• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Ilmiah Tentang Tafsir Tawil dan te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karya Ilmiah Tentang Tafsir Tawil dan te"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an/Hadits

TAFSIR DAN TA’WIL SERTA TERJEMAH

Di

s

u

s

u

n

oleh

Ahmad Zaman Huri (150203152) Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

Dosen Pembimbing : Asnawiyah, S.Ag., M.A.

(2)

A. PENDAHULUAN

Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia.1 Di samping itu, dalam ayat dan

surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.

Al Qur`an adalah Kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian Al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah Azza wa Jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana.

Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal, yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad saw, sebagai bukti besar atas kenabian. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang sedemikian luasnya, yang apabila ditelaah dan dipelajari, akan memberikan penerangan serta membimbing manusia menuju jalan yang lurus.

Keindahan dan kesempurnaan bahasa Alqur'an tidak tertandingi oleh siapapun mahkhluq di alam semesta. Bahkan Allah pernah menantang manusia untuk membuat kalimat yang sepadan keindahannya dengan Alqur'an dengan firman-Nya :

اوععدداوو ههلهثدممه نمه ةةرووسعبه اوتعأدفو انودهبدعو ىلوعو انولدزمونو اممومه بةيدرو يفه مدتعنكع نإهوو

نويقهدهاصو مدتعنكع نإه ههلمولا نهودع نممه مكعءوآدوهوشع

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar ( Q.S Al baqarah : 23 )

(3)

Tafsir al-Qur’an berkembang mengikuti irama perkembangan masa dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir al-qur’an yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang dari hukum-hukum agama.

B. Pengertian Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah

1. Tafsir

Tafsir menurut bahasa diambil dari kata fassara-yufassiru yang berarti menjelaskan, atau dari kata fasrun yang berarti membuka, membedah sesuatu yang rumit, secara linguistic tafsir dapat diartiakan usaha membedah problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain. Pada dasrnya penertian tafsir menurut bahasa tidak lepas dari kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-bayan ( menerangkan), al-kasyf ( mangungkapkan).2

Sedangkan Menurut istilah:

 Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keaaannya, kisahnya, dan sebab yang karenanya ayat diturunkan, dengan lafat yang menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali.

 Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat dipahamkan kibullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksud-maksudnya mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.

 Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya.

 Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan (petunjuk).3

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para Ulama diatas, disa disimpulkan tafsir berarti keterangan mengenai makna yang dimaksudkan dalam alqur’an baik dalam kerangka

2 Manna’ Khalil Qaththan, Mabahits Fii Ulumil Qur'an, Op.cit Hal. 313

(4)

pemikirnya masing-masing atau berpatokan pada riwayat dan pengetahuan seseorang. Ilmu tafsir di definisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara mengungkapkan lafadz-lafadz al-Qur’an, dalil-dalil yang dikemukakannaya, hukum-hukumnya baik yang bersifat spesifik maupun sistematik serta makna-maknanya yang diungkapakn dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Secara umum para ulama telah membagi tafsir menjadi dua bagian yaitu:  Tafsir bi al-riwayah, atau disebut juga dengan tafsir bi al-ma’tsur

Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersumber dari nash-nash, baik nash al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw, pendapat (aqwal) sahabat, ataupun perkataan (aqwal) tabi’in. Dengan kata lain yang dimaksud dengan tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an, menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in.

Tafsir bi Al ma'tsur secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :  Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an

 Tafsir Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits  Tafsir Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat

Tafsir bil ma’tsur inilah yang wajib diikuti, diambil dan dipegangi, karena tafsir inilah jalan ma’rifah yang sahih dan metode yang dikenal. Inilah tafsir yang tidak mungkin menyelewengkan dalam kitabullah.

Beberapa kitab tafsir bil ma`tsuur yang terkenal diantaranya:

 tafsir Ibnu Abbas : Tanwiirul Miqbas min Tafsiiri Ibn Abbas,  tafsir at Thabari : Jamii’ul Bayaan fii Tafsiiril Qur`an,  tafsir Ibnu ‘Atiyyah : Muharrarul Wajiiz fi Tafsiiril Kitaabil ‘Aziz,  tafsir Ibnu Katsir : Tafsiirul Qur`aanul ‘Azhiim.

(5)

Cara penafsiran bil ma’qul atau lebih populer lagi bir ra`yi menambahkan fungsi ijtihad dalam proses penafsirannya, di samping menggunakan apa yang digunakan oleh tafsir bil ma`tsuur. Penjelasan-penjelasannya bersendikan kepada ijtihad dan akal dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip bahasa Arab dan adat-istiadat orang Arab dalam mempergunakan bahasanya.

Husayn al Dhahaby menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tafsir bir ra`yi adalah penafsiran al Qur`an atas dasar ijtihadnya yang berlandaskan pengetahuannya tentang penuturan bangsa Arab dan arah pembicaraan mereka serta pengetahuannya tentang lafal bahas Arab dan makna yang ditunjukkannya dengan menjadikan syair jahily sebagai acuan dan panduannya. Meskipun demikian, lanjut al Dhahaby, asbaabun nuzuul, naasikh wa mansuukh, dan alat bantu lainnya merupakan pengetahuan-pengetahuan yang tetap harus dikuasai dan digunakan dalam penafsiran ini.

