• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENGARUH BERBAGAI VARIASI SUHU DAN WARNA KEMASAN TERHADAP STABILITAS ANTOSIANIN KULIT MANGGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 PENGARUH BERBAGAI VARIASI SUHU DAN WARNA KEMASAN TERHADAP STABILITAS ANTOSIANIN KULIT MANGGIS"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Oleh :

AYU RAHAYU NUGRAHAWATI H 0605044

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGARUH BERBAGAI VARIASI SUHU DAN WARNA KEMASAN TERHADAP STABILITAS ANTOSIANIN KULIT MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Ayu Rahayu Nugrahawati H 0605044

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 6 Juli 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Windi Atmaka, MP Gusti Fauza, ST., MT Dian Rachmawanti A, STP., MP NIP.196108311988031001 NIP. 197608222008012009 NIP. 197908032006042001

Surakarta, Juli 2010

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kesetiaan kasih dan anugerahNya yang senantiasa ada sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Berbagai Variasi Suhu Dan Warna Kemasan Terhadap Stabilitas Antosianin Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana Stratum Satu (S-1) pada program studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Ir. Kawiji, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.

3. Ibu Dwi ishartani, STP selaku Pembimbing Akademik, atas kesabaran dan motivasinya membimbing penulis di awal masa kuliah.

4. Bapak Ir. Windi Atmaka, MP selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama. Terima kasih untuk setiap bimbingan, dan didikan selama masa studi, serta untuk masukan-masukan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Gusti Fauza, ST., MT selaku Pembimbing Pendamping Skripsi. Terima kasih atas setiap bimbingan dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

6. Ibu Dian Rachmawanti A, STP, MP selaku Penguji Skripsi atas semua masukan dan ilmu yang membangun.

(4)

8. Keluarga terkasih Bapak, Ibu, Embah, dan adik-adikku. Terima kasih atas segala doa, dukungan baik material maupun spiritual, hingga terselesainya penulisan ini.

9. Teman – teman “themanggisproject”--INDIE<AO< ENRI<FENDI<BAYU--terimakasih untuk kerjasama dan hari-hari indah yang luar biasa.

10.H0605...untuk berjuang bersama selama masa kuliah,,trimakasih kerjasama dan supportnya.

11.Semua pihak yang telah terlibat membantu, memberi semangat dan menginspirasi selesainya karya ini, baik secara langsung dan tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di halaman ini.Terimakasih. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan isi dari skripsi ini sehingga dapat lebih berguna dan membantu bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Surakarta, Juli 2010

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

B. Bahan dan Alat ... 11

C. Tahapan Penelitian ... 12

D. Perancangan Penelitian ... 16

(6)

B. Intensitas Warna... 20

C. pH ... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 26

B. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Antosianin Total Pigmen Kulit Manggis ... 17

Tabel 4.2 Nilai Persamaan Garis Linier ... 18

Tabel 4.3 Penurunan Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis ... 20

Tabel 4.4 Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis ... 20

Tabel 4.5 Nilai Persamaan Garis Polinomial Intensitas Warna... 21

Tabel 4.6 Penurunan Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis .... 22

Tabel 4.7 pH Pigmen Antosianin Kulit Manggis... 23

Tabel 4.8 Nilai Persamaan Garis Linier... 24

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Cara Kerja Analisa ... 29

1. Cara Kerja Analisa Intensitas Warna ... 29

2. Cara Kerja Analisa Antosianin Total ... 29

Lampiran II. Hasil Analisa SPSS ... 31

1. Antosianin Total... 31

2. Intensitas Warna... 32

3. pH ... 33

(10)

INFLUENCE OF MANY VARIOUS TEMPERATURE AND CONTAINER COLOUR TO THE STABILITY OF ANTOCYANIN

MANGOSTEEN’S PEEL (Garcinia mangostana L.)

Ayu Rahayu Nugrahawati1

Ir. Windi Atmaka, MP2 and Gusti Fauza, ST., MT3

SUMMARY

Colour is one of many characteristhics that can increase interest value’s product. Colorant are divided to synthentic and natural colorants. The using of synthetic colorant have carcynogenic effect that dangerous to human’s body so that it’s neccessary to change it with natural colorant. The natural colorant can get from leaves, roots, and many fruit’s peel. Mangosteen is one of many fruits who potentialy uses as natural colorant. Pigment in mangosteen’s peel is antocyanin who caused colours mangosteen’s peel be violet and mauve. Antocyanin is not a stable moleculs. The red violet and blue colours can change because of temperature, pH, oxigen, light, adding of acid, sugar, and metal ionic factors (Eskin, 1979 at Tensiska,et al, 2007). Therefore, it necessary to make a research to find the influence of storage treatment in many variuos bottle colours (black and transparant) and temperature (room’s and cool’s temperature) to the stability of antocyanin.

This research is purposed to find how the change rate of total antocyanin, intencity colour and pH during storage in many variuos bottle colours (black and transparant) and temperature (room’s and cool’s temperature) by regresion’s graphic.

This research shown that total antocyanin value had the lowest decreased rate in sample who treated by storaged at refrigerator temperature in black bottle (t2G) with decrease value in 39.6694 %. Sample who treated by storaged at refrigerator temperature in transparant bottle (t2T) has lower decresing intencity colour value to others samples in 78,0515%. Sample who treated by storaged at room’s temperature in transparant bottle (t1T) has the lowest increasing value in 18,2140%. The best storage condition for antocyanin pigment of mangostee’s peel is storage at refrigerator temperature in black bottle.

Keywords : Antocyanin, Storage Treatment, Stability.

1. Student of Food Science and Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta

(11)

PENGARUH BERBAGAI VARIASI SUHU DAN WARNA KEMASAN TERHADAP STABILITAS ANTOSIANIN

KULIT MANGGIS(Garcinia mangostana L.) Ayu Rahayu Nugrahawati1

Ir. Windi Atmaka, MP2 dan Gusti Fauza, ST., MT3

RINGKASAN

Warna adalah salah satu karakteristik yang membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Zat warna dibagi menjadi dua yaitu alami dan sintetis. Penggunaan pewarna sintetis memiliki dampak menimbulkan karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh oleh karena itu perlu digantikan dengan pewarna alami yang lebih aman. Pewarna alami dapat diperoleh dari dedaunan, umbi-umbian, maupun kulit buah tertentu. Salah satu buah yang berpotensi sebagai pewarna alami adalah manggis. Pigmen yang terdapat pada kulit manggis adalah pigmen antosianin yang menyebabkan kulit buah manggis berwarna ungu kemerahan. Antosianin merupakan molekul yang tidak stabil. Warna merah, ungu atau biru yang dimilikinya dapat berubah karena faktor suhu, pH, oksigen, cahaya, dan penambahan asam, gula dan adanya ion logam (Eskin, 1979 dalam Tensiska,et al, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perlakuan penyimpanan pada berbagai variasi warna botol (botol gelap maupun terang) dan variasi suhu (suhu ruang dan suhu dingin) terhadap stabilitas antosianin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui bagaimana laju perubahan antosianin total, intensitas warna dan pH selama penyimpanan pada berbagai variasi suhu dan warna botol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai antosianin total yang mengalami laju penurunan terendah adalah sampel yang diberi perlakuan disimpan pada suhu refrigerator dalam botol gelap (t2G) dengan penurunan sebesar 39.6694 %. Sampel dengan perlakuan disimpan pada suhu dingin pada botol bening (t2T) lebih rendah penurunan intensitas warnanya dibanding dengan sampel antosianin yang diberi perlakuan lain yaitu sebesar 78,0515%. Sampel dengan perlakuan penyimpanan pada t1T (suhu ruang, botol terang) memiliki nilai kenaikan pH yang terendah yaitu sebesar 18,2140%. Kondisi penyimpanan terbaik untuk pigmen antosianin kulit manggis adalah penyimpanan pada suhu refrigerator dalam botol gelap.

Kata kunci : Antosianin, Perlakuan Penyimpanan, Stabilitas.

1. Mahasiswa Jurusan/ Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Warna adalah salah satu karakteristik yang membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Selain itu, penambahan warna dalam suatu produk dapat meningkatkan variasi produk, menambah nilai artistik, dan dapat juga dipakai sebagai sarana identifikasi produk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu produk. Zat warna banyak digunakan pada produk makanan, minuman, tekstil, kosmetik, peralatan rumah tangga dan banyak hal lainnya. Zat warna dibagi menjadi dua yaitu alami dan sintetis. Pewarna sintetis lebih sering dipakai dibanding pewarna alami karena sangat terbatasnya produksi pewarna alami, sehingga pewarna sintetis lebih mudah ditemukan dan semakin banyak digunakan. Namun, penggunaan pewarna sintetis memiliki dampak menimbulkan karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh. Satyatama (2008) menyatakan bahwa dalam pembuatan zat pewarna sintetik seringkali melibatkan penggunaan asam sulfat dan asam nitrat sehingga membuka peluang kontaminasi dari logam berat dan memiliki efek karsinogenik.

Penggunaan pewarna sintetis dapat digantikan dengan pewarna alami yang lebih aman. Pewarna alami dapat diperoleh dari dedaunan, umbi-umbian, maupun kulit buah tertentu. Salah satu buah yang berpotensi sebagai pewarna alami adalah manggis.

(13)

produksi manggis selama tahun 2005 mencapai 62.711 ton dari areal seluas 10.000 hektare. Sementara di tahun yang sama, produksi manggis Thailand sudah mencapai 162.788 ton dari luas areal yang sama (Sumarni, 2002).

Adapun pigmen warna tersebut dapat diekstrak dari kulit buah manggis. Pigmen yang terdapat pada kulit manggis adalah pigmen antosianin yang menyebabkan kulit buah manggis berwarna ungu kemerahan.

Menurut Timberlake dan Bridle (1976) dalam Tensiska,et al, (2007), antosianin merupakan pigmen larut dalam air yang terakumulasi pada sel epidermis buah-buahan maupun pada akar dan daun. Antosianin terdapat pada sejumlah besar buah-buahan seperti pada anggur, strawberry, apel, cherry, raspberry, blueberry dan black currants serta pada sayuran seperti kol merah atau red cabbage (Hendry dan Houghton, 1992 dalam Tensiska,et al,, 2007).

Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, ungu dan biru yang biasa terdapat pada tanaman tingkat tinggi. Antosianin merupakan molekul yang tidak stabil. Warna merah, ungu atau biru yang dimilikinya dapat berubah karena faktor suhu, pH, oksigen, cahaya, dan penambahan asam, gula dan adanya ion logam (Eskin, 1979 dalam Tensiska,et al, 2007).

Penelitian tentang kestabilan antosianin sebelumnya telah dilakukan oleh Tensiska (2007) tetapi faktor perlakuan yang dipakai hanya suhu ruang dan suhu dingin. Hasilnya menyatakan bahwa penyimpanan pada suhu dingin lebih menjaga stabilitas antosianin. Sedangkan perlakuan warna kemasan selama penyimpanan belum diketahui pengaruhnya terhadap antosianin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perlakuan penyimpanan pada berbagai variasi warna botol (botol gelap maupun terang) dan variasi suhu (suhu ruang dan suhu dingin) terhadap stabilitas antosianin.

B. Rumusan Masalah

(14)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana laju perubahan antosianin total, intensitas warna dan pH selama penyimpanan pada berbagai variasi suhu dan warna botol.

D. Manfaat Penelitian

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Buah manggis memiliki citarasa khas yakni perpaduan rasa manis, asam dan sepet yang tidak dimiliki rasa buah lain sehingga sering disebut buah ‘Eksotik’. Citarasa buah manggis sangat disukai masyarakat luar negeri yang menganggap citarasa buah manggis merupakan perpaduan dari rasa buah nanas, aprikot dan jeruk sehingga mendapat julukan ‘Queen of fruits’ (Reza et al., 1994).

Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang menyegarkan dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2 gram air, 0,5 gram protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06

mg, dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah manggis dikonsumsi dalam keadaan segar, karena olahan awetannya kurang digemari oleh masyarakat (Qosim, 2007).

Di antara semua negara yang tanahnya ditumbuhi pohon manggis, Indonesia termasuk sebagai salah satu produsen terbesar di dunia setelah Thailand. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian RI mencatat, produksi manggis selama tahun 2005 mencapai 62.711 ton dari areal seluas 10.000 hektare. Sementara di tahun yang sama, produksi manggis Thailand sudah mencapai 162.788 ton dari luas areal yang sama (Sumarni, 2002).

(16)

Utara), dan manggieh (Sumatera Barat). Pusat penanaman manggis di Indonesia adalah di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara (Anonim a, 2009).

Secara tradisional buah manggis sering digunakan sebagai obat sariawan, wasir, dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna, termasuk untuk tekstil, dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Anonim a, 2009).

Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit buah mengandung senyawa xanthone yang meliputi mangostin, mangostinon A, mangostenol, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa xanthone tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia. Di luar negeri kulit buah manggis sudah dibuat kapsul yang

digunakan untuk suplemen diet, antioksidan, dan antikanker (Ida, 2009). Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) bisa dipakai sebagai pewarna alami makanan karena menghasilkan warna ungu yang dihasilkan oleh pigmen yang bernama anthosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit manggis (Qosim, 2007).

Kulit buah manggis merupakan bagian buah manggis yang membungkus daging buah. Rasio bagian buah yang dikonsumsi dengan bagian buah yang dibuang, lebih tinggi bagian buah yang dibuang, dalam hal ini kulit buahnya yang mencapai 2/3 bagian buah atau 66,6% (Pareira, 2008).

Kulit buah manggis mengandung 2 senyawa alkaloid, serta lateks kering manggis mengandung sejumlah pigmen yang berasal dari dua

(17)

menghasilkan bahan pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu dan biru (Pareira, 2008).

2. Antosianin

Anthosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos” yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Senyawa ini merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut di dalam air dan tersebar sangat luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai pewarna alami yang tersebar luas dalam tumbuhan (bunga, buah-buahan, dan sayuran). Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air adalah penyebab hampir semua warna merah, oranye, ungu, dan biru. Warna ini biasanya tidak dibentuk oleh satu pigmen, seringkali lebih dari satu kombinasi atau sistem dari pigmen. Sebagai contoh blueberries terdiri dari 10-15 pigmen yang berbeda. Umumnya buah-buahan dan sayur-sayuran terdiri dari 4-6 pigmen (Ferlina, 2009).

(18)

termasuk juga kuning dan tidak berwarna (seluruh warna kecuali hijau) (Samsudin, 2009).

Zat warna dari kulit manggis dapat diambil dengan menggunakan teknik ekstraksi dan filtrasi membran dan untuk uji stabilitas zat warna yang dihasilkan, digunakan metode analisa absorbansi dengan spektrofotometri (Samsudin, 2009).

Puryati (2004) menyatakan bahwa antosianin merupakan sekelompok zat warna yang berwarna kemerah-merahan yang larut dalam air dan tersebar luas didunia tumbuh-tumbuhan. Zat warna ini banyak diisolasi untuk digunakan dalam beberapa bahan olahan, makanan maupun minuman. Pada kondisi asam antosianin akan lebih stabil dibandingkan dengan pada kondisi basa atau netral. Antosianin dipengaruhi beberapa faktor antara lain pH, temperatur, oksigen, ion logam. Antosianin ditampakkan pada panjang gelombang absorbansi maksimal spektrum pada 525 nm.

Menurut Hutching (1994) dalam Abbas (2003), antosianin dapat lebih stabil dalam perlakuan asam dibandingkan pada perlakuan netral atau basa. Faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah pH, temperatur, sinar dan oksigen, serta faktor lainnya seperti ion logam .

