33
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA VIDEO
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI.IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG
Dewi Setiawati*, Dedeh Kurniasih dan Fitriani
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*
Email: ump.arrazi@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model kooperatif tipe NHT berbantuan media video dan metode ceramah berbantuan media video, dan mengetahui seberapa besar pengaruh model kooperatif tipe NHT berbantuan media video di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research) dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh berdasarkan nilai ulangan harian siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran, observasi tidak langsung dan teknik komunikasi langsung. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (72,50) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol (60,50). Hasil uji Kolmogrov Smirnov diperoleh salah satu kelas tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan analisis statistik uji U-mann whitney diperoleh 0,028. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan α (0.05), artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan effect size menunjukkan nilai sebesar 0,54 berada pada kategori sedang dan merujuk pada tabel Z diperoleh nilai 20,54%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa
Kata Kunci : Hasil Belajar, Laju Reaksi, Numbered Heads Together (NHT)
ABSTRACT
This research had the purpose to find out the difference between the students’ learning outcomes which were taught by using NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media and Lectures Method Assisted Video as Media as well as to find out how large the effect of NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media in XI IPA class of SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. This research was Quasi Experimental Research Nonequivalent Control Group Design. The sampling technique was saturated sample based on the students’ daily tests scores. The techniques of data collection used measurement, indirect observation and direct communication techniques. The data analysis result showed that the mean score of experimental class (72.50) was higher compared to the mean score of control class which was 60.50. Kolmogorov-Smirnov test resultsshowed that one class did not distribute normally so that it was done the statistical analysis using U-mannwhitneytest which obtained 0.028. This result was smaller than α(0.05) which meant that there was difference between experimental and control class. The calculation of effect size showed the value of 0.54 in moderate category and referred to the table Z which obtained 20.54% value. It showed that NHT type of Cooperative Learning Method Assisted Video as Media gave effect on students’ learning outcomes.
34 PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan ilmu yang
pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (Mulyasa, 2008:132). Ilmu kimia terkait dengan semua aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti makanan, minuman, obat-obatan dan kendaraan (Mudzakir, Sujana, dan Sopandi, 2014:6). Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu kimia sangat penting untuk dipahami oleh siswa.
Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran kimia masih menjadi pelajaran yang sulit dipahami dan sering dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini muncul dikarenakan ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan
kimia dalam kehidupan sehari-hari
(Mudzakir, Sujana, dan Sopandi, 2014:7). Kenyataan ini masih dialami oleh sebagian besar siswa di sekolah yang
menyebabkan siswa takut untuk
mempelajari kimia dan pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
Fakta tersebut juga dialami di SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Fakta itu
terlihat dari hasil observasi yang
menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode ceramah dan menggunakan media papan tulis. Pada saat pembelajaran, peran guru lebih aktif saat menerangkan bahan pembelajaran sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang terlihat melakukan kegiatan
yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, misalnya mengobrol dengan teman dan sibuk sendiri saat guru menjelaskan.
Hasil observasi diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kimia SMA Negeri 1 Sungai Ambawang diperoleh informasi bahwa saat belajar kimia siswa lebih cenderung bersikap pasif saat proses belajar mengajar terutama pada materi yang
bersifat pemahaman konsep yaitu
hapalan. Selain itu, guru juga
mengatakan saat pembelajaran
menggunakan metode ceramah dan media papan tulis saja karena metode dan media ini dianggap mudah, cepat, dan praktis.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan 6 orang siswa yang
mempunyai kemampuan akademis
berbeda, diperoleh informasi bahwa materi kimia yang bersifat konsep dianggap sulit karena siswa merasa
kesulitan untuk memahami serta
mengingatnya. Menurut siswa kelas XI
IPA, metode yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah, sehingga hanya siswa yang memiliki kemampuan atas dan sedang saja yang dapat memahami materi yang diajarkan berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Hal ini menyebabkan siswa hanya mendengarkan dan menuliskan apa yang
dijelaskan oleh guru tanpa
memahaminya. Selain itu siswa juga menyatakan bahwa saat pembelajaran guru tidak menggunakan media yang menarik perhatian siswa sehingga siswa merasa sulit untuk memahami materi dan jenuh dalam proses pembelajaran.
