• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dua TV DUA CERMIN POLITIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dua TV DUA CERMIN POLITIK INDONESIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Dua TV , DUA CERMIN POLITIK INDONESIA”

(TINJAUAN EKONOMI POLITIK KRITIS DIBALIK PRAKTEK

PRODUKSI WACANA BERITA POLITIK TV ONE

VS METRO TV)

(2)

 

Abstrak

Dua TV, Dua Cermin politik indonesia adalah sebuah tinjauan ekonomi politik kritis dalam melihat konstruksi dibalik wacana berita dari dua

televisi news indonesia yakni metro TV dan TV One. Fokus studi ini, menggunakan pendekatan ekonomi politik kritis yang diperkenalkan oleh Graham Murdock yang menekankan proses ekonomi dan struktur produksi

media sangat dipengaruhi oleh kepentingan kepemilikan media dalam upaya menjaga relasi dan dominasi ekonomi, sosial dan politik pemilik.

Kajian ini membuktikan bahwa media bukanlah cermin yang jujur dan saluran yang netral bagi kepentingan publik secara luas namun media adalah sarana untuk mempertahankan dominasi politik dan ekonomi kedua

pemilik televisi yakni Surya Paloh dan Abu Rizal Bakrie.

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Golkar panas, Jelang Munas’! Itulah kalimat pembuka dari pembaca berita

metro TV pada hari minggu 30 november 20141. Berita tersebut juga

dilengkapi dengan gambar saat petugas keamanan internal munas terlihat

bersitengang dengan sejumlah orang, lalu dengan efek gambaran yang dibuat

dramatis berita dilanjutkan dengan menyajikan peristiwa perkelahian di

kantor DPP Golkar beberapa hari sebelumnya.

(3)

Berbeda dengan TV one, pada hari yang sama dalam seluruh berita

menyangkut munas golkar , justru menampilkan eagle pristiwa yang sangat

berbeda ‘Munas Golkar berlangsung kondusif2’. Gambaran kesan kemewahan

jelang pelaksanaan munas, wawancara dengan kapolda bali yang menjamin

munas berlangsung aman, dan tawa bahagia beberapa peserta munas yang

berdatangan ke nusa dua bali justru menjadi fokus gambaran berita.

Satu peristiwa, dua cermin realitas yang berbeda! Itulah kesan yang dapat kita

tangkap dari kedua TV nasional tersebut dalam melakukan konstruksi

pemberitaan. Semenjak beberapa tahun terakhir persaingan kedua tv news

tersebut memang terlihat secara nyata.

Jika sebelum tensi politik masa pemilu meningkat, kedua TV bersaing dari

segi kecepatan dalam memperoleh berita, maka setelah memasuki masa

jelang pemilihan legislatif sampai pilpres kedua televisi saling bersaing dalam

merekonstruksi peristiwa.

Metro TV adalah televisi yang paling sering memberitakan berbagai hal postif

menyangkut Jokowidodo beserta partai-partai mitra koalisi indonesia hebat

(KIH), maka TV one adalah televisi yang getol dalam memberitakan segala

kebaikan dari Prabowo Subianto beserta partai-partai penyokong koalisi

merah putih (KMP).

       2

(4)

Bukan hanya berlomba dalam melakukan konstruksi pemberitaan postif,

kedua TV juga saling berlomba untuk bersaing untuk menyerang pihak lawan

melalui serangkaian bad news. Puncaknya bisa disaksikan ketika pada saat

hari pemilihan presiden ketika dua televisi sama-sama mengklaim

kemenangan masing-masing calon presiden serta menyerang pihak lawan!

Dalam pandangan kritis, media berfungsi sebagai ‘alat produksi’ ilusi

kesadaran palsu bagi kelas yang berkuasa3. Ibarat sebuah pabrik, media

bertugas untuk mengolah dan menyampaikan ide-ide milik kelas yang

berkuasa untuk membangun kesadaran palsu bagi khalayak.

Menjadi sangat menarik melihat konstruksi pemberitaan dua Televisi

nasional tersebut dengan menggunakan sudut pandang paradigma kritis,

utamanya dalam melihat bagaimana relasi praktek produksi dan wacana

kedua televisi news tersebut, dalam membentuk reproduksi wacana

pemberitaan menyangkut berbagai berita politik aktor, partai, dari dua kubu

Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) .

II. Masalah yang dikaji

Tulisan ini berfokus memberikan tinjauan kritis, dibalik relasi ekonomi

politik kepemilikan media dan pengaruhnya terhadap produksi wacana berita

politik dari dua televisi berita yakni Metro TV dan TV.One, dalam melakukan

konstruksi wacana pemberitaan politik menyangkut aktor, partai, dan dua

koalisi politik yakni koalisi indonesia hebat dan koalisi merah putih .

III. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini memberikan tinjauan akademik menyangkut relasi

dibalik kepentingan ekonomi politik dua kepemilikan industri televisi dan

pengaruhnya terhadap konstruksi wacana berita politik nasional.

       3

(5)

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Media dalam sudut pandang dan kaca mata Ekonomi Politik

Kritis

Sebuah peristiwa, sangat tergantung dari sudut mana dan kacamata apa yang

dipakai untuk melihatnya. Dengan menggunakan model pendekatan ekonomi

politik kritis, maka sudut pandang dan kacamata yang dipakai yakni

menekankan pada aspek ekonomi (seperti kepemilikan dan pengendalian

media), keterkaitan kepemimpinan dan faktor-faktor lain yang menyatukan

industri media dengan industri lainnya, hubungan kepemilikan media dan elit

politik, kepentingan ekonomi, dan upaya menjaga relasi sosial. 

 

Pandangan teori kritis yang berlandaskan pada gagasan marxisme yang

cenderung menekankan peranan media massa dalam mereproduksi status

quo, sebagai kebalikan dari kelompok pluralis media yang menekankan pada

peranan media dalam meningkatkan kebebasan berbicara. Gurevitch 4

memberikan panduan 3 paradigma dalam pendekatan kajian media kritis,

       4

Golding and Murdock. (1991). “Culture Communication, and Political Economy” dalam Curran dan Gurevitch (pp 15 –32)

Tokoh Fokus sudut Pandang

Althuserian strukturalis fokus pada artikulasi internal dari sistem penandaan media.

Graham Murdock Menempatkan kekuatan media dalam proses ekonomi dan struktur produksi media. Pemilikan dan pengendalian media dilihat sebagai faktor kunci dalam mengendalikan pesan media.

(6)

berdasarkan tokoh dan sudut pandang mereka melihat bentuk konstruksi

media yakni:

 

Sementara itu, dalam pandangan kaum positivis, media dan apa yang

ditampilkannya adalah refleksi dan pencerminan dari realitas. Berita adalah

mirror of reality5. Studi ekonomi politik media melihat bahwa isi dan

maksud-maksud yang terkandung dalam pesan-pesan media ditentukan oleh

dasar ekonomi dari organisasi media yang menghasilkannya.

Dalam pandangan Golding dan Murdock6, pendekatan ekonomi politik

mempunyai tiga karakteristik penting. Pertama, holistik, dalam arti

pendekatan ekonomi politik melihat hubungan yang saling berkaitan antara

berbagai faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya di sekitar media dan

berusaha melihat berbagai pengaruh dari beragam faktor.

Kedua historis, analisis ekonomi politik mengaitkan posisi media dengan

lingkungan global dan kapitalistik, dimana proses perubahan dan

perkembangan konstelasi ekonomi merupakan hal yang terpenting untuk

diamati.  Ketiga, studi ekonomi politik juga berpegang pada falsafah

materialisme, dalam arti mengacu pada hal-hal yang nyata dalam realitas

kehidupan media.

Pendekatan ekonomi politik media dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu

pendekatan ekonomi politik liberal (sebagar mainstream) dan pendekatan

ekonomi politik kritis. Perbedaan prinsip antara pendekatan liberal dan kritis

terletak pada bagaimana aspek ekonomi politik media itu dilihat.

Dalam pendekatan liberal, aspek ekonomi dilihat sebagai bagian dari kerja

dan praktek profesional. Iklan, pemodal dilihat sebagai instrumen profesional

dalam menerbitkan media. Sebaliknya, dalam pendekatan kritis, aspek

ekonomi politik selalu dilihat dan dimaknai sebagai kontrol.

      

5 Pandangan postivisme yang melihat media sebagai cermin kebenaran dalam Anri van der Spuy ;

Mirror, mirror upon the wall is a student at the University of Stellenbosch

(7)

Bagian Iklan dan pemodal bukan semata-mata dilihat sebagai bentuk kerja

dan praktek profesional, tetapi iklan dan pemodal itu adalah instrumen

pengontrol, melalui mana kelompok dominan memaksakan dominasi kepada

kelompok lain yang tidak dominan.

