• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS Skandal Manipulasi Laporan Keuanga (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KASUS Skandal Manipulasi Laporan Keuanga (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma tbk

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan a d a n y a l a b a b e r s i h s e b e s a r R p 1 3 2 m i l y a r , d a n l a p o r a n t e r s e b u t d i a u d i t o l e h H a n s T u a n a k o t t a & M u s t o f a ( H T M ) . A k a n t e t a p i , K e m e n t r i a n B U M N d a n B a p e p a m m e n i l a i bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanyasebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal Kimia Farma,Tbk

(2)

pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambatnya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma, Tbk dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik.Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan (Keterkaitan dengan Etika Profesi )

Kode Etik Profesi Ke-3 Menyebutkan bahwa Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional harus dimiliki oleh profesi. Prinsip ini Mewajibkan Praktisi untuk :

1.

Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien 2.

(3)

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

Berdasarkan landasan teori mengenai etika manajemen keuangan, berikut adalah contoh kasus pelanggaran etika yang terjadi di

Indonesia dari suatu organisasi perusahaan maupun intansi

pemerintahan yang terbukti melanggar etika serta kode etik dalam

laporan ataupun manajemen keuangan yang ditemui melalui redaksi

koran adalah sebagai berikut :

3.1 Tujuh PNS Kementerian Keuangan suap CPNS Rp 30 Triliun Berdasarkan lampiran, contoh kasus pelanggaran etika yang dikutip melalui redaksi koran Batam pos adalah keterbuktian

pelanggaran adanya praktek suap-menyuap yang dilakukan sejumlah

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam perekrutan Calon Pegawai Negeri

Sipil (CPNS) mencapai Rp 30 Triliun dalam setahun. Para CPNS harus

membayar besar untuk menduduki posisi maupun jabatan yang lebih

tinggi dengan cara singkat untuk mendapatkannya.

Tidak hanya itu bahkan PNS Kementerian Keuangan itu

memasang tarif suap sesuai dengan jabatan PNS yang diinginkan.

TARIF SUAP CPNS/JABATAN PNS

1. CPNS Rp 150 juta-Rp 200 juta

2. Kadis/Ka

BUMD

Rp 300 juta-Rp 400

juta

3. Seka Rp 700 juta

(4)

Sungguh sangat mencengagkan yang terjadi, lalu yang patut dijadikan

pertanyaan, kemanakah aliran uang suap itu? Apakah untuk

kesejahteraan serta pembagunan rakyat di negeri ini atau uang suap itu

hanya untuk keuntungan pribadi. Namun berdasarkan keterangan uang

suap masuk ke kepala daerah (Gubernur/Wako/Bupati).

Dalam kasus pelanggaran ini termasuk bentuk korupsi suatu

tindakan penyimpangan dan penyalahgunaan dana suap-menyuap yang

termasuk suatu tindak pidana atas nama pejabat maupun pegawai negeri

hanya untuk memperkaya diri. Mereka yang sebagai Pegawai Negeri dan

pejabat negara yang seharusnya memberi contoh justru melanggar kode

etik yang dapat mencoreng citra sebagai Pegawai Negeri Sipil di mata

masyarakat itu sendiri. Ini perlu ada tindak lanjut serta pengawasan yang

lebih maksimal dari kemenkeu dan KPK itu sendiri agar kasus ini tidak

berkelanjutan dan terus-menerus terjadi di Indonesia apabila tidak ada

inisiatif untuk memberantas kasus ini yang dari ke tahun semakin

meningkat dan pelaku-pelaku pelanggaran semakin licik dan pintar

seiring kemajuan teknologi yang semakin canggih. Sebagai CPNS

(korban dari suap) pun tidak bisa berbuat apa-apa ketika dimintai uang

untuk memperoleh jabatan tersebut karena itulah ketentuan, dan

tanggungjawabnya agar bisa memperoleh jabatan yang tinggi dengan

menghalalkan berbagai cara agar keinginan serta pekerjaan yang bisa

menjamin kehidupan serta keluarganya dengan melalui proses suap

tersebut. Tindakan CPNS pun tidak baik untuk di contoh karena di dalam

bekerja tidak ada sistem suap-menyuap ataupun sogok-menyogok apabila

ingin memperoleh posisi atau jabatan yang tinggi. Dengan didasari

kemampuan dan skill yang kita punya siapa pun bisa mencapainya. Dan

selalu yakin dan berpikir positif dengan apa yang kita yakini dan selalu

percaya Tuhan YME lah yang menentukan kehidupan kita. Karena tanpa

(5)

akan sia-sia. Untuk apa kekayaan dan jabatan apabila melakukannya

dengan cara yang kotor dan keji tanpa mendasari keimanan di dalam

dirinya.

Tujuh PNS kementerian keuangan pelaku suap sudah di tindak

lanjuti oleh kemenkeu dan telah atau dalam proses pemberhentian

dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ada pula yang

telah dalam proses secara hukum. Karena setelah ditelusuri terdapat 33

laporan yang terbukti terdapat penyimpangan dan penyalahgunaan

dalam pelaksanaan tugas, berupa pengenaan hukuman disiplin pegawai.

Ini merupakan hal positif agar praktek ini tidak berkembang dan

merajalela di lingkungan pejabat negara atau pegawai sipil.

Ini sudah nyata adanya di negeri ini, kejadian demi kejadian

serta pelanggaran-pelanggaran belum sepenuhnya tertangani dengan

baik oleh oknum atupun aparat yang bertugas menangani kasus ini.

Sepertinya hukum sudah tidak lagi bekerja dengan baik mengenai kasus

ini, namun uang lah yang dapat memberhentikan sistem hukum atau

aturan undang-undang di Indonesia ini khususnya. Tidak ada

keterbukaan mengatasi kasus ini, semua sengaja menutup-nutupi oleh

lembaga-lembaga terkait. Ini merupakan kasus pelanggaran besar yang

tergolong korupsi yang harus tertangani dengan baik sampai ke

akar-akarnya. Diperlukan peran aktif pemerintah agar semua kasus

pelanggaran di indonesia seperti korupsi, suap-menyuap, ataupun segala

bentuk tindak penyalahgunaan lainnya dalam manajemen keuangan ini

tidak merajalela keberadaanya.

Dalam kasus pelanggaran ini berdasarkan teori etika

manajemen keuangan termasuk pelanggaran etika dalam Whistle

(6)

beberapa orang karyawan untuk membocorkan suatu kecurangan, yang

dalam kasus ini adalah kecurangan atau tindakan penyalahgunaan PNS

dengan menyuap CPNS, dengan tujuan masyarakat pada umumnya tahu

tentang keburukan, yang dapat merusak nama baik pegawai ataupun

intansi pemerintahan di mata masyarakat apabila tidak di bongkar dan

tindak lanjuti sumber permasalahan dari kasus suap ini. Harapan,

semoga hukum di negari ini dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ini

perlu adanya ikut serta peran pemerintah, masyarakat, serta

lembaga-lembaga yang khusus menangani kasus suap-menyuap atau tindakan

korupsi lainnya yang dapat merugikan negeri ini.

Sebagai warga negara yang baik, taat hukum, dan takut tuhan.

Tidak akan melalukan pelanggaran yang dapat merugikan diri sendiri

maupun orang lain. Mulai dari dari sendiri, Mari berantas segala macam

bentuk korupsi.

3.2 Kasir Tilep Uang Perusahaan Rp80 juta

Berdasarkan Lampiran, contoh dari kasus pelanggaran ini yang dikutip melalui redaksi koran Batampos, mengenai pelanggaran

seorang kasir dari perusahaan distributor makanan di Batam yang

membawa kabur uang perusahaan. Akibat yang dilakukan kasir itu

perusaahaan mangalami kerugian sebesar Rp80 juta. Modus yang

dilakukakan dengan memanipulasi uang setoran dalam laporan yang

dibuatnya.

Dari pihak manajemen perusahaan sudah melaporkan

perbuatan kasir tersebut ke Pihak berwajib untuk menelusuri serta

mencari keberadaannya. Karena dari pihak keluarga, termasuk suaminya

tidak sama sekali mengetahui keberadaan kasir itu. Namun dari pihak

(7)

mampu megembalikan uang perusahaan serta menyelesaikan masalah

dengan cara baik-baik.

Dari kasus ini sudah termasuk dalam pelanggaran kode etik

perusahaan sebagai karyawan yag terlibat dalam suatu organisasi. Dan

melanggar norma-norma akuntansi secara umun dengan

menyalahgunaan penjurnalan laporan keuangan kasus ini sudah sangat

melawan hukum yang ada dalam peundang-undangan mengenai

prinsip-prinsip akuntansi secara umum. Apalagi pelaku dengan sengaja

melakukan penggelapan tersebut yang dapat merugikan perusahaan itu

sendiri. Kasus ini termasuk pelanggaran dalam Fraud Auditing yang

merupakan suatu tindakan kecurangan dalam laporan keuangan. Karena

pelaku cukup cerdik dalam memanfaat sebuah peluang tersebut serta

mencari kelemahan dari perusaahan. Sehingga dengan mudah dan

menghalalkan berbagai cara melakukan penyalahgunaan tersebut hanya

untuk menguntungkan serta memperkaya diri sendiri. Karena ada factor

dorongan serta kesempatan tersebut, misalkan factor dorongan untuk

memenuhi kebutuhan hidup serta kehidupan mewah dan glamour hanya

untuk memperkaya diri sendiri . karena penggelapan uang sama saja

suatu tindakan korupsi. Di situ titik kelemahan suatu prusahaan atau

suatu organisasi di butuhkan suatu strategi dalam meningkatkan mutu,

kualitas serta jaminan para pekerja/karyawan. Serta d tanamkan

kepribadian moral dan kepercayaan. Agar menciptakan wujud karyawan

yang handal dan bertanggungjawab di butuhkan hubungan formal yang

baik antara pihak perusahaan dan karyawan yang di suatu organisasi

tersebut.

Ini hanya salah satu contoh kejadian pelanggaran etika yang di

lakukan karyawan dengan penyelewengan dana dan penyalahgunaan

(8)

lainnya yang tidak d tindak lanjuti, karena dengan ini juga dapat

mencemarkan nama baik perusahaan itu sendiri di mata masyarakat.

Perlu adanya pengawasan dan penanggulan segala macam

bentuk korupsi. Serta di butuhkan penelitian factor-faktor peyebab para

pelaku melanggar hukum dalam suatu pelanggaran etika dalam

manajemen keuangan.

3.3 DPR TERIMA MILIRIAN DARI AGGARAN

Berdasarkan Lampiran, contoh dari kasus pelanggaran ini yang dikutip melalui redaksi koran Batampos, mengenai pelanggaran

yang dilakukan sejumlah anggota DPR di Jakarta yang terbukti

menerima milirian dari anggaran maupun pembelanjaan pengeluaran

Negara yang tidak dapat dibantah lagi ada permainan mafa anggaran di

DPR. Misalkan contoh yang terbukti dilakukan salah satu anggota DPR

yang telah menerima uang Rp 2,7 miliar karena berdasarkan laporan

dari pengaduan yang masuk, menyebutkan 10 anggota DPR. Ini

sungguh sangat mencengangkan tidak di sangka modus praktek terjadi

pada anggota pemerintahan itu sendiri. Karena seharusnya anggaran

tersebut digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan

keperluan pembelanjaaan yang dikeluarkan tidak dengan mengelapkan

uang anggaran tersebut untuk kepentingan pribadi karena dalam

pelaporan anggaran tersebut harus sesuai dengan system informasi

akuntansi dan system pengendalian manajemen yang berlaku.

Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih

dahulu diulakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu,

harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran

pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan

(9)

menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh

karena itu, adanya dana yang tidak wajar pada dasarnya menyalahi

prinsip anggaran yang bersifat komprehensif dan sudah menyalahi

aturan hukum dan perundang-undangan.

 Contoh Kasus: Kasus Mulyana W Kusuma tahun 2004. Menjabat sebagai sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Dalam kasus ini ICW melaporkan tindakan Mulyana W Kusuma kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan

 Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalam metode arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karenaAsumsi Inflasi Besar. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatanyang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metodeidentifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.

FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak akan mengalamipenurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak.

Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaany ang kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.

CONTOH KASUS

Sembilan KAP yang Diduga Melakukan Koalisi dengan Kliennya Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

(10)

usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai

penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW

mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

ANALISIS KASUS

Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan. • Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi. Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk

masyarakat dan juga pemegang saham.Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.

• Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik.

Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan

menunjukkan komitmen atas profesionalisme.Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa. • Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas.

Prinsip integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin.Dalam kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.

• Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas.

Prinsip objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu, mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak lain. Sumber

(11)

01 Oktober 2013, Etika Dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen, Melania Isny)

PEMBAHASAN 3.1 Kasus

Manipulasi laporan keuangan PT KAI

Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik. Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.

Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

(12)

Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.

Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek.

3.2 Pembahasan Kasus

Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban manajemen juga sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya.

Dalam kasus di atas, terdapat banyak kejanggalan yang ada pada laporan keuangan yang menjadi hasil pekerjaan akuntan public tersebut. Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.

Dari kasus diatas, jika dikaitkan dengan teori etika ada beberapaa teori yang sudah dilanggar yaitu :

(13)

perusahaan tapi juga bagi perusahaan dan orang lain. Bagi perusahaan berdampak pada menurunnya kepercayaan para investor dan calon investor serta merusak citra perusahaan. Sehingga akibatnya perusahaan kekurangan modal karena menurunnya jumlah invetor yang mau menanamkan modal ke perusahaan tersebut.

2. Utilitarianisme. Tujuan dari laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pertanggung jawaban manajemen tapi juga sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Dengan dimanipulasinya laporan keuangan oleh manajemen maka keputusan yang diambil pun akan tidak tepat dan bisa merugikan orang banyak (orang yang berkepentingan).

3. Deontologi. Manajemen tidak menjalankan kewajibannya sebagai manajemen perusahaan dengan semestinya. Seharusnya seorang manajer yang memiliki kedudukan tinggi diperusahaan memberikan contoh yang baik kepada bawahaan agar menjalankan kewajibannya diperusahaan sesuai dengan etika-etika yang diberlakukan.

4. Hak. Teori etika ini berkaitan dengan teori deontologi. Dalam prinsip-prinsip etika profesi seseorang dituntut untuk profesional dalam profesinya. Dalam kasus ini manajemen telah merugikan hak dan kepentingan orang lain seperti karyawan dan para investor. Yakni seperti para karyawan dan para investor mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi mengenai kinerja perusahaan

5. Keutamaan. Sikap keutamaan yang diperlukan dalam dunia bisnis yakni seperti kejujuran. Pada kasus ini manajemen tidak bersikap jujur dalam menyusun laporan keungan. Manajemen melakukan beberapa manipulasi seperti data mengenai pendapatan, utang dan cadangan kerugian piutang. Padahal seorang manajer harus mempunyai sikap jujur karena, kejujuran merupakan etika yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

Sedangkan prinsip etika profesi yang dilanggar yakni: 1. Prinsip Otonomi

PT KAI yang memiliki kebebasan dan kewenangan untuk mengambil keputusan yang dianggap baik hanya untuk PT KAI sendiri tetapi tidak bertanggung jawab terhadap pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari tindakan PT KAI yang mengakui PPN terutang pihak ketiga sebagai piutang yang tidak sesuai dengan regulasi.

(14)

2. Prinsip Keadilan

Terjadi pelanggaran prinsip keadilan oleh PT KAI karena mengistimewakan beberapa pihak yang berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera menarik PPN. mengistimewakan beberapa pihak yang berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera menarik PPN.

Di dalam standar kode etik Akuntan Manajemen, ada beberapa yang dilanggar oleh manajemen yakni:

1. Competensi. Akuntan manajemen tidak kompetensi karena tidak memelihara pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya dengan sepantasnya, selain itu tidak mengikuti hukum,

peraturan dan standar teknis, dan tidak membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan melainkan dengan memanipulasi data.

2. Creative Accounting. Akuntan manajemen telah menyimpang dari praktek akuntansi yang mengikuti peraturan dan undang-undang. Manajemen perusahaan melakukan banyak

maanipulasi dalam menyajikan laporan keuangan.

3. Fraud. Manajemen telah sengaja melakukan kecurangan dengan menyajikan laporan keuangan tidak dengan data yang sebenarnya.

Jika dikaitkan dengan earning management dan agency theory timbulnya kasus tersebut karena ;

1. Adanya campur tangan manajemen dengan menggunakan judgement dalam proses penyusunan dan pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri

2. Dalam kasus manipulasi laporan keuangan oleh PT KAI, telah terjadi erning management dengan pola Income Maximization yaitu dengan tujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Dengan perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.

Adanya konflik antara kepentingan manajemen (Agent) dan pihak komite audit (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.

(15)

informasi baik mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan, sehingga manajemen lebih mempunyai kesempatan dalam memanipulasi laporan keuangan yang dihasilkannya, dan konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Dalam hal kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil laporan keuangan PT. KAI yaitu pada saat proses lelang, Komite Audit seharusnya ikut untuk melihat apakah auditor eksternal layak dipilih dan melihat keadilan proses pemilihan. Pada kenyataannya, komite audit tidak ikut dalam proses penunjukan auditor sehingga tidak terlibat dalam proses audit. Kesalahan tersebut mengakibatkan terjadinya kesalahan yang lain, yaitu tidak adanya atau sangat minimnya komunikasi antara pihak Komite Audit dengan Auditor Eksternal (akuntan publik). Karena Komite Audit tidak menunjuk auditor yang akan diberi penugasan, maka komunikasi yang terjadi antara komite audit dengan auditor bisa diperkirakan sangat sedikit bahkan tidak efektif.

Akibat komunikasi yang kurang intens, maka tugas komite audit untuk melaksanakan kewajibannya untuk mengajak auditor untuk mendiskusikan masalah audit saat audit berlangsung tidak dipenuhi dengan baik. Kesalahan ini menimbulkan kesalahan berikutnya, yaitu Komite Audit tidak mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit. Dalam kasus ini, Komite Audit justru tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit, setelah laporan audit diterbitkan. Padahal seharusnya Komite Audit melakukan review bersama dengan auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit, yang artinya sebelum laporan auditor diterbitkan, sehingga laporan keuangan tersebutlangsung bisa dilakukan audit investigasi dan koreksi apabila terjadi kesalahan pencatatan. Komite Audit juga tidak perlu berbicara kepada publik. Karena komunikasi yang buruk antara Komite Audit dengan auditor, maka hal seperti itu bisa terjadi.

(16)

1. Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan merupakan keadaan dari posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

2. Kepentingan Publik, dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun karena manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT. KAI. Karena, apabila kerugian tersebut semakin besar namun tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi kerugian tersebut.

3. Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan.

4. Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak siapapun. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga telah memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berada di PT. KAI.

5. Kompetensi dan kehati-hatian professional, akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan. Dalam kasus ini, akuntan PT. KAI tidak melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga terjadi kesalahan pencatatan yang mengakibatkan PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan. 6. Perilaku profesional, akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku

konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak berperilaku profesional yang menyebabkan kekeliruan dalam melakukan pencatatan laporan keuangan, dan hal ini dapat mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.

(17)

penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Dalam kasus ini akuntan tidak melaksanakan prinsip standar teknis karena tidak malaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Contohnya, pada saat PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.

Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya. Selain itu, sebagai auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur lembaga. Kemudian, hubungan antar lembaga diharapkan tercipta dengan baik, sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen yang ada di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu kepentingan.

Berdasarkan kaitannya dengan kasus manipulasi laporangan keuangan PT KAI auditor eksternal dinyatakan ada mempunyai hubungan dengan kasus manipulasi tersebut. Menteri Keuangan terhitung sejak tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP ) Drs. Salam Manao, yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan Pembekuan izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007 Pembekuan izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007.

(18)

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa diantisipasi yakni

1. Menerapkan Good Corporate goernance (GCG). Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Pada surat tersebut BUMN dituntut untuk menerapkan GCG tujuannya untuk mendorog pengelolaan BUMN secara profesional, efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar perusahaan menjalankan tindakan dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan. Dengan diterapkannya GCG maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung jawab, akuntabilitas, adil dan transparan.

2. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau dikoreksi. Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana.

3. Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

4. Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses auditing, mulai dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

5. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure. 6. Memperbaiki komunikasi antara auditor dengan pihak-pihak yang berinteraksi, yaitu

manajemen, Komite Audit, dan auditor intern. Dengan komunikasi yang efektif, maka data dan bukti yang terkumpul akan semakin akurat dan memadai, juga menghindari perselisihan dengan Komite Audit.

7. Membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan.

8. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di perusahaan.

9. Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Elemen tersebut sangat erat kaitannya dengan risiko finansial, karena proyeksi aliran kas dalam perhitungan dengan metoda capital budgeting menggambarkan bahwa investasi

Memperoleh pengetahuan mengenai hambatan yang dialami masyarakat sebagai penerima kredit dan UPK sebagai pelaksana kegiatan atau pemberi kredit dalam proses pemberian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis bunga deposito Bank Mandri dengan bagi hasil deposito Bank Syariah Mandiri. Hasil perhitungan ini menyatakan bahwa nilai

INVESTMENT OPPORTUNITY SET ROLE AS MEDIATING THE EFFECT OF DIVERSIFICATION TO COMPANIES VALUE IN INDONESIA.. (EMPIRICAL STUDY OF GO PUBLIC SECONDARY

Landasan ontologis Ilmu fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah, makruh atau

Susunan vertikal hanja perlu diadakan apabila ternjata benar, bahwa tugas jang harus diselenggarakan di- daerah itu tak dapat diserahkan kepada instansi lain

Com- parison of average microleakage in total-etch adhesive (Opti Bond Solo Plus) and self-etch adhesive (Optibond All-in-One) based on dye extraction and dye penetration

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang