• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI.IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI.IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

33

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA VIDEO

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI.IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG

Dewi Setiawati*, Dedeh Kurniasih dan Fitriani

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat

*

Email: ump.arrazi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model kooperatif tipe NHT berbantuan media video dan metode ceramah berbantuan media video, dan mengetahui seberapa besar pengaruh model kooperatif tipe NHT berbantuan media video di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research) dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh berdasarkan nilai ulangan harian siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran, observasi tidak langsung dan teknik komunikasi langsung. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (72,50) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol (60,50). Hasil uji Kolmogrov Smirnov diperoleh salah satu kelas tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan analisis statistik uji U-mann whitney diperoleh 0,028. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan α (0.05), artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan effect size menunjukkan nilai sebesar 0,54 berada pada kategori sedang dan merujuk pada tabel Z diperoleh nilai 20,54%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa

Kata Kunci : Hasil Belajar, Laju Reaksi, Numbered Heads Together (NHT)

ABSTRACT

This research had the purpose to find out the difference between the students’ learning outcomes which were taught by using NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media and Lectures Method Assisted Video as Media as well as to find out how large the effect of NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media in XI IPA class of SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. This research was Quasi Experimental Research Nonequivalent Control Group Design. The sampling technique was saturated sample based on the students’ daily tests scores. The techniques of data collection used measurement, indirect observation and direct communication techniques. The data analysis result showed that the mean score of experimental class (72.50) was higher compared to the mean score of control class which was 60.50. Kolmogorov-Smirnov test resultsshowed that one class did not distribute normally so that it was done the statistical analysis using U-mannwhitneytest which obtained 0.028. This result was smaller than α(0.05) which meant that there was difference between experimental and control class. The calculation of effect size showed the value of 0.54 in moderate category and referred to the table Z which obtained 20.54% value. It showed that NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media gave effect on students’ learning outcomes.

(2)

34 PENDAHULUAN

Ilmu kimia merupakan ilmu yang

pada awalnya diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (Mulyasa, 2008:132). Ilmu kimia terkait dengan semua aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti makanan, minuman, obat-obatan dan kendaraan (Mudzakir, Sujana, dan Sopandi, 2014:6). Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu kimia sangat penting untuk dipahami oleh siswa.

Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran kimia masih menjadi pelajaran yang sulit dipahami dan sering dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini muncul dikarenakan ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan

kimia dalam kehidupan sehari-hari

(Mudzakir, Sujana, dan Sopandi, 2014:7). Kenyataan ini masih dialami oleh sebagian besar siswa di sekolah yang

menyebabkan siswa takut untuk

mempelajari kimia dan pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Fakta tersebut juga dialami di SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Fakta itu

terlihat dari hasil observasi yang

menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode ceramah dan menggunakan media papan tulis. Pada saat pembelajaran, peran guru lebih aktif saat menerangkan bahan pembelajaran sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang terlihat melakukan kegiatan

yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, misalnya mengobrol dengan teman dan sibuk sendiri saat guru menjelaskan.

Hasil observasi diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kimia SMA Negeri 1 Sungai Ambawang diperoleh informasi bahwa saat belajar kimia siswa lebih cenderung bersikap pasif saat proses belajar mengajar terutama pada materi yang

bersifat pemahaman konsep yaitu

hapalan. Selain itu, guru juga

mengatakan saat pembelajaran

menggunakan metode ceramah dan media papan tulis saja karena metode dan media ini dianggap mudah, cepat, dan praktis.

Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan 6 orang siswa yang

mempunyai kemampuan akademis

berbeda, diperoleh informasi bahwa materi kimia yang bersifat konsep dianggap sulit karena siswa merasa

kesulitan untuk memahami serta

mengingatnya. Menurut siswa kelas XI

IPA, metode yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah, sehingga hanya siswa yang memiliki kemampuan atas dan sedang saja yang dapat memahami materi yang diajarkan berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Hal ini menyebabkan siswa hanya mendengarkan dan menuliskan apa yang

dijelaskan oleh guru tanpa

memahaminya. Selain itu siswa juga menyatakan bahwa saat pembelajaran guru tidak menggunakan media yang menarik perhatian siswa sehingga siswa merasa sulit untuk memahami materi dan jenuh dalam proses pembelajaran.

(3)

35

diketahui yang menjadi permasalahan

dalam pembelajaran kimia adalah

karakteristik siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran serta siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Saat proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan media papan tulis sehingga kurangnya pemahaman siswa dan siswa menunjukkan sikap pasif

dalam proses pembelajaran,

dikhawatirkan hasil belajar juga akan menurun. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang dilakukan guru dan menggunakan media dalam kegiatan

belajar mengajar. Alternatif model

pembelajaran yang dapat digunakan di SMA Negeri 1 Sungai Ambawang adalah model pembelajaran kooperatif.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT). Lie

(2002: 60) menyatakan bahwa model

pembelajaran NHT memberikan

kesempatan beraktivitas yang merata kepada semua siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai tanggung jawab pribadi untuk memahami materi pelajaran secara berkelompok maupun individu.

Ciri khas NHT adalah pemberian nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa dengan nomor yang dipanggil guru wajib melaporkan hasil kerja sama siswa (Lie, 2002: 60). Oleh sebab itu, pada saat diskusi semua siswa harus benar-benar memperhatikan

karena semua siswa mempunyai

kemungkinan yang sama untuk dipanggil nomornya.

Proses pembelajaran NHT akan lebih mudah diterapkan apabila dibantu dengan adanya suatu media pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media video. Menurut Arsyad

(2014:36), media video dianggap

menarik dan memberikan pesan yang

dapat diterima secara lebih merata oleh

siswa dan relatif bagus untuk

menerangkan suatu proses sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang sifatnya pemahaman konsep.

Adanya peningkatan hasil belajar

siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan oleh Nuswantara, Masykuri, dan Nurhayati (2013) pada materi Koloid. Dalam penelitiannya diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan persentase ketuntasan sebesar 81,3% menjadi bukti NHT dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang baik. Selain itu, penelitian Manurung, Mulyani, dan Saputro (2012) pada pokok bahasan tata nama senyawa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata sebesar 77,49%. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa berbantuan media video dalam

penelitian Wintoro (2012) juga

menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan video dalam pembelajaran

IPA dengan persentase ketuntasan

sebesar 71,43%.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dan penelitian yang relevan,

maka peneliti tertarik melakukan

penelitian mengenai pengaruh model

(4)

36

berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa pada materi laju reaksi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai

Ambawang. Melalui penelitian ini

diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap permasalahan rendahnya hasil belajar siswa pada materi laju reaksi dan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan kognitif siswa sehingga para

guru memperoleh informasi dalam

melakukan pengukuran kemampuan

kognitif siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu

(Quasy eksperiment) dengan rencana

penelitian yang digunakan adalah

Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2014:112). Variabel bebas

dalam penelitian adalah model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media video dan metode pembelajaran ceramah berbantuan media video. Sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama, yaitu peneliti, media video, alokasi waktu dan materi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampling jenuh. Penentuan kelas

eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian kelas

XI IPA SMA Negeri 1 Sungai

Ambawang.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, observasi tidak

langsung dan wawancara. Teknik

pengukuran digunakan untuk melihat hasil belajar siswa melalui pengaruh perlakuan yang akan diberikan. Teknik

observasi tidak langsung dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan 3 orang

observer untuk mengisi lembar

pengamatan terhadap tahapan

pelaksanaan pembelajaran dan mencatat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh peneliti ataupun siswa. Adapun teknik komunikasi langsung dalam penelitian ini berupa wawancara untuk memperoleh informasi dari hasil posttest.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pada penelitian ini diperoleh hasil berupa nilai pretest dan posttest siswa pada pembelajaran kimia materi laju reaksi. Datahasil belajar siswa pada kelas kontrol pretest dan posttest ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata dan persentase ketuntasan Pretest dan Posttest kelas control

Tabel 1. menunjukkan nilai rata-rata

pretest siswa pada kelas kontrol sebesar 23,60 dan nilai rata-rata posttest sebesar 60,50. Perubahan nilai pretest ke posttest

sebesar 36,90. Berdasarkan hasil posttest,

dari 29 siswa sebanyak 14 siswa

(48,27%) yang mencapai KKM,

(5)

37

Data hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen pretest dan posttest

ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata dan persentase ketuntasan Pretest dan Posttest kelas eksperimen

Tabel 2. menunjukkan nilai rata-rata

pretest siswa pada kelas eksperimen sebesar 13,21 dan nilai rata-rata posttest sebesar 72,50. Peningkatan hasil belajar (nilai pretest dan posttest) terjadi di kelas eksperimen sebesar 59,29. Berdasarkan hasil posttest, dari 28 siswa sebanyak 20 siswa (71,42%) yang mencapai KKM (73), sedangkan 8 siswa (28,58%) tidak mencapai KKM. Untuk hasil pretest dari 28 siswa sebanyak 0 siswa (0%) yang mencapai KKM, sedangkan 28 siswa (100%) tidak mencapai KKM.

Analisis data hasil pretest

menggunakan uji normalitas yang

bertujuan untuk melihat kenormalan data kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai

pretest kelas eksperimen diperoleh Pvalue (0,01) lebih kecil dari α (0,05) maka data tidak berdistribusi normal, sedangkan nilai pretest pada kelas kontrol diperoleh Pvalue sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil dari α (0,05) maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Maka dilanjutkan dengan uji statistik nonparametrik yaitu

uji UMann-Whitney, diperoleh nilai

probabilitas (Pvalue) sebesar 0,26. Nilai Pvalue diketahui lebih besar dari α (0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan kemampuan awal

siswa. Selanjutnya dilakukan uji

kenormalan data posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol yang telah

dianalisis menggunakan uji kolmogrov

smirnov.

Hasil uji menunjukkan nilai

signifikan posttest kelas eksperimen diperoleh Pvalue sebesar 0,10. Oleh karena

Pvalue> α (0,05) maka data dapat

dikatakan berdistribusi normal. Berbeda dengan kelas eksperimen, Pvalue pada kelas kontrol sebesar 0,00, nilai ini lebih kecil dari α (0,05), maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Langkah selanjutnya yaitu uji Umann Whitney. Berdasarkan hasil uji U-Mann Whitney

diperoleh angka probabilitas, yaitu Pvalue

sebesar 0,028 lebih kecil dari α (0,05).

Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Proses Pembelajaran Kelas Kontrol

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada model konvensional pada penelitian

ini yaitu terdiri dari kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup.

Pembelajaran dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan, dengan alokasi waktunya 2x45 menit.

Tahap pendahuluan dimulai dengan guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti dimulai

dengan memberikan pretest. Setelah

semua siswa mengumpulkan pretest,

(6)

38

kepada siswa untuk bertanya, hanya 1

orang siswa saja yang bertanya.

Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa.

Selanjutnya guru meminta 2 orang siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan. Kegiatan inti diakhiri dengan konfirmasi yaitu guru meluruskan dan memberikan penguatan berupa tepuk

tangan atas setiap jawaban yang

diberikan siswa.

Kegiatan terakhir adalah kegiatan

penutup, guru memberikan posttest

dengan waktu yang telah ditetapkan.

Kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai

materi yang telah diajarkan,

mengingatkan siswa untuk belajar materi selanjutnya dan mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada model kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini yaitu terdiri dari 6 fase yaitu fase menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase menyampaikan

informasi, fase penomoran, fase

membimbing kelompok, fase evaluasi, dan fase memberikan penghargaan. Sebelum menyampaikan materi, guru memberikan pretest kepada siswa. Pada saat guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran (fase 1) siswa terlihat kurang aktif, sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Sebelum menyampaikan materi (fase 2), guru memberikan soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah semua siswa mengumpulkan

jawaban pretest, guru menyampaikan

materi tentang laju reaksi dengan bantuan

media video serta memberikan contoh soal. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang tidak dipahami. Terdapat 1 orang siswa bertanya tentang contoh faktor laju reaksi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, kemudian guru meluruskan

jawaban siswa. Selanjutnya guru

menjelaskan metode yang akan

digunakan agar kegiatan pembelajaran

sesuai dengan metode yang

direncanakan.

Jumlah siswa di kelas eksperimen berjumlah 28 orang dan guru membagi

siswa menjadi 7 kelompok yang

beranggotakan 4 orang. Pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini

dilakukan agar waktu dapat

dipergunakan seefisien mungkin. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang

berkemampuan berbeda-beda. Siswa

yang berkemampuan tinggi ditugaskan untuk mengajari siswa yang lainnya agar kemampuan anggota kelompok tersebut tersebar secara merata. Setelah siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing, guru memberi nomor anggota kelompok (fase 3) sehingga setiap siswa mendapat nomor yang menjadi identitas saat pengundian untuk mengerjakan soal.

Guru memberikan soalLembar Kerja

Siswa (LKS) pada setiap kelompok. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan soal latihan yang terdapat dalam LKS. Guru mengamati seluruh kelompok dengan cara berkeliling dalam kelompok agar

diskusi berjalan dengan baik.

(7)

39

hasil kerjanya kepada teman lain dalam satu kelompok. Pada saat guru membimbing siswa (fase 4), beberapa kelompok bertanya saat kurang mengerti dalam mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS, kemudian guru memberikan penjelasan.

Guru mengevaluasi hasil belajar siswa (fase 5) dengan memberikan

posttest tentang materi yang telah

disampaikan. Posttest berguna untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Selanjutnya guru memberikan pujian (fase 6) kepada kelompok yang telah berhasil menjawab pertanyaan yang telah diberikan dengan tepat dan benar serta telah bekerja sama pada saat proses diskusi berlangsung agar siswa termotivasi.

Kegiatan terakhir dalam

pembelajaran adalah kegiatan penutup. Dari hasil pengamatan, siswa terlihat

antusias untuk menyimpulkan

pembelajaran dan guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan siswa,

kemudian guru menutup pelajaran

dengan salam.