Sebaliknya dalam pendekatan kritis, beragamnya posisi dan ketidaksamaan

posisi dalam sebuah organisasi media menyebabkan dominasi satu kelompok

kepada kelompok lain. Bagian iklan atau pemilik media dapat menjadikan

kekuasaannya mendominasi pihak lain, misalnya untuk memaksa bagian

redaksi agar memberitakan kasus-kasus yang menguntungkan pemilik media

saja.

Murdock telah membantu alat analisis ini dengan menggemukakan

pendekatan ekonomi- politik media ini dari aspek epistemology, historis, isue,

dan fokus yang menjadi concern dari ekonomi politik media kritis. Klasifikisi

tersebut digambarkan sebagai berikut Murdock dalam Agas Sudibyo,

Absennya Pendekatan Ekonomi Politik 7:

      

(8)

2.2. Media sebagai agen Konstruksi Kebenaran

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa

terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L.

Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New

School for Social Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah

sosiolog dari University of Frankfurt.

Kedua, tokoh tersebut memberikan kontribusi besar bagi berkembangnya

analisis menyangkut konstruksi sosial dan relasinya dalam kerja –kerja media

dalam melakukan konstruksi realitas. Susbtansi teori dan pendekatan

konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan Luckmann adalah pada yang

terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari8. Peter L.

Berger dan Thomas Luckmann, menjadikan variabel atau fenomena media

massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subyektivasi,

dan internalisasi yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media

massa”.

Media adalah agen konstruksi. Pandangan konstruksionis mempunyai posisi

yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan

positivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana

pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak).

Media dilihat murni sebagai saluran, tempat bagaimana transaksi pesan dari

semua pihak yang terlibat dalam berita. Pandangan semacam ini, tentu saja

melihat media bukan sebagai agen melainkan hanya saluran. Media dilihat

sebagai sarana yang netral dan bebas dari berbagai kepentingan.

Kalau ada berita yang menyebutkan kelompok tertentu atau menggambarkan

realitas dengan citra tertentu, gambaran semacam itu merupakan hasil dari

sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk       

(9)

mengemukakan pendapatnya. Pendeknya, media disini tidak berperan dalam

membentuk realitas. Apa yang tampil dalam pemberitaan itulah yang

sebenarnya terjadi. Ia hanya saluran untuk menggambarkan realitas,

menggambarkan peristiwa.

Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah

sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas,

lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Disini media dipandang

sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media

seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca bukan hanya

menggambarkan realitas, bukan hanya menujukkan pendapat sumber berita,

tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri.

Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas

yang tersaji dalam pemberitaan. Media memilih realitas mana yang diambil

dan mana yang tidak diambil. Media bukan hanya memilih peristiwa dan

menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan

aktor dan peristiwa.

Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas. Dalam

pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak

sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan

ditransformasikan lewat berita. Tetapi dalam pandangan konstruksionis,

berita itu ibaratnya sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi

potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan

peristiwa.

Seperti sebuah drama, tentu saja ada pihak yang didefinisikan sebagai

pahlawan (hero), tetapi ada juga pihak yang didefinisikan sebagai musuh dan

pecundang. Semua itu dibentuk layaknya sebuah drama yang dipertontonkan

kepada publik. Dalam pandangan kaum positivis, berita adalah refleksi dan

(10)

Pandangan ini ditolak oleh kaum konstruksionis9, berita adalah hasil dari

konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan

nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat

tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses

pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita

merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi

menghasilkan berita yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang

sesungguhnya dengan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu

kewajaran.

Berita bukanlah representasi dari realitas. Berita yang kita baca pada

dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku

jurnalistik. Semua proses konstruksi (memulai dari memilih fakta, sumber,

pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana

realitas tersebut hadir dihadapan khalayak. Berita bersifat

subjektif/konstruksi atas realitas.  

Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan

sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga

membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa

cenderung sinis.

       9

(11)

BAB III

METODOLOGI KAJIAN

3.1. FOKUS STUDI LITERATUR

Fokus studi ini, menggunakan pendekatan ekonomi politik kritis dengan

memakai metode yang digunakan oleh Graham Murdock yang menempatkan

kekuatan media dalam proses ekonomi dan struktur produksi media, dimana

faktor ke pemilikan dan pengendalian media dilihat sebagai faktor kunci

dalam mengendalikan pesan dan konstruksi pemberitaan sebuah media.

