BISNIS 4.1.Analisis Proses Bisnis

(4)

Gambar 3. Hasil Dekomposisi Proses Bisnis pada PT. Citra Perdana Kendedes.

4.2.Pemodelan Proses Bisnis 4.2.1. Menerima pesanan

Di dalam proses bisnis ini ditangani

oleh divisi bagian Operasional dengan

operator sebagai perantara. Operator

nantinya bertugas menerima panggilan

pelanggan, menginpuntkan pesanan serta

menyalurkan pesanan kepada operator

distribusi untuk menyelesaikan prosesnya.

Output dari proses ini nantinya adalah

sebuah unit taksi menuju ke tempat

pelanggan berada.

4.2.2. Pengiriman Armada

Di dalam proses ini, divisi bagian

operasional yang akan bertugas untuk

menghubungi pangkalan terdekat dengan

tempat pelanggan untuk meminta sebuah

armada berjalan sesuai dengan urutan

kedatangan yang ada dipangkalan tersebut.

Output dari proses ini nantinya berupa

peluncuran sebuah unit taksi ke tempat

penumpang berada. Gambar 4 adalah

proses bisnisnya.

Gambar 4. Proses Bisnis Pengiriman Armada

4.2.3. Pelelangan Pesanan

(5)

mengalami kendala berupa tidak adanya

unit yang berada di pangkalan terdekat

dengan pelanggan. Divisi operasional

sebagai perantara akan bertugas untuk

menyiarkan pesanan kepada para supir taksi

yang posisinya terdekat dengan pelanggan.

Nantinya supir taksi yang akan berinisiatif

dalam menerima atau menolak pesanan.

Output dari proses ini adalah peluncuran

sebuah unit ketempat pelanggan. Gambar 5

adalah proses bisnisnya.

Gambar 5. Proses Bisnis Pelelangan Pesanan

4.2.4. Melakukan Penjemputan dan Pengantaran Pelanggan

Setelah operator memberikan data

pesanan kepada sopir, sopir akan segera

menuju ke tempat pelanggan berada,

operator akan kembali menghubungi

pelanggan untuk memberikan nomor

lambung unit, setelah unit datang maka

semua proses akan langsung diserahkan

kepada sopir. Output dari proses ini adalah

pelanggan sampai ke tempat tujuan dengan

aman dan selamat.

4.2.5. Service Berkala

Divisi yang menangani adalah divisi

bagian teknik, bertugas untuk menangani

langsung service. Setelah sopir melakukan

keluhan, maka akan dikeluarkan surat ijin

perbaikan. Nantinya koordinator Teknik

yang akan segera menangani permasalahan

unit. Output dari proses ini adalah unit

mobil sudah dapat digunakan kembali

untuk

proses

penerimanan

dan

pengirimanan pesanan. Gambar 6 adalah

proses bisnisnya.

Gambar 6. Proses Bisnis Service Berkala

4.3.Evaluasi Proses Bisnis

4.3.1.Dimensi Quality Factor

(6)

Quality Evaluation Framework (QEF) adalah menetukan Quality Factor. Penentuan ini berdasarkan wawancara oleh beberapa stakeholder yang ada di perusahaan PT. Citra Perdana Kendedes yaitu kepala bagian humas,

kepala bagian operasional, kepala bagian keuangan serta kepala bagian teknik. Tabel 2 adalah quality factor proses bisnis di PT. Citra Perdana Kendedes.

Tabel 2. Quality Factor pada proses bisnis PT. Citra Perdana Kendedes

4.3.2.Hasil Kalkulasi Quality Factor

Setelah mendapatkan hasil dari pemetaan

Quality Factor dalam proses bisnis PT. Citra Perdana Kendedes maka akan dilakukannya kalkulasi pada setiap Quality Factor yang sudah ditemukan. Nantinya Quality Factor akan dibandingkan antara target dengan hasil kalkulasi, kemudian yang tidak sesuai dinamakan ketidaksesuaian. Tabel 3 adalah kalkulasi perhitungan QEF.

