viii
ABSTRAK
TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA
(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik
Bimbingan Pribadi-Sosial)
Laurensia Puji Noviani Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kemampuan penerimaan diri dan mengetahui item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
Menurut jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan 0,77 yang termasuk kategori tinggi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi normal.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kemampuan penerimaan diri remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkatan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. 6 (17,14%) siswa memiliki penerimaan diri sangat tinggi, 22 (62,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri tinggi, 6 (17,14%)siswa memiliki kemampuan penerimaan diri sedang, dan 1 (2,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri rendah. Dengan demikian remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penerimaan diri baik dan memiliki tingkat kemampuan penerimaan diri yang tinggi.
ix
ABSTRACT
THE LEVEL OF SELF-ACCEPTANCE ABILITY IN ADOLESCENTS
(A Descriptive Study of the Eight-Grade Students of Karitas Junior High School Ngaglik, Academic Year 2016/2017, and Its Implications for the
Proposed Topics of Personal-Social Guidance)
Laurensia Puji Noviani Sanata Dharma University
2016
The purpose of this research is to know the level of self-acceptance ability and find out those items which instruments are identified low to be used as the basis for preparation of topics for personal-social guidance.
According to the type of data, this research used a Quantitative descriptive method. The instruments of the research were Questionnaire on Adolescents self-acceptance developed by the researcher. The calculation result showed that reliability coefficient was 0.77 and considered as high. The subject were 35 students of eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017. The data analysis technique used in this study was the categorization of normal distribution.
The results showed that the level of self-acceptance ability among the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, is categorized into very high, high, medium, and low. Six students (17,14%) have very high self-acceptance ability, twenty two students (62,86%) have high acceptance ability, six students (17,14%) have moderate self-acceptance ability, and one student (2,86%) has a low self-self-acceptance ability. Thus, the adolescents in the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, have good self-acceptance ability and has high level of self-acceptance ability.
TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA (Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik
Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Laurensia Puji Noviani NIM :121114074
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Lakukan dan berikan yang terbaik versimu, apa pun itu
In this life we cannot do great things. We can only do small things with great love
(Mother Teresa)
Apa yang bisa Anda lakukan, atau Anda bayangkan Anda bisa.. lakukanlah. Di dalam keberanian terdapat kejeniusan,
kekuatan, dan keajaiban (Goethe)
Apabila engkau memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu
(Ayub 22-28)
Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingatmu
(Filipi 1:3)
Jangan pernah berhenti belajar meskipun belajar itu menyakitkan
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Novi persembahkan bagi
Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus
Yang telah menjadi sumber kekuatan dan sumber pengharapan sejati,
menuntun dan membimbing setiap langkah Novi berjuang dalam segala hal
Orangtua tercinta Johanes Mudjiono dan Agnes Supartini
Yang selalu mengupayakan yang terbaik bagi Novi selama ini
Ke-13 saudara kandung Novi,
Benedictus Didi Puji Raharjo
Christina Tri Puji Hartini
Suster Dorothea Catur Rini Puji Tyastuti
Fransiskus Xaverius Panca Puji Kurniawan
Gregorius Agus Puji Saptadi
Hendrikus Puji Setianto
Ignasia Tantin Mujiati
Yohana Puji Setianingsih
Yohanes Puji Setiadi
Martinus Puji Putra Juniwan
Elisabeth Puji Kusumasningtyas
Nicolaus Puji Nugroho
Petrus Bagus Puji Christmas Adi
Yang selalu mengingatkan Novi untuk tetap semangat dan pantang
menyerah
Cornelius Sena Aji Pamungkas
Yang selalu mengasihi dan menjadi supporter terbaik untuk menjadi yang
terbaik
Keluarga Bapak FX. Welas Susanto yang terkasih
Yang telah memberikan dukungan maupun doa restu
Sahabat dan teman dekat BK angkatan 2012
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Penulis,
Laurensia Puji Noviani
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Nama : Laurensia Puji Noviani
Nomor Mahasiswa : 121114074
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya imiah yang berjudul:
TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA
(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik
Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Agustus 2016 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA
(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik
Bimbingan Pribadi-Sosial)
Laurensia Puji Noviani Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kemampuan penerimaan diri dan mengetahui item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
Menurut jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan 0,77 yang termasuk kategori tinggi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi normal.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kemampuan penerimaan diri remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkatan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. 6 (17,14%) siswa memiliki penerimaan diri sangat tinggi, 22 (62,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri tinggi, 6 (17,14%)siswa memiliki kemampuan penerimaan diri sedang, dan 1 (2,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri rendah. Dengan demikian remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penerimaan diri baik dan memiliki tingkat kemampuan penerimaan diri yang tinggi.
ix ABSTRACT
THE LEVEL OF SELF-ACCEPTANCE ABILITY IN ADOLESCENTS
(A Descriptive Study of the Eight-Grade Students of Karitas Junior High School Ngaglik, Academic Year 2016/2017, and Its Implications for the
Proposed Topics of Personal-Social Guidance)
Laurensia Puji Noviani Sanata Dharma University
2016
The purpose of this research is to know the level of self-acceptance ability and find out those items which instruments are identified low to be used as the basis for preparation of topics for personal-social guidance.
According to the type of data, this research used a Quantitative descriptive method. The instruments of the research were Questionnaire on Adolescents self-acceptance developed by the researcher. The calculation result showed that reliability coefficient was 0.77 and considered as high. The subject were 35 students of eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017. The data analysis technique used in this study was the categorization of normal distribution.
The results showed that the level of self-acceptance ability among the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, is categorized into very high, high, medium, and low. Six students (17,14%) have very high self-acceptance ability, twenty two students (62,86%) have high acceptance ability, six students (17,14%) have moderate self-acceptance ability, and one student (2,86%) has a low self-self-acceptance ability. Thus, the adolescents in the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, have good self-acceptance ability and has high level of self-acceptance ability.