35
diketahui yang menjadi permasalahan
dalam pembelajaran kimia adalah
karakteristik siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran serta siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Saat proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan media papan tulis sehingga kurangnya pemahaman siswa dan siswa menunjukkan sikap pasif
dalam proses pembelajaran,
dikhawatirkan hasil belajar juga akan menurun. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang dilakukan guru dan menggunakan media dalam kegiatan
belajar mengajar. Alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan di SMA Negeri 1 Sungai Ambawang adalah model pembelajaran kooperatif.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Lie
(2002: 60) menyatakan bahwa model
pembelajaran NHT memberikan
kesempatan beraktivitas yang merata kepada semua siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai tanggung jawab pribadi untuk memahami materi pelajaran secara berkelompok maupun individu.
Ciri khas NHT adalah pemberian nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa dengan nomor yang dipanggil guru wajib melaporkan hasil kerja sama siswa (Lie, 2002: 60). Oleh sebab itu, pada saat diskusi semua siswa harus benar-benar memperhatikan
karena semua siswa mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dipanggil nomornya.
Proses pembelajaran NHT akan lebih mudah diterapkan apabila dibantu dengan adanya suatu media pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media video. Menurut Arsyad
(2014:36), media video dianggap
menarik dan memberikan pesan yang
dapat diterima secara lebih merata oleh
siswa dan relatif bagus untuk
menerangkan suatu proses sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang sifatnya pemahaman konsep.
Adanya peningkatan hasil belajar
siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan oleh Nuswantara, Masykuri, dan Nurhayati (2013) pada materi Koloid. Dalam penelitiannya diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan persentase ketuntasan sebesar 81,3% menjadi bukti NHT dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang baik. Selain itu, penelitian Manurung, Mulyani, dan Saputro (2012) pada pokok bahasan tata nama senyawa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata sebesar 77,49%. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa berbantuan media video dalam
penelitian Wintoro (2012) juga
menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan video dalam pembelajaran
IPA dengan persentase ketuntasan
sebesar 71,43%.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dan penelitian yang relevan,
maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai pengaruh model
36
berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa pada materi laju reaksi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap permasalahan rendahnya hasil belajar siswa pada materi laju reaksi dan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan kognitif siswa sehingga para
guru memperoleh informasi dalam
melakukan pengukuran kemampuan
kognitif siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu
(Quasy eksperiment) dengan rencana
penelitian yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design
(Sugiyono, 2014:112). Variabel bebas
dalam penelitian adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media video dan metode pembelajaran ceramah berbantuan media video. Sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama, yaitu peneliti, media video, alokasi waktu dan materi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh. Penentuan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, observasi tidak
langsung dan wawancara. Teknik
pengukuran digunakan untuk melihat hasil belajar siswa melalui pengaruh perlakuan yang akan diberikan. Teknik
observasi tidak langsung dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan 3 orang
observer untuk mengisi lembar
pengamatan terhadap tahapan
pelaksanaan pembelajaran dan mencatat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh peneliti ataupun siswa. Adapun teknik komunikasi langsung dalam penelitian ini berupa wawancara untuk memperoleh informasi dari hasil posttest.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pada penelitian ini diperoleh hasil berupa nilai pretest dan posttest siswa pada pembelajaran kimia materi laju reaksi. Datahasil belajar siswa pada kelas kontrol pretest dan posttest ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata dan persentase ketuntasan Pretest dan Posttest kelas control
Tabel 1. menunjukkan nilai rata-rata
pretest siswa pada kelas kontrol sebesar 23,60 dan nilai rata-rata posttest sebesar 60,50. Perubahan nilai pretest ke posttest
sebesar 36,90. Berdasarkan hasil posttest,
dari 29 siswa sebanyak 14 siswa
(48,27%) yang mencapai KKM,
37
Data hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen pretest dan posttest
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata dan persentase ketuntasan Pretest dan Posttest kelas eksperimen
Tabel 2. menunjukkan nilai rata-rata
pretest siswa pada kelas eksperimen sebesar 13,21 dan nilai rata-rata posttest sebesar 72,50. Peningkatan hasil belajar (nilai pretest dan posttest) terjadi di kelas eksperimen sebesar 59,29. Berdasarkan hasil posttest, dari 28 siswa sebanyak 20 siswa (71,42%) yang mencapai KKM (73), sedangkan 8 siswa (28,58%) tidak mencapai KKM. Untuk hasil pretest dari 28 siswa sebanyak 0 siswa (0%) yang mencapai KKM, sedangkan 28 siswa (100%) tidak mencapai KKM.