Tabel 3. Kalkulasi Perhitungan QEF

4.3.3.Identifikasi Quality Factor

Setelah melakukan kalkukasi Quality Factor maka akan menemukan ketidaksesuasian antara target perusahaan dan kenyataan di lapangan. Tabel 4 adalah hasil identifikasi Quality Factor yang tidak sesuai.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Quality Factor

5. ANALISIS AKAR MASALAH

(7)

yang tidak sesuai, tahap selanjutnya adalah menganilisis akar permasalahan menggunakan metode 5Whys.

5.1. Analisis Kode Q6

Ketidaksesuaian pada kode Q6 dari

beberapa sisi yaitu sopir, penyedia lahan,

perusahaan, dan lain-lain. Akar masalah

yang ditemukan akan dijelaskan pada tabel

5, sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil 5 whys analysis Q6

5.2. Analisis Kode Q7

Ketidaksesuaian pada kode Q7 dari

beberapa sisi yaitu sopir, operator, dan

lain-lain. Akar masalah yang ditemukan akan

dijelaskan pada tabel 6, sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil 5 whys analysis Q7

5.3. Analisis Kode Q10

Ketidaksesuaian pada kode Q10 dari

beberapa sisi yaitu sopir dan operator. Akar

masalah yang ditemukan akan dijelaskan

pada tabel 7, sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil 5 whys analysis Q10

5.4. Analisis Kode Q13

Ketidaksesuaian pada kode Q13 dari

beberapa sisi yaitu sopir dan teknisi. Akar

masalah yang ditemukan akan dijelaskan

pada tabel 8, sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil 5 whys analysis Q13

5.5. Analisis Kode Q15

Ketidaksesuaian pada kode Q15 dari

beberapa sisi yaitu teknisi dan staff gudang.

Akar masalah yang ditemukan akan

dijelaskan pada tabel 9, sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil 5 whys analysis Q15

6

KESIMPULAN

(8)

Kendedes dapat disimpulan, sebagai

berikut:

1.

Dari analisis metode

value shop

dapat diperoleh proses bisnis yang

berjalan di PT. Citra Perdana

Kendedes

meliputi

menerima

pesanan,

pengiriman

armada,

pelelangan pesanan, melakukan

penjemputan

dan

pengantaran

pelanggan, service berkala, dan

setoran harian. Setelahnya maka

dilakukan pemodelan proses bisnis

yang digambarkan menggunakan

notasi BPMN dengan aplikasi

Bonita.

2.

Dalam Q6 akar permasalahannya

adalah sopir tidak dapat segera

mengisi pangkalan yang kosong,

terlalu banyak sopir yang mengisi

pangkalan di keramaiana, adanya

perubahan regulasi dari pihak

penyedia lahan, tidak melakukan

pembaruan data secara berkala

untuk menyesuaikan jumlah unit di

setiap pangkalan, dan adanya

program

kerja

baru

yang

dikeluarkan pemerintah. Dalam Q7

akar permasalhannya, yaitu GPS

memilih

jalan

yang

rutenya

memutar jauh ke tempat pelanggan,

informasi alamat yang diberikan

oleh operator tidak jelas atau tidak

lengkap,

kurangnya

kesadaran

untuk mengkonfirmasi ulang alamat

kepada pelanggan, adanya acara

yang menutup akses jalan menuju

ke tempat pelanggan, dan sopir

tidak memeriksa ban sebelum

berangkat ke tempat pelanggan.

Dalam Q10 akar permasalahannya

dalah kurangnya kesadaran diri dari

sopir, mengetahui adanya informasi

kepadatan lalu lintas menuju ke

tempat pelanggan, operator tidak

mendapat pembaruan lokasi dari

sopir, dan adanya masalah yang

tidak terduga terjadi di jalan raya.