Keywords: self-acceptance, adolescents, personal-social guidance
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
berkat berlimpah dan kasih karunia berupa kesehatan sehingga dapat menikmati
setiap proses penyusunan skripsi hingga terselesaikannya tugas akhir selama
menempuh pendidikan di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma dan gelar sarjana pendidikan yang diperoleh. Begitu banyak pelajaran
berharga yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas akhir dan semakin
dijadikan pribadi yang tumbuh dan berkembang lebih matang. Curahan cinta
kasih Tuhan melalui orang-orang di sekitar yang terus memberikan dukungan,
dorongan dan motivasi untuk tetap terus berjuang hingga akhir. Oleh karena itu,
ucapan teimakasih dipersembahkan kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidian
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. Robertus Budi Sarwono, M.A., sebagai dosen pembimbing yang
telah membimbing dengan begitu sabar selamapenulisan skripsi ini.
Terimakasih atas arahan dan pelajaran berharga yang telah diberikan
selama proses penulisan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Aluisius Ruwidakdo, S.Pd., sebagai kepala SMP Karitas Ngaglik yang
xi
6. Ibu Panca dan Ibu Wita sebagai wali kelas dan guru kelas VIII di SMP
Karitas Ngaglik yang telah membantu pada saat penelitian.
7. Seluruh siswa kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
8. Orangtua, Bapak Yohanes Mudjiono dan Agnes Supartini yang tidak
pernah lelah mendoakan, memberikan kepercayaan dan dukungan,
selalu mengusahakan dana untuk menyelesaikan studi selama ini.
9. Kakakdan adik laki-laki Novi yang terkasih, Mas Didi, Mas Wawan,
Mas Saptadi, Mas Hendri, Mas Yadi, adik tersayang Juniwan, Nico,
dan Bagus yang terus menjadi alasan untuk tetap berjuang.
10. Kakak dan adik perempuan Novi yang terkasih, Mbak Katrin, Suster
Dorothea CB, Mbak Tantin, Mbak Yohana, adik perempuan yang
terkasih Ningtyas yang selalu memberikan penghiburan dan tempat
saling berbagi suka dan duka.
11. Sahabat dan kekasih, Cornelius Sena Aji Pamungkas yang telah
memberikan semangat, dukungan, doa, dan kasih sayang selama
melewati badai perjalanan penyelesaian skripsi.
12. Teman-teman yang terkasih, Gesta, Clara, Shinta, Mega, Tina, Anis,
Tasya yang bersedia menghibur, memberikan dorongan dan
memberikan pertolongan saat mengalami kegalauan.
13. Teman-teman BK angkatan 2012 yang telah berjuang bersama.
14. Mas Moko yang menjadi pelancar proses penelitian bagian surat
xii
Penulis menyadari bahwa karya ini memiliki kekurangan selama proses
penyusunan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, kritik dan dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk menyempurnakan karya ini. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi yang membaca.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional Variabel ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Penerimaan Diri ... 8
1. Pengertian Penerimaan Diri ... 8
2. Aspek-aspek Penerimaan Diri ... 11
3. Faktor-faktor yang Berperan dalam PenerimaanDiri .... 15
B. Remaja ... 18
1. Pengertian Remaja ... 18
2. Tugas Perkembangan ... 20
3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja... 23
4. Karakteristik Remaja ... 26
C. Bimbingan Pribadi-sosial ... 29
1. Pengertian Bimbingan Pribadi-sosial ... 29
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-sosial ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
xiv
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33
1. Teknik Pengumpulan Data ... 33
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38
1. Validitas ... 38
2. Reliabilitas ... 43
G. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51
A. HasilPenelitian ... 51
1. Gambaran Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 52
2. Identifikasi Item Instrumen ... 55
B. Pembahasan ... 56
1. Gambaran Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 56
2. Identifikasi Item Instrumen ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Keterbatasan Penelitian ... 66
C. Saran ... 66
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Penerimaan Diri Remaja
(Sebelum Uji Validitas) ... 37 Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Validitas Per Aspek ... 41 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri
Remaja (Setelah Uji Validitas) ... 42 Tabel 3.4 Kriteria Guilford ... 45 Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Kemampuan
Penerimaan Diri (self-acceptance) ... 48 Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat Kemampuan Penerimaan
Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 49 Tabel 3.7 Kategorisasi Identifikasi Item Instrumen
Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII
di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 50 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kemampuan Penerimaan
Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 52 Tabel 4.2 Identifikasi Item Instumen ... 55 Tabel 4.4 Usulan Topik-topik Bimbingan untuk Meningkatkan
Penerimaan Diri Berdasarkan Item Kemampuan Penerimaan Diri yang teridentifikasi
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Diagram Batang Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri
Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 70
Lampiran 2: Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri ... 71
Lampiran 3: Tabulasi Data ... 76
Lampiran 4: Skor Item Per Aspek ... 77
Lampiran 5: Hasil Uji Validitas Per Aspek ... 85
Lampiran 6: Hasil Analisis Jumlah Subjek dalam Kategori ... 93
Lampiran 7: Hasil Analisis Identifikasi Item Instrumen... 94
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti memaparkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah atau definisi operasional variabel. Keenam sub-judul
tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan yang harus ada dalam
penelitian. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis,
ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub bagian pendahuluan
ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menghubungkan masa kanak-kanak dengan masa dewasa sehingga akan terjadi
perubahan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. Ada dua aspek
perkembangan yang menonjol sehingga dapat mempengaruhi perilaku remaja,
yaitu aspek fisik dan aspek psikis.Perubahan bentuk tubuh secara fisik pada
remaja dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan dan bentuk anggota
tubuh.Sedangkan perubahan psikis dalam diri remaja seperti kemampuan
berdialog, mengingat, berkreasi, kecerdasan, emosi dan lain sebagainya.
Aktivitas berkelompok, perilaku minder, konformitas, dan mudah tersulut
amarah tidak dapat dipungkiri terjadi di kalangan remaja terutama di sebuah
lembaga pendidikan. Fenomena ini memunculkan sejumlah pertanyaan terhadap
sejauhmana langkah yang telah ditempuh untuk menangani permasalahan
tersebut.
