HADITS TENTANG PRODUKSI
MAKALAH
Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah: Tafsir ayat dan hadits ekonomi
Dosen pengampu : Bpk. Dede Rodin M.Ag.
Di susun oleh :
Hayyi’ lana (1605036068)
Moh Kharis Sa’dani (1605036069)
Dwi Kurnia Sari P S (1605036070)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN S-1 PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semua sumber daya yang ada di bumi dan di langit yang disediakan oleh Allah SWT itu semua tidak lain untuk kebutuhan manusia, supaya manusia dapat menikmati itu semua dan memiliki kehidupan yang layak. Oleh karena itu manusia dituntut untuk berkreasi dalam mengolah sumber daya tersebut. Salah satunya dengan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi sendiri juga merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan dari produksi ialah mengahasilkan sebuah barang ataupun jasa dan selanjutnya didistribusikan kepada para konsumen. Produksi sangat penting dalam kegiatan ekonomi, karena tanpa adanya produksi maka kegiatan ekonomi akan terhenti..
Produksi juga berarti diciptakannya manfaat, seperti juga konsumsi yaitu pemusnah produksi. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak sesorang dapat menciptakan benda. Tujuan dari adanya produksi yaitu menciptakannya kesejahtraan ekonomi. Dalam Islam sendiri produksi memiliki beberapa batasan sehingga menciptakan kesejahteraan yang haqiqi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian produksi menurut Islam ? 2. Apa faktor-faktor produksi
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian produksi menurut Islam
Produksi merupakan sebuah proses yang lahir seiring dengan keberadaan manusia di muka bumi. Karena produksi termasuk prinsip bagi kelangsungan hidup manusia serta peradaban manusia dan bumi.1 dimana
dalam bahasa Arab, arti produksi adalah Al-intaj yang berasal dari akar kata nataja, yang memiliki arti mewujudkan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas.2
Sedangkan secara terminologi produksi adalah menciptakan dan menambahkan kegunaan (nilai guna) suatu barang, dimana kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru.3 produksi dalam
perspektif islam tidak hanya berorientasi dalam memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya, dimana dalam islam, tujuan utama produksi adalah untuk tercapainya kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang.4
Dimana bagi islam memproduksi sesuatu bukanlah untuk konsumsi sendiri atau di jual di pasar saja, tetapi lebih jauh menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan pada fungsi sosial.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produksi yaitu menciptakan nilai guna suatu barang ataupun jasa dengan tujuan untuk mewujudkan kepuasan pada kebutuhan untuk kemaslahatan manusiawi yang mana tidak hanya untuk individu personal namun juga untuk kemaslahatan masyarakat.
Sistem ekonomi islam menyediakan beberapa landasan teoritis seperti keadilan ekonomi, jaminan social, dan pemanfaatan sumber daya ekonomi produktif secara efisien. Dimana kegiatan produksi yang pada
1Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.106. 2Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.61. 3Ibid.,
dasar nya halal, harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan kerugian dan mudharat dalam kehidupan masyarakat.6
B. Faktor-faktor dalam produksi
Kegiatan produksi membutuhkan berbagai sumber daya ekonomi yang lazim disebut faktor produksi atau input, yakni segala hal yang menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi.7
Dikalangan para ahli ekonomi muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi. Menurut al-Maududi, faktor produksi terdiri dari amal atau kerja, tanah, dan modal. Adapun menurut M. Abdul Mannan, faktor produksi hanya berupa amal (kerja).8
Meskipun terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli ekonomi tentang faktor produksi, namun secara umum faktor-faktor produksi mencakup empat hal, yaitu: tanah (sumber daya alam), tenaga kerja (sumber daya manusia), modal dan organisasi.9
1. Sumber Daya Alam (tanah)
Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi tidak setepat dalam arti yang sama yang digunakan di zaman modern.10
Allah SWT menciptakan bumi dan sisinya sebagai sumber daya alam untuk dikelola manusia demi kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
Konsep tanah sebagai sumber daya alam memiliki makna yang luas, yang mencakup segala sesuatu yang ada di dalam, luar, maupun disekitar bumi.
Rasulullah menyarankan agar sumber daya alam berupa tanah hendanya digarap sebagai lahan produksi.
Rasulullah mendorong umatnya suapaya senantiasa berproduksi untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Jika seseorang mempunyai lahan produksi, tetapi ia tidak mampu untuk melakukan kegiatan produksi, maka hendaklah diserahkan kepada orang lain agar memproduksinya.