Pandangan ekonomi politik media kritis, yang dikemukakan oleh Graham

Murdock kemudian dijadikan sebagai alat bedah untuk menganalisis pola

konstruksi wacana pemberitaan politik oleh kedua televisi news nasional

yakni metro tv dan tv one.

3.2. SUMBER INFORMASI KAJIAN

1. Sumber informasi primer :

a. Rekaman berita politik dua televisi nasional metro tv dan tv one

b. Ulasan sejumlah jurnal internasional dan nasional menyangkut model studi

ekonomi politik media kritis

2. Sumber informasi sekunder :

Situs website resmi masing-masing televisi, youtube kedua televisi serta

bahan bacaan pendukung lainya.

3. Metode Analisis

Analisis yang digunakan adalah analisis kritis dengan melakukan kajian atas

sejumlah potongan berita, model konstruksi angel pemberitaan menyangkut

berita politik, serta kemudian di analisis dengan model pendekatan ekonomi

politik media kritis Graham Murdock dan studi konstruksi sosial media Peter

L. Berger dan Thomas Luckmann.

(12)

BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1. DUA TELEVISI, DUA PENGUSAHA, DUA CORONG KOALISI

POLITIK

Semenjak jelang masa pemilihan presiden, sampai saat ini politik

indonesia terus terpolarisasi dalam dua kekuatan politik yang saling

berhadap-hadapan. Antara koalisi merah putih (KMP) dan Koalisi

Indonesia Hebat (KIH).

Polarisasi politik tersebut, berlangsung bukan hanya pada arena

konsolidasi kepentingan elit pada saat pilpres, namun lebih jauh

merasuk dalam struktur kekuasaan resmi negara antara koalisi

pemerintahan yang dikuasi oleh KIH dan KMP yang mendominasi

pimpinan parlemen.

Dalam perkembanganya, pertarungan politik tersebut menjadi lestari

oleh dua televisi berita nasional yakni metro TV dan TV One. Kedua

televisi tersebut sama-sama melakukan pengukuhan kebenaran atas

kepentingan politik dua poros koalisi besar tersebut.

Dalam jejaring sosial, publik kemudian mengekspresikan kritik mereka

dengan berbagai ungkapan misalnya; TV one televisi DPR, Metro TV

televisi pemerintah10, Metro TV, televisi KIH dan TV One, Televisi

KMP11 serta berbagai ungkapan lainya yang disampaikan dalam

dinding status akun jejaring sosial ataupun melalui sejumlah ekspresi

gambar yang dikenal sebagai mame12

Ungkapan kritik publik tersebut, bukan tanpa basis argumentasi secara

struktural kerja-kerja konstruksi pembenaran tersebut dapat terlihat

       10 Ungkapan di jejaring sosial 11

ungkapan di jejaring sosial

(13)

dari bagaimana kedua televisi melakukan kemasan produksi berita

mereka kepada halayak.

Kedua televisi sama-sama secara telanjang, menampilkan opini mereka

untuk mendukung segala hal yang berhubungan dengan kepentingan

relasi politik dua pemilik media tersebut yakni Surya Paloh dan Abu

Rizal bakrie.

Jika dilihat secara holistik, sebagaimana pendekatan ekonomi politik

kritis Golding dan Murdock yang menekankan hubungan antara

berbagai relasi kepentingan, maka melihat pertarungan antara kedua

televisi berita tersebut bisa ditelusuri dengan melihat relasi konflik

kepentingan dari kedua pemilik televisi yang dimulai sejak tahun

200913.

4.1.1 Konflik Lestari dua Politisi, Konflik dua Televisi

Polarisasi dari konflik dua pemilik media tersebut sebenarnya dapat

dipelajari secara historis, ketika keduanya yakni Surya Paloh dan Abu

Rizal bakrie saling terlibat perebutan posisi ketua umum golkar pada

tahun 2009.

Kedua media, baik metro TV maupun TV one sama-sama melakukan klaim

akan keunggulan pemilik mereka. Dalam berbagai berita, metro TV

menegaskan bahwa surya paloh yang ketika itu menjabat sebagai ketua dewan

      

(14)

penasehat golkar, adalah kandidat ketua umum yang mendapatkan dukungan

penuh dari sejumlah DPD I maupun II golkar .

