• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat konsep diri siswa (studi deskriptif pada remaja kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatan konsep diri siswa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat konsep diri siswa (studi deskriptif pada remaja kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatan konsep diri siswa)."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa) Benedikta Indah Putri Lestari

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Koefisien reliabilitas penelitian ini tinggi karena menunjukkan hasil perhitungan 0,849. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa siswi kurang positif (sedang dan rendah).

(2)

ABSTRACT

LEVEL OF SELF-CONCEPT OF STUDENTS

(Descriptive Study on Adolescence of VII and VIII Graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen Class of 2016/2017 and its Implication for

Classical Guidance Topics to Develop Self-Concept of Students) Benedikta Indah Putri Lestari

Sanata Dharma University 2017

This research was aimed to find level of self-concept of students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 and to compile a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen.

This research was a descriptive research with survey method. This research was a population research. Subjects of this research were 50 students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017. Research instrument was questionnaire inquiring self-concept of students. Reliability coefficient of this research was high inasmuch as it yielded 0.849 as the result of the calculation. Questionnaire type used was direct closed-ended questionnaire. Data were analyzed based on Aswar criteria. Scoring was compiled based on normal distribution using classification scoring model with five classifications, i.e.: very high, high, medium, low, and very low.

Research result showed that 9 (18%) respondents had very high self-concept; 34 (68%) respondents had high self-self-concept; 7 (14%) respondents had medium self-concept, and none of them had low or very low self-concept. It can be concluded that the self-concept of most of the students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 is high or positive.

Based on this research result was compiled a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen. The topics of classical guidance proposed was based on questionnaire items which showed that the self-concept of the students was not quite positive (medium and low).

(3)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN MOTTO

Berikan yang terbaik selagi kamu masih mampu memberikan yang terbaik

I a ’ a

. W a y a

a

(Mother Teresa)

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembehkan karya ini untuk: Tuhan Yang Maha Esa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

SMP Saverius 1 Sragen

Keluarga: Bapak Vincensius Rasimun dan Ibu Rosalia Mardiyati Adik Fransiska Ajeng Dwi Ayu Ningsih dan Martinus Novemba

Keponakan tercinta: Felicia Sekar Kinasih Wulandari

Saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan harapan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa) Benedikta Indah Putri Lestari

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Koefisien reliabilitas penelitian ini tinggi karena menunjukkan hasil perhitungan 0,849. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa siswi kurang positif (sedang dan rendah).

(12)

ABSTRACT

LEVEL OF SELF-CONCEPT OF STUDENTS

(Descriptive Study on Adolescence of VII and VIII Graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen Class of 2016/2017 and its Implication for

Classical Guidance Topics to Develop Self-Concept of Students) Benedikta Indah Putri Lestari

Sanata Dharma University 2017

This research was aimed to find level of self-concept of students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 and to compile a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen.

This research was a descriptive research with survey method. This research was a population research. Subjects of this research were 50 students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017. Research instrument was questionnaire inquiring self-concept of students. Reliability coefficient of this research was high inasmuch as it yielded 0.849 as the result of the calculation. Questionnaire type used was direct closed-ended questionnaire. Data were analyzed based on Azwar criteria. Scoring was compiled based on normal distribution using classification scoring model with five classifications, i.e.: very high, high, medium, low, and very low.

Research result showed that 9 (18%) respondents had very high self-concept; 34 (68%) respondents had high self-self-concept; 7 (14%) respondents had medium self-concept, and none of them had low or very low self-concept. It can be concluded that the self-concept of most of the students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 is high or positive.

Based on this research result was compiled a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen. The topics of classical guidance proposed was based on questionnaire items which showed that the self-concept of the students was not quite positive (medium and low).

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

(14)

5. Stefanus Priyatmoko, selaku karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling yang memberikan pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. M.M. Wiwik Yulisriani, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Saverius 1 Sragen yang telah berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. P. Widodo, Drs., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Saverius 1 Sragen yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam melaksanakan penelitian.

8. Para siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen atas waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.

9. Keluarga Vincensius Rasimun yang telah memberikan kasih sayang, cinta kasih dan harapan, serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus bersemangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman terdekatku, Paulus Miki Renandi Prabandian yang penuh cinta kasih menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat tersayang dan terkasih Windriati Emban Pertiwi yang telah setia dari

awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.

12. Teman-teman: Bruder Dinus dan Bruder Purwanto yang sudah dengan tulus memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis.

(15)

14. Karyawan perpustakaan USD atas pelayanannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Perkembangan Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 10

(17)

C. Konsep Diri ... 14

1. Arti Konsep Diri ... 14

2. Penggolongan konsep diri ... 15

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 16 4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 22

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri ... 22

1. Pengertian Bimbingan ... 22

2. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 23

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri ... 24

E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian... 27

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017... 42

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 43

B. Pembahasan ... 46

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 46

(18)

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan

VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (Final) ... 33

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Indeks Korelasi Reliabilitas ... 35

Tabel 3.5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII ... 39

Tabel 3.6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa ... 40

Tabel 4.1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

Tabel 4.2 Penggologan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Uji Coba) ... 55

Lampiran 2: Tabulasi Instrumen Hasil Uji Coba ... 60

Lampiran 3: Validitas Hasil Uji Coba ... 61

Lampiran 4: Hasil Perhitungan Taraf Validitas ... 66

Lampiran 5 : Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Final) ... 70

Lampiran 6: Validitas Hasil Penelitian ... 75

Lampiran 7: Tabulasi Data Peneltian ... 80

Lampiran 8: Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 88

Lampiran 9: Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 90

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

(22)

pandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak-kanakan, tetapi juga belum termasuk dalam golongan orang dewasa.

Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya termasuk perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan remaja dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan respon dari lingkungannya remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya yang membuatnya berbeda dengan yang lain. Remaja mengalami perubahan yang tidak hanya menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga perubahan konsep diri. Konsep diri yang diharapkan adalah konsep diri yang positif, yang sangat penting dalam hidup remaja.

Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan penilaian orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian. Apabila remaja tidak mengenali dirinya dengan baik, tidak menerima diri apa adanya dan tidak tahu bagaimana bertingkah laku, maka remaja akan mengalami krisis identitas. Tetapi bila remaja mengenali dirinya dengan baik, menerima diri apa adanya dan tahu bagaimana harus bertingkah laku, maka remaja akan memiliki identitas diri yang jelas. Mengenali diri secara tepat mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja.

(23)

3

yang merupakan inti kepribadian merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab konsep dirinya akan mempengaruhi tingkah laku remaja, dan cara-cara remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup. Penelitian ini berfokus pada konsep diri remaja yang bersekolah di SMP Saverius 1 Sragen. SMP Saverius 1 Sragen merupakan sekolah swasta milik yayasan Katolik yang berada di tengah-tengah perkotaan Sragen. Kepala sekolah mengatakan bahwa input yang diterima di SMP Saverius 1 Sragen adalah siswa dari kalangan ekonomi sosial menengah ke bawah. Kepala sekolah serta guru-guru mengatakan bahwa pada tahun ajaran 2015/2016 sering ditemukan perilaku negatif dari siswa seperti mengabaikan tata tertib, sulit diatur dan membolos.

(24)

ketika jam pelajaran berlangsung. Tampaknya siswa belum bisa belajar dari kesalahannya. Ada yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tetapi kelihatannya tidak merasa bersalah. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dikatakan kurang baik. Menurut guru kelas VII dan VIII, terjadi pengelompokan antar siswa. Siswa lebih suka mengelompok dengan siswa lain yang dirasa mempunyai kesamaan dalam suatu hal atau hanya karena ada perasaan senang. Siswa cenderung hanya berkomunikasi dengan kelompoknya saja. Siswa laki-laki dan perempuan sulit membaur karena siswa malu berinteraksi dengan lawan jenis. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi dan ada yang merupakan korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; pertumbuhan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti dari pribadi orang.

(25)

5

Berdasarkan kesan tersebut, perlulah dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Mengingat pentingnya konsep diri dan pengaruh konsep diri dalam hidup, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat konsep diri siswa. Kalau konsep diri siswa ternyata rendah atau negatif akan diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi atau positif konsep diri dari para siswa?

2. Apakah ada hubungan antara konsep diri siswa dengan prestasi belajar siswa?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsep diri siswa negatif atau rendah?

4. Apa pengaruh dari konsep diri terhadap perilaku sehari-hari?

5. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang paling tepat untuk meningkatkan konsep diri siswa?

C. Pembatasan Masalah

(26)

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri remaja SMP Saverius 1 Sragen tahun 2016/2017, dan usulan topik-topik yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa. Pertanyaan yang mau dijawab adalah:

1. Seberapa positif konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017?

2. Topik-topik bimbingan klasikal yang mana yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mengetahui tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017.

2. Membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak: 1. Kepala sekolah

(27)

7

2. Guru Bidang Studi

Guru bidang studi diharapkan dapat mengetahui konsep diri siswanya, sehingga guru bidang studi dapat memperlakukan peserta didik secara tepat.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan konsep diri siswa.

4. Peneliti Lain

Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian di sekitar topik yang sama.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang konsep diri dan pengembangannya di dunia kerja.

G. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istiah yang dugunakan dalam penelitian ini:

(28)

2. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen yang berusia 12-14 tahun, tahun ajaran 2016/2017.

3. SMP Saverius 1 Sragen adalah sekolah swasta Katolik yang bernaung di bawah Yayasan Saverius wilayah Sragen. SMP Saverius 1 Sragen dikelola oleh Yayasan Saverius dan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen.

4. Bimbingan klasikal adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor atau guru BK kepada kelompok siswa yang ada dalam satuan kelas agar mereka berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan hasil tinjauan pustaka mengenai beberapa hal yang dapat memperjelas topik penelitian, yaitu perkembangan remaja, pengembangan kepribadian, konsep diri, yang meliputi: arti konsep diri, penggolongan konsep diri; faktor-faktor konsep diri; perkembangan konsep diri; usaha-usaha untuk mengembangkan konsep diri, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Perkembangan Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin “adolescere” (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Hurlock, 2002: 206). Santrock (2007:20) menganggap masa remaja sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan berbagai perubahan seperti perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

(30)

Masa remaja awal bisa disebut sebagai masa negatif. Kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Hal ini membuat remaja cenderung menarik diri dari lingkungannya atau masyarakat. Masa remaja tengah adalah masa di mana remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja mulai mencari teman yang dapat memahaminya namun lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Masa remaja akhir merupakan masa penemuan identitas diri dan perubahan pandangan yang lebih realistis.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Hurlock (2002) menjelaskan ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode penting

(31)

11

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Pada masa peralihan status remaja bukan lagi sebagai anak-anak, namun belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Pada masa ini remaja mencoba-coba hal baru dan berusaha menentukan perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai untuknya.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua, bahkan kadang-kadang merasa mandiri dan menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua terjadi perbedaan pendapat, sehingga seringkali masalah muncul.

(32)

d. Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya. Mereka mulai mendambakan diri yang sesuai dengan dirinya, yakni identitas dirinya sendiri. Jika remaja menyadari segala kelebihannya, minat dan bakatnya serta mampu mengembangkannya secara maksimal, maka konsep dirinya akan positif.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali berkembang pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya dan ini dapat berpengaruh pada kosep dirinya. Jika remaja mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep dirinya akan positif.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

(33)

13

g. Masa remaja sebagai ambang masa depan

Remaja yang mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif, maka konsep diri akan positif. Tetapi jika remaja cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep dirinya dapat terpengaruh menjadi negatif.

B.Perkembangan Kepribadian

Hurlock (2002) menyatakan bahwa teman-teman sebaya turut mempengaruhi pola kepribadian remaja; kreativitas dalam bermain dan dalam melaksanakan tugas-tugas akademis dapat mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Jika cita-cita remaja realistik sesuai kemampuannya maka dia akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar untuk konsep dirinya menjadi positif.

Pada awal masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” sebagaimana mereka menilai kepribadiannya sendiri.

(34)

C. Konsep Diri

1. Arti Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan atau gambaran diri seorang individu secara menyeluruh dan sikap seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan orang tentang dirinya sendiri meliputi: karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi, motivasi diri, kekuatan-kekuatan, dan kelemahaan yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri ini adalah inti dari kepribadian individu. Menurut Hurlock (2002:58), konsep diri merupakan gambaran orang tentang dirinya. Menurut Burns (1993:70) dalam konsep diri ada elemen deskriptif dan elemen evaluasi/penilaian. Burns merumuskannya sebagai berikut:

(35)

15

2. Penggolongan konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri yang tinggi atau positif dan konsep diri rendah atau negatif.

a. Konsep diri tinggi

Konsep diri yang tinggi sinonim dengan konsep diri yang positif. Burns (1993:72) menyatakan bahwa konsep diri yang tinggi ialah keyakinan, pandangan, gambaran, dan penilaian tentang diri yang baik dan menyenangkan. Konsep diri yang tinggi menunjukkan adanya gambaran diri yang positif, harga diri yang tinggi, evaluasi diri yang positif, penghargaan diri yang positif, dan penerimaan diri yang positif. b. Konsep diri rendah

(36)

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Perkembangan konsep diri pertama kali diawali sejak masa kanak-kanak. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan keluarga, orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Saat individu masuk ke jenjang pendidikan, dia berinteraksi dengan teman, guru, dan lingkungan di sekolah. Kualitas interaksi yang dialami turut berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep diri seseorang.

Perkembangan konsep diri pada masa kanak-kanak akan membentuk kepribadian remaja. Konsep diri remaja cenderung berubah-ubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Tetapi secara perlahan-lahan akan menjadi lebih stabil (Hurlock, 2002: 245).

Burns (1993: 206-209) mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh cara perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila pengalaman siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, apabila sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif, maka siswa akan memiliki konsep diri yang negatif.

(37)

17

a. Usia Kematangan

Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri secara positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam perkembangannya dan masih diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Remaja akan cenderung menarik diri dari lingkungannya yang bersangkutan, sehingga konsep dirinya pun dapat menjadi negatif. b. Penampilan diri

Pada masa remaja penampilan diri merupakan hal yang sangat penting. Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik masing-masing remaja.

(38)

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ini ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer laki-laki antara lain mimpi basah, sedangkan ciri-ciri kelamin primer pada perempuan antara lain menstruasi. Ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki antara lain tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat,tumbuh bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder perempuan antara lain pinggul membesar, bahu melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik yang positif akan menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri, sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak menarik secara fisik, dia dapat menarik diri dari lingkungannya, dan konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara positif.

c. Kepatutan Seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai seksualitasya sejalan dengan jenis informasi mengenai seks yang diterimanya. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.

(39)

19

menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas. Jika individu memperoleh informasi yang tepat mengenai kehidupan seks, individu akan terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor yaitu seringnya nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang dengan namanya.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain semakin nama itu dapat berpengaruh negatif terhadap dirinya. Semakin kuat menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya, semakin kuat pengaruhnya terhadap konsep diri. Sebaliknya jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja dapat merasa minder atau khawatir jika dicemooh temannya konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara negatif.

e. Hubungan keluarga

(40)

Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota keluarga. Kalau suatu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak misalnya, perhatian akan terbagi dan komunikasi dapat berkurang, sehingga remaja yang bersangkutan akan kurang mendapat kasih sayang dan perhatian secara maksimal. Keharmonisan keluarga akan terbangun apabila pola komunikasi di rumah baik. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga yang baik akan memperoleh pengaruh positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada konsep diri remaja. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya akan mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

(41)

21

g. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan orang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi. Kreativitas merupakan kemampuan untuk meenciptakan sesuatu yang baru.

Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak kanak-kanak kreatif dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Semakin remaja kreatif, semakin dia berprestasi, dan prestasinya akan dihargai dan diterima oleh orang lain, sehingga konsep dirinya pun menjadi positif.

h. Cita-cita

Menurut Hurlock (2002), cita-cita merupakan keinginan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan, maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya, besar kemungkinan dia berhasil dan jika berhasil konsep dirinya akan positif. Jika remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan ini akan berpengaruh positif terhadap konsep dirinya.

(42)

pandangan, keyakinan, dan pikiran diri responden terhadap dirinya dalam masing-masing faktor tersebut.

4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

Menurut Sinurat (1991) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri siswa yaitu:

a. Menjadi konselor sekolah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi orang yang memiliki konsep diri positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming a reinforcing person).

c. Membantu siswa agar sadar akan segi-segi positifnya. d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan konsep diri siswa.

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri 1. Pengertian Bimbingan

(43)

23

Siswa SMP merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan klasikal.

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang direncanakan menjadi bahan bimbingan selama periode tertentu. Suatu program yang disusun berdasarkan kebutuhan para siswa, akan menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan.

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2012) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.

(44)

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri siswa sangatlah diperlukan. Program bimbingan klasikal yang disusun untuk mengembangkan konsep diri, dapat digunakan para guru untuk membantu siswa mengenali segi-segi positif yang ada dalam dirinya. Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan konsep dirinya. Fokusnya adalah membantu siswa menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya.

E.Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Puspita Sari (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup.

(45)

25

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas intrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Saverius 1 Sragen. Jalan Veteran No. 13, Mageru, Kecamatan Sragen, Kab. Sragen antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei Akhir. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April 2017 pukul 07.00 WIB.

C. Subjek Penelitian

(47)

27

penelitian populasi. Peneliti memilih SMP Saverius 1 Sragen dengan alasan: 1) peneliti adalah lulusan sekolah tersebut dan mendapatkan kesan bahwa siswa memiliki konsep diri negatif, 2) peneliti mendapat dukungan dari sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, 3) hasil penelitian akan peneliti tindak lanjuti dengan bekerja sama dengan guru BK. Sedangkan alasan peneliti memilih kelas VII dan VIII sebagai responden penelitian adalah: siswa-siswa umumnya berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya rendah, hal ini kiranya berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri siswa, peneliti ingin mengetahui kenyataan yang sesungguhnya. D. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan skala penilaian skala konsep diri sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari kuesioner yang disusun oleh Puspita Sari (2013), yaitu skala penilaian konsep diri dengan jumlah item sebanyak 60. Instrumen ini kemudian dimodifikasi oleh peneliti untuk kepentingan penelitian ini. Beberapa butir kuesioner peneliti perbaiki bersama dengan dosen pembimbing.

1. Jenis Instrumen

(48)

pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pengalaman masing-masing individu (Arikunto, 2002: 129).

2. Kisi-kisi kuesioner dan Penentuan Skor

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian:

a. Kisi-kisi kuesioner

(49)

29

Tabel 3. 1 Skala Penilaian Uji Coba Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Unsur-unsur

(50)

b. Penentuan Skor

Skor untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut: untuk alternatif jawaban sangat sesuai adalah 4, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3, untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban sangat tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk masing-masing alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif. E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner ini diuji coba hari Senin tanggal 20 Maret 2017 pada siswa/siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Kuesioner yang terkumpul berjumlah 30. Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner dilakukan sesuai dengan jam bimbingan klasikal. Kuesioner ini diuji coba dengan maksud membuat kuesioner valid dan reliabel.

1. Validitas

Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Rancangan kuesioer yang dibuat peneliti dikonsultasikan kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.

Instrumen penelitian diujicobakan pada siswa kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen. Uji coba dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Maret 2017 pada pukul 08.00-10.00 WIB.

(51)

31

dengan memakai rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi

Product-Moment, dalam alat ukur ini setiap item diberikan skor (Azwar, 2009:19).

Rumus koefisien korelasi Product-Moment:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ]

Keterangan:

i = Skor item X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

= Koefisien korelasi item total

Peneliti menganalisis hasil uji coba dengan menggunakan program SPSS (Statistic

Package for Social Science) versi 22. Azwar (2007) mengatakan bahwa kriteria

validitas adalah 0,25. Jika koefisien korelasinya ≥ 0,25, maka item yang

bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan, jika koefisien korelasinya ≤ 0,25,

(52)
(53)

33

Berikut Kisi-kisi kuesioner tingkat konsep diri siswa final:

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (FINAL)

No Unsur-unsur

(54)

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau sebuah instrumen dipakai dua kali misalnya untuk mengukur hal yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen yang bersangkutan reliabel.

Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, dengan rumus koefisien reliabilitas sebagai berikut:

]

Keterangan rumus :

dan = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 = varians skor skala

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil perhitungan koefisien reliabilitas yang akurat, peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang

menghasilkan angka

r

XX’= 0,849. Dengan hasil yang demikian alat

(55)

35

Tabel 3. 3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items .845 .849 60

Tabel 3. 4 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

(56)

F. Teknik Analisis Data

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu; a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP

Saverius 1 Sragen dari prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP Saverius 1 Sragen untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian. d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga

bimbingan dan konseling dan peneliti untuk mengambil data penelitian.

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

(57)

37

memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memberikan skor pada masing-masing item di kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban Untuk pernyataan yang positif: skor untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 4, Sesuai (S) adalah 3, Tidak Sesuai (TS) adalah 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 1. Untuk pernyataan negatif: skor jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 1, Sesuai (S) adalah 2, Tidak Sesuai (TS) adalah 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 4.

(58)

dan mean teoritik. Untuk menggolongkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen digunakan perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik :Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

α (standard deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

Skor Maksimum Teoritik : 240 Skor Minimum Teoritik : 60

Rata-rata teoritik ( ) : = 150

: = 30

(59)

39

Tabel 3 .5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 195-240 Sangat Tinggi

2

165-194 Tinggi

3

135-164 Sedang

4

105-134 Rendah 5 60-104 Sangat Rendah

e. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat konsep diri siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini ditempuh untuk mengetahui item mana saja yang sudah menunjukkan konsep diri yang positif dan item mana saja yang menunjukkan konsep diri yang kurang positif

f. Pengelompokan skor item yang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Xitem maksimum teoritik :Skor tertinggi yang mungkin dicapai item skala.

(60)

Sb (standar deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (item teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor item maksimum teoritik dan minimum teoritik.

Skor Maksimum Teoritik : 200 Skor Minimum Teoritik : 50

Rata-rata teoritik ( ) : = 125

: = 25

Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3 .6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 162,5 - 200 Sangat Tinggi 2 137,5 - 162,4 Tinggi 3 112,5 - 137,4 Sedang 4 87,5 - 112,4 Rendah 5 50 - 87,4 Sangat Rendah

(61)

41

kemudian dapat diketahui item-item mana saja yang menunjukkan konsep diri tinggi dan item-item yang menunjukkan konsep diri rendah.

(62)
(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017.

A. Hasil Penelitian

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Deskripsi tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4. 1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Tinggi 195-240 9 18 %

Tinggi 165-194 34 68 %

Sedang 135-164 7 14 %

Rendah 105-134 0 0 %

Sangat rendah 60-104 0 0 %

Jumlah 50 100 %

(64)

responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan 0 % untuk responden memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Jumlah keseluruhan responden adalah 50 responden. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa termasuk tinggi.

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa

(65)

44

Tabel 4 .2 Penggologan Item Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 Berdasarkan

Besarnya Skor

Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 162,5 - 200 17 28,33 %

Tinggi 137,5 - 162,4 29 48,33 % Sedang 112,5 - 137,4 13 21,67 % Rendah 87,5 - 112,4 1 1,67 % Sangat Rendah 50 - 87,4 0 0 %

Jumlah 60 100 %

Dari Tabel 4.2 tampak bahwa jumlah item yang skornya “sangat

tinggi” ada 17 yaitu nomer 1, 8, 11, 15, 17, 20, 23, 27, 32, 33, 35, 36, 52,

54, 55, 56, dan 60. Jumlah item yang skornya “tinggi” ada 29 yaitu nomer 4, 6, 7, 14, 16, 18, 19, 22, 25, 26, 30, 31, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 53, 57, dan 58. Jumlah item yang skornya “sedang” ada 13 yaitu nomer 2, 3, 9, 10, 12, 13, 21, 24, 2, 29, 39, 48, dan 59. Item yang skornya “rendah” ada 1, yaitu nomer 5. Tidak ada item yang skornya

“sangat rendah”. Item-item kuesioner yang skornya sedang dan rendah

(66)

Tabel 4 .3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah

Aspek Indikator Nomor Item dan Pernyataan

Usia

kematangan

Pembawaan 5.Saya sadar bahwa saya mudah marah (item ini saja yang skornya rendah).

29.Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.

59.Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.

Kepatutan Seksual

Pendidikan Seks dari orang tua

9.Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya. 13.Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua

memberikan pendidikan seks kepada saya.

Teman sebaya

Mampu mengontrol tingkah laku sosial

2.Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman.

Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya

3.Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya.

Saling bertukar masalah 12.Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

Hubungan Keluarga

Peran dalam keluarga 21.Saya merasa kurang dilibatkan dalam urusan keluarga saya. Kreativitas Usia 39.Saya belum mengembangkan

bakat saya dengan baik Penggunaan waktu

luang

48.Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar dan waktu untuk bermain.

Tersedianya fasilitas 28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

(67)

46

B.Pembahasan

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, hasil penelitian ini peneliti kelompokkan menjadi dua yaitu konsep diri tinggi atau positif (konsep diri tinggi disatukan dengan konsep diri sangat tinggi) dan konsep diri yang kurang tinggi atau negatif . Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan semula. Semula peneliti menduga bahwa konsep diri siswa umumnya negatif. Ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa tinggi atau positif.

(68)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 siswa (14%) memiliki konsep diri yang sedang dan tidak ada siswa yang konsep dirinya rendah atau sangat rendah. Konsep diri yang sedang peneliti tafsirkan sebagai kurang tinggi atau negatif. Tentu ada berbagai faktor yang menyebabkannya. Burns (1993) mengatakan bahwa konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh perlakuan yang diterimanya dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru. Apabila siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya positif atau tinggi. Sebaliknya, apabila siswa sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang negatif, maka siswa memiliki konsep diri rendah. Siswa yang memiliki konsep diri rendah adalah siswa yang kurang yakin dengan kemampuan dirinya sendiri atau memandang dirinya negatif dan tidak memiliki kemampuan. Konsep diri yang rendah sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa terhambat dalam melakukan upaya-upaya yang perlu dilakukan agar hasil belajarnya optimal. Misalnya siswa malu bertanya ketika mengalami kesulitan belajar.

Konsep diri yang rendah atau negatif dapat juga disebabkan oleh perlakuan guru yang negatif terhadap siswa di sekolah, seperti bersikap meremehkan, mencemooh atau menyindir siswa di depan kelas, merendahkan, menolak, tidak memberikan perhatian,

membanding-bandingkan siswa dengan siswa lain dan memberi “label atau cap bodoh,

(69)

48

Konsep diri yang rendah atau negatif juga dapat dipengaruhi oleh pergaulan siswa dengan teman sebayanya yang negatif, seperti: ditolak, direndahkan dipermalukan, tidak diterima dan disingkirkan oleh teman-temannya, tidak dihargai, tidak disukai.

Status sosial ekonomi keluarga yang rendah dapat berpengaruh negatif. Siswa dari keluarga yang status sosial ekonominya rendah dapat minder, tidak percaya diri, menarik diri dari pergaulan, tidak bangga dengan dirinya dan keluarga, tidak berani mengungkapan pendapat dan perasaannya.

Usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh guru untuk semakin meningkatkan konsep diri siswa menjadi lebih positif, antara lain: 1) guru berusaha menunjukkan segi positif atau kebaikan siswa, membesarkan hati siswa dengan menunjukkan keberhasilannya, 2) melakukan kegiatan atau latihan untuk membantu siswa menyadari segi positif dirinya, 3) berkomunikasi secara empatik.

(70)

Pihak lainnya yang perlu terlibat adalah siswa itu sendiri. Upaya yang dapat dilakukan oleh siswa antara lain: 1) Belajar tentang diri sendiri yaitu belajar dari pengalaman hidup baik dari keberhasilan maupun kegagalan, 2) terus berusaha mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, 3) menyadari hal yang positif yang ada pada dirinya, dan hal-hal yang positif yang dimiliki dan dilakukannya.

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen

Topik bimbingan klasikal dianggap sesuai kalau topik yang bersangkutan relevan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalahnya. Item-item yang skornya rendah menunjukkan bahwa aspek konsep diri yang diungkap negatif. Ini berarti siswa bermasalah khususnya dalam aspek-aspek yang bersangkutan. Berdasarkan item-item yang skornya teridentifikasi sedang dan rendah ( Tabel 4.3) peneliti usulkanlah topik-topik untuk meningkatkan konsep diri seperti yang disajikan pada Lampiran 9.

(71)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian, kesimpulan, saran-saran untuk berbagai pihak dan keterbatasan penelitian

A.Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan 0 % untuk responden memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Jumlah keseluruhan responden adalah 50 responden. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan analisis item, item yang skornya “rendah” ada satu, yaitu nomer 5. Tidak ada item yang skornya “sangat rendah”. Item-item inilah yang dijadikan dasar untuk membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan utama peneliti adalah alat dikonsultasikan hanya kepada dosen pembimbing dan tidak sepenuhnya menggunakan “profesional judgment”, karena tidak sempat dikonsultasikan kepada ahli-ahli lain

(72)

2. Alat yang digunakan hanya kuesioner. Akan lebih tepat kalau dilakukan juga observasi.

3. Beberapa item yang mengenai pembawaan perlu diperbaiki supaya

benar-benar item-itemnya mengenai pembawaan. C. Saran

Berikut ini dikemukkan saran bagi berbagai pihak: 1. Guru

Para guru khususnya wali kelas di sekolah perlu terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan konsep diri siswa.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya menyajikan topik-topik yang diusulkan dalam skripsi ini dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan konsep diri siswa.

3. Peneliti Lain

(73)

52

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2007. Penyususunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burns, R. B. 1993. Konsep Diri: Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

Jakarta: Eddy Archan.

Elkins, D.P.E. 1979. Self Concept Sourcebook. New York: Growth Associates.

Feist, J & Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Friel, J. 2003. Teens on 7: 7 Hal terbaik yang dilakukan Remaja Top. Bandung: KAIFA.

Gea, Antonius Atosokhi, S. Th. MM., dkk, 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Gunarsa, Singgih D. 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari Anak

sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock. E. B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Imran Irawati. 1999. Perkembangan Seksual Remaja. BKKBN

Indra.S. 1980. Faktor-faktor Penting dalam Kehidupan Keluarga.Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Komisi Pendidikan KWI. 1991. Berkembang Bersama Orang Lain. Yogyakarta: Kanisius.

Mappiare, Andi. 2003. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hail Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

(74)

. 2012. Perkembangan Masa-Hidup. Jakarta: Gelora Aksara. Prayitno, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Puspita Sari, Lenytha. 2013. Deskripsi Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya pada Usulan Program Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri Siswa. (Skripsi) Yogyakarta: Program Sarjana S1 Universitas Sanata

Dharma.

Salma, Regina. 2010. Motivasi Anak Terhebat. Jakarta: PT. Galangpress Media Utama.

Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Gelora Aksara Pratama ______________. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sinurat, R. H. Dj. 2005. Konsep Diri dan Pengembangannya (Handout). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Winkel, W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

http: www.depkes.go.id (Pusat Data dan Informasi Kementrian Republik

Indonesia 2016, Perkembangan Seksualitas Remaja). Diakses tanggal 28

(75)

54

(76)

Lampiran 1:

KUESIONER SISWA SMP SAVERIUS 1 SRAGEN (Uji Coba)

Para siswa yang tercinta,

Pada kesempatan ini saya memohon kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengetahui pengalaman anda sendiri, yang akan digunakan untuk mengembangkan program pelayanan untuk siswa.

Bacalah semua pernyataan dengan teliti. Seberapa tepat atau sesuai hal yang dimaksudkan dengan masing-masing pernyataan bagimu. Berikanlah

jawabanmu dengan menuliskan tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban

yang sesuai bagimu. Jawablah semua pernyataan sesuai dengan keadaan adik-adik yang sebenarnya secara jujur. Semua jawaban adalah benar asal sesuai dengan pengalamanmu sendiri. Jawabanmu dijamin kerahasiaannya.

Adik-adik diharapkan membaca setiap pernyataan dengan teliti kemudian tentukanlah alternatif jawaban yang paling sesuai bagimu. Alternatif jawaban adalah:

Sangat Sesuai (SS), bila maksud pernyataan sangan sesuai bagimu. Sesuai (S), bila maksud pernyataan sesuai bagimu.

Tidak Sesuai (TS), bila maksud pernyataan tidak sesuai bagimu.

Sangat Tidak Sesuai (STS), bila maksud pernyataan sangat tidak sesuai bagimu. Identitas siswa:

Jenis kelamin : _______________ Umur : _______________ Kelas : _______________

(77)

56

SS :Sangat Sesuai, bila maksud pernyataan sangan sesuai bagimu. S :Sesuai, bila maksud pernyataan sesuai bagimu.

TS :Tidak Sesuai, bila maksud pernyataan tidak sesuai bagimu.

STS :Sangat Tidak Sesuai, bila maksud pernyataan sangat tidak sesuai bagimu.

No Seberapa tepat atau sesuai hal yang dimaksudkan dengan masing-masing pernyataan berikut bagimu?

Alternatif Jawaban SS S TS STS 1 Saya selalu bisa berinteraksi dengan teman-teman.

2 Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman. 3 Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya.

4 Saya yakin penampilan saya menarik. 5 Saya sadar bahwa saya mudah marah.

6 Saya sadar bahwa saya lambat dalam menerima pelajaran. 7 Saya dihargai di lingkungan tempat tinggal saya.

8 Saya mengetahui cara-cara yang tepat untuk menjaga kesehatan saya.

9 Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya.

10 Nama julukan yang diberikan oleh teman-teman membuat saya malu.

11 Saya sulit bergaul dengan teman-teman.

12 Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

13 Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya.

14 Saya menyukai bentuk tubuh saya saat ini.

15 Saya bersyukur memiliki orang tua yang bersikap adil kepada saya.

Gambar

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................................................
Tabel 3. 1 Skala Penilaian Uji Coba Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (FINAL)
Tabel 3. 4 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Setelah menerima arahan saya untuk membeli emas, Bank hendaklah merekodkan dalam eGIA kuantiti emas yang dibeli dalam gram, harga emas yang dibeli dalam jumlah

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator

[r]

reDhdtu dibnh]* jcrdd

Strategi diferensiasi saluran distribusi dan keunggulan bersaing...33... Faktor yang mempengaruhi