Berdasarkan perhitungan rata-rata belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media video lebih tinggi dari

rata-rata hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan menggunakan metode ceramah berbantuan media video yang terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Gambar 1. menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata nilai pretest dan posttest

dari kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata

pretest pada kelas kontrol sebesar 23,60 lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata

pretest kelas eksperimen yang hanya bernilai 13,20. Sedangkan untuk nilai rata-rata posttest, kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata yang sebesar 72,5 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang hanya bernilai 60,5.

Pada kelas kontrol terjadi

peningkatan nilai rata-rata pretest ke

posttest sebesar 36,90 dan pada kelas eksperimen sebesar 59,3. Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa kenaikan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar dipengaruhi oleh pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelas dalam proses pembelajaran.

(8)

40

penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek kognitif siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode Think Pair Share (TPS), hal ini terlihat dari hasil uji-t diperoleh aspek kognitif (1,88) dan aspek afektif (1,99) lebih besar dari nilai ttabel 1,67. Hal ini dikarenakan pada metode NHT, proses pembelajarannya

lebih merata, siswa mendapatkan

kesempatan yang sama untuk menjawab soal sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Video

Pengaruh penerapan model

kooperatif tipe NHT berbantuan media video dapat dihitung menggunakan rumus Effect Size. Perhitungan effect size

menggunakan data posttest, dikarenakan hasil pretest antara kelas kontrol dan eksperimen sama. Hasil pretest telah dianalisis secara statistik menggunakan

SPSS 17,0 for windows. Melalui standar deviasi kelas kontrol sebesar 22,0 maka diperoleh effect size sebesar 0,54.

Berdasarkan tabel kriteria effect size, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa dikategorikan sedang karena 0,2 < ES < 0,8.

Berdasarkan Tabel Z (Sugiono,

2014:453) diperoleh persentase sebesar 20,54%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media video pada materi laju

reaksi ini didukung pula oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Zahratul (2010) tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media

flash terhadap hasil belajar siswa dengan nilai effect size yang diperoleh sebesar 0,82. Namun, nilai effect size pada

penelitian ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan penelitian Zahratul (2010) yang menggunakan media flash dilengkapi dengan animasi, sedangkan penelitian ini menggunakan media video.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video pada materi laju reaksi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Ambawang dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan antara hasil

belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video dengan yang

diajarkan menggunakan metode

ceramah berbantuan video pada materi laju reaksi.

2. Penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil belajar siswa dengan effect size sebesar 0,54 dan merujuk pada tabel Z diperoleh persentase sebesar 20,54%

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran.

Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

(9)

41

Manurung, I.W, Mulyani, B dan Saputro. (2012). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Menggunakan

Metode Eksperimen dan

Demonstrasi Ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Koloid Kelas XI Tahun Ajaran 2012/2013 di SMA N 1

Karanganyar. Jurnal Pendidikan

Kimia Fakultas FMIPA

Universitas Surakarta. Vol.2

No.4.

Mudzakir., Sujana, W. dan Sopandi. (2014). Literasi Kimia Mahasiswa PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar . Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol.3 No.5.

Mulyasa. (2008). Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Dosdakarya Offset.

Nuswantara,W.K, Masykuri,M dan

Nurhayati, D.N. (2013). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Numbered Head

Together (NHT) dan Learning

Together (LT) dengan Melihat

Kemampuan Memori Siswa

terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Tata Nama Senyawa Kimia Kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun 2012/2013.

Jurnal Pendidikan Kimia

Fakultas FMIPA Universitas

Surakarta. Vol.2 No.4.

Setiawan, D.A, Susanti,E dan Mulyani,S. (2013). Prestasi belajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari pada TPS pada materi tata nama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia.

Jurnal Pendidikan Kimia. Vol.2 No. 4.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABET.

Wintoro, R.A..(2012). Penerapan Metode

Demonstrasi Dengan

Menggunakan Media Video

Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sambiroto 02 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.

Skripsi. Jurusan PGSD:

Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Hal,3.

Zahratul, A. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together(NHT)

Berbantuan Media Flash

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur Atom Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sungai

Raya. Skripsi. Jurusan FKIP:

Universitas Muhammadiyah

Gambar

Gambar 1. Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh (devitalisasi) umbi bawang

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik dengan kejadian pneumonia pada anak balita.. Subjek dan Metode : Penelitian ini adalah

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

putusan hakim pidana, maka pemutusan hubungan kerja tersebut adalah tidak sah. dan batal demi

Kepada pemerintah dari pusat sampai desa-desa, perlu memperhatikan, bekerja dan bertanggungjawab atas perencanaan dan pendayagunaan Dana Desa berdasarkan hukum dan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di