Tak jauh berbeda dengan Metro TV pada tahun 2009 yang lalu, ketika maju

untuk pertama kalinya dalam bursa pemilihan ketua umum Golkar Abu Rizal

bakrie juga menjadikan TV One sebagai corong untuk mendapatkan

dukungan luas dari masa golkar hal ini bisa terlihat dari berbagai konstruksi

berita yang disajikan oleh TV one.

Melalui pendekatan historis untuk melihat latar konflik kedua aktor pemilik

media ini, maka dapat dipelajari latar awal perang ketua Televisi News

nasional tersebut. Secara historis antara Abu Rizal Bakrie dan Surya Paloh

pernah terlibat konflik besar yang kemudian berlanjut sampai hari ini dalam

panggung dan arena politik yang lebih luas antara KMP dan KIP.

4.1.2. DUA CORONG KOALISI POLITIK

Pasca konflik pemilihan ketua umum Golkar tahun 2009, perseteruan kedua

pemilik media dalam panggung politik nasional kembali berlanjut. Jelang

pemilihan presiden 2014, ketika kedua tokoh sama-sama terlibat secara aktif

(15)

Surya paloh bersama partai Nasional Demokrat (Nasdem), menjadi motor

bagi koalisi indonesia hebat, sementara Abu Rizal Bakrie menjadi pemimpin

koalisi merah putih. Lewat dua televisi yang mereka miliki metro TV dan TV

one, keduanya menggiring konflik mereka ke arena publik yang lebih luas.

Pada pemilihan presiden yang lalu, secara telanjang teori media dalam sudut

pandang postivisme dimana media dilihat murni sebagai saluran, tempat

bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat dalam berita yang

netral dan bebas nilai dari berbagai kepentingan benar-benar tidak terbukti.

Media, sebagaimana dalam pandangan kritis bukanlah sekedar saluran yang

bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan

pandangan, bias dan pemihakannya. Pada pemilu 2014, media berjalan

sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas sesuai dengan

arah dan kehendak politik pemilik mereka.

Hal ini, bisa terlihat dari konstruksi berita yang digunakan oleh kedua televisi

dalam memberitakan kepentingan pemilik masing-masing. Dimana secara

nyata setiap agenda politik pemilik dan dukungan mereka menjadi liputan

utama masing-masing media.

Dari sekedar liputan pertemuan masing-masing tokoh sampai aktivitas

kampanye yang dilakukan. Semuanya mendapatkan porsi dan durasi

pemberitaan yang berlebih dari masing-masing calon yang diusung oleh

pemilik media, bahkan dijadikan sebagai bentuk kampanye politik secara

(16)

Pasca pemilihan presiden, kedua koalisi politik benar-benar memanfaatkan

kedua media baik metro TV dan TV one sebagai sarana mengukuhkan koalisi,

maupun sikap politik atas berbagai peristiwa hal ini bisa nampak dari

bagaimana konstruksi berita dari masing-masing TV atas dua koalisi tersebut.

Padahal, Undang-Undang Pers Nomer 40 Tahun 1999. Dinyatakan bahwa

pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melakasanakan kegiatan jurnalistik. Sebagai pelaku media informasi, selain

memiliki fungsi pendidikan dan fungsi hiburan, pers juga memiliki fungsi

kontrol sosial.

Dari realitas yang nampak, dari berbagai konstruksi berita kedua televisi

tersebut dapat terlihat bahwa kepentingan media sebagai sarana komunikasi

masa untuk menyalurkan informasi dan fungsi pendidikan tidak lagi nampak,

namun kedua televisi lebih menampakan diri sebagai corong kebenaran dua

poros koalisi yang ditopang oleh kebenaran dari pemilik media tersebut.

4.2. DUA MODEL KONSTRUKSI BERITA, DUA TELEVISI BERITA

Media dalam paradigma konstruksi sosial yang disampaikan oleh Peter L.

Berger dan Luckman, menyajikan variabel atau fenomena media massa massa

dengan mengajukan unit analisis pembentukan konstruksi citra.Bangunan

konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua

model : 1) model good news dan 2) model bad news.