Dalam Q13 akar permasalhannya

adalah kurangnya koordinasi antara

sesama sopir yang menjalankan unit

yang sama, sopir tidak berhati-hati

dalam menjalankan unit, umur

mobil

sudah

tua,

adanya

pemeriksaan rutin yang harus

dijalani setiap unitnya, dan terjadi

kecelakaan

pada

unit

saat

digunakan.

Dalam

Q15

akar

permasalhannya adalah kesulitan

melakukan

koordinasi

antara

teknisi, unit baru saja mengalami

kecelakaan lalu lintas, dan spare

part yang dipesan mengalami

keterlambatan

datang.

Setelah

menemukan akar permasalahan,

secara umum akar permasalahan

ada pada sopir atau Sumber Daya

Manusianya.

Perusahaan

perlu

memberikan

kembali

edukasi

kepada sopir untuk menghilangkan

beberapa permasalahan yang ada.

7

DAFTAR PUSTAKA

Charless B.. S.. & Øysteinn D. F., 1998.

Configuringg Valuee Forr Competitivee Advantagee : Onn Chains, SShops, aand Networks.. s.l.:Strategicc MManagement Journal.

Dulak, JJ,JJozkowicz A, Lobodaa A. 2014. Angiogenesisa andd VVascularisation Cellularr andd Melecularr MMechanisms inn Healthh andd DDiseases. [Online] Availablee att : http://www.springer.com/978-3-7091-1427-8 [Diakses 5 Februari 2018].

Heidari,FF. &LLoucopoulus,PP., 2014. Quality Evaluation.Framework.(QEF): Modeling andEEvaluating Qualityy off BBusiness Processes. Internationall Journall off Accountingg Informationn System.

Group,OO.MM., 2011.Business.Process Model and NNotation. [Online] AAvailable aat: http://www.omg.org/spec/BPMN/2.0/ [Diakses.5 Februari 2018].

Serrat,OO., 2009. Thee Fivee Whyss Technique.

s.l.:Knowledge Solutions.

Ward,

J

J. &

D

Daniel, E., 2012.

Benefitss

(9)

Ward,

J

J.,.&

P

Peppard,

J.,

2002.

The

Strategic

c

Management

t

o

Of

Information

n

Systems

s

: Building

g

a

Digital

l

S

Strategy.

Third

d

.

penyunt.

s.l.:Willey.

Gambar

Gambar 1 adalah alur aktivitas value shop
Gambar 2. Diagram Alur Metode
Gambar 3. Hasil Dekomposisi Proses Bisnis pada PT. Citra Perdana Kendedes. 4.2.2. Pengiriman Armada
Gambar 5. Proses Bisnis Pelelangan Pesanan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari ke- enam aksesi pinang asal Gorontalo yang berpotensi dikembangkan untuk produksi tinggi adalah aksesi Duhia Da'a, Tingkohubu I dan Tingkohubu II, sedangkan berdasarkan

Jenis dan bentuk perumahan yang ada sekarang ini semakin bervariasi. Tujuan keanekaragaman tersebut untuk menambah daya jual dan daya tarik perumahan yang dibangun. Salah

Meskipun incineration plant harus relative dekat dengan tempat pembuangan sampah, jarak tidak terlalu dipermasalahkan, karena berat residu yang dibuang akan sama sekitar

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul

Pengertian mutu pelayanan kesehatan secara umum adalah derajat kesempurnaan  pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan

Proses Pembelajaran IPA di Sekolah dasar mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas difokuskan pada untuk melatih siswa berpikir kritis untuk dirinya, mempertimbangkan

Sistem Akuntansi Manajemen pada Bisnis Waralaba Cappucino Cincau La dea; Jenny Wijaya; 110810301023; 107 halaman; Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember..

Hal ini dapat dijelaskan melalui teori sinyal, dimana pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa mendatang yang dapat