• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PMRI DI KELAS III SDN 33 BATIPUH

Yatisma Defita SD Negeri 33 Batipuh

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2018 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dikirim : 19 April 2018 Revisi pertama : 24 April 2018 Diterima : 27 April 2018 Tersedia online : 30 April 2018

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep luas persegi dan persegi panjang melalui penerapan pendekatan PMRI. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dengan setiap siklusnya melalui tahapan persiapan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi. Data pada penelitian melalui obsevasi dan tes. Hasil penelitian berupa hasil belajar kognitif pada siklus I sampai siklus III secara berurutan untuk tes sebesar 90.59%, 92.21%, dan 94.71%. Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, hasil siklus I sampai siklus III secara berurutan sebesar 73%, 81% dan 87%. Berdasarkan lembar observasi kreativitas peserta didik, hasil siklus I sampai siklus III secara berurutan sebesar 63%, 76% dan 83%.

Kata Kunci : konsep, luas, persegi, persegi panjang, PMRI

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi dan komunikasi dilandasi perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Dalam rangka menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Aklimawati (2015) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki rumus-rumus serta membutuhkan pemahaman konsep. Tujuan akhir dari belajar matematika menurut Murniati (2007) adalah pemahaman terhadap konsep-konsep matematika yang relatif abstrak yang dijembatani melalui strategi teori-teori belajar tentang pengalaman lingkungan dan manipulasi benda konkret.

Mata pelajaran matematika disajikan pada peserta didik mulai dari tingkatan sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, tabel, diagram, dan media lainnya. Proses pembelajaran matematika pada tingkatan sekolah dasar yang diselenggarakan guru menurut Murniati (2007) memuat konsep-konsep matematika yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu konsep dasar, konsep yang berkembang dari konsep dasar, dan konsep yang harus dibina keterampilannya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran matematika, didapati bahwa pada umumnya peserta didik menganggap matematika merupakan pembelajaran yang sulit dan menakutkan serta menjadi momok bagi peserta didik. Kenyataan di lapangan menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan konsep dan penerapan dalam penyelesaian soal-soal matematika. Secara umum pada ulangan harian, nilai yang diperoleh peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal matematika yang ditetapkan yaitu mencapai nilai 63. Oleh karena itu penulis berusaha untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

(3)

temannya. Hal ini terjadi karena guru kurang melibatkan peserta didik dalam menentukan rumus persegi dan persegi panjang, sehingga peserta didik kurang memahami cara menentukan konsep rumus persegi dan persegi panjang.

Berdasarkan kondisi yang terjadi pada siswa kelas III SDN 33 Batipuh diatas, salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk menarik minat peserta didik agar senang dan memahami konsep pada pembelajaran menghitung luas persegi dan persegi panjang yaitu dengan menerapkan pendekatan RME atau PMRI. Selain itu, penulis juga ingin pendekatan PMRI sebagai salah satu kajian dalam pembelajaran matematika, karena penulis ingin menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari kegiatan

workshop dan seminar nasional PMRI yang diadakan di beberapa universitas di Indonesia yaitu: Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, Universitas Negeri Medan (UNIMED) di Medan, dan Universitas Sriwijaya (UNSRI) di Palembang serta SDN 33 Batipuh merupakan salah satu SD Mitra PMRI UNP Padang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang diajukan adalah “Bagaimana Pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika tentang Luas Persegi dan Persegi Panjang?”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rasional dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

a. Memberikan sumbangan yang positif untuk perbaikan proses pembelajaran matematika.

b. Memberikan sumbangan dalam rangka inovasi model-model pembelajaran. Adanya inovasi model-model pembelajaran akan meningkatkan mutu mengajar guru dan mutu belajar siswa.

c. Meningkatkan kemampuan profesional guru sebagai tenaga fungsional di bidang pendidikan.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan alternatif pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas III SDN 33 Batipuh terutama tentang materi luas bangun datar khususnya persegi dan persegi panjang.

b. Memupuk minat siswa dan meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran luas bangun datar khususnya persegi dan persegi panjang.

KAJIAN PUSTAKA

(4)

didik melalui komunikasi dua arah atau lebih dengan kondisi lingkungan yang sengaja dikelola untuk mendukung kegiatan pembelajaran baik itu memberikan stimulus, respon, bimbingan atau arahan serta dorongan kepada peserta didik agar terjadi kegiatan belajar. Hal ini selaras dengan Ibrohim (2015) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidikan dan lingkungan (sumber belajar) untuk memperoleh hasil belajar yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap.

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarki, abstrak, bahasa simbol yang padat arti atau semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Oleh karena itu, perlu adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

Model-model matematika sebagai interpretasi dari sistem matematika ternyata dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah dengan matematika dapat membentuk pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika bagi peserta didik Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Shadiq (2014) menyatakan bahwa dengan belajar matematika diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya di antaranya kemampuan bernalar (induktif dan deduktif), memecahkan masalah, berkomunikasi, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika. Peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sangatlah penting. Guru tidak hanya dapat belajar dari mengidentifikasi strategi-strategi yang digunakan para peserta didik ketika menyelesaikan suatu masalah, namun juga dapat belajar dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya miskonsepsi atau kesalahan konsep pada peserta didik.

Salah satu kajian matematika yang dipelajari pada tingkat sekolah dasar adalah bangun datar. Bahasan persegi panjang dalam matematika termasuk ke dalam cakupan materi geometri. Geometri merupakan ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang (Shodiq, 2008). Pada tingkatan sekolah dasar, geometri terbagi ke dalam kategori yaitu geometri datar dan geometri ruang. Geometri datar atau bidang atau dua dimensi membahas mengenai bangun-bangun datar, sedangkan geometri ruang membahas bangun-bangun-bangun-bangun ruang dan bangun-bangun datar yang merupakan bagian dari bangun ruang.

(5)

benda-benda konkret itu ideal (Shodiq, 2008). Segiempat sebarang merupakan bangun bersisi empat yang tertutup dan sederhana. Tertutup artinya antara pangkal degan ujung kurva saling berimpit, sederhana artinya kurva yang tidak memuat titik potong atau apabila dua titik potong yang tidak berurutan dihubungkan tidak memuat titik potong lainnya (Hastoro, 2012).

Burger & Shaughnessy (1986) dalam Aklimawati (2015) menyatakan bahwa geometri dari sudut pandang matematika menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar, diagram, sistem koordinat, vektor dan transformasi. Sudut pandang psikologi menggambarkan geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, seperti bidang, pola, pengukuran, dan pemetaan. Luas suatu daerah adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutupi secara tepat daerah tersebut. Menutupi benda yang memiliki permukaan datar dengan berbagai bangun datar yang lebih kecil sebagai satuan luas, kemudian banyak satuan luas penutupnya dihitung. Hasil hitungan tersebut merupakan luas daerah yang diukur dengan satuan tidak baku. Hal ini selaras dengan Budhayanti, dkk (2008) dalam Sutanti, dkk. (2012) menyatakan bahwa luas suatu bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi 1 satuan panjang yang menutupi seluruh bangun datar tersebut.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan adaptasi dari Realistik

Matehemates Education (RME) yang dikembangkan oleh Freudenthal Institute

Belanda yang dimulai oleh Hans Freudenthal pada tahun 1907. Freudenthal berpendapat bahwa matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat peserta didik, dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat ditransmisikan sebagai aktivitas manusia atau mathematics is a human activity

(Freundenthal, 1991 dalam Hendri, 2009). RME diadaptasi di Indonesia sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dikenal dengan nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

PMRI merupakan pendekatan dengan karakteristik yaitu peserta didik aktif berpikir, konteks dan bahan ajar terkait langsung dengan lingkungan sekolah dan peserta didik, dan peran guru lebih aktif dalam merancang bahan ajar dan kegiatan kelas (Sembiring, 2010). Pendekatan ini mengupayakan adanya perubahan pada pembelajaran matematika dari cara tradisional ke arah pemecahan masalah yang terfokus pada peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya (mengkonstruk). Hal ini diharapkan dapat memberikan makna dari pembelajaran yang diselenggarakan bagi peserta didik.

Secara umum, langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan PMRI menurut Yuliana (2015) sebagai berikut.

a. Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

b. Memberikan masalah kontekstual pada peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dibelajarkan.

(6)

d. Menginstruksikan peserta didik untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan.

e. Meminta perwakilan peserta didik untuk menyampaikan hasil pemikirannya terhadap masalah kontekstual yang diberikan.

f. Meminta peserta didik lainnya untuk menanggapi penyelesaian masalah yang telah disampaikan oleh temannya.

g. Mengarahkan peserta didik dalam menarik kesimpulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan PMRI. Penelitian ini diuraikan secara deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi.

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 33 Batipuh pada minggu kelima pada bulan April 2014 sampai dengan minggu ketiga bulan Mei 2014.

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Negeri 33 Batipuh tahun ajaran 2013/2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil belajar kognitif, keterlaksanaan pembelajaran, keterlaksanaan PMRI, dan kreativitas peserta didik. Data pendukung berupa dokumentasi kegiatan.

Data kualitatif berupa deskripsi keterlaksanan pembelajaran dan dokumentasi dianalisis melalui tahapan reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Data diperoleh dari observer melalui lembar observasi. Data hasil belajar kognitif dikelompokkan, dihitung persentasenya disajikan dalam bentuk diagram batang, dideskripsikan dan dianalisis peningkatan siklus I ke siklus II dan ke siklus III kemudian disimpulkan. Data keterlaksanaan pembelajaran PMRI dan kreativitas dikelompokkan, dianalisis berdasarkan hasil observasi oleh observer, dihitung persentase secara klasikal, disajikan dalam diagram batang, direfleksikan peningkatannya dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Tindakan dapat dikatakan berhasil dan siklus dapat dihentikan jika ada peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran, keterlaksanaan pembelajaran PMRI, kreativitas peserta didik, dan hasil belajar kognitif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Kegiatan pra siklus yang dilakukan adalah observasi awal dilakukan selama empat minggu yaitu tanggal 17 Februari – 15 Maret 2014 pada proses pembelajaran matematika. Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan pengalaman penulis sebagai guru selama proses pembelajaran tersebut. Temuan yang diperoleh selama kegiatan observasi dan pengalaman penulis sebagai guru di antaranya sebagai berikut.

1. Peserta didik masih cendrung tidak bersemangat dan pasif dalam pembelajaran serta bermain-main dan mengganggu temannya.

2. Peserta didik menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. 3. Peserta didik belum termotivasi untuk belajar matematika karena takut dengan

(7)

4. Pembelajaran matematika yang diselenggarakan guru belum mengaitkan dengan dunia nyata di sekitar peserta didik yang membuat peserta didik tertarik untuk belajar.

5. Guru masih belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika.

6. Berdasarkan nilai ulangan harian pada kompetensi dasar sebelumnya, masih banyak nilai peserta didik yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika.

7. Masih banyak peserta didik yang belum paham konsep-konsep bangun datar, seperti pada pembelajaran sebelumnya keliling persegi dan persegi panjang

Tabel 1. Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III

No Soal

Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase Persentase Persentase

I II I II I II

1 1 100.00 94.12 94.12 97.06 97.06 100.00

2 2 100.00 97.06 97.06 97.06 100.00 100.00

3 3 100.00 88.24 94.12 97.06 97.06 97.06

4 4 100.00 91.18 97.06 100.00 97.06 97.06

5 5 88.24 88.24 97.06 97.06 88.24 97.06

6 6 97.06 79.41 97.06 79.41 85.29 100.00

7 7 76.47 88.24 97.06 88.24 97.06 100.00

8 8 91.18 79.41 94.12 79.41 94.12 94.12

9 9 91.18 88.24 82.35 88.24 100.00 100.00

10 10 88.24 85.29 85.29 85.29 85.29 67.65

Rata-Rata 93.24 88 93.53 91 94.12 95

Rata-Rata 90.59% 92.21% 94.71%

Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

(8)

Gambar 1. Persentase Hasil Belajar Kognitif Secara Klasikal

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, pada siklus I diperoleh persentase klasikal sebesar 73%, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase klasikal sebesar 81% dan pada siklus III dengan persentase 87%. Gambar 2 menyajikan peningkatan persentase klasikal keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI setelah tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

Gambar 2. Diagram Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI. Apabila dilihat dari 10

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00

Siklus I Siklus II Siklus III

Hasil Belajar Kognitif

50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase Klasikal

(9)

indikatornya, maka dapat diketahui bahwa ada indikator yang mengalami peningkatan, tetap, dan penurunan selama tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III. Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI dipaparkan dalam Tabel 2 dan Gambar 3 untuk setiap pertemuan di setiap siklus yang dilakukan.

Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

No Indikator

7 Interaksi antar sesama

peserta didik 100 100 100 100 100 100 100 100 100

(10)

Berdasarkan lembar observasi kreativitas peserta didik, pada siklus I diperoleh persentase klasikal sebesar 63%, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase klasikal sebesar 76% dan pada siklus III dengan persentase 83% yang dipaparkan secara rinci pada Tabel 3. Gambar 4 menyajikan peningkatan persentase klasikal keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI setelah tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase kreativitas peserta didik. Apabila dilihat dari ketujuh indikatornya, maka dapat diketahui bahwa ada indikator yang mengalami peningkatan, tetap, dan penurunan selama tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III. Gambar 5 berikut menyajikan persentase kreativitas peserta didik dilihat dari ketujuh indikator yang diamati.

Gambar 3. Diagram Persentase Sepuluh Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

Tabel 3. Kreativitas Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III

No Indikator

Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI Masing-Masing Indikator

(11)

Lanjutan Tabel 3. Kreativitas Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III

4

Mengerjakan latihan di kelompok / di papan tulis

91% 97% 94% 97% 97% 97% 97% 97% 97%

5 Interaksi sesama

siswa 88% 91% 90% 97% 97% 97% 97% 97% 97%

6

Menemukan cara yang berbeda dalam mengerjakan soal

21% 24% 22% 56% 65% 60% 68% 74% 71%

7

Menggunakan ide sendiri untk menyelesaikan soal

38% 47% 43% 56% 62% 59% 68% 74% 71%

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

Gambar 4. Diagram Persentase Kreativitas Peserta Didik Secara Klasikal

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014) 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase Klasikal

(12)

Gambar 5. Diagram Persentase Kreativitas Peserta Didik Berdasarkan Ketujuh Indikatornya

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

Pembahasan

Pendidikan matematika Realistik Indonesia yang disingkat dengan PMRI di adaptasi dengan RME merupakan salah satu pendekatan belajar matematika yang sedang digalakkan di Indonesia. Anggapan yang mendasari pendekatan Realistik yaitu Matematika bukan pelajaran yang siap saji tetapi merupakan pelajaran yang dinamis dan dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus setiap satu kali siklus pertemuan merupakan satu siklus. Penerapan siklus I merupakan kegiatan dalam membelajarkan peserta didik melalui konteks pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator akan dicapai melalui permasalahan yang dimunculkan sesuai dengan lingkungan peserta didik dan masalah yang realistik dan menarik bagi peserta didik daripada masalah matematika formal yang tanpa makna.

Pendekatan realistik dimulai dengan masalah-masalah dengan konteks yang ada sesuai dengan rancangan guru kompetensi dasar 5.2 menghitung luas persegi dan persegi panjang dan kompetensi dasar 5.3 menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. Kompetensi dasar 5.2 dan 5.3 diajarkan serempak dengan menggunakan konteks cerita yang ditulis pada hasil penelitian ini. Pembelajaran KD 5.2 dan 5.3 tidak dipisahkan seperti pembelajaran matematika dalam pendekatan tradisional diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan peserta didik mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Soal cerita biasanya diberikan di akhir pelajaran, namun berapa penelitian masalah kontekstual menunjukkan bahwa konteks dalam soal cerita tradisional sering tidak mampu melibatkan mental peserta didik sewaktu mereka memecahkan masalah suatu soal (Fauzan, 2007). Peserta didik hampir selalu mengabaikan fakta-fakta atau pengalaman real dan hanya terpakai dengan angka-angka yang dikemukakan dalam suatu soal cerita.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

1 2 3 4 5 6 7

Kreativitas Peserta Didik untuk

Masing-Masing Indikator

(13)

Gambar 6. Peserta Didik Memodelkan Pesergi Panjang pada Kertas secara Berkelompok

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014

Yuliana (2015) menyatakan bahwa pengunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat dijadikan alternatif dalam proses belajar mengajar yaitu untuk melatih peserta didik menemukan sendiri konsep maatematika berdasarkan pengalaman di kehidupan sehari-hari serta kebermaknaan pelajaran matematika yang telah dipelajari seperti Gambar 6. Gambar 7 menampilkan hasil kerja kelompok peserta didik dalam menemukan konsep luas persegi panjang.

(14)

Gambar 7. Hasil Kerja Kelompok Peserta Didik

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Pada siklus pertama ini diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran matematika berbasis PMRI menunjukkan peserta didik punya kreatifitas yang tinggi untuk menemukan suatu cara penyelesaian soal mulai dari tingkat horizontal sampai kepada penemuan rumus dan secara vertikal. Peserta didik diminta mengamati dan menggambarkan situasi sampai kepada menghitung menurut cara peserta didik sendiri sampai pada bagaimana peneliti menyikapi dari jawaban-jawaban peserta didik yang berbeda cara penemuanya dan dapat disimpulkan dalam sebuah rumus dan menyelesaikan soal secara vertikal. Peserta didik dibimbing menemukan rumus matematika tentang luas persegi panjang adalah L = p x l, l – L : P, P L: l. Walaupun rumus itu telah ditemukan oleh pakar matematika sebelumnya.

Data ketuntasan yang diperoleh dari 34 orang peserta didik yang diteliti yaitu mencapai ketuntasan sesuai indikator keberhasilan dengan nilai rata–rata klasikal 93. Penelitian yang diadakan telah berhasil dalam penanaman konsep luas persegi panjang perlu penerapan dengan membimbing peserta didik memecahkan masalah kontekstual yang ada dilingkungan peserta didik dengan memberikan latihan berupa PR dalam bentuk soal secara vertikal. Tetapi berdasarkan KKM yang ditetap di sekolah dengan angka 63 semua peserta didik telah tuntas. Berdasarkan jurnal peserta didik yang diungkapkan sebanyak 98% peserta didik menyatakan senang belajar matematika.

(15)

kreatifitas peserta didik selama pembelajaran Realistik disajikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemecahannya dengan berbagai cara (tidak tunggal) peserta didik didorong untuk mengambil inisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuannya sehingga diharapkan dapat menempuh kepercayaan pada diri sendiri. ”Matematika disajikan pada peserta didik suatu poses menemukan kembali, jadi menuntut kreativitas dan insiatif dari peserta didik (Sembiring, 2001 dalam Zubaidah, 2007). Pelaksanaan penelitian tindakan mulai dari siklus I sampai siklus III secara klasikal mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Tingkat kemajuan belajar peserta didik dan cara melaksanakan pembelajaran cukup memberikan kontribusi untuk pembelajaran matematika untuk masa datang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Ada beberapa simpulan yang dapat ditarik dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini antara lain 1) Peserta didik akan belajar matematika dengan kreatif jika guru menciptakan lingkungan belajar yang memunculkan kreatifitas peserta didik, 2) Guru dapat membuat pembelajaran kreatif dengan ada perangkat pembelajaran yang terencana dan media yang diciptakan dan digunakan dapat mendunkung terlaksananya pembelajaran, 3) Guru dapat membuka diri untuk perbaikan pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang kondusif, dan 4) Pendidikan matematika Realistik Indonesia pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik dan memupuk rasa senang peserta didik terhadap pembelajaran matematika.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan hal-hal berikut :

1. Di kelas awal (1, 2 dan 3) seharusnya guru mendesain pembelajaran dengan terencana dalam bentuk RPP yang bisa diterapkan memungkinkan membelajarkan peserta didik secara aktif dan kreatif.

2. Ciptakan suasana yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa terbebani dengan masalah-masalah yang diciptakan guru.

3. Sebelum guru mengajar disarankan kepada kepala sekolah untuk dapat melihat perangkat pembelajaran yang dibuat guru dan mensupervisi pelaksanaan pembelajaran agar mencapai mutu yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aklimawati. 2015. Pengembangan Design Pembelajaran Tematik untuk Menemukan Rumus Luas Lingkaran di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Edisi September 2015, 22 (1): 149-156.

Asliyani, Rusdi, dan M., Asrial. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMK Teknologi Kelas X Berbasis Kontekstual. Edu-Sains, 3 (2): 1-7.

(16)

Hadi, Sutarto. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Matematika. Makalah disajikan pada pertemuan Forum Komunikasi Sekolah Inovasi Kalimantan Selatan, di Rantau Kabupaten Tapin, 30 April 2003.

Hastoro, Watijo. 2012. Menentukan Luas Daerah Bangun Datar dengan Papan Berpetak untuk Siswa SMP Kelas VII. Makalah disajikan dalam Seminar

Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Kontribusi

Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 10 November 2012. Hendri, Deoby. 2009. Desain Pembelajaran Matematika Materi Kesebangunan

dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Program Studi Pendidikan Matematika: Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Ibrohim. 2015. Pengembangan Pembelajaran IPA/Biologi Berbasis Discovery/ Inquiry dan Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah serta

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Makalah disajikan dalam Seminar

Nasional Sains dan Enterpreneurship II, IKIP PGRI Semarang, Agustus 2015. Murniati, Endyah. 2007. Kesiapan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Surabaya:

Surabaya Intelectual Club.

Sembiring, Robert K. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan dan Tantangannya. IndoMS. J.M.E., 1 (1): 11-16.

Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shodiq, Fadjar. 2008. Geometri Datar dan Ruang. Yokyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Sutanti, Siti Istiyati, dan Djaelani. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Luas

Bangun Datar Melalui Model Pembelajadan Kooperatif STAD. Jurnal Didaktika

Dwija Indria.2 (2): 1-6.

Yuliana. 2015. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VI SD NEGERI 11 Lubuk

Linggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Program Studi Pendidikan MIPA: STKIP

PGRI Lubuk Linggau.

Gambar

Gambar 1. Persentase Hasil Belajar Kognitif Secara Klasikal
Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI  Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Tabel 3. Kreativitas Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Gambar 5. Diagram Persentase Kreativitas Peserta Didik
+3

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rambah Tengah Hulu pada Kawasan Objek Wisata Air Panas Sauman didapatkan 3 famili 7 sub

Individu atau beberapa anggota kelompok usaha dapat terdaftar secara legal dan memperbolehkan mereka membuat profit Kelompok usaha sepakat bahwa Individu atau beberapa anggota

1) Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Maros di bidang Komunikasi dan Informasi melalui Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Prinsip kerjanya adalah aliran data dari phones (client)/WAP protokol, akan mengirim encoded request, protokol gateway akan mentranslasikan request dari WAP protokol yang

Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengan- dung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur (Stro bel

And yet, Katherine Duncan-Jones, in her 1997 Arden edition of the sonnets, refused to let Thorpe stand as the only begetter of his tortuous dedication, suggesting instead that,

Already head and shoulders under the hood, Gray simply turned his head and gave her a dry look.. Brianna bit her lip as she watched

yang nantinya menginkubasi perusahaan pemula dalam industri hilir kelapa sawit dan memberikan layanan bisnis dan teknologi kepada UMKM yang sudah ada. Berperan