Penerimaan diri pada remaja sangat penting agar remaja mudah beradaptasi
dengan lingkungan baru. Remaja mudah beradaptasi karena remaja mengenali dan
memahami dirinya. Berdasarkan wawancara dan sharing yang peneliti lakukan
dengan Ibu Panca dan Ibu Wita tentang perilaku siswa di sekolah ini, beliau
mengatakan bahwa hanya karena tidak sengaja terinjak atau tersenggol secara
fisik diantara remaja laki-laki dapat memicu pertengkaran dan perkelahian. Selain
itu, remaja di SMP Karitas Ngaglik juga masih sangat labil dan sering
menunjukkan perilaku agar mendapat perhatian, siswa sering ribut dan sangat
susah tenang saat jam pelajaran di kelas. Namun, ketika diminta untuk maju ke
depan, mereka malu-malu dan kadang enggan untuk menuruti perintah guru.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa di SMP Karitas
Ngaglik terutama siswa kelas VIII tentang sikap mereka saat teman menjadikan
dirinya bahan candaan. Ternyata, 2 dari 5 siswa mengatakan bahwa mereka
menanggapi dengan biasa saja, sedangkan yang lain mengatakan memilih diam,
memendam dalam hati dan langsung membalas dengan ejekan. Peneliti
menemukan fenomena yang terjadi di kalangan remaja SMP kelas VIII yang
minder dan enggan meminta bantuan ketika menemukan kesulitan dalam
pelajaran. Remaja merasa kurang percaya diri dan kurang menghargai
kemampuan yang dimiliki karena saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
Penerimaan diri pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik perlu
ditingkatkan untuk mengurangi perilaku maladaptif seperti minder, konformitas,
dan mudah tersulut amarah. Selain itu, perlu ada sebuah kegiatan berupa layanan
bimbingan yang berfungsi untuk mencegah munculnyaperilaku maladaptif
lainnya seperti bullying verbal maupun nonverbal.
Ketiadaan tenaga pengajar khusus di bidang bimbingan dan konseling di
SMP Karitas ini menggerakkan hati dan niat peneliti untuk melakukan penelitian
di tempat ini. Peneliti semakin ingin membantu para guru untuk menolong siswa
menyelesaikan tugas perkembangannya terutama dalam konteks penerimaan diri.
Setiap individu perlu diperhatikan dan beroleh bimbingan yang tepat agar siswa
dapat berkembang secara optimal. Namun, di SMP ini tidak menyediakan guru
khusus dengan basic bimbingan dan konseling sehingga setiap guru yang kurang
jam mengajarnya akan dijadikan guru bimbingan dan konseling untuk mengajar
mata pelajaran bimbingan dan konseling. Hal ini semakin menjadi motivasi bagi
peneliti untuk melakukan penelitian di SMP ini.Siswa perlu mendapatkan
bimbingan yang intensif terhadap setiap tugas perkembangan dari seorang
pengajar yang memang mengerti dan ahli di bidangnya.Kurang tepat jika guru
bukan ahli di bidangnya dan kurang pemahaman dibidangnya memberikan materi
bimbingan kepada siswa.
Para guru dan tenaga pengajar sangat membutuhkan bantuan terutama di
bidang bimbingan untuk membantu siswa berkembang dan menyelesaikan tugas
dimiliki hanyalah pengantar saja dan kurang paham teknis memberikan bimbingan
saat mendapat jam masuk kelas mata pelajaran bimbingan dan konseling.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik dan
merasa tergerak untuk mengangkat judul “TINGKAT KEMAMPUAN
PENERIMAAN DIRI REMAJA KELAS VIII DI SMP KARITAS
NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017” dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
1. Remaja mudah tersinggung dan mudah marah saat bersenda gurau karena
kurang mampu mengontrol emosi.
2. Remaja menarik diri dan minder setelah melakukan kesalahan.
3. Remaja ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan cenderung ikut-kutan.
C. Batasan Masalah
Fokus kajian dalam penelitian ini diarahkan menjawab apakah remaja di
SMP Karitas Ngaglik memiliki kemampuan penerimaan diri. Penelitian ini
dilakukan kepada seluruh siswakelas VIII di SMP Karitas Ngaglik. Penerimaan
diri dalam penelitian ini meliputi adanya sifat percaya diri, bersedia dikritik,
mampu menilai diri sendiri, jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, nyaman
dengan dirinya, berani, mandiri, dan bangga menjadi diri sendiri.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan penerimaan diri pada remaja di Karitas
2. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan
dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui seberapa baik tingkat kemampuan penerimaan diri remajakelas
VIII di SMP Karitas Ngaglik.
2. Mengidentifikasi item-item instrumen yang mendapat skor rendah yang akan
dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
tentang penerimaan diri sehingga berguna bagi pengembangan ilmu di bidang
pendidikan terutama di bidang bimbingan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Manfaat penelitian bagi penulis adalah menambah wawasan dan
pengetahuan tentang tugas perkembangan remaja SMP secara khusus
tentang penerimaan diri. Selain itu, penulis memiliki abstraksi ketika
memberikan bimbingan kepada siswa sebagai seorang remaja di dunia
b. Bagi lembaga pendidikan
Manfaat penelitian bagi lembaga pendidikan adalah memberikan
informasi berkaitan dengan penerimaan diri remaja di Karitas Ngaglik.
Selain itu, penelitian ini dapat membantu kepala sekolah, dan seluruh guru
dalam memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penerimaan diri dalam
diri setiap remaja.
c. Bagi siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah agar siswa dapat memahami
dan mengenali dirinya dari berbagai aspek. Siswa yang memahami dan
mengenali dirinya semakin termotivasi untuk berkembang secara optimal.
d. Bagi peneliti lain
Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah untuk
mengembangkan penelitian tentang penerimaan diri (self-acceptance) pada
remaja sehingga penelitian menjadi lebih mendalam.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah tentang
penerimaan diri, remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.
1. Penerimaan diri
Penerimaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang
dalam memahami dan memiliki gambaran terhadap dirinya sendiri. Remaja
memahami dirinya dan memiliki gambaran terhadap dirinya sendiri dari
berbagai aspek. Aspek dalam penerimaan diri meliputi adanya sifat percaya
diri, bersedia dikritik, mampu menilai diri sendiri, jujur terhadap diri sendiri
maupun orang lain, nyaman dengan dirinya, berani, mandiri, dan bangga
menjadi diri sendiri.
2. Remaja
Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berusia
12-15 tahun. Individu yang berada kisaran usia 12-15 tahun tersebar secara
acak di kelas VIII. Pada masa remaja awal ini, remaja mengalami
perubahan-perubahan fisik, kepribadian, kemampuan berpikir, dan kemampuan
bersosialisasi.