6 Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.64. 7Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.114
8Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 81 9Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.114
Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan sehingga menganggur.
Hadits di atas menjelaskan tentang pemanfaatan faktor produksi berupa tanah yang merupakan faktor penting dalam produksi. Tanah yang dibiarkan dan tidaka olah tidak disukai oleh Nabi Muhammad SAW karena tidak bermanfaat bagi yang punya dan orang sekelilingnya. Dalam hadits di atas, Nabi menganjurkan agar umat Islam menggarap tanah yang dimilikinya agar terproduksi biji-bijian dan buah-buahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan hajat hidup banyak orang. Nabi melarang mebiarkan aset produksi yang berupa tanah menganggur tanpa sentuhan penggarapan karena di samping mubadzir juga dapat mengurangi tingkat produksi pertanian.11 Berbeda dengan modal fisik ataupun uang. Oleh karena itu Rasulullah melarang sewa tanah untuk pertanian.12
Larangan menyewakan tanah untuk pertanian
ننعي يهيني ميليسيوي هضينليعي هضللا يلييصي هضللا ليونسيري نييأي هضللا دضبنعي نضبن رضبضاجي ننعي
.(
ملسم هور ضضرنايلنا ءضاريكض
)
“dari Jabir ibn ‘Abd Allah bahwasanya Rasulullah SAW melarang menyewakan tanah pertanian.”(HR. Muslim) Sewa tanah itu tidak sesuai dalam implikasi pemanfaatan tanah atau cara muzaro’ah karena tanah tidak mengalami depresiasi. Berbeda dengan modal fisik ataupun uang. Oleh karena itu Rasulullah melarang sewa tanah untuk pertanian.13
2. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)
11Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 66.
:
dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu.”(HR.Muslim)Hadits di atas menjelaskan tentang beberapa hal terkait dengan ekonomi, yaitu: (a) dorongan untuk rajin bekerja dengan berangkat pagi-pagi sekali, (b) dorongan untuk bekerja dan berproduksi, (c) dorongan untuk melakukan distribusi, (d) dorongan untuk hidup ksatria dengan tidak meminta-minta, dan (e) dorongan untuk bertanggung jawab dalam ekonomi keluarga.14
Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan bumi, dalam arti memanfaatkan sumber daya alam dibumi dan menjadi tenaga-tenaga yang bertugas mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi sehingga tercapai kesejahteraan hidup.
Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang paling penting dari eberapa faktor produksi yang lain, karena manusialah yang memiliki inisiatif atau ide dan memmpin semua faktor produksi. Dalam kata lain, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja mmanusia bukanlah kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji dll. Tetapi yang
dimaksud adalah tenaga kerja tersebut bermakna lebih luas yakni sumber daya manusia.15
3. Modal atau Kapital
Menurut M. Abdul Mannan, modal memiliki posisi yang stategis dalam ekonomi Islam sebagai sarana produksi yang menghasilkan, tidak sebagai faktor produksi pokok, melainkan sebagai perwujudan tanah dan tenaga kerja.
Modal sangat pentimg dalam kegiatan produksi baik yang bersifat tangible asset maupun intangible asset. Modal dapat pula memberikan makna segala sesuatu yng digunakan dan tidak habis untuk diputar secara ekonomis dengan harapan dari modal tersebut menghasilkan hasil yang lebih (profit).16
Rasulullah menganjurkan bekerja atau berproduksi yang disertai dengan kejujuran.
:
منليضسيوي هضينليعي هضللا يلييصي هلضلا ليونسيري لياقي هيننعي هيللا ييضضري يرضذنخيلان دضينعضسي يبضأي ننعي
)
يذمرتلأ هور ءضاديهيشييلاوي نيينقضينديضصضلاوي نيينييضبضنلييا عيمي قيونديصيلنا ريجضاتيلنأي
)
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.”
:
نيينقضينديضصضلاوي نيينييضبضنلييا عيمي قيونديصيلنا ريجضاتيلنأي منليضسيوي هضينليعي هضللا يلييصي هلضلا ليونسيري لياقيف
).
دمحا ةياور ةمايقلا موي ءضاديهيشييلاوي
)
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahidpada hari kiamat.”
15Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 87
Dalam hadits tersebut Rasulullah memberikan dorongan kepada para pedagang yang memproduksikan dagangnnya dengan cara yang jujur akan masuk surga bersama para nabi, para syuhada’, dan orang-orang jujur.17
4. Organisasi (Manajemen)
Organisasi atau menejemen merupakan proses merencanakan dan mengarahkan kegiatan usaha untuk mencapai tujuan. Organisassi
“Dari ‘urwah ibn Zubayr dan Sa’id ibn Al-musayyib bahwa Hakim ibn Hizzam berkata: Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu ia memberikannya kepadaku kemudian aku memintanya lagi dan memberikan kepadaku, lalu aku meminta lagi dan ia memberiku lagi. Kemudian Nabi bersabda, “wahai hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan barangsiapa mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.”HR. al-Bukhori).
“dari Hakim ibn Hizam, katanya: : Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu ia memberikannya kepadaku kemudian aku memintanya lagi dan memberikan kepadaku, lalu aku meminta lagi dan ia memberiku lagi. Kemudian Nabi bersabda, “sesungguhnya harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan barangsiapa mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-aktivitas produksi dan konsumsi harus balance. Apabila keduanya tidak balance maka akan mengakibatkan ketimpangan dalam kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dideskripsikan, apabila barang/jasa yang diproduksi itu lebih banyak dari pada permintaan konsumsi ,aka akan terjadi ketimpangan ekonomi yaitu penumpukan output produksi sehingga terjadi kemubadziran. Inilah yang disebut israf (produksi yang berlebihan) yang dalam ekonomi Islam dianggap sebagai bentuk dosa sehingga output produksi tidak memiliki nilai maslahah dan kehilangan berkahnya. Atau sebaliknya.19
a. Rasulullah Melarang produksi yang haram
Islam melarang seseorang memproduksi atau mengkonsumsi produk atau barang yang haram seperti alkohol, babi, anjing, bangkai, heroin, narkotika, binatang yang disembelih tidak atas nama Allah dan binatang buas.20 Sedangkan dalam ekonomi produksi konvensional
ialah tidak menganal yang halal ataupun yang haram, yang terpenting ialah mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya dan memenuhi keinginan pribadi seseorang. Rasulullah memperingatkan dengan keras agar menghindari barang-barang atau produk-produk yang bersabda, “yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, dan dianatra keduanya adalah perkara yang samar-samar (subhat). Maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu dosa yang samar, maka pada dosa yang jelas akan lebih meninggalkannya. Barangsiapa yang terjatuh pada suatu dosa yang diragukan, mka lebih dekat terjatuh pada dosa yang lebih jelas. Maksiat itu pantangan Allah, barangsiapa mengelilingi sekitar pantangan itu, maka bisa jadi ia jatuh ke dalamnya.” (HR. Al-Bukhori).21
b. Rasulullah mencela orang yang tidak mau bekerja atau berproduksi
:
سيانييلا ليأيسي ننمي نملييسيوي هضينليعي هضللا يلييصي هضللا ليونسيري لاقي ةيريينريهي ينبضأي ننعي
)
ملسم هور رنثضكنتيسنييلض ونأي لييقضتيسنييلنفي اررمنجي ليأيسنيي امينيياضفي اررثييكيتي منهيلياويمنأي
)
20 Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 69.
“Dari Abu Hurayrah, katanya: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meminta-minta harta kepada orang lain dalam rangka untuk memperbanyak (hartanya). Sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendaklah ia mempersedikit atau memperbanyaknya.(HR. Muslim)”22
Dalam hadits tersebut Rasulullah mengajarkan kepada umatnya supaya umatnya tidak malas-malasan dalam bekerja atau berproduksi serta dapat menghasilkan karya-karya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi merupakan sebuah proses yang lahir seiring dengan keberadaan manusia di muka bumi. Dalam bahasa Arab, arti produksi adalah Al-intaj yang berasal dari akar kata najasa, yang memiliki arti mewujudkan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas.
terminologi produksi adalah menciptakan dan menambahkan kegunaan (nilai guna) suatu barang, dimana kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru.
produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi dalam memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyak nya, dimana dalam islam, tujuan utama produksi adalah untuk tercapainya kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Idri. 2016. Hadits Ekonomi dalam perspektif Hadits Nabi. Jakarta: PRENADAMEDIA GRUP. Cetakan ke-2.
Rodin, Dede. 2015. Tafsir Ayat Ekonomi. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya. Cet. Ke-1.