Model good news, adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi

suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini objek

pemberitaan dikonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga

terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu

sendiri. Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang

cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra buruk

pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat

dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang ada pada objek

(17)

4.2.1 Serangan Bad News dari dua Televisi

Howard Becker mengembangkan teori pelabelan14 (juga dikenal sebagai teori

reaksi sosial), dalam teorinya becker menjelaskan bahwa lebel atau pelabelah

adalah cara untuk membentuk sebuah presepsi. Dalam konteks konstruksi

sosial, label banyak digunakan untuk membentuk kesan positif maupun

negatif atas sesuatu, diri, atau sebuah kejadian.

Hal yang sama berlaku pada media melalui berita, baik melalui bad news

maupun melalui good news. Pelabelan berlangsung dalam konstruksi

pesan-pesan dibalik berita yang bisa nampak dari bagaimana cara media tersebut

memberikan justifikasi kepada seseorang atau tokoh.

Pada kasus metro TV maupun TV one, kedua televisi sama-sama melakukan

pelabelan dalam konstruksi beritanya. Dengan cara secara terus menerus

menggiring wacana kesan berita positif pada relasi koalisi yang disokong oleh

pemilik mereka, dan memberikan lebel negatif pada lawan politiknya.

Hal ini nampak jelas dari cara konstruksi berita masing-masing televisi.

Misalnya saja, ketika munas Golkar berlangsung di bali, berita menyangkut

lumpur lapindo mendapatkan porsi yang sering dimunculkan oleh metro TV.

 

   

 

       14

(18)

Sebagai bentuk balasan, TV one dan jaringan viva news membalas dengan

menampilkan kisruh dibalik impor minyak angola yang diidentifikasi

berhubungan dengan kepentingan perusahaan bisnis surya paloh. Kedua

media secara terbuka sedang mengkonstruksi untuk memberi lebel kepada

masing-masing pemilik, bahwa ingat Abu Rizal Bakrie inggat Lumpur

Lapindo, sedangkan dibalik kenaikan BBM dan perubahan impor minyak

ada kepentingan surya paloh!

Media sebagai representasi dari kepentingan pemilik tak bisa disangkal jika

melihat bagaimana konstruksi wacana pemberitaan kedua media, selain

menjadi corong kepentingan politik kedua media juga menjadi corong dari

pembela kepentingan dari relasi bisnis dan ekonomi dari masing-masing

pemilik.

Selain dalam relasi kepentingan bisnis, serangan bad news juga berlangsung

pada berbagai berita menyangkut intervensi pengaruh masing-masing tokoh

dalam koalisi politiknya. TV one secara terbuka menyerang surya paloh dan

partai nasdem sebagai partai dan tokoh yang panen jatah metri dan secara

sengaja memasang anggota partainya untuk melakukan intervensi hukum

dalam kasus pemilihan jaksa agung.

Sementara itu, metro TV kembali melakukan serangan balasan dengan

(19)

karena ingin tetap menguasai kekuatan politik beringin dan menjadi aktor

utama perpecahan dalam tubuh partai golkar.

4.2.3 Good News Hanya untuk Sang pemilik

Tak  hanya  sibuk  saling  menyerang  pihak  lawan,  kedua  TV  juga  menjadi  sarana  untuk  mengkonstruksi  segala  hal  positif  bagi  kedua  pemiliknya.  Dalam  banyak  momentum,  metro  TV  senantiasa  meliput  segala  kegiatan  positif  dari  Surya  Paloh  diluar  berbagai  pemberitaan  politik  yang  dilakukan  oleh  surya  paloh  dan  partai  Nasdem. 

Misalnya  saja  ketika  surya  paloh  mendapatkan  gelar   Honorary  Profesorship  (Profesor  Kehormatan)  dari  Beijing  Foreign  Studies  University,  Beijing,  Cina  pada 10 september 2014 yang lalu.  Metro TV melakukan tayangan live peristiwa  tersebut bahkan mewawancari langsung surya paloh dari cina.  

                   

Rekonstruksi berita postif tentang diri Surya paloh yang dibentuk oleh metro TV  semakin  menegaskan  kendali  kepemilikan  atas  sebuah  media,  menjadi  sangat  dominan.  Gambaran  teori  kritis yang melihat media sebagai instrumen pengontrol wacana menjadi sebuah hal yang tidak bisa ditolak lewat praktek

(20)

Tak jauh berbeda, dengan metro TV dalam sejumlah program acaranya TV

one juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh metro TV.

Misalnya saja, TV one begitu sering menampilkan sisi kehidupan pribadi dari

ARB dan keluarga.

Usaha menampakan diri ARB sebagai sebuah keluarga yang intelektual,

berlatar belakang pengusaha yang sukses, humanis menjadi kesan yang terus

dibungkus oleh TV one. Dari gambaran pola konstruksi berita akan aktor dan

tokoh politik ini rasanya menjadi benar bahwa good news hanya untuk sang

(21)

BAB V Kesimpulan

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil kajian ini, dapat disimpulkan bahwa dominasi

kepemilikan media dan pengaruhnya terhadap pola penggiringan

kepentingan wacana politik dan ekonomi para pemilik stasiun

televisi adalah hal yang benar. Gambaran paradigma ekonomi

politik kritis yang melihat media adalah agen konstruksi wacana

bagi kepentingan para pemiliknya dalam upaya mengukuhkan

dominasi bisnis dan politik, nampak tercermin dari kedua stasiun

televisi baik TV one maupun metro TV dalam wujud konstruksi

berita maupun sejumlah acara mereka.

2. Wujud dan model konstruksi media yang dilakukan oleh kedua

Televisi ditampilkan dalam wujud labeling maupun startegi

pencitraan yang menampilkan sejumlah bad news bagi pihak lawan

dan mengkonstruksi berita good news bagi para pemiliknya.

3. Media secara nyata menjadi corong bagi kepentingan relasi politik

dan ekonomi oleh kedua pemiliknya, bahkan kedua televisi tidak

lagi menjadi saluran yang menampilkan realitas justru sebagai

sarana mengkonstruksi realitas sesuai dengan kepentingan

(22)

BAHAN BACAAN :

Berger dan Luckmann dalam Suparno dalam Bungin, 2008:13.

Curran, lames, Gurevitch, Michael, dan Woollacott, Janet (7987), 'The Study of the Media: Theoretical Approaches,' dalam Oliver Boyd Barret dan Peter Braham ("d), Media, Knowledg", and Power, London, Croom Helm, hal.63-70.

Golding and Murdock. (1991). “Culture Communication, and Political Economy” dalam Currandan Gurevitch (pp 15 –32)

Herman, Edward S. dan Chomsky, Noam (1988), Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media, New York, Pantheon Books, 1988.

Rogers, Everett M. (1982), 'The Empirical and the Critical School of Communication Research,' dalam Michael Burgoon ("d), Communication Yearbook, Vol. 5, London, Transaction Books, hal. 725-1.43.

Rogers, Everett M. (7994), A History of Communication Study: A Biographical Approacrl, New York, The Free Press.

Schulman, Mark, (7990), 'Control Mechanism Inside the Media,' dalam Sudibyo, Agus jurnal ilmu sosial dan ilmu politik volume 4 hal (123);2000

Sumber Internet :

www. You tobe. Com /link partai Golkar dan Nasdem

Referensi

Dokumen terkait

Budidaya kepiting lunak merupakan usaha yang memerlukan investasi, biaya operasional yang relatif besar serta memiliki resiko tinggi. Hasil observasi awal yang

Microsoft access 2000 merupakan pengembangan dari microsoft access versi sebelumnya, dengan harapan program aplikasi database ini lebih mudah dipakai, mudah diintegrasikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya di bidang public relations (PR). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

Hasil penelitian di daerah irigasi kalibawang diperoleh nilai efisiensi saluran primer sebesar 94% dan setelah menganalisis kebutuhan air tanaman sesuai

Hasil rancangan usulan awal memiliki beberapa kelemahan karena hanya menggunakan satu dimensi antropometri yaitu lebar tangan (LT), memiliki bentuk pegangan yang pipih sehingga

Ber dasar kan Ber ita Acar a Pene Kendar aan Ber motor Nomor : 60 Penetapan Pemenang Penyedia B Dinas Per hubungan Kota Bandar ini dinyatakan sebagai Pemenan Ber motor ,

SHQHOLWLDQ LQL DGDODK SHQHOLWLDQ NXDQWLWDWLI GHQJDQ GHVDLQ HNVSHULPHQ 7HNQLN SHQJXPSXODQ GDWD 2EVHUYDVL NHPDPSXDQ PHQJHPXNDNDQ SHQGDSDW GDQ WHV 7HNQLN DQDOLVLV GDWD KDVLO

Adapun masalah konsep diri peserta didik dapat dikategorikan masalah pribadi sosial, karena peserta didik yang memiliki konsep diri negatif tidak hanya berpengaruh buruk