3. Bimbingan Pribadi-sosial
Bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan berupa layanan yang diberikan
kepada individu untuk mencapai tugas perkembangannya yang berkaitan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, peneliti memaparkan kajian pustaka tentang penerimaan diri,
remaja, dan bimbingan pribadi-sosial. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan
pada sumber buku acuan yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Masing-masing sub bagian landasan teori ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.
A. Penerimaan Diri
1. Pengertian Penerimaan diri
Hurlock (1974) mengatakan bahwa individu yang dapat beradaptasi
dengan baik adalah individu dengan kepribadian yang sehat. Individu yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu memuaskan kebutuhan,
minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan
masyarakat. Kemampuan untuk menilai dan menghargai diri sendiri secara
realistis adalah salah satu karakteristik kepribadian yang sehat. Individu
dengan kepribadian yang sehat adalah individu yang bahagia. Tiga faktor
utama (the Three A’s of Happiness) yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang yaitu prestasi (achievement), penerimaan (acceptance), dan afeksi
(affection). Supratiknya (1995) mendefinisikan penerimaan diri adalah ciri
perilaku dari aspek penyesuaian diri ketika seseorang memiliki jati diri yang
positif. Individu menunjukkan penerimaan diri ketika memiliki penilaian
yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.
perilaku dari aspek penyesuaian diri. Sedangkan Siswanto (2007)
mengatakan bahwa individu dapat menerima diri adalah bentuk penyesuaian
diri yang dipahami sebagai pelajaran hidup terhadap sesuatu yang tidak
dapat diubah. Kemampuan untuk menerima keterbatasan yang tidak dapat
diubah adalah ciri orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Mirip
dengan definisi penerimaan diri menurut Supratiknya, Siswanto juga
mengatakan bahwa menerima diri adalah penyesuaian diri yang kemudian
dipahami karena tidak dapat diubah.
Ahli lain dalam teori perkembangan emosi, mengatakan bahwa
pengembangan keterampilan perilaku adalah sebuah proses belajar. Daniel
Goleman (dalam Ali & Asrori, 2009: 75) mengatakan bahwa belajar
menerima diri sendiri adalah merasa bangga dan mampu melihat diri sendiri
dari sisi positif. Menerima diri sendiri berarti mengenali kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, serta belajar untuk mampu menertawakan diri
sendiri. Berkaitan dengan emosi dan sebuah proses belajar dalam diri
seseorang, menerima diri adalah belajar untuk merasa bangga dengan
seluruh kemampuan dan kelemahan yang ada dalam diri seseorang.
Penerimaan diri dapat ditinjau sebagai sebuah kebutuhan jika dilihat
dan dicermati menurut pandangan seorang ahli dalam teori kebutuhan. Teori
kebutuhan yang telah diungkapkan Maslow, secara implisit telah
mengatakan bahwa penerimaan diri adalah bagian dari kebutuhan dasar pada
Berdasarkan teori kebutuhan Maslow dalam lima tingkat kebutuhan,
Maslow (dalam Sobur, 2003: 277) mengatakan bahwa “kita semua
membutuhkan rasa diingini dan diterima oleh orang lain. Ada yang
memuaskan kebutuhan ini melalui berteman, berkeluarga, atau berorganisasi.
Tanpa ikatan ini, kita akan merasa kesepian”.
Dalam hal ini, penerimaan diri berkaitan dengan relasi antar individu
dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan diterima keberadaannya oleh orang
lain menjadi sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Faktor psikologis utama yang berperan dalam kepribadian yang sehat
adalah penerimaan diri.Hurlock (1974) mengatakan bahwa penerimaan diri
menjadi faktor yang berperan dalam kepribadian yang sehat karena
seseorang tidak mengalami tekanan atau stres, atau terdapat keharmonisan
dengan diri sendiri dalam diri seseorang. Kemampuan menyesuaikan diri
adalah dasar dari penerimaan diri seseorang. Menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri individu adalah sebuah
keharusan. Seperti yang dikatakan Fahmi (dalam Sobur, 2003) bahwa
banyak faktor yang memiliki pengaruh besar dalam menciptakan
penyesuaian diri individu, salah satunya adalah dapat menerima dirinya
sendiri. Orang yang tidak menerima dirinya akan berhadapan dengan
keadaan frustrasi yang menjadikannya merasa tidak berdaya dan gagal,
menerima diri berdampak pada kondisi psikologis dan berpengaruh dalam
sosialisasinya dengan lingkungan sekitar.
Penerimaaan diri (self-acceptance) dalam kamus psikologi didefinisikan
sebagai berikut:
Penerimaan-diri adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan kepada pujian yang relatif obyektif terhadap talenta-talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang, sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya.
Berdasarkan definisi dari kamus psikologi, jika dicermati maka
seseorang perlu mengenali dengan sangat akrab siapa sebenarnya dirinya.
Mampu melihat dirinya sendiri secara obyektif, bukan hanya sebuah
kelebihan namun juga segala kekurangan dan kecacatan dalam diri seseorang
tersebut.
Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai ahli dan kamus psikologi
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan diri adalah indikator
bahwa individu dengan kepribadian yang sehat dapat menyesuaikan diri dan
bahagia. Ketidakmampuan individu dalam menerima dirinya dari berbagai
aspek akan berdampak pada munculnya perilaku maladaptif .
2. Aspek-aspek Penerimaan Diri
Penerimaan diri memiliki beberapa pengaruh terhadap penyesuaian diri.
dirinya yang terlihat dari beberapa hal. Menurut Hurlock (1974: 437)
aspek-aspek dalam penerimaan diri adalah sebagai berikut:
a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri
b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain
c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan
d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
e. Nyaman dengan dirinya sendiri
f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif
g. Mandiri dan berpendirian
h. Bangga menjadi diri sendiri
Penerimaan diri menurut Hurlock (1974: 437) terdiri dari delapan aspek.
Masing-masing aspek penerimaan diri akan dijabarkan dan dijelaskan secara
singkat sebagai berikut:
a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri
Individu yang memiliki kepercayaan diri dan menghargai diri
sendiri selalu merasa mampu untuk mengerjakan sesuatu hal. Individu
yang memiliki kepercayaan diri juga jarang sekali menolak jika diminta
untuk melakukan sesuatu.
b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain
Menurut Anderson (dalam Sobur, 2003), individu yang memiliki
kematangan psikologis mampu menerima kritik dan saran. Individu yang
dirinya tidak selalu benar. Individu yang matang akan terbuka dan tidak
marah dengan kritikan-kritikan dan saran dari orang lain demi perubahan
dirinya yang lebih baik. Individu yang bersedia dikritik adalah ciri
individu yang mampu melihat diri secara objektif.
c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan
Individu yang memiliki kemampuan untuk mengoreksi dan dan
membuat penilaian diri yang kritis adalah individu yang memiliki
penyesuaian diri yang realistis. Individu dengan penyesuaian diri yang
realistis mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru, fleksibel
dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang realistis.
d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
Dahler (dalam Sobur: 2003) mengatakan bahwa individu yang
bersikap jujur terhadap dirinya sendiri adalah individu yang berani
melihat secara sadar kekurangan yang ada pada dirinya. Individu yang
jujur terhadap dirinya sendiri dapat memandang kekurangan dalam
dirinya dengan rasa humor.
e. Nyaman dengan dirinya sendiri
Selama memasuki masa remaja, seorang remaja mengalami
perkembangan fisik dan emosi. Perubahan pada alat kelamin dan
perubahan pada tingkah laku adalah hal yang paling mudah tampak pada
diri remaja. Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri akan mudah
Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri mudah bergaul dengan
lingkungan sekitar dan dapat mengontrol dirinya sendiri.
f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif
Individu yang berani mengeksplorasi kemampuan merupakan
bagian dari teori kebutuhan menurut McClelland tentang motivasi. Salah
satu teori kebutuhan menurut McClelland (dalam Ali & Asrori, 2009),
adalah kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang ingin dipandang
sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya berada pada masa remaja.
Ciri individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi adalah
senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya, merasa tertantang
dengan pencapaian hasil yang sulit, dan memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.
g. Mandiri dan berpendirian
Sunaryo Kartadinata (dalam Ali & Asrori, 2009) mengatakan
bahwa tingkat kemandirian pada remaja pada umumnya bervariasi dan
menyebar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistik, dan
mandiri. Remaja yang mandiri dan berpendirian menyadari bahwa sikap
ketergantungan adalah masalah emosional dalam dirinya yang akan
semakin berkembang jika individu tidak mampu bersikap realistis.
h. Bangga menjadi diri sendiri
Individu yang bangga menjadi diri sendiri adalah individu yang
yang bangga menjadi diri sendiri memiliki strategi penyesuaian diri
terhadap kecemasan, konflik, dan frustrasi. Individu yang bangga
menjadi diri sendiri bebas dari mekanisme pertahanan diri seperti
kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan
fiksasi.
3. Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri
Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif
menurut Hurlock(1974: 435) sebagai berikut:
a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri
Pemahaman tentang diri sendiri pada remaja berkaitan dengan
persepsi yang ada dalam diri remaja. Pemahaman diri pada remaja
ditandai adanya persepsi yang benar terhadap dirinya sendiri.
Pemahaman diri pada remaja bukan hanya ditentukan dari kapasitas
intelektualnya, tetapi juga kesempatan untuk menggali potensi dalam
dirinya. Kurangnya pemahaman pada diri sendiri dapat menimbulkan
kesenjangan antara konsep diri yang ideal dengan gambaran yang remaja
terima dari kontak sosial yang membentuk dasar konsep diri.
b. Adanya harapan yang realistik
Harapan pada remaja yang realistis atas sebuah pencapaian akan
membuat kinerjanya meningkat. Harapan dalam sebuah pencapaian pada
remaja berkontribusi pada kepuasan dalam diri yang penting dalam
kemampuan untuk memahami dan mengenali keterbatasan dan kekuatan
dirinya sendiri.
c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan
Lingkungan yang tidak mendiskriminasi remaja baik dari latar
belakang agama, budaya, jenis kelamin dan lain sebagainya menjadi
faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif. Tidak adanya
hambatan dari lingkungan dapat membantu remaja merasa puas dengan
pencapaiannya.
d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan berkontribusi
dalam penerimaan diri seorang remaja. Tiga hal sikap anggota
masyarakat yang mendukung seseorang memiliki penerimaan diri adalah
tidak adanya prasangka buruk terhadap individu maupun keluarganya,
individu memiliki keahlian sosial, dan individu mau menerima
kelompok.
e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat
Secara emosional keseimbangan fisik dan psikologis pada remaja
akan terganggu ketika mengalami stres. Stress secara emosional dapat
mengganggu aktivitas sehingga mengakibatkan seseorang bekerja
dengan kurang efisien dan mengakibatkan kelelahan, dan bereaksi
negatif terhadap orang lain. Individu yang bebas dari stres dapat
menjadi lebih rileks dan bahagia sehingga menjadi dasar dari penerimaan
diri yang baik.
f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
Pengaruh keberhasilan dan kesuksesan yang dialami, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dapat mengarahkan pada penerimaan diri.
Sedangkan, pengaruh kegagalan dapat mengarahkan individu pada
penolakan diri. Kegagalan yang seringkali dirasakan individu
menjadikan kesuksesan sebagai sesuatu yang bermakna.
g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Individu yang mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang
yang menyesuaikan diri dengan baik dapat mengembangkan sikap yang
positif terhadap hidup. Selain itu, perilakunya pun akan mengarah pada
penilaian dan penerimaan diri yang baik.
h. Adanya perspektif diri yang luas
Individu yang melihat dirinya sama seperti yang orang lain lihat
dapat memiliki pemahaman diri yang baik dibandingkan dengan individu
yang perspektif dirinya sempit dan terdistorsi. Perpektif diri yang luas
menjadi faktor pendukung penerimaan diri.
i. Pendidikan yang baik pada masa anak-anak
Pendidikan yang baik pada masa anak-anak berkontribusi pada
demokratis mengarahkan pada pola kepribadian yang sehat.