Analisis data hasil pretest
menggunakan uji normalitas yang
bertujuan untuk melihat kenormalan data kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai
pretest kelas eksperimen diperoleh Pvalue (0,01) lebih kecil dari α (0,05) maka data tidak berdistribusi normal, sedangkan nilai pretest pada kelas kontrol diperoleh Pvalue sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil dari α (0,05) maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Maka dilanjutkan dengan uji statistik nonparametrik yaitu
uji UMann-Whitney, diperoleh nilai
probabilitas (Pvalue) sebesar 0,26. Nilai Pvalue diketahui lebih besar dari α (0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak
terdapat perbedaan kemampuan awal
siswa. Selanjutnya dilakukan uji
kenormalan data posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang telah
dianalisis menggunakan uji kolmogrov
smirnov.
Hasil uji menunjukkan nilai
signifikan posttest kelas eksperimen diperoleh Pvalue sebesar 0,10. Oleh karena
Pvalue> α (0,05) maka data dapat
dikatakan berdistribusi normal. Berbeda dengan kelas eksperimen, Pvalue pada kelas kontrol sebesar 0,00, nilai ini lebih kecil dari α (0,05), maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Langkah selanjutnya yaitu uji Umann Whitney. Berdasarkan hasil uji U-Mann Whitney
diperoleh angka probabilitas, yaitu Pvalue
sebesar 0,028 lebih kecil dari α (0,05).
Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Proses Pembelajaran Kelas Kontrol
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada model konvensional pada penelitian
ini yaitu terdiri dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
Pembelajaran dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan, dengan alokasi waktunya 2x45 menit.
Tahap pendahuluan dimulai dengan guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti dimulai
dengan memberikan pretest. Setelah
semua siswa mengumpulkan pretest,
38
kepada siswa untuk bertanya, hanya 1
orang siswa saja yang bertanya.
Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa.
Selanjutnya guru meminta 2 orang siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan. Kegiatan inti diakhiri dengan konfirmasi yaitu guru meluruskan dan memberikan penguatan berupa tepuk
tangan atas setiap jawaban yang
diberikan siswa.
Kegiatan terakhir adalah kegiatan
penutup, guru memberikan posttest
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai
materi yang telah diajarkan,
mengingatkan siswa untuk belajar materi selanjutnya dan mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.
Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada model kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini yaitu terdiri dari 6 fase yaitu fase menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase menyampaikan
informasi, fase penomoran, fase
membimbing kelompok, fase evaluasi, dan fase memberikan penghargaan. Sebelum menyampaikan materi, guru memberikan pretest kepada siswa. Pada saat guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran (fase 1) siswa terlihat kurang aktif, sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Sebelum menyampaikan materi (fase 2), guru memberikan soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah semua siswa mengumpulkan
jawaban pretest, guru menyampaikan
materi tentang laju reaksi dengan bantuan
media video serta memberikan contoh soal. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang tidak dipahami. Terdapat 1 orang siswa bertanya tentang contoh faktor laju reaksi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, kemudian guru meluruskan
jawaban siswa. Selanjutnya guru
menjelaskan metode yang akan
digunakan agar kegiatan pembelajaran
sesuai dengan metode yang
direncanakan.
Jumlah siswa di kelas eksperimen berjumlah 28 orang dan guru membagi
siswa menjadi 7 kelompok yang
beranggotakan 4 orang. Pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini
dilakukan agar waktu dapat
dipergunakan seefisien mungkin. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang
berkemampuan berbeda-beda. Siswa
yang berkemampuan tinggi ditugaskan untuk mengajari siswa yang lainnya agar kemampuan anggota kelompok tersebut tersebar secara merata. Setelah siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing, guru memberi nomor anggota kelompok (fase 3) sehingga setiap siswa mendapat nomor yang menjadi identitas saat pengundian untuk mengerjakan soal.
Guru memberikan soalLembar Kerja
Siswa (LKS) pada setiap kelompok. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan soal latihan yang terdapat dalam LKS. Guru mengamati seluruh kelompok dengan cara berkeliling dalam kelompok agar
diskusi berjalan dengan baik.
39
hasil kerjanya kepada teman lain dalam satu kelompok. Pada saat guru membimbing siswa (fase 4), beberapa kelompok bertanya saat kurang mengerti dalam mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS, kemudian guru memberikan penjelasan.
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa (fase 5) dengan memberikan
posttest tentang materi yang telah
disampaikan. Posttest berguna untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Selanjutnya guru memberikan pujian (fase 6) kepada kelompok yang telah berhasil menjawab pertanyaan yang telah diberikan dengan tepat dan benar serta telah bekerja sama pada saat proses diskusi berlangsung agar siswa termotivasi.