3. Ekstraksi Pigmen

(19)

Pada buah atau sayuran, pigmen antosianin umumnya terletak pada sel-sel dekat permukaan (Markakis, 1982 dalam Anonim b, 2009). Gao dan Mazza (1996) dalam Anonim b (2009), ekstraksi pigmen antosianin dari bahan nabati umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol. HCl dalam etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel. Pigmen antosianin dapat larut dalam etanol karena sama-sama polar.

Prinsip Maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Anonim c, 2009).

(20)

4. Stabilitas Pigmen Alami

Stabilitas warna dari zat pewarna dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator, reduktor, dan surfaktan. Pada percobaan stabilitas klorofil hasil ekstrasi daun suji diketahui pengaruh sinar ultraviolet 366 nm menunjukkan bahwa reaksi klorofil a, b dan pigmen hijau mengikuti reaksi tingkat satu pada pH 4, 7, dan 10 setelah penyinaran selama 172 dan 408 jam yang disertai dengan peningkatan kecepatan reaksi. Jika pH ekstrak pH klorofil diturunkan dari pH 10 tanpa penyinaran, intensitas warnanya akan menurun. Kayu secang pada pH 2-4 berwarna kuning hingga kuning kemerahan, pada pH 6 atau lebih berwarna merah hingga merah keunguan. Kayu secang stabil pada suhu rendah dan pada suhu 10o C lebih baik daripada suhu lingkungan 30o C. Kayu secang mempunyai stabilitas yang rendah terhadap sinar ultraviolet (Pratama, et.al, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas anthosianin adalah oksigen, pH, temperatur, cahaya, ion logam, enzim, dan asam askorbat. Stabilitas anthosianin dipengaruhi oleh pH dan panas sensitif. Kecepatan kerusakan anthosianin pada pH yang lebih tinggi dan juga reaksi ini lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Kumalaningsih, 2006).

(21)

Pewarna dibagi menjadi dua yaitu pewarna alami dan buatan. Pewarna alami dapat diperoleh dari bagian tubuh dan buah tanaman tertentu. Salah satu buah yang berpotensi menghasilkan pigmen adalah buah manggis. Bagian buah manggis yang menghasilkan pigmen adalah kulit buah manggis. Pigmen yang terdapat pada kulit buah manggis adalah antosianin. Pigmen antosianin dari kulit buah manggis dapat diperoleh secara ekstraksi. Ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi kering sehingga dihasilkan pigmen antosianin dalam bentuk kering. Pigmen antosianin bersifat rentan terhadap cahaya, suhu dan pH, oleh karena itu dilakukan penelitian agar untuk mengetahui kestabilan antosianin sehingga dapat diketahui keadaan penyimpanan terbaik.

C. Hipotesa

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Laboratorium CV. Chem-mix Pratama Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Januari 2010 – April 2010.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan

Pada proses ekstraksi bahan yang diperlukan buah manggis yang dibeli di Pasar Gedhe Solo dan etanol 95%.

Pada pengujian kadar antosianin total dengan metode perbedaan pH bahan yang diperlukan adalah buffer pH1, buffer pH 4,5, dan aquades.

Pada pengujian kadar intensitas warna dengan spektrofotometer digunakan buffer asam sitrat pH 3 dan aquades.

2. Alat

(23)

C. Tahapan Penelitian

1. Tahap Persiapan Sampel

BUAH MANGGIS

SORTASI

KULIT MANGGIS 6 kg

8kg

DIIRIS TIPIS

DIKERINGKAN

DIHANCURKAN DENGAN BLENDER

DIAYAK

TEPUNG KULIT 1051 gr

suhu 40oC 8 jam

(24)

2. Tahap Ekstraksi Maserasi (Pareira, 2008)

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian 1. Preparasi sampel

Manggis dicuci, kemudian dipisahkan antara kulit dan daging buahnya. Kulit buah manggis kemudian diiris tipis-tipis, dan dikeringkan dalam kabinet dryer pada suhu 400C selama 8 jam. Kulit kering kemudian dimasukkan ke dalam blender dan dihancurkan sehingga terbentuk bubuk kulit manggis. Bubuk kulit manggis kemudian diekstrak antosianinnya. 2. Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah manggis

Bubuk kulit manggis diekstrak pigmen antosianinnya dengan cara ditambahkan etanol 95% sampai terendam. Kemudian larutan ini dibiarkan selama 24 jam. Kemudian disentrifugasi selama 7 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Setelah itu disaring dengan kertas saring. Filtrat kemudian diuapkan dengan waterbath sehingga diperoleh pekatan pigmen antosianin. 3. Penyimpanan pigmen pada berbagai kondisi penyimpanan

Pigmen antosianin tersebut kemudian disimpan dengan berbagai kondisi penyimpanan. Pekatan antosianin dimasukkan ke dalam botol

TEPUNG KULIT MANGGIS

DIRENDAM

24 JAM

DISARING

DIUAPKAN

PEKATAN

1000 gr dlm 2000 ml etanol 96%

water bath suhu 80oC selama 8 jam

(25)

Intensitas warna =

bening dan botol gelap. Botol-botol tersebut kemudian disimpan pada suhu ruang (30OC) dan suhu refrigrator (7OC) selama 12 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 3, 6, 9, dan 12.

4. Analisa

a. Analisa pH (Gould,1977 dalam Tensiska,et al, 2007)

Analisa pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Peneraan dilakukan dengan mencelupkan pH meter ke dalam 5 ml cairan pigmen.

b. Analisa Intensitas Warna Menggunakan Spektrofotometer UV (FAO, 1984 dalam Tensiska,et al, 2006)

Analisa intensitas warna dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Larutan buffer asam sitrat pH 3 disiapkan.

2) Panjang gelombang maksimum dari larutan diukur dengan cara menimbang sejumlah 0,2-0,3 ml sampel, kemudian diencerkan dalam labu ukur sampai 25 ml menggunakan larutan buffer asam sitrat pH 3, kemudian diukur absorbansinya sehingga absorbansi yang terukur sebesar 0,2 – 0,7.

3) Sampel lainnya kemudian diukur absorbansinya (A) pada kuvet dengan tebal 1 cm panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan pada langkah 2 (yaitu 510 nm) sehingga absorbansi yang terukur sebesar 0,2 – 0,7.

4) Penentuan intensitas warna diukur dengan rumus :

c. Analisa Kadar Antosianin Total Dengan Metode pH Differensial (Giusti dan Worlstad, 2001 dalam Tensiska,et al. 2006)

(26)

Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat suatu alikuot larutan antosianin dalam air yang pH-nya 1,0 dan 4,5 untuk kemudian diukur absorbansinya.

1) Pembuatan larutan buffer pH 1,0 dan pH 4,5

Untuk membuat larutan buffer pH 1,0 digunakan KCl sebanyak 1,86 g dicampur dengan 980 ml air suling (akuades) dan diatur pH-nya hingga mencapai 1 dengan menggunakan HCl pekat. Selanjutnya larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L dan ditambahkan air suling sampai volume larutan 1L. Sedangkan untuk larutan buffer pH 4,5 digunakan CH3CO2Na.3H2O sebanyak

54,43 g dicampur dengan 960 ml air suling. Kemudian pH diukur dan diatur dengan HCl pekat hingga diperoleh larutan dengan pH 4,5. Selanjutnya larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L dan diencerkan dengan air suling sampai volume 1 L.

2) Pengukuran dan Perhitungan Konsentrasi Antosianin Total

a) Faktor pengenceran yang tepat untuk sampel harus ditentukan terlebih dahulu dengan cara melarutkan sampel dengan buffer KCl pH 1 hingga diperoleh absorbansi kurang dari 1,2 pada panjang gelombang 510 nm.

b) Selanjutnya diukur absorbansi akuades pada panjang gelombang yang akan digunakan (510 dan 700 nm) untuk mencari titik nol. Panjang gelombang 510 nm adalah panjang gelombang maksimum untuk sianidin-3-glukosida sedangkan panjang gelombang 700 nm untuk mengoreksi endapan yang masih terdapat pada sampel. Jika sampel benar-benar jernih maka absorbansi pada 700 nm adalah 0.

(27)

Sampel yang dilarutkan menggunakan buffer pH 1 dibiarkan selama 15 menit sebelum diukur,sedangkan untuk sampel yang dilarutkan dengan buffer pH 4,5 siap diukur setelah dibiarkan bercampur selama 5 menit.

d) Absorbansi dari setiap larutan pada panjang gelombang 510 dan 700 nm diukur dengan buffer pH 1 dan buffer pH 4,5 sebagai blankonya.

e) Absorbansi dari sampel yang telah dilarutkan (A) ditentukan dengan rumus :

Kandungan pigmen antosianin pada sampel dihitung dengan rumus:

Keterangan :

ε = absorptivitas molar Sianidin-3- glukosida = 26900 L/(mol.cm) L = lebar kuvet = 1 cm

MW = berat molekul Sianidin-3- glukosida = 449,2 g/mol DF = faktor pengenceran

V = volume akhir atau volume ekstrak pigmen (L) Wt = berat bahan awal (tepung kulit manggis) (g)

D. Perancangan Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dengan menggunakan persamaan regresi untuk mengetahui bentuk hubungan antara perlakuan suhu penyimpanan dalam warna kemasan yang berbeda dan kestabilan sifat kimianya. Variabel bebas dan terikat yang digunakan pada metode ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (variabel x) adalah lama penyimpanan, yaitu: hari ke-0, 3, 6, 9, 12.

2. Variabel terikat (variabel y) adalah variabel yang diamati, yaitu: nilai pH, kadar antosianin total dan intensitas warna.

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diekstrak pigmen antosianin dari tepung kulit manggis. Ekstraksi dilakukan dengan merendam tepung kulit manggis dalam etanol 96% selama 24 jam. Larutan tersebut kemudian disaring, filtratnya lalu diuapkan hingga pekat. Pekatan yang diperoleh tersebut adalah pigmen antosianin. Pigmen tersebut kemudian disimpan dalam botol berwarna (gelap dan bening) pada suhu ruang (kurang lebih 300C) dan pada suhu refrigerator (kurang lebih 70C). Setelah 0, 3, 6, 9 dan 12 hari perlakuan dilakukan analisa untuk mengetahui kadar total antosianin, intensitas warna dan pH pigmen. Analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui kestabilan antosianin pada berbagai variasi penyimpanan meliputi t1T (suhu ruang, botol bening), t2T (suhu refrigerator, botol bening), t1G (suhu ruang, botol gelap) dan t2G (suhu refrigerator, botol gelap).

