• Tidak ada hasil yang ditemukan

HEALTH COACHING BERBASIS HEALTH PROMOTION MODEL TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA PASIEN TB PARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HEALTH COACHING BERBASIS HEALTH PROMOTION MODEL TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA PASIEN TB PARU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

172

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF HEALTH COACHING BERBASIS

HEALTH PROMOTION MODEL TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI

DIRI DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA PASIEN TB PARU

Yohana Agustina Sitanggang (Program Magister Keperawatan, Fakultas

Keperawatan, Universitas Airlangga) Muhammad Amin

(Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga)

Tintin Sukartini (Fakultas Keperawatan,

Universitas Airlangga)

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru. Penerimaan pasien ketika mengetahui bahwa dirinya menderita tuberkulosis bervariasi, sebagian besar pasien mengatakan terkejut, sedih, kecewa, marah dan akhirnya pasrah dan menunjukkan penurunan efikasi diri dan meningkatnya risiko penularan. Salah satu cara untuk meningkatkan efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan adalah dengan memberikan health coaching. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh health coaching terhadap efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan TB paru yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini menggunakan quasy eksperimen dengan rancangan penelitian pre-post test control group design. Teknik sampling pada penelitian ini adalah consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 responden, pelaksanaan dilakukan dalam 4 tahap selama 4 minggu dengan durasi waktu 30-60 menit. Variabel independen dalam penelitian ini adalah health coaching dan variabel dependennya adalah efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan TB paru yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Uji statistik yang digunakan

adalah MANOVA untuk menguji

hipotesisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh health coaching terhadap efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan TB paru.

Kata Kunci:

TB Paru, Health Coaching, Efikasi Diri, Perilaku Pencegahan Penularan

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru. Penerimaan pasien ketika mengetahui bahwa dirinya menderita tuberkulosis bervariasi, sebagian besar mereka mengatakan terkejut, sedih, kecewa, marah, dan akhirnya pasrah, bahkan ada yang merasakan putus asa dan tidak memiliki makna yang berarti. Persepsi terhadap sakit ditunjukkan dengan perubahan perilaku, seperti marah-marah, lebih menarik diri, atau bisa dikatakan bahwa individu menunjukkan krisis efikasi diri (Ginting, 2008).

Pasien dengan tingkat efikasi diri kurang menyebabkan pasien menganggap dirinya kurang mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat atau merasa kurang produktif karena mengidap TB paru. Pasien TB yang tidak menuntaskan pengobatan secara benar dapat menimbulkan masalah kesehatan baru yang akan mengakibatkan kuman menjadi resisten, relaps, meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta memberikan risiko penularan (Volmink, 2012 dalam Sari, 2013).

Penularan kuman TB dipengaruhi oleh perilaku dari pasien, keluarga serta masyarakat dalam mencegah penularan penyakit TB. Perilaku dalam mencegah penularan penyakit TB antara lain, menutup mulut pada waktu batuk dan bersin, meludah pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan, imunisasi BCG pada bayi, menghindari udara dingin, mengusahakan sinar matahari masuk ke tempat tidur, serta makan- makanan yang tinggi karbohidrat dan tinggi protein (Depkes RI, 2008).

(2)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

173

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF dan ekstern individu yang diperhatikan

dalam upaya meningkatkan perilaku kesehatan sehingga keinginan dan upaya berperilakusehat akan muncul sendiri dari individu tersebut (Indrawati, 2012). Teori HPM merupakan teori yang mencakup secara luas untuk menunjukkan perilaku yang dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan dan menerapkannya sepanjang hidup dan teori tersebut menekankan peran aktif pasien dalam mengatur perilaku kesehatan mereka (Alligood, 2014).