Peraturan-peraturan yang sudah ditanamkan sejak dini pada masa anak-anak akan
membuat mereka dihormati sebagai seorang manusia. Anak akan belajar
untuk menghormati dirinya sendiri dan bertanggungjawab untuk
mengendalikan perilakunya dengan kerangka peraturan yang telah
dipahami dan diterapkan.
j. Konsep diri yang stabil
Konsep diri yang baik mengarah pada penerimaan diri, sedangkan
konsep diri yang buruk mengarah pada penolakan diri. Konsep diri yang
stabil merupakan cara seseorang melihat dirinya sendiri dengan cara
yang sama sepanjang waktu. Ketika individu mengembangkan kebiasaan
untuk menerima dirinya, maka akan menguatkan konsep diri yang baik
sehingga penerimaan diri menjadi sebuah kebiasaan bagi individu.
Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan menyukai
dan menerima dirinya.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Hurlock (1967: 1) mengatakan kata “adolescence” berasal dari kata
Latin yaitu adolescere, yang berati “tumbuh” atau “bertumbuh ke arah
kematangan”. Masa remaja adalah masa transisi saat individu berubah secara
Hurlock (1967: 3) pada perempuan sekitar usia 13 sampai 17 tahun,
sedangkan untuk laki-laki sekitar 14- 17 tahun.
Santrock (2003: 26) mengatakan bahwa “remaja diartikan sebagai
masa perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional”. Dalam penyataannya,
Hurlock maupun Santrock mendefinisikan remaja berdasarkan masanya,
yaitu masa yang menghubungkan masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Meskipun pengertian remaja dalam konteks yang sama yaitu sebuah masa,
namun yang lebih nampak berbeda diantara keduanya adalah adanya sisi
psikologis menurut Hurlock.
Definisi remaja jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan fisik
dikenal sebagai suatu tahap dimana alat-alat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan
keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan
semua alat kelamin sudah berfungsi sempurna. Adapun pengertian remaja
menurut Sarwono (1989) yang melihat remaja dari sisi sosial-psikologis.
Remaja dengan istilah “adolescence” yang berasal dari kata latin
“adolescere” memiliki arti mengalami pertumbuhan kearah kematangan.
Kematangan bukan hanya berarti kematangan fisik, namun yang paling utama
adalah kematangan sosial-psikologis.
Definisi remaja lebih konseptual diberikan oleh WHO (dalam
psikologik, dan sosial-ekonomi. Batas usia remaja yang ditetapkan oleh
WHO adalah 10-20 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menetapkan batas usia remaja adalah usia 15-24 tahun sebagai batas usia
pemuda.
Sarwono (1989) dalam bukunya mengatakan bahwa “masa remaja
dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi
individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya, masyarakat,
bahkan sering kali bagi polisi”.
Berdasarkan definisi para ahli tentang remaja, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa terdapat tiga kriteria dalam mendefinisikan remaja,
yaitu secara biologis, secara psikis, dan sosial. Remaja adalah masa transisi
dari anak-anak menuju ke masa dewasa.Pada masa transisi, individu berada
padausia 10-24 tahun yang telah mengalami kematangan secara fisik. Selain
kematangan fisik, kematangan secara psikologis dan sosial juga sangat
penting untuk mendukung kematangan secara menyeluruh.
2. Tugas Perkembangan
Pada masa remaja, setiap individu harus dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya agar dapat melanjutkan ke tahap tugas perkembangan
selanjutnya. Robert J. Havighust (dalam Ali & Asrori, 2009: 65) mengatakan
bahwa tugas perkembangan merupakan tugas yang muncul pada saat atau
sekitar satu periode tertentu dalam kehidupan individu. Jika individu berhasil
namun jika individu gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangannya
maka akan timbul perasaan tidak bahagia serta individu mengalami kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (dalam Ali
& Asrori, 2009: 10) adalah sebuah upaya sebagai berikut:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
Menurut Havighust (dalam Yusuf, 2008: 74), tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja adalah
sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencari kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan).
g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga Negara
i. Mencapai tingkah laku yan bertanggung jawab secara sosial
j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.
Fokus tugas perkembangan pada remaja terletak pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan menuju cara bersikap
dan berperilaku secara dewasa.
Berdasarkan definisi para ahli tentangtugas perkembangan remaja,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap remaja memiliki kriteria tugas
yang harus dilalui seorang remaja untuk berkembang dan menyelesaikan
tugas perkembangan selanjutnya.
3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja
Setiap individu dalam berbagai tingkatan usia pasti memiliki tugas
perkembangan yang harus diselesaikan untuk melanjutkan tugas
perkembangan selanjutnya. Begitu pula dengan tahapan usia remaja yang
memiliki tugas perkembangan. Tugas perkembangan dalam diri remaja
memiliki aspek-aspek perkembangan. Yusuf (2010: 101) mengatakan bahwa
aspek-aspek perkembangan masa remaja antara lain meliputi aspek fisik,
inteleligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran
beragama.
a. Aspek fisik
Aspek fisik dalam tugas perkembangan remaja adalah salah satu
aspek yang dapat diamati secara kasat mata. Sehubungan dengan
perkembangan fisik pada diri seorang remaja, Kuhlen dan Thompson
(dalam Yusuf, 2010: 101) mengatakan bahwa perkembangan fisik dalam
diri individu terdiri dari empat aspek, yaitu:
b. Sistem syaraf
Sistem syaraf merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh
c. Otot-otot
Otot-otot memiliki pengaruh terhadap perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik.
d. Kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin dapat menjadi pemicu munculnya pola-pola
tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang
untuk aktif dalam suatu kegiatan, dimana sebagian anggota dalam
kegiatan tersebut terdiri atas lawan jenis.
e. Struktur fisik/tubuh
Struktur fisik atau tubuh yang paling nampak adalah perubahan
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Perubahan fisik
merupakan bagian dari proses penting yang harus dilalui remaja.
f. Aspek inteligensi
Aspek inteligensi merupakan salahsatu aspek tugas perkembangan
siswa karena inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,
melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu
yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
g. Aspek emosi
Sarwono (2009) mendefinisikan emosi adalah reaksi penilaian
(positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang
terhadap rangsangan yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya
adanya suatu rangsangan dari luar (benda, manusia, binatang, cuaca,
situasi, dan lain sebagainya), maupun dari dalam diri sendiri (lapar,
mengantuk, tekanan darah, produksi hormon,dan lain sebagainya), pada
alat indra masing-masing individu.
h. Aspek bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang mencakup semua cara untuk berkomunikasi. Cara untuk
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol sebagai alat untuk mengungkapkan sesuatu
pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,
lukisan, dan mimik muka.
i. Aspek sosial
Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama.
j. Aspek kepribadian
Abin Syamsuddin Makmun (dalamYusuf, 2010: 127) mengatakan
bahwa kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas perilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap
k. Aspek moral
Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau
tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh
kelompok sosialnya.
l. Aspek kesadaran beragama
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek
rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Tuhannya
yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya.
Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai ahli tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa setiap aspek perkembangan remaja adalah sebuah
proses yang harus dilalui oleh setiap remaja. Penerimaan diri pada
individu mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap individu serta
pandangan individu terhadap dirinya sendiri.
4. Karakteristik Remaja
Erickson (dalam Ali & Asrori, 2009) mengatakan remaja dikenal
dengan masa pencarian jati diri atau sering disebut dengan istilah ego (ego
identity). Sebutan remaja dengan identitas ego karena masa remaja
orang dewasa. Menurut Ali dan Asrori (2009: 16), karakteristik sikap remaja
yang sering ditunjukkan terdapat lima jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Kegelisahan
Remaja pada masa perkembangannya memiliki banyak idealisme,
angan-angan, atau keinginan yang akan diwujudkan di masa yang akan
datang. Akan tetapi, pada kenyataannya belum memiliki kemampuan
yang cukup untuk mewujudkan semua keinginan dan angannya.
Remaja ingin mendapat pengalaman yang banyak untuk menambah
pengetahuan, namun remaja merasa belum cukup mampu melakukan
berbagai hal dengan baik. Ketidakmampuannya untuk melakukan
berbagai hal dengan baik tersebut membuat remaja tidak berani bertindak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Angan-angan yang tinggi dan
kenyataan bahwa remaja belum memiliki cukup kemampuan untuk
mewujudkan angan-angannya memberi dampak remaja diliputi oleh
perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Dalam proses pencarian jati diri, remaja berada pada situasi ingin
melepaskan diri dari orangtua namun belum cukup mampu untuk
mandiri. Pertentangan muncul dalam diri remaja yang ingin
menunjukkan sisi mandiri, namun remaja merasa nyaman dan aman saat
menimbulkan kebingungan dalam diri remaja maupun orang lain yang
berada di sekitarnya.
c. Mengkhayal
Remaja berada pada tahap keinginan untuk menjelajahi dan
memiliki jiwa berpetualang. Pada kenyataannya, keinginan untuk
menjelajah dan berpetualang terhambat oleh minimnya biaya karena
uang hanya diperoleh dari orangtua. Akibatnya, remaja banyak
berkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui
dunia fantasi. Khayalan remaja putra cenderung pada prestasi dan
jenjang karier. Sedangkan remaja putri cenderung mengkhayal pada
romantika hidup. Khayalan pada dunia remaja tidak selalu bersifat
negatif, karena terkadang khayalan pada remaja menghasilkan sesuatu
yang bersifat konstruktif gelisah.
d. Aktivitas berkelompok
Remaja memiliki banyak keinginan dan tidak jarang banyak pula
yang tidak terpenuhi. Remaja sering menghadapi kesulitan dan kendala
sehingga remaja butuh dukungan secara emosional melalui
teman-temannya. Remaja menemukan solusi dari kesulitan yang dihadapinya
setelah mereka berkumpul bersama teman sebaya untuk melakukan suatu
e. Keinginan mencoba segala sesuatu
Rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity) pada remaja sering
mendorong keinginan untuk berpetualang, menjelajah segala sesuatu, dan
mencoba hal baru yang sebelumnya belum pernah dialaminya. Rasa
ingin tahu mendorong remaja ingin seperti orang dewasa dan
menyebabkan remaja secara sembunyi-sembunyi mencoba merokok bagi
remaja putra, dan memakai kosmetik bagi remaja putri.
Memberikan bimbingan bagi remaja sangat penting peranannya
agar rasa ingin tahu remaja dapat terkontrol. Rasa ingin tahu yang besar
pada remaja perlu diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang positif,
kreatif, dan produktif.
C. Bimbingan Pribadi-sosial
1. Pengertian Bimbingan Pribadi-sosial
Ragam bimbingan dilihat dari masalah individu ada empat jenis
bimbingan, yaitu: (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan pribadi-sosisal,
(3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga. Bimbingan pribadi-sosial
merupakan layanan yang isinya mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan
batin individu sendiri dan kejasmaniannya sendiri, atau mengenai hal-hal
yang menyangkut hubungannya dengan orang lain. Menurut Winkel dan Sri
Hastuti (2006) bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan dalam
menghadapi keadaan batin individu sendiri dan mengatasi berbagai
kontrol diri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang,
penyaluran nafsu seksual, dan lain sebagainya. Bimbingan pribadi-sosial
berkaitan erat antara keadaan batin individu sendiri dan keberhasilan atau
kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Tujuan bimbingan pribadi-sosial
Tujuan bimbingan pribadi-sosial (Winkel & Sri Hastuti, 2006) adalah
membantu menyelesaikan pergumulan dalam diri individu, penderitaan batin
yang dialami individu bila muncul masalah dalam pergaulan. Selain itu,
bimbingan pribadi-sosial bertujuan membantu individu memiliki sikap dan
31 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari uraian jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi
dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data
penelitian, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data penelitian. Ketujuh
sub-judul tersebut merupakan bagian-bagian dari metode penelitian yang harus ada dalam
penelitian kuantitatif. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada sumber
buku acuan yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub
bagian metode penelitian ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang peneliti angkat, peneliti ingin
mengetahui tingkat kemampuan penerimaan diri remaja, secara khusus remaja
kelas VIII yang berada di SMP Karitas Ngaglik. Maka, peneliti menggunakan
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif memecahkan masalah
dengan cara menggambarkan obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan
pada fakta-fakta sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis
dan diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan. Metode
penelitian survei tepat digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data
di tempat tertentu yang alamiah. Sugiyono (2013: 6) mengatakan bahwa
Jenis penelitian ini menurut jenis datanya adalah jenis penelitian
kuantitatif. Jenispenelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
sering digunakan dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2013: 7) mengatakan
bahwa
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode kuantitatif sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode kuantitatifsebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.
Metode kuantitatif menganalisis data menggunakan statistik karena data
dalam penelitian merupakan angka-angka. Selain itu, metode ini juga disebut
metode discovery karena melalui metode ini berbagai iptek baru dapat
ditemukan dan dikembangkan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VIII SMP Karitas Ngaglik.
Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada hari Rabu, tanggal 03
Agustus 2016 dimulai Pukul 13.05 WIB dan berakhir Pukul 13.30 WIB.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik
dengan jumlah 35 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada remaja.
berbagai aspek pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik. Aspek dalam
penerimaan diri meliputi adanya sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri,
kesediaan menerima kritikan dari orang lain, mampu menilai diri dan
mengoreksi kelemahan, jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, nyaman
dengan dirinya sendiri, memanfaatkan kemampuan dengan efektif, mandiri dan
berpendirian, dan bangga menjadi diri sendiri.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Sugiyono (2013) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat
dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Pengumpulan data bila dilihat dari segi cara atau teknik dapat dilakukan
dengan interview, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner atau
angket. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner yang akan dibuat harus
berlandaskan pada faktor dalam prinsip penulisan angket. Prinsip penulisan
angket dalam bukunya Sugiyono (2012: 193) mengatakan bahwa
Teknis pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini
meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
a. Peneliti mengkondisikan siswa di ruang kelas VIII.
b. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan
melakukan penelitian kepada subjek di SMP Karitas Ngaglik.
c. Peneliti membagikan bolpoin dan lembar kuesioner kepada
masing-masing subjek yang berjumlah 35 orang.
d. Peneliti membacakan pengantar dalam kuesioner.
e. Peneliti mengajak masing-masing subjek untuk membaca petunjuk
pengerjaan kuesioner.
f. Subjek yang sudah selesai mengejakan kuesioner maju ke depan untuk
mengumpulkan kuesioner dan diperkenankan meninggalkan ruangan.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner
tentang penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik. Kuesioner
dalam penelitian ini bersifat tertutup karena pilihan alternatif jawaban untuk
setiap item sudah disediakan, sehingga responden hanya perlu memilih salah
satu dari kelima alternatif jawaban. Kuesioner dalam penelitian ini memuat
pernyataan-pernyataan yang mengungkap aspek-aspek penerimaan diri pada
remaja kelas VIII menggunakan skala Likert. Skala pengukuran Likert yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan
instrumen penelitian ini dihasilkan dengan menggunakan pengukuran skala
Likert dalam bentuk cheklist. Jawaban setiap item instrumen dalam skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Azwar
(2006: 46) mengatakan bahwa “salah satu format respons yang sering
digunakan dalam skala psikologi adalah format lima-pilihan yang merupakan
jawaban terhadap item yang berbentuk pernyataan”. Item dalam kuesioner
ini terdapat jenis item yang favorable yaitu item yang menunjukkan
penerimaan diri dan unfavorable yaitu item yang belum menunjukkan
penerimaan diri. Alternatif jawaban pada setiap item yang favorable diberi
skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (5), Sesuai (4), Agak Sesuai (3), Tidak
Sesuai (2), Sangat Tidak Sesuai (1). Sedangkan alternatif jawaban pada
setiap item yang unfavorable diberi skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (1),
Sesuai (2), Agak Sesuai (3), Tidak Sesuai (4), Sangat Tidak Sesuai (5).
Kuesioner berbentuk checklist diberikan kepada responden untuk
menghasilkan data yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik. Sebelum pembuatan
kuesioner tentang penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik,
peneliti lebih dahulu membuat kisi-kisi melalui aspek-aspek penerimaan diri
menurut Hurlock. Setiap butir item dalam kuesioner bertolak dari delapan
aspek penerimaan diri menurut Hurlock (1898: 437) yaitu:
a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri
c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan
d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
e. Nyaman dengan dirinya sendiri
f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif
g. Mandiri dan berpendirian
h. Bangga menjadi diri sendiri
Kisi-kisi kuesioner tingkat kemampuan penerimaan diri pada remaja
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja (Sebelum Uji Validitas)
Aspek-aspek
Penerimaan Diri Indikator
No. Item
Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri
a.Mampu mengerjakan sesuatu hal b.Bersedia ambil bagian bila diminta
untuk melakukan sesuatu
1, 35
16, 38 29
5 2. Kesediaan menerima
kritikan dari orang lain
a.Mampu menerima kritikan dan saran dari orang lain
b.Menyadari bahwa dirinya tidak selalu benar
c.Terbuka dan tidak marah dengan kritikan maupun saran dari orang lain 6 11, 30 36 20 5
3. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan
a.Dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
b.Mampu menempatkan diri dengan realitas
c.Bersifat fleksibel
4, 28
10
39
18
5
4. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
a.Menyadari kekurangan dalam diri b.Menyadari kelebihan dalam diri c.Menanggapi kekurangan dalam diri
dengan rasa humor
d.Jujur terhadap perasaan diri sendiri
7 14 33 40 21 5
5. Nyaman dengan dirinya sendiri
a.Mudah menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosi b.Mudah bergaul
c.Dapat mengontrol diri sendiri
3, 27 13 37 24 5 6. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif
a.Memiliki motivasi untuk berprestasi
b.Mampu merumuskan tujuan c.Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi
d.Menyukai tantangan
9 17 26 32 22 5
7. Mandiri dan berpendirian
a.Mampu memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri
b.Mampu menyelesaikan konflik dalam diri
5, 23
12, 34
19
5
8. Bangga menjadi diri sendiri
a.Memiliki strategi penyesuaian terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi
b.Bebas dari mekanisme pertahanan diri rasionalisasi
c.Bebas dari mekanisme pertahanan diri proyeksi
d.Bebas dari mekanisme pertahanan diri regresi 2 8 25 31 15 5
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data hendaknya dipastikan bahwa
data yang didapatkan adalah data yang valid, reliabel dan obyektif serta
benar-benar tepat dalam suatu penelit