PENDEKATAN EKOLOGIS UNTUK MENCIPTAKAN
KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN
KONSERVASI GEREJA KATEDRAL
SEMARANG
PROPOSAL THESIS
OLEH
Rosalia Rachma Rihadiani,ST
UNIVERSITAS KATHOLIK SOEGIJAPRANATA
JL. PAWIYATAN LUHUR IV no.1 BENDAN DUWUR
S E M A R A N G
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang masalah I.2. Pemasalahan
I.3 .Pembatasan masalah I.4.Perumusan masalah I.5.Tujuan penelitian
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Landasan Teori Umum II.2. Teori Khusus
II.3.Penentuan variabel II.4.Kerangka Pemikiran II.5.Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI
III.1.Metode dan Desain Penelitian III.2.Populasi dan Sampel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Proses pembangunan yang memperhatikan keberlanjutan disegala bidang disebut dengan istilah “Pembangunan Berkelanjutan”. Menurut Budimanta (2005) , pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan , kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya. Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses perubahan yang terencana,yang didalamnya terdapat eksploitasi sumber daya,arah investasi, orientasi pengembangan teknologi dan perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam keadaan yang selaras,serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Tiga lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah :
1. Pembangunan ekonomi 2. Pembangunan sosial 3. Pembangunan lingkungan
Sejalan Djajadiningrat (2005) dalam buku “Suistanable Future: mengagas warisan peradaban bagi anak cucu , seputar Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat, menyatakan bahwa dalam pembangunan berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Keberlanjutan ekologis
2. Keberlanjutan di bidang ekonomi 3. Keberlanjutan sosial dan budaya 4. Keberlanjutan politik
5. Keberlanjutan pertahanan keamanan
Pada uraian diatas jelas disebutkan tentang peranan desain yang mengedepankan ekologi sebagai salah satu syarat keberlanjutan pembangunan di segala bidang.
topografi dll ). Pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel , ahli ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis mahkluk hidup dan lingkungannya. Dalam bukunya Heinz Frick menuliskan bahwa gedung / bangunan adalah kulit ketiga manusia. Gedung adalah mahkluk atau organik. Dinding,lantai dan atap adalah kulit ketiga tersebut serta harus melakukan fungsi – fungsi pokok sebagai berikut : bernafas,menguap, menyerap, melindungi, menyekat dan mengatur udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan,kecelakaan, kegunaan dll. Ruang luar dan ruang dalam harus merupakan sebuah sistem yang dinamis dan terbuka.(Heinz Frick, Bambang S,1998).
Gereja Katolik telah menerbitkan Nota Pastoral KWI bulan April 2013 berjudul “Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan”. Istilah ekopastoral dicanangkan sebagai wujud dari kepedulian Gereja terhadap kerusakan alam dan keutuhan ciptaan. Dalam pengantar nota pastoral disebutkan sebagai berikut :
1. Gereja ingin mengajak seluruh umat Katolik untuk memberi perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam menjaga, memperbaiki, melindungi dan melestarikan ke-utuhan ciptaan dari berbagai macam kerusakan. Nota Pastoral ini dimaksudkan sebagai bahan pembelajaran pribadi atau bersama bagi seluruh umat dan siapapun yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah lingkungan hidup dan usaha-usaha untuk menjaga, memperbaiki, melindungi dan memulihkannya.
2. Nota Pastoral ini merupakan hasil hari studi para uskup pada tanggal 5-7 November 2012 tentang ekopastoral. Para uskup menyadari pentingnya lingkungan hidup untuk kelangsung-an hidup semua ciptaan namun juga prihatin terhadap berbagai macam kerusakan alam dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Di Indonesia, kerusakan alam terus terjadi dan dari wak-tu ke wakwak-tu kian mengkhawatirkan. Oleh karena iwak-tu, para uskup sepakat untuk meningkat-kan pelayanan karya pastoral di bidang lingkungan hidup atau ekopastoral.
1. Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, termasuk manusia, berupa benda, daya dan keadaan yang mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup (biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air dan udara yang saling berhu-bungan dan saling mempengaruhi.
2. Manusia bersama dengan ciptaan yang lain merupakan bagian dari lingkungan hidup dan keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang amat erat. Lingkungan hidup menyediakan berbagai kebutuhan manusia, menentukan dan membentuk kepribadian, budaya, pola, dan model kehidupan masyarakat. Sedangkan manusia dengan segala kemampuannya dapat menentukan dan mempengaruhi perubahan-perubahan dalam lingkungan hidup. Jika manusia mampu hidup selaras dan seimbang dengan lingkungan hidup, kehidupannya dan kehidupan makhluk lain pun akan berlangsung dengan baik.
bahwa kompleks gereja katedral adalah salah satu situs diantara situs bersejarah lain yang berada di sebuah kawasan-bersejarah Tugu Muda.(Kriswandono,2013)
Dengan status cagar budaya tersebut maka segala tindakan yang menyangkut perubahan fisik bangunan haruslah sesuai dengan ketentuan konservasi yang berlaku. Dalam kurun waktu tahun 1937 – 2013 banyak hal terjadi pada fisik bangunan gereja dan manusia yang beribadah didalamnya. Salah satunya adalah tuntutan kenyamanan thermal ketika umat beribadah pada hari sabtu dan minggu, tuntutan kenyamanan ini dijawab oleh pihak gereja dengan menambahkan unit – unit AC .
Ashere (1989) mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana tingkat kepuasan diperoleh dengan cara empiris. Kenyamanan ini hanya dirasakan oleh manusia bukan benda, binatang dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh oleh lingkungan dan benda – benda disekitarnya. Prinsip kenyamanan thermal adalah terciptanya keseimbangan suhu tubuh dengan suhu disekitarnya.
Parameter yang mempengaruhi kenyamanan menurut Dr._ing.Habil.W.Frank adalah
1. Bentuk tubuh dan berat badan 2. Kondisi tubuh dan berat badan 3. Usia
10. Ritme kehidupan harian dan tahunan 11. Temperatur ruang
dan pencemaran udara,radiasi alam dan radiasi buatan serta bahan bangunan,bentuk bangunan,struktur bangunan,warna dan pencahayaan.( Heinz Frick, 1998)
I.2 Permasalahan
Penilaian kenyamanan selalu subyektif dan tergantung pada beberapa faktor,dalam pendekatan ekologis maka pengamatan terhadap kenyamanan thermal melingkupi manusia,ruang ,bahan bangunan dan lingkungan disekitarnya.
I.3 Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini, daerah yang diamati untuk melihat faktor kenyamanan thermal adalah komplek Gereja Katedral meliputi gedung gereja, taman parkir,taman doa.
I.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Menganalisis pengaruh lingkungan terhadap kenyamanan thermal didalam gedung gereja.
Menganalisis pengaruh bangunan ( bahan bangunan, warna , bentuk struktur , ventilasi ) terhadap kenyamanan thermal didalam gedung gereja.