Menurut Manna’ Khalil Qaththan menafsirkan al qur`an dengan akal dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang sahih adalah haram, tidak boleh dilakukan. Menurutnya, cara penafsiran seperti ini dilakukan oleh mayoritas ahli bid’ah dan madzhab batil dalam rangka melegitimasi golongannya dengan memelintir ayat-ayat al Qur`an agar sesuai dengan kehendak hawa nafsunya.

Corak Tafsir dengan ra’yi (pikiran) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:  Tafsir dengan pikiran yang tercela (madzum / mardud)

 Tafsir dengan menggunakan pikiran yang terpuji (mahmudah / maqbul)

Para Ulama bersepakat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi bagi seorang mufassir adalah sebagai berikut:

 Ilmu Bahasa; untuk mengetahui kosa kata dan maknanya  Ilmu Nahwu; untuk mengetahui perubahan suatu kata

 Ilmu Tashrif; untuk mengetahui perubahan bentuk kata dan maknanya.  Ilmu Isytiqaq; untuk mengetahui dasar pembentukan akar kata

 Ilmu Balaghah; untuk mengetahui keistimewaan susunan kalimat  Ilmu Qira’ah untuk menentukan qiraat yang lebih sesuai dengan arti

(6)

 Ushul Fiqh; untuk mengistimbathkan hukum dari dalil-dalilnya.

 Asbabun an-Nuzul; untuk mengetahui maksud ayat dalam sejarah turunnya  Ilmu Nasikh Mansukh; untuk mengetahui ayat-ayat yang muhkam

 Ilmu Fiqh; untuk mengetahui pandangan-pandangan para fuqaha  Ilmu Hadits; agar tidak mudah terbawa oleh arus cerita Israliyat

2. TA'WIL

Menurut bahasa Ta’wil di ambil dari kata Awwala – Yuawwilu – Ta’wilan : kembali kepada asalnya.4 Ada pula yang mengatakan bahwa ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu” yang

berarti “Ar Ruyu”, yaitu “kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata “Al-Ayalah”, yang berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur kalimat, menimbang-nimbangnya, membolak-balikannya untuk memperoleh arti dan maksudnya.

Adapun Ta’wil menurut istilah ulama salaf yaitu menegaskan yang dimaksud ada dua macam, yaitu:

 Ta’wil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti tersebut sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.

 Ta’wil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat. Maka apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah esensi dari perbuatan yang dituntut, dan jika berupa rangkaian kalimat berita maka ta’wilnya adalah esensi dari suatu yang diberitakan.5

Dalam definisi lain ta’wil secara bahasa berasal dari kata ”aul” yang berarti kembali keasal, atas dasar ini maka ta’wil secara istilah diartikan menjadi dua makna yaitu :

Pertama , ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim (pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang yang kepadanya suatau kalam dikembalikan . dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud.

4 Kahar Masykur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka cipta, 1992), hlm 160

(7)

Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan menjelaskan maknanya.

3. Terjemah

Secara lafazh tarjamah dalam bahasa Arab memiliki arti mengalihkan pembicaraan (kalam) dari satu bahasa ke bahasa lain. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam Kamus Lisan Al Arab :

“Yang dimaksud dengan turjuman (dengan menggunakan dhammah) atau tarjuman (dengan fathah) adalah yang menterjemahkan kalam (pembicaraan), yaitu memindahkannya dari satu bahasa ke bahasa yang lain”.6

Sedangkan pengertian tarjamah secara terminologis, sebagaimana didefinisikan oleh Muhammad ‘Abd al-’Azhim al Zarqani sebagai berikut:

Tarjamah ialah mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam suatu bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa pertama), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya.7

Terjemah dibedakan menjadi dua macam yaitu :  Terjemah Harfiyah

Terjemah ini mustahil dilakukan dalam Al-Quran apabila dilakukan maka penggantian huruf atau kalimat dari bahasanya akan menghilangkan kemukjizatnya, sehingga tidak lagi bisa disebut Qur’an.

Terjemah Tafsiriyah/ Ma'nawiyah

 Terjemah Tafsiriyah adalah terjemah dengan bahasa selain bahasa Al-Qur’an dengan bahasa arab maupun bahaa lainnya. Terjemah semacam ini tetap mencantumkan bahasa aslinya dan menggunakan pemisah antara Al-Qur’an dengan terjemahannya.

Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu mengetahui bahwa terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dapat dicapai dengan

(8)

baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya.8

Ada beberapa pembagian dari syarat-syarat terjemah, yaitu :

 Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik tarjamah harfiyah maupun tarjamah tafsiriyah adalah:

 Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa terjemahnya;

 Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari kedua bahasa tersebut;

 Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang dikehendaki oleh bahasa pertama;

 Hendaknya bentuk (sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah tidak ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.9

Wajar jika dikatakan bahwa penerjemah idealnya adalah seorang yang ilmunya sebidang dengan pengarang buku yang diterjemahkan. Penerjemahan juga harus memperhatikan gaya bahasa yang dianut oleh bahasa sumber dan gaya bahasa penerima seperti penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

C. Persamaan Dan Perbedaan Antara Tafsir, Ta’wil dan Terjemah

Adapun persamaannya adalah :

 Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur’an  Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Qur’an

Perbedaan antara Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah, yaitu :

(9)

Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut.

Ta’wil: mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada arti lain yang samar dan marjuh.

Terjemah: hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.

Perbedaan ini bisa kita tulis dalam bentuk tabel seperti di bawah,

Perbedaan Terjemah dan Tafsir

TERJEMAH TAFSIR

Memakai Bahasa Lain, Jelas diterangkan dalam al-qur’an dan hadits-hadits shahih, Digunakan dalam ayat - ayat mukhkamat (jelas) Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki Memakai bahasa arab yang mempunyai keterkaitan

dengan lafadz, Kebanyakan di istinbath oleh para ulama, Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat Jelas diterangkan dalam al-qur’an dan hadits-hadits shahih, Digunakan dalam ayat - ayat mukhkamat (jelas), Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki Pemakaian lebih banyak pada makna-makna dan

susunan kalimat, Kebanyakan di istinbath oleh para ulama, Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat, Menerangkan hakikat yang dikehendaki

D. Metode - Metode Tafsir Alqur’an

Para penafsir Alqur’an menempuh metode tertentu dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Penggunaan metode dimaksud terlihat pada penyajian isi karya tafsir mereka. Secara garis besar, ada 4 metode tafsir yang dikenal dewasa ini, antara lain :

(10)

4. Maudhu’I 10

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Metode Tahlili

Adalah menyajikan penafsiran ayat demi ayat Alquran dalam berbagai aspeknya secara runtut berdasarkan urutannya dalam mushaf. Penafsiran diawali dengan menjelaskan pengertian kosa kata, lalu dilanjutkan dengan penjelasan makna kalilmat, penggalan ayat, dan pengertian global. Diantara kitab-kitab tafsir yang memakai metode ini adalah kitab tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Maragi, dan lain-lain.

2. Metode Ijmali

Salah satu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Alqur’an secara global. Metode ini tidak bersifat mendetail, tetapi hanya menguraikan secara umum kandungan terpenting yang terdapat dalam ayat-ayat Alqur’an. Salah satu yang menggunakan metode ini adalah kitab tafsir al-Jalalain.

3. Metode Muqaran

Secara umum, metode muqaran ada 2 metode dalam studi tafsir, yaitu :

 Membandingkan antara ayat-ayat Alqur’an yang memiliki kemiripan tertentu, baik dari

segi redaksi maupun kandungannya.

 Membandingkan antara latar belakang yang berbeda, baik secara keilmuan, budaya, mazhab, dan sebagainya.

4. Metode Maudhu’i

Metode ini dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :

 Berdasarkan surat Alqur’an

 Berdasarkan tema pembicaraan Alqur’an

(11)

E. Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan pengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa: “Tafsir” adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.

“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.

“Terjemah” adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan.

Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qatan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Mudzakir AS., Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2001

Sirojuddin Iqbal, Mashuri dan Drs A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, Angkasa, Bandung : 1989

Masykur, Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka cipta, 1992

Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka

Setia, 1997

Al-Zarqany, Muhammad Abd. Al-Adzim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur'an, Mesir: Isa

al-Baby al-Halaby wa Syirkah, t.t. 1988

M a n n a ’ a l - Q a t h t h a n , M a b a h i t s F i U l u m i l Q u r ’ a n , B e i r u t . Lebanon, 1976.

(13)

Sumber Online :

http://academia.edu/

Referensi

Dokumen terkait

Untuk permintaan pelayanan perjamuan bagi jemaat sakit baik di rumah maupun di rumah sakit dapat menghubungi Majelis sektor atau kantor Majelis Jemaat setiap hari Kerja paling

Dari hasil laporan di Sumatra Selatan, faktor persentase nelayan dalam suatu kelompok berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga yang lebih tinggi,

Dalam pengorganisasian, BPBD melakukan penanggulangan bencana dengan cara bekerja sama dengan SKPD Kabupaten Sleman lainnya, seperti Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

Selain itu evaluasi juga dapat dilakukan melalui survei kepuasan pelanggan dengan survei ini sekolah akan dapat mengetahui hal-hal apa sajakah yang harus diperbaiki agar pada tahun

Hasil pengukuran pada tabel 4.5 dengan rangkaian setengah gelombang menggunakan beban R diperoleh hasil tegangan masukan dilihat pada pengukuran pada osiloskop

mendapatkan cara mengemudi yang aman di jalan ataupun mengoperasikan suatu mesin berputar di pabrik, haruslah diperhatikan kondisi jasmani (fisik) dari pengemudi atau operator

Hal ini berarti mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude,

Wongsonegoro dan berpengaruh terhadap disiplin pegawai dalam meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat adalah pertama transformasional dimana pemimpin mendorong,