A. Total antosianin

Setiap sampel yang dihasilkan pada penelitian ini dilakukan perhitungan total antosianin, untuk mengetahui seberapa banyak total antosianin yang terdapat pada setiap perlakuan. Persentase kadar total antosianin yang diperoleh menunjukkan banyaknya total antosianin (gram) yang terdapat pada setiap gram tepung kulit manggis. Hasil analisa total antosianin pigmen kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis (% b/b)

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

(29)

Gambar 4.1 Grafik Kadar Total Antosianin Pigmen Kulit Manggis

Dari Gambar 4.1 diperoleh persamaan garis linier dan persentase penurunan total antosianin pigmen kulit manggis seperti pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Persamaan Garis Linier Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis Sampel Persamaan linier % Penurunan R2 Error

t1T y = -0,000008x + 0,000121 79,3388 0,8057 0,0000643 t2T y = -0,000007x + 0,000100 78,2609 0,8456 0,0001297 t1G y = -0,000009x + 0,000138 84,0000 0,6675 0,0000508 t2G y = -0,000004x + 0,000121 39,6694 0,5358 0,0000616

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

(30)

mengalami penurunan terendah adalah sampel yang diberi perlakuan disimpan pada suhu refrigerator dalam botol gelap (t2G) dengan persentase penurunan sebesar 39,6694%. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan perlakuan disimpan pada suhu refrigerator dalam kemasan gelap paling stabil jika dibandingkan perlakuan lainnya.

Tensiska (2007) mengemukakan bahwa selama penyimpanan pada suhu refrigerator reaksi perubahan kation flavilium menjadi kalkon cenderung lambat, yang berarti total antosianinnya tidak banyak berubah. Hal ini disebabkan oleh karena pada suhu rendah etanol yang menjadi pelarut dalam reaksi kimia aktivitasnya menjadi menurun. Menurut Timberlake dan Bridle dalam Tensiska (2007) pada kondisi penyimpanan refrigerator dan suasana asam, quinonoidal basa dan karbinol basa dapat dengan cepat bertransformasi menjadi bentuk kationik (AH+) tetapi perubahan menuju kalkon cenderung lambat.

Sampel yang disimpan pada suhu refrigrator dalam botol yang berwarna gelap (t2G) menunjukkan sisa kadar total antosianin tertinggi karena persentase penurunannya paling rendah. Adapun urutan penurunan dari yang paling tinggi ke paling rendah yaitu t1G, t1T, t2T dan t2G.

Nilai error pada Tabel 4.2 menjelaskan selisih data yang sebenarnya dengan data hasil pendekatan persamaan regresi yang dipakai. Nilai R2 pada menunjukkan korelasi faktor perlakuan pada sampel dengan kadar total antosianin yang dimiliki oleh sampel. Nilai R2 yang kurang dari satu mengindikasikan bahwa faktor perlakuan yang diberikan tidak sepenuhnya memberi pengaruh pada stabilitas antosianin.

Kumalaningsih (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah oksigen, pH, temperatur, cahaya, ion logam, enzim, dan asam askorbat.

(31)

Tabel 4.3 Penurunan Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis pada Berbagai Variasi Penyimpanan (Suhu dan Warna Kemasan) dari Hari Ke-0 sampai Hari Ke-12

Sampel Rata-rata Penurunan Total Antosianin (% b/b)

t1T ,000021675a

*) notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

Dalam analisis statistik menggunakan ANOVA didapatkan bahwa tidak ada pengaruh yang berbeda nyata antara kondisi penyimpanan (suhu dan kemasan) terhadap penurunan total antosianin pigmen kulit manggis, artinya perlakuan penyimpanan pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh terhadap total antosianin pigmen kulit manggis.

B. Intensitas Warna

Pada setiap sampel dilakukan uji intensitas warna untuk mengetahui seberapa besar tingkat warna yang dihasilkan oleh pigmen antosianin kulit buah manggis. Adapun nilai intensitas warna dari setiap perlakuan tersaji pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis

Sampel Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12

(32)

Gambar 4.2 Grafik Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Buah Manggis Dari Gambar 4.2 diperoleh persamaan garis polinomial dan persentase penurunan intensitas warna pigmen antosianin kulit manggis seperti pada Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Persamaan Garis Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis

Sampel Persamaan Polinomial Orde 3 % Penurunan R2 Error t1 T y = -0,1573x3 + 3,7537x2 – 28,108x + 84,408 81,3760 0,9927 9,46106 t2 T y = -0,044x3 + 1,5868x2 – 18,291x + 85,681 78,0515 0,9903 10,913333 t1 G y = -0,1047x3 + 2,7887x2 - 24,554x + 84,953 87,1104 1 0,73326 t2 G y = -0,0758x3 + 2,1553x2 – 21,227x + 85,129 88,4873 0,9997 2,11276

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

(33)

Nilai error pada Tabel 4.5 menjelaskan selisih data yang sebenarnya dengan data hasil pendekatan persamaan regresi yang dipakai. Nilai R2 menunjukkan korelasi faktor perlakuan pada sampel dengan intensitas warna yang dimiliki oleh sampel. Nilai R2 yang kurang dari satu mengindikasikan bahwa faktor perlakuan yang diberikan tidak sepenuhnya memberi pengaruh pada intensitas warna, tetapi ada faktor-faktor lain seperti oksidator, reduktor dan surfaktan. Pratama, 2007 menyatakan bahwa stabilitas warna dari zat pewarna dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator, reduktor, dan surfaktan.

Dari hasil pengamatan nilai persamaan garis polinomial orde 3 yang tersaji pada Tabel 4.5 didapatkan bahwa sampel dengan perlakuan disimpan pada suhu refrigerator pada botol bening (t2T) lebih rendah penurunannya dibanding dengan sampel antosianin yang diberi perlakuan lain. Persentase penurunan menunjukkan kestabilan intensitas warna, semakin rendah penurunan maka semakin stabil intensitas warnanya karena hanya mengalami sedikit penurunan. Sampel yang diberi perlakuan pada suhu refrigerator dalam botol bening mengalami penurunan warna yang lebih rendah dibandingkan sampel lain sehingga paling stabil intensitasnya warnanya. Namun Uji Annova menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan atau tidak berbeda nyata seperti diperlihatkan oleh Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Penurunan Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis pada Berbagai Variasi Kondisi Penyimpanan (Suhu Dan Kemasan) dari Hari Ke-0 sampai Hari Ke-12

Sampel Rata-rata Penurunan Intensitas Warna t1T

*) notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

Keterangan:

(34)

Pada hasil analisis statistik menggunakan ANOVA ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang berbeda nyata antara kondisi penyimpanan (suhu dan kemasan) terhadap penurunan intensitas warna pigmen kulit manggis pada a =0,05, artinya perlakuan penyimpanan pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh terhadap intensitas warna pigmen kulit manggis.

C. pH

Pada pengujian kadar pH, tiap sampel dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman sampel. Adapun hasil analisa pH untuk seluruh sampel pada beberapa hari penyimpanan tertera pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 pH Pigmen Antosianin Kulit Manggis Sampel Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12

t1 T 3,57 3,38 3,26 4,22 4,08

t2 T 3,57 3,31 3,78 4,27 4,15

t1 G 3,57 3,20 3,34 3,99 4,33

t2 G 3,57 3,30 3,95 4,22 4,09

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

(35)

Dari Gambar 4.3 diperoleh persamaan garis linier dan persentase kenaikan pH pigmen antosianin kulit manggis seperti pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Persamaan Garis Linier pH Pigmen Antosianin Kulit Manggis

Sampel Persamaan % Kenaikan R2 Error

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kenaikan paling rendah adalah sampel yang disimpan dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang dalam botol bening. Adapun urutan penurunan nilai pH sampel dari paling rendah ke paling tinggi adalah t1T, t2G, t2T, t1G.

Hasil analisa pH pada sampel yang diberi berbagai perlakuan (t1T, t2T, t1G, t2G) menunjukkan persentase kenaikan yang cenderung kecil yaitu antara 18-22%. Persentase kenaikan yang kecil ini menunjukkan bahwa faktor yang diberikan kepada sampel tidak terlalu mempengaruhi pH sampel. Hal ini sesuai hasil penelitian Tensiska (2007) yang menyatakan bahwa pada penyimpanan suhu ruang dan suhu refrigerator, ternyata tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap pH minuman ringan, hal ini berarti meskipun struktur penyusun antosianin dari buah arben ini tidak stabil terhadap suhu, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya perubahan pH secara signifikan selama penyimpanan 20 hari.

(36)

Hasil dari penelitian ini dilanjutkan pada analisa variasi dengan SPSS 15.0. Analisa ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari kondisi penyimpanan (suhu dan kemasan) terhadap kenaikan pH pigmen kulit manggis.

Tabel 4.9 Kenaikan pH Pigmen Antosianin Kulit Manggis pada Berbagai Variasi Kondisi Penyimpanan (Suhu dan Warna Kemasan) dari Hari Ke-0 sampai Hari Ke-12

Sampel Rata-rata Kenaikan pH

t1T 0,3525 a

t2T 0,3350 a

t1G t2G

0,3750 a 0,3300a

*) notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

Keterangan:

t1T = suhu ruang, botol bening t2T = suhu refrigerator, botol bening t1G = suhu ruang, botol gelap t2G = suhu refrigerator, botol gelap

Dalam analisis statistik menggunakan ANOVA didapatkan bahwa tidak ada pengaruh yang berbeda nyata antara kondisi penyimpanan (suhu dan kemasan) terhadap kenaikan pH pigmen antosianin kulit manggis, artinya perlakuan penyimpanan pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh terhadap pH pigmen kulit manggis.

(37)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai total antosianin yang mengalami laju penurunan terendah adalah sampel yang diberi perlakuan disimpan pada suhu refrigerator dalam botol gelap (t2G) dengan penurunan sebesar 39,6694 %. Pada analisa SPSS dengan metode ANNOVA diketahui bahwa laju penurunan total antosianin sampel pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata.

2. Sampel dengan perlakuan disimpan pada suhu refrigerator pada botol bening (t2T) lebih rendah penurunan intensitas warnanya dibanding dengan sampel antosianin yang diberi perlakuan lain yaitu sebesar 78,0515%, namun pada analisa SPSS dengan metode ANNOVA diketahui bahwa laju penurunan inrensiitas warna sampel pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata.

3. Sampel dengan perlakuan penyimpanan pada t1T (suhu ruang, botol bening) memiliki nilai kenaikan pH yang terendah yaitu sebesar 18,2140%, namun pada analisa SPSS dengan metode ANNOVA diketahui bahwa laju kenaikan pH sampel pada berbagai variasi suhu dan warna kemasan tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata.

4. Kondisi penyimpanan terbaik untuk pigmen antosianin kulit manggis adalah penyimpanan pada suhu refrigerator dalam botol gelap.

B. Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Asmi. 2003. Identifikasi dan Pengujian Stabilitas Pigmen Antosianin Bunga Kana (Canna coccinea Mill.) serta Aplikasinya pada Produk Pangan. http://digilib.gunadarma.ac.id. Diakses pada 20 Maret 2009.

Anonima. 2009. Manggis Kaya Antioksidan.

http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/ Diakses pada 30 April 2009

Anonimb. 2009. Ekstraksi Antosianin.

http://www.google.co.id/url?url=http://simonbwidjanarko.files.wordpress. com/2008/06/ekstraksi-antosianin-2.doc (diakses pada tanggal 26 oktober 2009).

Anonimc. 2009. Ekstraksi. http://www.blogpribadi.com/2009/07/jenis-jenis-ekstraksi.html (diakses pada tanggal 26 Oktober 2009).

Ferlina, Shinta. 2009. Anthosianin. http://www.khasiatku.com/anthosianin/ Diakses pada 30 April 2009

Ida. 2009. Manggis (Garcinia mangostana L)

http://carahidup.um.ac.id/2009/07/manggis-garcinia-mangostana-l/# (diakses pada 26 Oktober 2009)

Kumalaningsih, 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Trubus Agrisarana. Surabaya.

Pareira, Macklin. 2008. Pemanfaatan Kulit Buah Manggis Untuk Dijadikan Pewarna Alami. macklin.onbuk.com/2008/12/pemanfaatan-kulit-buah-manggis-untuk-dijadikan-bahan-pewarna-alami/ (diakses pada 26 Februari 2009)

Pratama, dkk. 2007. PIGMEN ALAMI. www.ipb.com/6549706-Pigmen-Mania.pdf. (diakses pada 29 Oktober 2009).

Puryati, Niendyah Agustini. 2004. Efektivitas Jenis Pelarut dan Bentuk Pigmen Antosianin Bunga Kana (Canna coccinea Mill.) serta Aplikasinya pada Produk Pangan. http://digilib.umm.ac.id. (diakses pada 20 Maret 2009) Qosim, Warid Ali. 2007. Kulit Buah Manggis sebagai Antioksidan.

http/anekaplanta.wordpress.com (diakses pada 11 Mei 2009)

Reza, M., Wijaya dan E. Tuherkih. 1994. Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis. Penebar Swadaya. Jakarta.

(39)

Satyatama, Dian Indrayani. 2008. PENGARUH KOPIGMENTASI TERHADAP STABILITAS WARNA ANTOSIANIN BUAH DUWET (Syzygium cumini). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sumarni, Sri. 2002. Ekstraksi Antosianin Dari Kulit Buah Manggis (Garcirna Mangostana, L) Menggunakan Pelarut Aquades Yang Diasamkan Sebagai Bahan Pewarna Kulit . Penerbit ATK Yogyakarta.

Tensiska,et al,, Een Sukarminah dan Dita Natalia. 2006. Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben (Rubus idaeus (linn.)) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/ekstraksi_p ewarna_alami.pdf (diakses pada tanggal 15 Oktober 2009).

Tensiska, Betty Dewi Sofiah, Kanti Annisa Panca Wijaya. 2007. Aplikasi Ekstrak Pigmen Dari Buah Arben (Rubus idaeus (Linn.)) Pada Minuman Ringan

Dan Kestabilannya Selama Penyimpanan.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian
Tabel 4.1 Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis (% b/b)
Tabel 4.2 Persamaan Garis Linier Total Antosianin Pigmen Antosianin Kulit Manggis
Tabel 4.4 Intensitas Warna Pigmen Antosianin Kulit Manggis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Biologi, atas nama Aditya Hadi Infantri Putra dengan judul Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar Siswa Melalui Penerapan

Form permohonan Ujian Kelayakan Naskah Disertasi berisi data calon doktor (Nama, NIM, Program Studi), rencana pelaksanaan Ujian Kelayakan Naskah Disertasi

Untuk pengaturan menggunakan terminal X-CTU, hal pertama yang harus dilakukan adalah masuk pada mode AT Command dengan mengetikkan tiga karakter “+++” secara

Dengan didasarkan pada Tabel Anova atau Tabel 5 bahwa dapat dilakuka pada uji simultan yaitu produk, harga, dan promosi berpengaruh secara simultan terhadap

Pendidikan dikehendaki berperanan positif sebagai suatu mekanisme sosial bagi menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, kerohanian dan nilai tingkah laku yang baik serta mendidik

Digital Healthcare Ecosystem menghubungkan Anda, pelaku industri dan pengguna jasa kesehatan dengan menggunakan koneksi cepat dari Telkom, menjamin pengelolaan data kesehatan

Selanjutnya untuk orde konvergensi dari ketiga metode yang dihitung secara komputasi (COC), dapat dilihat bahwa metode iterasi baru dengan nilai ω = 0 memiliki

Konsep kota budaya seringkali diidentikkan dengan kota sejarah atau kota heritage. Konsep kota budaya jauh lebih luas dibandingkan dengan kota sejarah atau heritage.