Kegiatan terakhir dalam
pembelajaran adalah kegiatan penutup. Dari hasil pengamatan, siswa terlihat
antusias untuk menyimpulkan
pembelajaran dan guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan siswa,
kemudian guru menutup pelajaran
dengan salam.
Berdasarkan perhitungan rata-rata belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media video lebih tinggi dari
rata-rata hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah berbantuan media video yang terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 1. menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata nilai pretest dan posttest
dari kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata
pretest pada kelas kontrol sebesar 23,60 lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
pretest kelas eksperimen yang hanya bernilai 13,20. Sedangkan untuk nilai rata-rata posttest, kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata yang sebesar 72,5 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang hanya bernilai 60,5.
Pada kelas kontrol terjadi
peningkatan nilai rata-rata pretest ke
posttest sebesar 36,90 dan pada kelas eksperimen sebesar 59,3. Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa kenaikan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar dipengaruhi oleh pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelas dalam proses pembelajaran.
40
penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek kognitif siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode Think Pair Share (TPS), hal ini terlihat dari hasil uji-t diperoleh aspek kognitif (1,88) dan aspek afektif (1,99) lebih besar dari nilai ttabel 1,67. Hal ini dikarenakan pada metode NHT, proses pembelajarannya
lebih merata, siswa mendapatkan
kesempatan yang sama untuk menjawab soal sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Video
Pengaruh penerapan model
kooperatif tipe NHT berbantuan media video dapat dihitung menggunakan rumus Effect Size. Perhitungan effect size
menggunakan data posttest, dikarenakan hasil pretest antara kelas kontrol dan eksperimen sama. Hasil pretest telah dianalisis secara statistik menggunakan
SPSS 17,0 for windows. Melalui standar deviasi kelas kontrol sebesar 22,0 maka diperoleh effect size sebesar 0,54.
Berdasarkan tabel kriteria effect size, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa dikategorikan sedang karena 0,2 < ES < 0,8.
Berdasarkan Tabel Z (Sugiono,
2014:453) diperoleh persentase sebesar 20,54%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media video pada materi laju
reaksi ini didukung pula oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Zahratul (2010) tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media
flash terhadap hasil belajar siswa dengan nilai effect size yang diperoleh sebesar 0,82. Namun, nilai effect size pada
penelitian ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan penelitian Zahratul (2010) yang menggunakan media flash dilengkapi dengan animasi, sedangkan penelitian ini menggunakan media video.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video pada materi laju reaksi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Ambawang dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan antara hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media video dengan yang
diajarkan menggunakan metode
ceramah berbantuan video pada materi laju reaksi.
2. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantuan media video memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil belajar siswa dengan effect size sebesar 0,54 dan merujuk pada tabel Z diperoleh persentase sebesar 20,54%
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
41
Manurung, I.W, Mulyani, B dan Saputro. (2012). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Menggunakan
Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Koloid Kelas XI Tahun Ajaran 2012/2013 di SMA N 1
Karanganyar. Jurnal Pendidikan
Kimia Fakultas FMIPA
Universitas Surakarta. Vol.2
No.4.
Mudzakir., Sujana, W. dan Sopandi. (2014). Literasi Kimia Mahasiswa PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar . Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol.3 No.5.
Mulyasa. (2008). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Dosdakarya Offset.
Nuswantara,W.K, Masykuri,M dan
Nurhayati, D.N. (2013). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Numbered Head
Together (NHT) dan Learning
Together (LT) dengan Melihat
Kemampuan Memori Siswa
terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Tata Nama Senyawa Kimia Kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Kimia
Fakultas FMIPA Universitas
Surakarta. Vol.2 No.4.
Setiawan, D.A, Susanti,E dan Mulyani,S. (2013). Prestasi belajar dengan
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari pada TPS pada materi tata nama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia.
Jurnal Pendidikan Kimia. Vol.2 No. 4.
Sugiono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABET.
Wintoro, R.A..(2012). Penerapan Metode
Demonstrasi Dengan
Menggunakan Media Video
Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sambiroto 02 Tayu Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.
Skripsi. Jurusan PGSD:
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hal,3.
Zahratul, A. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together(NHT)
Berbantuan Media Flash
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur Atom Kelas X IPA SMA Negeri 1 Sungai
Raya. Skripsi. Jurusan FKIP:
Universitas Muhammadiyah