Health coaching adalah praktik pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan individu dan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan kesehatan yang secara efektif memotivasi perubahan perilaku secara terstruktur, melalui hubungan suportif antara partisipan dan coach (Huffman, 2007 dalam Effendy, 2016). Macadam (2014) menyebutkan fokus health coaching meliputi faktor yang mempengaruhi motivasi, mengatasi

hambatan, mengatasi rasa

ketidakmampuan pasien, mempengaruhi pasien untuk tidak membatasi diri, menghasilkan solusi (sendiri/realistis), mengambil tindakan langkah-langkah kecil, review, refleksi, dukungan, membangun kepercayaan dan keyakinan diri (penerimaan diri, self efficacy) serta bagaimana menjadi lebih terlibat dan mengambil keputusan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment dengan desainpre-test and post-test with control group design yaitu penelitian yang memberikan perlakuan atau intervensi pada subyek penelitian kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien TB paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas Martapura dan Martapura Timur yang memenuhi criteria inklusi, sampel penelitian berjumlah 15 responden untuk kelompok perlakuan dan 15 responden untuk kelompok kontrol dengan menggunakan teknik sampling consecutive sampling. Pelaksanaan health coaching dilakukan dalam 4 tahap dengan durasi waktu 30-60 menit setiap minggu sebanyak empat kali kunjungan. Uji statistik yang digunakan adalah MANOVA yang digunakan untuk mengetahui pengaruh health coaching terhadap efikasi diri dan perilaku

pencegahan penularan pada pasien TB paru yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.

HASIL PENELITIAN

Efikasi Diri Pasien TB Paru

Tabel 2. Efikasi Diri Pasien TB Paru

Variabel n

Kelompok

Perlakuan Kelompok Kontrol

Mean SD

Min-Max n Mean SD

Min-Max Efikasi

Diri

Pre test 15 46,60 1,594 44-49 15 45,93 1,533 43-49

Post test 15 49,26 1,279 49-51 15 45,60 1,502 43-48

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata efikasi diri pasien TB paru kelompok perlakuan pada pre test adalah 46,60 dan post test meningkat menjadi 49,26 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata- rata pada pre test adalah 45,93 dan post test 45,60. Hasil menunjukkan kelompok perlakuan memiliki nilai rata- rata efikasi diri yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

Perilaku Pencegahan Penularan Pasien TB Paru

Tabel 3. Pengetahuan Pasien TB Paru Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol

Variabel n

Kelompok

Perlakuan Kelompok Kontrol

Mean SD Min-Max n Mean SD Maks

Min-

Penge-tahuan Pre test 15 28,46 1,355 26-30 15 29,46 1,355 27-32

Post

test 15 30,73 0,883 29-32 15 29,20 1,014 27-31

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan pasien TB paru kelompok perlakuan pada pre test adalah 28,46 dan post test menjadi 30,73 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata- rata pada pre test adalah 29,20 dan post test menjadi 29,46. Hasil menunjukkan bahwa kelompok perlakuan memiliki nilai rata- rata pengetahuan yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

Tabel 4. Sikap Pasien TB Paru pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Variabel n

Kelompok

Perlakuan Kelompok Kontrol

Mean SD

Min-Max n Mean SD

Min-Maks

Sikap Pre test 15 29,80 1,373 27-32 15 29,00 1,253 27-31

(3)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

174

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata

sikap pasien TB paru kelompok perlakuan pada pre test adalah 29,80 dan post test menjadi 34,66 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata- rata pada pre test adalah 29,00 dan post test 29,06. Hasil menunjukkan bahwa kelompok perlakuan memiliki nilai rata- rata sikap yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

Tabel 5. Tindakan Pasien TB Paru pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Variabel n

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

Mean SD

Min-Max N Mean SD

Min-Maks

Tindakan Pre test 15 36,86 5,097 31-46 15 36,93 4,216 30-40

Post test 15 43,33 5,080 33-50 15 36,60 4,084 32-45

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata tindakan pasien TB paru kelompok perlakuan pada pre test adalah 37,66 dan post test menjadi 43,80 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata- rata pada pre test adalah 36,93 dan post test 36,00. Hasil menunjukkan bahwa kelompok perlakuan memiliki nilai rata- rata tindakan yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

