• Tidak ada hasil yang ditemukan

7_Rekonsiliasi Fiskal & Pajak Final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7_Rekonsiliasi Fiskal & Pajak Final"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pembahasan

1. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal

2. Penyebab terjadinya Rekonsiliasi Fiskal

3. Jenis-jenis Koreksi Fiskal

4. Teknik Rekonsiliasi Fiskal

5. Format Rekonsiliasi Fiskal

(3)

PENGERTIAN KOREKSI FISKAL

(Rekonsiliasi Fiskal)

(4)

PENYEBAB TERJADINYA

Rekonsiliasi Fiskal

1. Adanya perbedaan antara SAK dengan peraturan

perpajakan (beda konsep, beda pengukuran, dan

beda metode pengalokasian/saat pengakuan biaya)

2. Adanya penghasilan tertentu yang bukan

merupakan objek pajak, atau telah dikenakan PPh

bersifat final.

3. Adanya kompensasi kerugian fiskal

(5)

Koreksi Fiskal

Terdiri dari :

1. Koreksi karena perbedaan waktu

Beda Waktu merupakan perbedaan metode perhitungan

pendapatan dan/atau biaya tiap tahun atau tahun buku yang digunakan antara komersial dengan fiskal.

Dengan demikian total biaya atau pendapatan menurut komersial dan fiskal adalah sama besar, yang berbeda adalah lamanya waktu pengalokasian pendapatan dan atau biaya tersebut.

Contoh :

(6)

Koreksi Fiskal

2. Koreksi karena perbedaan tetap

Timbul karena adanya perbedaan pengakuan pendapatan antara komersial dan fiskal.

Koreksi beda tetap terdiri dari:

a.Beda tetap atas penghasilan yang bukan objek PPh. Seperti bantuan, sumbangan, harta hibahan yang diterima sepanjang tidak ada hubungan usaha dengan pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan dan dari pemerintah.

b.Beda tetap murni, yaitu: Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan yang bukan objek pajak. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura/kenikmatan.

c.Beda tetap yang disebabkan tidak dipenuhinya syarat-syarat khusus, yaitu: berhubungan dengan kegiatan langsung perusahaan. Adanya bukti pendukung yang kuat, karena lokasi, penggunaan praktek-praktek

(7)

Koreksi Fiskal

3. Koreksi karena pengenaan pajak final

Koreksi ini terdiri dari:

a.Pendapatan yang telah dipotong pajak final oleh pihak yang membayarakan penghasilan seperti pendapatan bunga deposito, pendapatan jasa giro, penghasilan sewa tanah dan atau bangunan,

pendapatan karena pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (khusus untuk WP Badan real setate dan OP).

b.Biaya untuk mendapatkan, memelihara, menagih penghasilan yang telah dikenakan PPh final seperti biaya yang berhubungan dengan penghasilan dari sewa tanah dan atau bangunan, biaya yang berhubungan dengan

(8)

Bentuk Kertas Kerja Koreksi Fiskal

Sampai saat ini belum ada bentuk baku kertas kerja rekonsiliasi fiskal. Dibawah ini disajikan bentuk kertas kerja yang sering digunakan dalam bentuk sehari-hari :

PT ABC

Rekonsiliasi – fiskal

Laba komersial sebelum pajak ……….. xxx

Ditambah koreksi positif: Sumbangan………. xxx

Iklan dan promisi……….xxx

Kenikmatan………..xxx

Biaya dalam bentuk natura………..xxx

Biaya pemeliharaan gedung yang disewakan……… .xxx

Biaya penyusutan……… …xxx

Biaya penyisihan kerugian piutang………..xxx

(9)

L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Tujuan - Menghitung laba bersih - Mengukur kinerja

- Mengukur keadaan posisi

- Mengukur keadaan kekayaan

-Laporannya untuk pihak ketiga dan manajemen

- Menghitung besarnya pajak terutang

- Laporannya untuk pihak fiskus

Akibat

penyimpangan

- Pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen

- Opini yang buruk terhadap laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan kreditur, investur, pemilik perusahaan

Sanksi dibidang perpajakan:

- Sanksi admnistrasi berupa denda, bunga atau kenaikan

(10)

L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Dasar Penyusunan

Konsep

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1. Dasar Akrual

2. Mempertemukan beban dg pendapatan yang paling tepat

3. Konservative, yaitu konsep hati-hati; mungkin rugi yang dapat ditaksir sudah diakui sebagai kerugian, dengan membentuk penyisihan (cadangan) pada akhir tahun atau dengan membuat adjustment

4. Materialitas digunakan oleh Auditor untuk menyatakan wajar/tidak wajar dalam penilaian LK Komersial

SAK disesuaikan dg UU Pajak berlaku

1. Dasar Akrual Stelsel

2. Mempertemukan antara biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan dengan penghasilan yang merupakan objek PPh

3. Konservative tidak digunakan

(11)
(12)

PENGALIHAN HAK ATAS

(13)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• PP Nomor 27 Tahun 1996

• Keputusan Menteri Keuangan Nomor

392/KMK.04/1996

Nomor 635/KMK.04/1994

(14)

Pengalihan Hak

Penjualan, tukar-menukar atau ruislag,

perjanjian pemindahan hak, pelepasan

hak, penyerahan hak, lelang, hibah,atau

cara lain yang disepakati oleh

pihak-pihak yang bersangkutan

.

(15)

TARIF

5 % dari nilai yang tertinggi antara Nilai

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan

(16)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

• PPhTB wajib untuk dilunasi sebelum Akte

Jual Beli ditanda-tangani oleh PPAT/Pejabat

berwenang

(17)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PPAT/Pejabat yang berwenang wajib

(18)

PENGECUALIAN

Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp 60.000.000,- (dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah)

Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan kepada pemerintah untuk kepentingan umum

Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pengalihan hak

(19)

PENGECUALIAN

Lelang atas tanah dan/atau bangunan yang

dirampas untuk negara berdasarkan

Keputusan Pengadilan Negeri

Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan dalam rangka

penggabungan, peleburan atau pemekaran

usaha

Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah

(20)

PPH ATAS PENGHASILAN

DARI USAHA JASA

(21)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• Peraturan Pememerintah No. 51 tahun

2008

(22)

OBYEK PPh

• Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi :

– pelaksanaan konstruksi

– perencanaan konstruksi

(23)

TARIF

2% (dua persen) ntuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;

4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b;

4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan

Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi

usaha; dan

6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan

Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki

(24)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

• PPh Final atas penghasilan dari usaha

jasa konstruksi dipotong oleh Pengguna

Jasa pada saat pembayaran, dalam hal

Pengguna Jasa merupakan pemotong

pajak; atau

• Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa,

dalam hal pengguna jasa bukan

(25)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Dalam hal PPh Final dipotong oleh pengguna

jasa, maka pengguna jasa wajib melakukan setoran pajak ke kas negara atas nama pemotong paling lambat 10 hari setelah masa pajak berakhir.

Kemudian melaporkan pemotongan dan

penyetoran PPh Final tersebut kepada KPP dimana pemotong terdaftar paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir

Adapun jika PPh Final disetor sendiri oleh

(26)
(27)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• PP Nomor 132 Tahun 2000

• Keputusan Dirjen Pajak Nomor

Kep-395/PJ/2001

(28)

OBYEK PPh

Penghasilan berupa hadiah undian dengan

nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

(29)

TARIF

25 % dari Nilai Undian

(Jika diberikan dalam bentuk natura maka

nilai hadiah undian tersebut

(30)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Dipotong saat penyerahan hadiah undian

tersebut oleh pihak penyelenggara undian

PPh

yang

telah

dipotong

oleh

penyelenggara kemudian disetor ke kas

negara paling lambat tanggl 10 bulan

berikutnya atas nama pemotong

Penyelenggara sebagai pemotong akan

(31)

PPH FINAL ATAS SEWA

TANAH DAN / ATAU

(32)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah disempurnakan dengan PP Nomor 5 Tahun 2002

• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah disempurnakan dengan Nomor

120/KMK.03/2002

(33)

OBYEK PPh

Atas penghasilan dari sewa tanah

dan/atau bangunan berupa

:

Tanah, rumah, rumah susun, apartemen,

(34)

TARIF

(35)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Dipotong saat terjadinya pembayaran nilai

sewa tersebut oleh pihak pengguna jasa

(penyewa)

PPh yang telah dipotong oleh pengguna

jasa kemudian disetor ke kas negara paling

lambat tanggl 10 bulan berikutnya atas

nama pemotong

Pengguna jasa sebagai pemotong akan

(36)

PPH FINAL ATAS BUNGA

(37)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• PP Nomor 131 Tahun 2000

• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/

KMK.04/2001

(38)

OBYEK PPh

Penghasilan berupa bunga dengan

nama dan dalam bentuk apapun

yang

diterima/diperoleh

dari

Deposito,

Tabungan, dan Diskonto SBI

(39)

TARIF

20 % dari jumlah bruto (bersifat final)

terhadap Wajib Pajak Dalam

Negeri dan BUT

20 % atau tarif sebagaimana P3B

(40)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

• Bank dan Bank Indonesia wajib memotong PPh atas Bunga Deposito dan Bunga Tabungan

• Menyetor PPh tersebut dengan SSP atas nama bank ke Kantor Penerima Pembayaran, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

• Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh dimaksud ke KPP (di mana pemotong

terdaftar) dengan SPT Masa PPh Ps. ayat (2), selambat-lambatnya 20 hari setelah masa

(41)

PENGECUALIAN

• Terhadap Orang Pribadi Subyek Pajak Dalam

Negeri

yang

seluruh

penghasilannya

(termasuk bunga dan diskonto) tidak melebihi

PTKP.

• Bunga deposito dan tabungan serta diskonto

SBI sepanjang jumlah Deposito dan Tabungan

serta SBI tidak melebihi Rp

(42)

PENGECUALIAN

Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh

Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, sepanjang dana yang diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud Pasal 29 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk

(43)

PPH ATAS BUNGA DAN

DISKONTO OBLIGASI

YANG DIPERDAGANGKAN

DAN/ATAU DILAPORKAN

(44)

KETENTUAN YANG MENGATUR

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

PP Nomor 6 Tahun 2002

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 121/

KMK.03/2002

Keputusan

Dirjen

Pajak

Nomor

(45)

OBYEK PPh

Atas penghasilan berupa bunga dan

(46)

TARIF

Atas bunga obligasi dengan kupon (interest

bearing bond) :

20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT

20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar Negeri

dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period) obligasi

Atas diskonto obligasi dengan kupon :

20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT

20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar Negeri

dari selisih lebih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi

(47)

TARIF

Atas diskonto obligasi tanpa bunga

(zero Coupon bond)

– 20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT

– 20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar Negeri

(48)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Memotong PPh pada saat dilakukan

pembayaran (kepada wajib pajak yang memperoleh bunga dan diskonto obligasi) dengan memberikan bukti pemotongan

Menyetor PPh yang dipotong tersebut

dengan SSP atas nama pemotong ke Kantor Penerima Pembayaran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh

(49)

PENGECUALIAN

Atas bunga dan diskonto obligasi yang

diperoleh :

Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang

bank luar negeri di Indonesia

Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya

telah disahkan Menteri Keuangan

Reksadana (yang terdaftar pada Bapepam)

selama 5 tahun pertama sejak pendirian/pemberian ijin usaha

Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan

(50)

PPH ATAS

PENGHASILAN DARI

TRANSAKSI PENJUALAN

SAHAM

(51)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang Undang PPh

• PP Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana

disempurnakan dengan PP Nomor 14

Tahun 1997

(52)

OBYEK PPh DAN TARIF

Atas penghasilan dari penjualan saham di bursa efek

– 0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan

Atas penjualan saham pendiri

– 0,5 % dari nilai saham pada saat penutupan bursa di akhir 1996, 31-12-1996 (jika telah diperdagangkan dalam tahun 1996 atau sebelumnya)

(53)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Memotong PPh pada saat pelunasan

transaksi penjualan saham dengan memberikan bukti pemotongan

Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke

Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP atas nama perantara pedagang efek paling lambat tanggal 20 setiap bulan, atas transaksi yang dilakukan dalam bulan sebelumnya

Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh

(54)
(55)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (1) Undang Undang PPh

(56)

Obyek PPh dan Tarif

A. Penghasilan berupa dividen yang

diterima oleh Wajib Pajak Orang

Pribadi Dalam Negeri

(57)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Memotong PPh pada saat pembayaran

dividen dengan memberikan bukti pemotongan

Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke

Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP atas nama pemotong paling lambat tanggal 10 setiap bulan, atas transaksi yang dilakukan dalam bulan sebelumnya

Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh

(58)

PPH FINAL ATAS BUNGA

SIMPANAN YANG

(59)

KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (1) Undang Undang PPh

(60)

OBYEK PPh dan TARIF

Atas penghasilan dari bunga

simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggotanya

10 % dari jumlah bruto bunga

(61)

TATA CARA PELUNASAN DAN

PELAPORAN

Memotong PPh pada saat pembayaran bunga

simpanan dengan memberikan bukti pemotongan

Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke

Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP atas nama pemotong paling lambat tanggal 10 setiap bulan, atas transaksi yang dilakukan dalam bulan sebelumnya

Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh

(62)

PENGECUALIAN

(63)

Referensi

Dokumen terkait

Marvin Harris meringkas bahwa “konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu, seperti adat (custom), atau

Dalam upaya untuk melaksanakan atau menerapkan ajaran filosofi kepemimpinan Hindu dalam masyarakat ataupun di lingkungan kerja masing-masing, maka ada beberapa hal

SUSILO BAMBANG

Menimbang, bahwa dalam pasal 14 Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tetntang perlindungan anak dijelaskan bahwa setiap anak berhak diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika

Abstrak - Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dengan

Berdasarkan uraian fenomena yang terjadi di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagaimana diuraikan diatas, maka disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai, sehingga

keyboard  pada komputer sebenarnya merupakan  interface  yang bisa dipakai ulang  karena tombol­tombol  keyboard 

Daripada keseluruhan responden yang menjawab soalan kaji selidik seramai 398 responden (71.6%) menyatakan mereka mendapatkan maklumat tentang maksud dan pengertian konsep