Pengaruh Health Coaching Terhadap Efikasi Diri dan Perilaku Pencegahan penularam pada Pasien TB Paru

Tabel 6. Uji Perbedaan Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol Pasien TB Paru

Effect Value F Hipotesis

df Sig

Partial eta squared Health

coaching Pillai’s trace 0,866 40,323ᵃ 4,000 0,000 0,866

Wilk’s lambda0,134 40,323ᵃ 4,000 0,000 0,866

Hotteling’s

trace 6,452 40,323ᵃ 4,000 0,000 0,866

Roy’s largest

root 6,452 40,323ᵃ 4,000 0,000 0,866

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan rata-rata efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil menunjukkan nilai wilk’s lambdasig. 0.00 lebih kecil dari nilai α 0,05 sehingga dinyatakan bahwa ada perbedaan.

Tabel 7. Hasil Analisis pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien

TB Paru

Variabel df Mean F P value Partial

Eta

Efikasi diri 1 100,833 51,773 0,000 0,649

Pengetahuan 1 17,633 19,489 0,000 0,410

Sikap 1 253,200 72,957 0,000 0,723

Tindakan -1 388,800 19,302 0,000 0,408

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri dan perilaku pencegahan penularan (pengetahuan, sikap dan tindakan) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Nilai p-value menujukkan signifikan yaitu p= 0,00, hal ini berarti bahwa uji hipotesis diterima yaitu secara simultan terdapat pengaruh health coaching terhadap efikasi diri dan perilaku pencegahan yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan pada pasien TB paru pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

Pengaruh Health Coaching Terhadap Efikasi Diri Pasien TB Paru

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh health coaching berbasis health promotion model (HPM) terhadap efikasi diri pada pasien TB paru. Berdasarkan dari nilai rerata pre test dan post test, kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan health coaching dari pada kelompok control.

(4)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

175

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF kesehatan dapat meningkatkan efikasi diri.

Pendidikan kesehatan yang berikan dengan pendekatan teori sosial kognitif Bandura sama prinsipnya dengan pemberian health coaching berbasis health promotion model yaitu memberikan pengetahuan dan motivasi kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri.

Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Makhfudli (2016) tentang pengaruh pengembangan model asuhan keperawatan model keperawatan adaptasi Roy terhadap self efficacy pada pasien TB paru, penelitian dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang konsep penyakit TB paru, pengobatan dan aktivitas perawatan mandiri pasien penyakit tuberkulosis yang dilakukan dengan metode bimbingan dan konseling dengan melakukan kunjungan rumah pasien TB paru sebanyak empat kali. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya pengaruh pengambangan model asuhan keperawatan adaptasi Roy terhadap self efficacy pasien TB paru. Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukartini (2015) tentang pengaruh model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King terhadap self efficacy pasien TB paru. Intevensi diberikan melalaui tindakan pembelajaran dan motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King berpengaruh terhadap self efficacy pasien TB paru.

Health coaching merupakan salah satu praktik pendidikan kesehatan yang meliputi empat tahapan yaitu pengkajian kesiapan, pemberian edukasi dan motivasi, melatih tindakan pencegahan penularan dan motivasi serta evaluasi dan memberikan motivasi berulang. Hal ini dilakukan berusaha untuk membantu individu mengungkapkan tentang apa yang ingin mereka capai, apa yang mengganggu, apa yang mereka ingin ubah, apa dukungan yang mereka butuhkan, membantu membuat perubahan dan kesulitan yang perlu ditangani atau diminimalkan sehingga mampu mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi (National Health Service, 2014). Pemberian health coaching bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri pasien TB paru. Efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain; jenis kelamin,usia dan tingkat pendidikan. Pada penelitian ini jenis

kelamin tidak berpengaruh pada tingkat efikasi diri responden karena pada responden laki-laki maupun perempuan nilai efikasi diri bervariasi sedangkan dari faktor usia, responden yang usianya lebih tua tingkat efikasi diri lebih tinggi hal ini sesuai dengan teori dari Bandura (1997) bahwa efikasi diri terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memikul sedikit pengalaman dan berbagai peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya. Pada responden yang usia muda memiliki nilai efikasi diri tinggi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan responden yang berpendidikan SMA hal ini sesuai dengan teori Bandura (1997) bahwa efikasi diri terbentuk melalui proses belajar, semakin lama seseorang belajar maka semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa efikasi diri yang dimiliki individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap.

(5)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

176

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF keluarga dan meningkatkan efikasi diri

terbukti meningkatkan efikasi diri pasien TB paru.

Pengaruh Health Coaching Terhadap Pengetahuan Pasien TB Paru

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh health coaching berbasis health promotion model (HPM) terhadap pengetahuan pada pasien TB paru. Berdasarkan dari nilai rerata pre test dan post test, kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan health coaching dari pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2016) tentang pengaruh peer coaching terhadap perilaku kepatuhan diet dan kadar glukosa darah. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa peer coaching dapat meningkatkan pengetahuan, dan tindakan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Penelitian lain yang sejalan yang dilakukan oleh Palupi (2011) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita TB paru. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengatahuan pada pasien TB paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delacruz (2015) tentang the impact of a one-one coaching session on hearth failure patient’s knowledge of self care disease management. Hasil penelitian menyatakan bahwa one-on-one coaching dapat meningkatkan pengetahuan pasien gagal jantung terkait self care.

Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aini (2011) tentang upaya meningkatkan perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus dengan pendekatan teori model behavioral system Dorothy E. Johnson, penelitian tersebut memiliki prinsip yang sama dengan health coaching yang memberikan motivasi dan edukasi pada pasien. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus setelah pemberian motivasi dan edukasi. Simons-Morton et al, (2012) dalam Putra, (2016) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru. Peningkatan pengetahuan juga bisa disebabkan karena adanya interaksi dengan orang lain dan lingkungan sosial, sehingga dimungkinkan melalui interaksi tersebut responden mendapatkan pemahaman-pemahaman. Pengetahuan yang menetap atau hanya mengalami kenaikan yang sedikit dapat dipengaruhi oleh daya ingat seseorang. Menurut Smilkstein, (2011) dalam proses pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Proses pengolahan informasi ini melalui interaksi antara kondisi internal dan eksternal individu, untuk mengingat sesuatu manusia harus melakukan 3 hal yaitu mendapatkan informasi, menyimpannya, dan mengeluarkan kembali. Daya ingat seseorang dipengaruhi oleh tingkat perhatian, minat, daya konsentrasi, emosi dan kelelahan. Pada pelaksanaan health coaching hal-hal tersebut yang dapat mempengaruhi penerimaan dari responden.

Pengetahuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang secara keseluruhan dalam kategori baik, hal ini dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan sebelumnya dari petugas kesehatan di Puskesmas pada awal pengobatan TB paru sehingga untuk pengetahuan penyakit TB paru tentang penyebab, tanda dan gejala sudah baik namun untuk penularan, tentang metode pembuangan dahak dan pencegahan penularan masih rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan health coaching pada saat post test terdapat adanya perbedaan dimana kelompok perlakuan mengalami peningkatan pengetahuan dari pada kelompok kontrol. Health coaching dengan pendekatan health promotion model (HPM) yang berfokus pada peningkatan persespsi tentang manfaat, membantu mengatasi hambatan, meningkatkan sikap dan dukungan keluarga terbukti meningkatkan pengetahuan pasien terkait pencegahan penularan TB paru.

Pengaruh health coaching terhadap sikap pencegahan penularan pasien TB paru

(6)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

177

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF paru. Berdasarkan dari nilai rerata pre test

dan post test, kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan health coaching dari pada kelompok kontrol. Pengaruh terhadap sikap dapat dicapai dengan melalui pengetahuan yang diberikan melalui kunjungan rumah setiap minggu sebanyak empat kali kunjungan, perawat berinteraksi langsung, memberikan pengetahuan serta berdiskusi dengan pasien.

Hasil penelitian yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2011) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita TB paru. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengatahuan pada pasien TB paru. Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aini (2011) tentang upaya meningkatkan perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus dengan pendekatan teori model behavioral system Dorothy E. Johnson, penelitian tersebut memiliki prinsip yang sama dengan health coaching yang memberikan motivasi dan edukasi pada pasien. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan sikap pasien diabetes melitus setelah pemberian motivasi dan edukasi.

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. interaksi sosial ini lebih dari sekedar kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial, dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat, lebih lanjut lagi interaksi sosial ini dapat meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan (Azwar, 2007). Peningkatan sikap pada kelompok pelakuan dapat terjadi karena adanya interaksi sosial yang dialami individi baik dengan peneliti pada saat memberikan perlakuan maupun dengan orang lain di sekitar responden, petugas kesehatan, keluarga dan orang yang dianggap penting yang dapat mempengaruhi sikap respoden dalam pencegahan penularan TB paru.

Sikap seseorang terhadap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yaitu a) sikap terhadap sakit dan penyakit, merupakan bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap ; gejala atau tanda dari penyakit, penyebab

penyakit dan sebagainya, b) sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, merupakan bagaimana penilaian atau pendapat terhadap cara-cara pemeliharaan berperilaku hidup sehat, c) sikap terhadap kesehatan lingkungan, merupakan bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Perbedaan sikap antara responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dipengaruhi oleh adanya pemberian health coaching dimana responden mendapatkan pembinaan kesehatan yang berfokus pada responden yang secara efektif memotivasi perubahan perilaku secara terstruktur, melalui hubungan yang suportif. Health coaching dengan pendekatan health promotion model (HPM) yang berfokus pada peningkatan persespsi tentang manfaat, membantu mengatasi hambatan, meningkatkan sikap dan dukungan keluarga terbukti meningkatkan sikap pasien TB paru.

Pengaruh Health Coaching Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan Pasien TB Paru

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh health coaching berbasis health promotion model (HPM) terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru. Berdasarkan dari nilai rerata pre test dan post test, kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan health coaching dari pada kelompok kontrol. Pengaruh health coaching terhadap tindakan pencegahan penularan dapat dicapai dengan meningkatakan persepsi pasien, membantu mengatasi hambatan yang dihadapi dalam melakukan pencegahan penularan melalui kunjungan rumah setiap minggu sebanyak empat kali kunjungan dimana perawat berinteraksi dan berdiskusi langsung dengan pasien.

(7)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

178

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF dengan pendekatan teori model behavioral

system Dorothy E. Johnson, penelitian tersebut memiliki prinsip yang sama dengan health coaching yang memberikan motivasi dan edukasi pada pasien. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan perilaku pasien diabetes melitus setelah pemberian motivasi dan edukasi. Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukartini (2015) tentang pengaruh model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King terhadap self efficacy pasien TB paru. Intevensi diberikan melalaui tindakan pembelajaran dan motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King berpengaruh terhadap pencegahan penularan pasien TB paru. Perubahan perilaku dengan pendidikan akan menghasilkan perubahan yang efektif bila

dilakukan melalui metode “diskusi

partisipasi” yaitu dalam memberikan

informasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti masyarakat aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya (Notoatmodjo, 2012).

Perbedaan tindakan pencegahan penularan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dipengaruhi oleh adanya pemberian health coaching berbasis health

promotion model (HPM). Pasien

mendapatkan pembinaan kesehatan yang berfokus pada pasien yang secara efektif memotivasi perubahan perilaku secara terstruktur, melalui hubungan yang suportif sehingga mempegaruhi pasien untuk bertindak lebih baik terkait pencegahan penularan TB paru. Health coaching dengan pendekatan health promotion model (HPM) yang berfokus pada peningkatan persespsi tentang manfaat, membantu mengatasi hambatan, meningkatkan sikap dan dukungan keluarga terbukti meningkatkan tindakan pasien TB paru. Pasien diberikan pembelajaran bagaimana cara batuk yang benar dan bersin yang benar, cara membuang dahak, menggunakan masker, dan menciptakan lingkungan yang baik untuk mencegah terjadinya penularan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Health coaching berbasis health promotion model dapat meningkatkan efikasi diri pasien TB paru dan perilaku

pencegahan yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Puskesmas khususnya pada ruang poli TB paru diharapkan dapat menerapkan kegiatan pemberian healthcoaching secara terstruktur pada pasien TB paru baik saat kunjungan rumah atau pada saat pasien datang ke Puskemas.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. & Tomey, A. M .(2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th. ed, Mosby Missouri.

Aini, Nur. (2011).Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E. Johnson , Jurnal Ners, STIKES Insan Unggul Surabaya, vol. 2, no. 1, hal. 1-11.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Depkes, RI & WHO .(2008). Lembar Fakta Tuberkulosis. Hari TB sedunia 24 Maret 2008.

Delacruz, Flordelis. (2015). The Impact of A One-On-One Coaching Session On Heart Failure Patients’ Knowledge Of Self-Care Disease Management, Disertation, Azusa Pacific University, California.

Effendy, F F. ( 2016).Pengaruh Health Coaching Dengan Pendekatan Health Belief Model Terhadap Perilaku Compliance Dan Kestabilan Tekanan Darah Penderita Hipertensi, Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.

Ginting T, Tuahta. (2008). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Timbulnya Gangguan Jiwa pada penderita Tuberkulosis Paru Dewasa di RS. Persahabatan. Jurnal Respir Indo, vol.28, no. 1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Linden, Ariel, Butterworth, Susan W dan Prochaska, James O. (2010). Motivational Interviewing-Based Health Coaching As A Chronic Care Intervention. Internasional Journal of Public Health Policy And Health Service Research, vol. 16, no. 1, hal. 1.

(8)

ISSN 2086-3098 (p) -- ISSN 2502-7778 (e)

179

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes --- http://forikes-ejournal.com/index.php/SF Makhfudli. (2016). Pengaruh Modifikasi

Model Asuhan Keperawatan Adaptasi Roy Terhadap Self Efficacy, Respons Penerimaan, dan Respons Biologis pada Pasien Tuberkulosis Paru, Disertasi, Universitas Airlangga, Surabaya.

National Health Service. (2014). Does Health Coaching Work, diakses 23

oktober 2016,

eoeleadership.hee.nhs.uk.

Notoatmodjo, S. (2012).Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Palupi, Dwi Lestari Mukti. (2011).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Tuberkulosis Yang Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Surakarta, Tesis, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Putra, Putu Wira Kusuma. (2016). Pengaruh Self Management Education Terhadap Pemberdayaan Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di RSUD Wagaya Denpasar, Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.

Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M. A. (2002). Health Promotion in Nursing Practice. 4th ed, Upper Saddle River, (NJ), Prentice-Hall

Rochman, T. (2010). Health Coaching Meningkatkan Self-Efficacy Keluarga dalam Melaksanakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue, Jurnal keperawatan,hal. 1-8

Sukartini, Tintin. (2015). Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan Berbasis Teori Sistem Interaksi King dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru, Disertasi, Universitas Indonesia, Depok.

Sulaeman, Zakiyah Darajat. (2016). Pengaruh Peer Coaching Terhadap Perilaku Kepatuhan Diet dan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit Kota Bandung, Skripsi Thesis, Universitas Airlangga, Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius, yang

Kedua hal diatas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian just in time. Organisasi yang menggunakan pembelian just in time biasanya menekankan biaya

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Motivasi

Penelitian yang dilakukan oleh Charles menunjukkan bahwa urutan bobot kategori dalam penilaian vendor adalah kualitas produk, pengiriman, harga, lokasi,

Kegiatan Usaha Penunjang telekomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Anak Perusa- haan, yang antara lain meliputi penyediaan, pengelolaan dan penyewaan

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya ketika berusia 0-6 bulan dan mempunyai bayi dengan status gizi baik yaitu

Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk berkomunikasi, bahasa ini dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh