• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kemampuan penerimaan diri remaja : studi deskriptif pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kemampuan penerimaan diri remaja : studi deskriptif pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi-Sosial)

Laurensia Puji Noviani Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kemampuan penerimaan diri dan mengetahui item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Menurut jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan 0,77 yang termasuk kategori tinggi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kemampuan penerimaan diri remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkatan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. 6 (17,14%) siswa memiliki penerimaan diri sangat tinggi, 22 (62,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri tinggi, 6 (17,14%)siswa memiliki kemampuan penerimaan diri sedang, dan 1 (2,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri rendah. Dengan demikian remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penerimaan diri baik dan memiliki tingkat kemampuan penerimaan diri yang tinggi.

(2)

ix

ABSTRACT

THE LEVEL OF SELF-ACCEPTANCE ABILITY IN ADOLESCENTS

(A Descriptive Study of the Eight-Grade Students of Karitas Junior High School Ngaglik, Academic Year 2016/2017, and Its Implications for the

Proposed Topics of Personal-Social Guidance)

Laurensia Puji Noviani Sanata Dharma University

2016

The purpose of this research is to know the level of self-acceptance ability and find out those items which instruments are identified low to be used as the basis for preparation of topics for personal-social guidance.

According to the type of data, this research used a Quantitative descriptive method. The instruments of the research were Questionnaire on Adolescents self-acceptance developed by the researcher. The calculation result showed that reliability coefficient was 0.77 and considered as high. The subject were 35 students of eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017. The data analysis technique used in this study was the categorization of normal distribution.

The results showed that the level of self-acceptance ability among the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, is categorized into very high, high, medium, and low. Six students (17,14%) have very high self-acceptance ability, twenty two students (62,86%) have high acceptance ability, six students (17,14%) have moderate self-acceptance ability, and one student (2,86%) has a low self-self-acceptance ability. Thus, the adolescents in the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, have good self-acceptance ability and has high level of self-acceptance ability.

(3)

TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA (Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Laurensia Puji Noviani NIM :121114074

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Lakukan dan berikan yang terbaik versimu, apa pun itu

In this life we cannot do great things. We can only do small things with great love

(Mother Teresa)

Apa yang bisa Anda lakukan, atau Anda bayangkan Anda bisa.. lakukanlah. Di dalam keberanian terdapat kejeniusan,

kekuatan, dan keajaiban (Goethe)

Apabila engkau memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu

(Ayub 22-28)

Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingatmu

(Filipi 1:3)

Jangan pernah berhenti belajar meskipun belajar itu menyakitkan

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Novi persembahkan bagi

Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus

Yang telah menjadi sumber kekuatan dan sumber pengharapan sejati,

menuntun dan membimbing setiap langkah Novi berjuang dalam segala hal

Orangtua tercinta Johanes Mudjiono dan Agnes Supartini

Yang selalu mengupayakan yang terbaik bagi Novi selama ini

Ke-13 saudara kandung Novi,

Benedictus Didi Puji Raharjo

Christina Tri Puji Hartini

Suster Dorothea Catur Rini Puji Tyastuti

Fransiskus Xaverius Panca Puji Kurniawan

Gregorius Agus Puji Saptadi

Hendrikus Puji Setianto

Ignasia Tantin Mujiati

Yohana Puji Setianingsih

Yohanes Puji Setiadi

Martinus Puji Putra Juniwan

Elisabeth Puji Kusumasningtyas

Nicolaus Puji Nugroho

Petrus Bagus Puji Christmas Adi

Yang selalu mengingatkan Novi untuk tetap semangat dan pantang

menyerah

Cornelius Sena Aji Pamungkas

Yang selalu mengasihi dan menjadi supporter terbaik untuk menjadi yang

terbaik

Keluarga Bapak FX. Welas Susanto yang terkasih

Yang telah memberikan dukungan maupun doa restu

Sahabat dan teman dekat BK angkatan 2012

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Penulis,

Laurensia Puji Noviani

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma

Nama : Laurensia Puji Noviani

Nomor Mahasiswa : 121114074

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya imiah yang berjudul:

TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik

Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 26 Agustus 2016 Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

TINGKAT KEMAMPUAN PENERIMAAN DIRI REMAJA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi-Sosial)

Laurensia Puji Noviani Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kemampuan penerimaan diri dan mengetahui item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Menurut jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan 0,77 yang termasuk kategori tinggi. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kemampuan penerimaan diri remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 berada pada tingkatan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. 6 (17,14%) siswa memiliki penerimaan diri sangat tinggi, 22 (62,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri tinggi, 6 (17,14%)siswa memiliki kemampuan penerimaan diri sedang, dan 1 (2,86%) siswa memiliki kemampuan penerimaan diri rendah. Dengan demikian remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik tahun ajaran 2016/2017 memiliki kemampuan penerimaan diri baik dan memiliki tingkat kemampuan penerimaan diri yang tinggi.

(11)

ix ABSTRACT

THE LEVEL OF SELF-ACCEPTANCE ABILITY IN ADOLESCENTS

(A Descriptive Study of the Eight-Grade Students of Karitas Junior High School Ngaglik, Academic Year 2016/2017, and Its Implications for the

Proposed Topics of Personal-Social Guidance)

Laurensia Puji Noviani Sanata Dharma University

2016

The purpose of this research is to know the level of self-acceptance ability and find out those items which instruments are identified low to be used as the basis for preparation of topics for personal-social guidance.

According to the type of data, this research used a Quantitative descriptive method. The instruments of the research were Questionnaire on Adolescents self-acceptance developed by the researcher. The calculation result showed that reliability coefficient was 0.77 and considered as high. The subject were 35 students of eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017. The data analysis technique used in this study was the categorization of normal distribution.

The results showed that the level of self-acceptance ability among the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, is categorized into very high, high, medium, and low. Six students (17,14%) have very high self-acceptance ability, twenty two students (62,86%) have high acceptance ability, six students (17,14%) have moderate self-acceptance ability, and one student (2,86%) has a low self-self-acceptance ability. Thus, the adolescents in the eight-grade students of Karitas Junior High School Ngaglik, academic year 2016/2017, have good self-acceptance ability and has high level of self-acceptance ability.

Keywords: self-acceptance, adolescents, personal-social guidance

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

berkat berlimpah dan kasih karunia berupa kesehatan sehingga dapat menikmati

setiap proses penyusunan skripsi hingga terselesaikannya tugas akhir selama

menempuh pendidikan di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma dan gelar sarjana pendidikan yang diperoleh. Begitu banyak pelajaran

berharga yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas akhir dan semakin

dijadikan pribadi yang tumbuh dan berkembang lebih matang. Curahan cinta

kasih Tuhan melalui orang-orang di sekitar yang terus memberikan dukungan,

dorongan dan motivasi untuk tetap terus berjuang hingga akhir. Oleh karena itu,

ucapan teimakasih dipersembahkan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidian

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. Robertus Budi Sarwono, M.A., sebagai dosen pembimbing yang

telah membimbing dengan begitu sabar selamapenulisan skripsi ini.

Terimakasih atas arahan dan pelajaran berharga yang telah diberikan

selama proses penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Aluisius Ruwidakdo, S.Pd., sebagai kepala SMP Karitas Ngaglik yang

(13)

xi

6. Ibu Panca dan Ibu Wita sebagai wali kelas dan guru kelas VIII di SMP

Karitas Ngaglik yang telah membantu pada saat penelitian.

7. Seluruh siswa kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian.

8. Orangtua, Bapak Yohanes Mudjiono dan Agnes Supartini yang tidak

pernah lelah mendoakan, memberikan kepercayaan dan dukungan,

selalu mengusahakan dana untuk menyelesaikan studi selama ini.

9. Kakakdan adik laki-laki Novi yang terkasih, Mas Didi, Mas Wawan,

Mas Saptadi, Mas Hendri, Mas Yadi, adik tersayang Juniwan, Nico,

dan Bagus yang terus menjadi alasan untuk tetap berjuang.

10. Kakak dan adik perempuan Novi yang terkasih, Mbak Katrin, Suster

Dorothea CB, Mbak Tantin, Mbak Yohana, adik perempuan yang

terkasih Ningtyas yang selalu memberikan penghiburan dan tempat

saling berbagi suka dan duka.

11. Sahabat dan kekasih, Cornelius Sena Aji Pamungkas yang telah

memberikan semangat, dukungan, doa, dan kasih sayang selama

melewati badai perjalanan penyelesaian skripsi.

12. Teman-teman yang terkasih, Gesta, Clara, Shinta, Mega, Tina, Anis,

Tasya yang bersedia menghibur, memberikan dorongan dan

memberikan pertolongan saat mengalami kegalauan.

13. Teman-teman BK angkatan 2012 yang telah berjuang bersama.

14. Mas Moko yang menjadi pelancar proses penelitian bagian surat

(14)

xii

Penulis menyadari bahwa karya ini memiliki kekurangan selama proses

penyusunan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, kritik dan dan saran yang

membangun sangat diperlukan untuk menyempurnakan karya ini. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi yang membaca.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Penulis

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional Variabel ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Penerimaan Diri ... 8

1. Pengertian Penerimaan Diri ... 8

2. Aspek-aspek Penerimaan Diri ... 11

3. Faktor-faktor yang Berperan dalam PenerimaanDiri .... 15

B. Remaja ... 18

1. Pengertian Remaja ... 18

2. Tugas Perkembangan ... 20

3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja... 23

4. Karakteristik Remaja ... 26

C. Bimbingan Pribadi-sosial ... 29

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-sosial ... 29

2. Tujuan Bimbingan Pribadi-sosial ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

(16)

xiv

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Pengumpulan Data ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

A. HasilPenelitian ... 51

1. Gambaran Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 52

2. Identifikasi Item Instrumen ... 55

B. Pembahasan ... 56

1. Gambaran Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 56

2. Identifikasi Item Instrumen ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian ... 66

C. Saran ... 66

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Penerimaan Diri Remaja

(Sebelum Uji Validitas) ... 37 Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Validitas Per Aspek ... 41 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri

Remaja (Setelah Uji Validitas) ... 42 Tabel 3.4 Kriteria Guilford ... 45 Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Kemampuan

Penerimaan Diri (self-acceptance) ... 48 Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat Kemampuan Penerimaan

Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 49 Tabel 3.7 Kategorisasi Identifikasi Item Instrumen

Kemampuan Penerimaan Diri Remaja Kelas VIII

di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 50 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kemampuan Penerimaan

Diri Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 ... 52 Tabel 4.2 Identifikasi Item Instumen ... 55 Tabel 4.4 Usulan Topik-topik Bimbingan untuk Meningkatkan

Penerimaan Diri Berdasarkan Item Kemampuan Penerimaan Diri yang teridentifikasi

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Diagram Batang Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri

Remaja Kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik Tahun

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 70

Lampiran 2: Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri ... 71

Lampiran 3: Tabulasi Data ... 76

Lampiran 4: Skor Item Per Aspek ... 77

Lampiran 5: Hasil Uji Validitas Per Aspek ... 85

Lampiran 6: Hasil Analisis Jumlah Subjek dalam Kategori ... 93

Lampiran 7: Hasil Analisis Identifikasi Item Instrumen... 94

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti memaparkan latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan batasan istilah atau definisi operasional variabel. Keenam sub-judul

tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan yang harus ada dalam

penelitian. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis,

ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub bagian pendahuluan

ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang

menghubungkan masa kanak-kanak dengan masa dewasa sehingga akan terjadi

perubahan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. Ada dua aspek

perkembangan yang menonjol sehingga dapat mempengaruhi perilaku remaja,

yaitu aspek fisik dan aspek psikis.Perubahan bentuk tubuh secara fisik pada

remaja dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan dan bentuk anggota

tubuh.Sedangkan perubahan psikis dalam diri remaja seperti kemampuan

berdialog, mengingat, berkreasi, kecerdasan, emosi dan lain sebagainya.

Aktivitas berkelompok, perilaku minder, konformitas, dan mudah tersulut

amarah tidak dapat dipungkiri terjadi di kalangan remaja terutama di sebuah

lembaga pendidikan. Fenomena ini memunculkan sejumlah pertanyaan terhadap

(21)

sejauhmana langkah yang telah ditempuh untuk menangani permasalahan

tersebut.

Penerimaan diri pada remaja sangat penting agar remaja mudah beradaptasi

dengan lingkungan baru. Remaja mudah beradaptasi karena remaja mengenali dan

memahami dirinya. Berdasarkan wawancara dan sharing yang peneliti lakukan

dengan Ibu Panca dan Ibu Wita tentang perilaku siswa di sekolah ini, beliau

mengatakan bahwa hanya karena tidak sengaja terinjak atau tersenggol secara

fisik diantara remaja laki-laki dapat memicu pertengkaran dan perkelahian. Selain

itu, remaja di SMP Karitas Ngaglik juga masih sangat labil dan sering

menunjukkan perilaku agar mendapat perhatian, siswa sering ribut dan sangat

susah tenang saat jam pelajaran di kelas. Namun, ketika diminta untuk maju ke

depan, mereka malu-malu dan kadang enggan untuk menuruti perintah guru.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa di SMP Karitas

Ngaglik terutama siswa kelas VIII tentang sikap mereka saat teman menjadikan

dirinya bahan candaan. Ternyata, 2 dari 5 siswa mengatakan bahwa mereka

menanggapi dengan biasa saja, sedangkan yang lain mengatakan memilih diam,

memendam dalam hati dan langsung membalas dengan ejekan. Peneliti

menemukan fenomena yang terjadi di kalangan remaja SMP kelas VIII yang

minder dan enggan meminta bantuan ketika menemukan kesulitan dalam

pelajaran. Remaja merasa kurang percaya diri dan kurang menghargai

kemampuan yang dimiliki karena saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh

(22)

Penerimaan diri pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik perlu

ditingkatkan untuk mengurangi perilaku maladaptif seperti minder, konformitas,

dan mudah tersulut amarah. Selain itu, perlu ada sebuah kegiatan berupa layanan

bimbingan yang berfungsi untuk mencegah munculnyaperilaku maladaptif

lainnya seperti bullying verbal maupun nonverbal.

Ketiadaan tenaga pengajar khusus di bidang bimbingan dan konseling di

SMP Karitas ini menggerakkan hati dan niat peneliti untuk melakukan penelitian

di tempat ini. Peneliti semakin ingin membantu para guru untuk menolong siswa

menyelesaikan tugas perkembangannya terutama dalam konteks penerimaan diri.

Setiap individu perlu diperhatikan dan beroleh bimbingan yang tepat agar siswa

dapat berkembang secara optimal. Namun, di SMP ini tidak menyediakan guru

khusus dengan basic bimbingan dan konseling sehingga setiap guru yang kurang

jam mengajarnya akan dijadikan guru bimbingan dan konseling untuk mengajar

mata pelajaran bimbingan dan konseling. Hal ini semakin menjadi motivasi bagi

peneliti untuk melakukan penelitian di SMP ini.Siswa perlu mendapatkan

bimbingan yang intensif terhadap setiap tugas perkembangan dari seorang

pengajar yang memang mengerti dan ahli di bidangnya.Kurang tepat jika guru

bukan ahli di bidangnya dan kurang pemahaman dibidangnya memberikan materi

bimbingan kepada siswa.

Para guru dan tenaga pengajar sangat membutuhkan bantuan terutama di

bidang bimbingan untuk membantu siswa berkembang dan menyelesaikan tugas

(23)

dimiliki hanyalah pengantar saja dan kurang paham teknis memberikan bimbingan

saat mendapat jam masuk kelas mata pelajaran bimbingan dan konseling.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik dan

merasa tergerak untuk mengangkat judul “TINGKAT KEMAMPUAN

PENERIMAAN DIRI REMAJA KELAS VIII DI SMP KARITAS

NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017” dalam penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

1. Remaja mudah tersinggung dan mudah marah saat bersenda gurau karena

kurang mampu mengontrol emosi.

2. Remaja menarik diri dan minder setelah melakukan kesalahan.

3. Remaja ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan cenderung ikut-kutan.

C. Batasan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini diarahkan menjawab apakah remaja di

SMP Karitas Ngaglik memiliki kemampuan penerimaan diri. Penelitian ini

dilakukan kepada seluruh siswakelas VIII di SMP Karitas Ngaglik. Penerimaan

diri dalam penelitian ini meliputi adanya sifat percaya diri, bersedia dikritik,

mampu menilai diri sendiri, jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, nyaman

dengan dirinya, berani, mandiri, dan bangga menjadi diri sendiri.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan penerimaan diri pada remaja di Karitas

(24)

2. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah yang akan

dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui seberapa baik tingkat kemampuan penerimaan diri remajakelas

VIII di SMP Karitas Ngaglik.

2. Mengidentifikasi item-item instrumen yang mendapat skor rendah yang akan

dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

tentang penerimaan diri sehingga berguna bagi pengembangan ilmu di bidang

pendidikan terutama di bidang bimbingan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Manfaat penelitian bagi penulis adalah menambah wawasan dan

pengetahuan tentang tugas perkembangan remaja SMP secara khusus

tentang penerimaan diri. Selain itu, penulis memiliki abstraksi ketika

memberikan bimbingan kepada siswa sebagai seorang remaja di dunia

(25)

b. Bagi lembaga pendidikan

Manfaat penelitian bagi lembaga pendidikan adalah memberikan

informasi berkaitan dengan penerimaan diri remaja di Karitas Ngaglik.

Selain itu, penelitian ini dapat membantu kepala sekolah, dan seluruh guru

dalam memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penerimaan diri dalam

diri setiap remaja.

c. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah agar siswa dapat memahami

dan mengenali dirinya dari berbagai aspek. Siswa yang memahami dan

mengenali dirinya semakin termotivasi untuk berkembang secara optimal.

d. Bagi peneliti lain

Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah untuk

mengembangkan penelitian tentang penerimaan diri (self-acceptance) pada

remaja sehingga penelitian menjadi lebih mendalam.

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah tentang

penerimaan diri, remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.

1. Penerimaan diri

Penerimaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang

(26)

dalam memahami dan memiliki gambaran terhadap dirinya sendiri. Remaja

memahami dirinya dan memiliki gambaran terhadap dirinya sendiri dari

berbagai aspek. Aspek dalam penerimaan diri meliputi adanya sifat percaya

diri, bersedia dikritik, mampu menilai diri sendiri, jujur terhadap diri sendiri

maupun orang lain, nyaman dengan dirinya, berani, mandiri, dan bangga

menjadi diri sendiri.

2. Remaja

Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berusia

12-15 tahun. Individu yang berada kisaran usia 12-15 tahun tersebar secara

acak di kelas VIII. Pada masa remaja awal ini, remaja mengalami

perubahan-perubahan fisik, kepribadian, kemampuan berpikir, dan kemampuan

bersosialisasi.

3. Bimbingan Pribadi-sosial

Bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan berupa layanan yang diberikan

kepada individu untuk mencapai tugas perkembangannya yang berkaitan

(27)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti memaparkan kajian pustaka tentang penerimaan diri,

remaja, dan bimbingan pribadi-sosial. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan

pada sumber buku acuan yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Masing-masing sub bagian landasan teori ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.

A. Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan diri

Hurlock (1974) mengatakan bahwa individu yang dapat beradaptasi

dengan baik adalah individu dengan kepribadian yang sehat. Individu yang

dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu memuaskan kebutuhan,

minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan

masyarakat. Kemampuan untuk menilai dan menghargai diri sendiri secara

realistis adalah salah satu karakteristik kepribadian yang sehat. Individu

dengan kepribadian yang sehat adalah individu yang bahagia. Tiga faktor

utama (the Three A’s of Happiness) yang mempengaruhi kebahagiaan

seseorang yaitu prestasi (achievement), penerimaan (acceptance), dan afeksi

(affection). Supratiknya (1995) mendefinisikan penerimaan diri adalah ciri

perilaku dari aspek penyesuaian diri ketika seseorang memiliki jati diri yang

positif. Individu menunjukkan penerimaan diri ketika memiliki penilaian

yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.

(28)

perilaku dari aspek penyesuaian diri. Sedangkan Siswanto (2007)

mengatakan bahwa individu dapat menerima diri adalah bentuk penyesuaian

diri yang dipahami sebagai pelajaran hidup terhadap sesuatu yang tidak

dapat diubah. Kemampuan untuk menerima keterbatasan yang tidak dapat

diubah adalah ciri orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Mirip

dengan definisi penerimaan diri menurut Supratiknya, Siswanto juga

mengatakan bahwa menerima diri adalah penyesuaian diri yang kemudian

dipahami karena tidak dapat diubah.

Ahli lain dalam teori perkembangan emosi, mengatakan bahwa

pengembangan keterampilan perilaku adalah sebuah proses belajar. Daniel

Goleman (dalam Ali & Asrori, 2009: 75) mengatakan bahwa belajar

menerima diri sendiri adalah merasa bangga dan mampu melihat diri sendiri

dari sisi positif. Menerima diri sendiri berarti mengenali kekuatan dan

kelemahan diri sendiri, serta belajar untuk mampu menertawakan diri

sendiri. Berkaitan dengan emosi dan sebuah proses belajar dalam diri

seseorang, menerima diri adalah belajar untuk merasa bangga dengan

seluruh kemampuan dan kelemahan yang ada dalam diri seseorang.

Penerimaan diri dapat ditinjau sebagai sebuah kebutuhan jika dilihat

dan dicermati menurut pandangan seorang ahli dalam teori kebutuhan. Teori

kebutuhan yang telah diungkapkan Maslow, secara implisit telah

mengatakan bahwa penerimaan diri adalah bagian dari kebutuhan dasar pada

(29)

Berdasarkan teori kebutuhan Maslow dalam lima tingkat kebutuhan,

Maslow (dalam Sobur, 2003: 277) mengatakan bahwa “kita semua

membutuhkan rasa diingini dan diterima oleh orang lain. Ada yang

memuaskan kebutuhan ini melalui berteman, berkeluarga, atau berorganisasi.

Tanpa ikatan ini, kita akan merasa kesepian”.

Dalam hal ini, penerimaan diri berkaitan dengan relasi antar individu

dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan diterima keberadaannya oleh orang

lain menjadi sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

Faktor psikologis utama yang berperan dalam kepribadian yang sehat

adalah penerimaan diri.Hurlock (1974) mengatakan bahwa penerimaan diri

menjadi faktor yang berperan dalam kepribadian yang sehat karena

seseorang tidak mengalami tekanan atau stres, atau terdapat keharmonisan

dengan diri sendiri dalam diri seseorang. Kemampuan menyesuaikan diri

adalah dasar dari penerimaan diri seseorang. Menyesuaikan diri terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri individu adalah sebuah

keharusan. Seperti yang dikatakan Fahmi (dalam Sobur, 2003) bahwa

banyak faktor yang memiliki pengaruh besar dalam menciptakan

penyesuaian diri individu, salah satunya adalah dapat menerima dirinya

sendiri. Orang yang tidak menerima dirinya akan berhadapan dengan

keadaan frustrasi yang menjadikannya merasa tidak berdaya dan gagal,

(30)

menerima diri berdampak pada kondisi psikologis dan berpengaruh dalam

sosialisasinya dengan lingkungan sekitar.

Penerimaaan diri (self-acceptance) dalam kamus psikologi didefinisikan

sebagai berikut:

Penerimaan-diri adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan kepada pujian yang relatif obyektif terhadap talenta-talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang, sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya.

Berdasarkan definisi dari kamus psikologi, jika dicermati maka

seseorang perlu mengenali dengan sangat akrab siapa sebenarnya dirinya.

Mampu melihat dirinya sendiri secara obyektif, bukan hanya sebuah

kelebihan namun juga segala kekurangan dan kecacatan dalam diri seseorang

tersebut.

Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai ahli dan kamus psikologi

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan diri adalah indikator

bahwa individu dengan kepribadian yang sehat dapat menyesuaikan diri dan

bahagia. Ketidakmampuan individu dalam menerima dirinya dari berbagai

aspek akan berdampak pada munculnya perilaku maladaptif .

2. Aspek-aspek Penerimaan Diri

Penerimaan diri memiliki beberapa pengaruh terhadap penyesuaian diri.

(31)

dirinya yang terlihat dari beberapa hal. Menurut Hurlock (1974: 437)

aspek-aspek dalam penerimaan diri adalah sebagai berikut:

a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri

b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain

c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan

d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain

e. Nyaman dengan dirinya sendiri

f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif

g. Mandiri dan berpendirian

h. Bangga menjadi diri sendiri

Penerimaan diri menurut Hurlock (1974: 437) terdiri dari delapan aspek.

Masing-masing aspek penerimaan diri akan dijabarkan dan dijelaskan secara

singkat sebagai berikut:

a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri

Individu yang memiliki kepercayaan diri dan menghargai diri

sendiri selalu merasa mampu untuk mengerjakan sesuatu hal. Individu

yang memiliki kepercayaan diri juga jarang sekali menolak jika diminta

untuk melakukan sesuatu.

b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain

Menurut Anderson (dalam Sobur, 2003), individu yang memiliki

kematangan psikologis mampu menerima kritik dan saran. Individu yang

(32)

dirinya tidak selalu benar. Individu yang matang akan terbuka dan tidak

marah dengan kritikan-kritikan dan saran dari orang lain demi perubahan

dirinya yang lebih baik. Individu yang bersedia dikritik adalah ciri

individu yang mampu melihat diri secara objektif.

c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan

Individu yang memiliki kemampuan untuk mengoreksi dan dan

membuat penilaian diri yang kritis adalah individu yang memiliki

penyesuaian diri yang realistis. Individu dengan penyesuaian diri yang

realistis mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru, fleksibel

dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang realistis.

d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain

Dahler (dalam Sobur: 2003) mengatakan bahwa individu yang

bersikap jujur terhadap dirinya sendiri adalah individu yang berani

melihat secara sadar kekurangan yang ada pada dirinya. Individu yang

jujur terhadap dirinya sendiri dapat memandang kekurangan dalam

dirinya dengan rasa humor.

e. Nyaman dengan dirinya sendiri

Selama memasuki masa remaja, seorang remaja mengalami

perkembangan fisik dan emosi. Perubahan pada alat kelamin dan

perubahan pada tingkah laku adalah hal yang paling mudah tampak pada

diri remaja. Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri akan mudah

(33)

Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri mudah bergaul dengan

lingkungan sekitar dan dapat mengontrol dirinya sendiri.

f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif

Individu yang berani mengeksplorasi kemampuan merupakan

bagian dari teori kebutuhan menurut McClelland tentang motivasi. Salah

satu teori kebutuhan menurut McClelland (dalam Ali & Asrori, 2009),

adalah kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang ingin dipandang

sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya berada pada masa remaja.

Ciri individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi adalah

senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya, merasa tertantang

dengan pencapaian hasil yang sulit, dan memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi.

g. Mandiri dan berpendirian

Sunaryo Kartadinata (dalam Ali & Asrori, 2009) mengatakan

bahwa tingkat kemandirian pada remaja pada umumnya bervariasi dan

menyebar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistik, dan

mandiri. Remaja yang mandiri dan berpendirian menyadari bahwa sikap

ketergantungan adalah masalah emosional dalam dirinya yang akan

semakin berkembang jika individu tidak mampu bersikap realistis.

h. Bangga menjadi diri sendiri

Individu yang bangga menjadi diri sendiri adalah individu yang

(34)

yang bangga menjadi diri sendiri memiliki strategi penyesuaian diri

terhadap kecemasan, konflik, dan frustrasi. Individu yang bangga

menjadi diri sendiri bebas dari mekanisme pertahanan diri seperti

kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan

fiksasi.

3. Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri

Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif

menurut Hurlock(1974: 435) sebagai berikut:

a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri

Pemahaman tentang diri sendiri pada remaja berkaitan dengan

persepsi yang ada dalam diri remaja. Pemahaman diri pada remaja

ditandai adanya persepsi yang benar terhadap dirinya sendiri.

Pemahaman diri pada remaja bukan hanya ditentukan dari kapasitas

intelektualnya, tetapi juga kesempatan untuk menggali potensi dalam

dirinya. Kurangnya pemahaman pada diri sendiri dapat menimbulkan

kesenjangan antara konsep diri yang ideal dengan gambaran yang remaja

terima dari kontak sosial yang membentuk dasar konsep diri.

b. Adanya harapan yang realistik

Harapan pada remaja yang realistis atas sebuah pencapaian akan

membuat kinerjanya meningkat. Harapan dalam sebuah pencapaian pada

remaja berkontribusi pada kepuasan dalam diri yang penting dalam

(35)

kemampuan untuk memahami dan mengenali keterbatasan dan kekuatan

dirinya sendiri.

c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan

Lingkungan yang tidak mendiskriminasi remaja baik dari latar

belakang agama, budaya, jenis kelamin dan lain sebagainya menjadi

faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif. Tidak adanya

hambatan dari lingkungan dapat membantu remaja merasa puas dengan

pencapaiannya.

d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan berkontribusi

dalam penerimaan diri seorang remaja. Tiga hal sikap anggota

masyarakat yang mendukung seseorang memiliki penerimaan diri adalah

tidak adanya prasangka buruk terhadap individu maupun keluarganya,

individu memiliki keahlian sosial, dan individu mau menerima

kelompok.

e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat

Secara emosional keseimbangan fisik dan psikologis pada remaja

akan terganggu ketika mengalami stres. Stress secara emosional dapat

mengganggu aktivitas sehingga mengakibatkan seseorang bekerja

dengan kurang efisien dan mengakibatkan kelelahan, dan bereaksi

negatif terhadap orang lain. Individu yang bebas dari stres dapat

(36)

menjadi lebih rileks dan bahagia sehingga menjadi dasar dari penerimaan

diri yang baik.

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif

Pengaruh keberhasilan dan kesuksesan yang dialami, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif dapat mengarahkan pada penerimaan diri.

Sedangkan, pengaruh kegagalan dapat mengarahkan individu pada

penolakan diri. Kegagalan yang seringkali dirasakan individu

menjadikan kesuksesan sebagai sesuatu yang bermakna.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Individu yang mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang

yang menyesuaikan diri dengan baik dapat mengembangkan sikap yang

positif terhadap hidup. Selain itu, perilakunya pun akan mengarah pada

penilaian dan penerimaan diri yang baik.

h. Adanya perspektif diri yang luas

Individu yang melihat dirinya sama seperti yang orang lain lihat

dapat memiliki pemahaman diri yang baik dibandingkan dengan individu

yang perspektif dirinya sempit dan terdistorsi. Perpektif diri yang luas

menjadi faktor pendukung penerimaan diri.

i. Pendidikan yang baik pada masa anak-anak

Pendidikan yang baik pada masa anak-anak berkontribusi pada

(37)

demokratis mengarahkan pada pola kepribadian yang sehat.

Peraturan-peraturan yang sudah ditanamkan sejak dini pada masa anak-anak akan

membuat mereka dihormati sebagai seorang manusia. Anak akan belajar

untuk menghormati dirinya sendiri dan bertanggungjawab untuk

mengendalikan perilakunya dengan kerangka peraturan yang telah

dipahami dan diterapkan.

j. Konsep diri yang stabil

Konsep diri yang baik mengarah pada penerimaan diri, sedangkan

konsep diri yang buruk mengarah pada penolakan diri. Konsep diri yang

stabil merupakan cara seseorang melihat dirinya sendiri dengan cara

yang sama sepanjang waktu. Ketika individu mengembangkan kebiasaan

untuk menerima dirinya, maka akan menguatkan konsep diri yang baik

sehingga penerimaan diri menjadi sebuah kebiasaan bagi individu.

Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan menyukai

dan menerima dirinya.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Hurlock (1967: 1) mengatakan kata “adolescence” berasal dari kata

Latin yaitu adolescere, yang berati “tumbuh” atau “bertumbuh ke arah

kematangan”. Masa remaja adalah masa transisi saat individu berubah secara

(38)

Hurlock (1967: 3) pada perempuan sekitar usia 13 sampai 17 tahun,

sedangkan untuk laki-laki sekitar 14- 17 tahun.

Santrock (2003: 26) mengatakan bahwa “remaja diartikan sebagai

masa perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional”. Dalam penyataannya,

Hurlock maupun Santrock mendefinisikan remaja berdasarkan masanya,

yaitu masa yang menghubungkan masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Meskipun pengertian remaja dalam konteks yang sama yaitu sebuah masa,

namun yang lebih nampak berbeda diantara keduanya adalah adanya sisi

psikologis menurut Hurlock.

Definisi remaja jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan fisik

dikenal sebagai suatu tahap dimana alat-alat kelamin manusia mencapai

kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan

keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan

semua alat kelamin sudah berfungsi sempurna. Adapun pengertian remaja

menurut Sarwono (1989) yang melihat remaja dari sisi sosial-psikologis.

Remaja dengan istilah “adolescence” yang berasal dari kata latin

“adolescere” memiliki arti mengalami pertumbuhan kearah kematangan.

Kematangan bukan hanya berarti kematangan fisik, namun yang paling utama

adalah kematangan sosial-psikologis.

Definisi remaja lebih konseptual diberikan oleh WHO (dalam

(39)

psikologik, dan sosial-ekonomi. Batas usia remaja yang ditetapkan oleh

WHO adalah 10-20 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menetapkan batas usia remaja adalah usia 15-24 tahun sebagai batas usia

pemuda.

Sarwono (1989) dalam bukunya mengatakan bahwa “masa remaja

dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi

individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya, masyarakat,

bahkan sering kali bagi polisi”.

Berdasarkan definisi para ahli tentang remaja, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat tiga kriteria dalam mendefinisikan remaja,

yaitu secara biologis, secara psikis, dan sosial. Remaja adalah masa transisi

dari anak-anak menuju ke masa dewasa.Pada masa transisi, individu berada

padausia 10-24 tahun yang telah mengalami kematangan secara fisik. Selain

kematangan fisik, kematangan secara psikologis dan sosial juga sangat

penting untuk mendukung kematangan secara menyeluruh.

2. Tugas Perkembangan

Pada masa remaja, setiap individu harus dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya agar dapat melanjutkan ke tahap tugas perkembangan

selanjutnya. Robert J. Havighust (dalam Ali & Asrori, 2009: 65) mengatakan

bahwa tugas perkembangan merupakan tugas yang muncul pada saat atau

sekitar satu periode tertentu dalam kehidupan individu. Jika individu berhasil

(40)

namun jika individu gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangannya

maka akan timbul perasaan tidak bahagia serta individu mengalami kesulitan

dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya.

Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (dalam Ali

& Asrori, 2009: 10) adalah sebuah upaya sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang

tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

(41)

Menurut Havighust (dalam Yusuf, 2008: 74), tugas-tugas

perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja adalah

sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencari kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa

lainnya.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan).

g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga Negara

i. Mencapai tingkah laku yan bertanggung jawab secara sosial

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai

petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.

Fokus tugas perkembangan pada remaja terletak pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan menuju cara bersikap

dan berperilaku secara dewasa.

Berdasarkan definisi para ahli tentangtugas perkembangan remaja,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap remaja memiliki kriteria tugas

(42)

yang harus dilalui seorang remaja untuk berkembang dan menyelesaikan

tugas perkembangan selanjutnya.

3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja

Setiap individu dalam berbagai tingkatan usia pasti memiliki tugas

perkembangan yang harus diselesaikan untuk melanjutkan tugas

perkembangan selanjutnya. Begitu pula dengan tahapan usia remaja yang

memiliki tugas perkembangan. Tugas perkembangan dalam diri remaja

memiliki aspek-aspek perkembangan. Yusuf (2010: 101) mengatakan bahwa

aspek-aspek perkembangan masa remaja antara lain meliputi aspek fisik,

inteleligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran

beragama.

a. Aspek fisik

Aspek fisik dalam tugas perkembangan remaja adalah salah satu

aspek yang dapat diamati secara kasat mata. Sehubungan dengan

perkembangan fisik pada diri seorang remaja, Kuhlen dan Thompson

(dalam Yusuf, 2010: 101) mengatakan bahwa perkembangan fisik dalam

diri individu terdiri dari empat aspek, yaitu:

b. Sistem syaraf

Sistem syaraf merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh

(43)

c. Otot-otot

Otot-otot memiliki pengaruh terhadap perkembangan kekuatan dan

kemampuan motorik.

d. Kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin dapat menjadi pemicu munculnya pola-pola

tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang

untuk aktif dalam suatu kegiatan, dimana sebagian anggota dalam

kegiatan tersebut terdiri atas lawan jenis.

e. Struktur fisik/tubuh

Struktur fisik atau tubuh yang paling nampak adalah perubahan

tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Perubahan fisik

merupakan bagian dari proses penting yang harus dilalui remaja.

f. Aspek inteligensi

Aspek inteligensi merupakan salahsatu aspek tugas perkembangan

siswa karena inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,

melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu

yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.

g. Aspek emosi

Sarwono (2009) mendefinisikan emosi adalah reaksi penilaian

(positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang

terhadap rangsangan yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya

(44)

adanya suatu rangsangan dari luar (benda, manusia, binatang, cuaca,

situasi, dan lain sebagainya), maupun dari dalam diri sendiri (lapar,

mengantuk, tekanan darah, produksi hormon,dan lain sebagainya), pada

alat indra masing-masing individu.

h. Aspek bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang

lain yang mencakup semua cara untuk berkomunikasi. Cara untuk

mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk

lambang atau simbol sebagai alat untuk mengungkapkan sesuatu

pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,

lukisan, dan mimik muka.

i. Aspek sosial

Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar

untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan

tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling

berkomunikasi dan bekerjasama.

j. Aspek kepribadian

Abin Syamsuddin Makmun (dalamYusuf, 2010: 127) mengatakan

bahwa kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas perilaku

individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap

(45)

k. Aspek moral

Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau

tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk

menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip

moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang

tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh

kelompok sosialnya.

l. Aspek kesadaran beragama

Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek

rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Tuhannya

yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya.

Berdasarkan paparan pendapat dari berbagai ahli tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa setiap aspek perkembangan remaja adalah sebuah

proses yang harus dilalui oleh setiap remaja. Penerimaan diri pada

individu mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap individu serta

pandangan individu terhadap dirinya sendiri.

4. Karakteristik Remaja

Erickson (dalam Ali & Asrori, 2009) mengatakan remaja dikenal

dengan masa pencarian jati diri atau sering disebut dengan istilah ego (ego

identity). Sebutan remaja dengan identitas ego karena masa remaja

(46)

orang dewasa. Menurut Ali dan Asrori (2009: 16), karakteristik sikap remaja

yang sering ditunjukkan terdapat lima jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Kegelisahan

Remaja pada masa perkembangannya memiliki banyak idealisme,

angan-angan, atau keinginan yang akan diwujudkan di masa yang akan

datang. Akan tetapi, pada kenyataannya belum memiliki kemampuan

yang cukup untuk mewujudkan semua keinginan dan angannya.

Remaja ingin mendapat pengalaman yang banyak untuk menambah

pengetahuan, namun remaja merasa belum cukup mampu melakukan

berbagai hal dengan baik. Ketidakmampuannya untuk melakukan

berbagai hal dengan baik tersebut membuat remaja tidak berani bertindak

sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Angan-angan yang tinggi dan

kenyataan bahwa remaja belum memiliki cukup kemampuan untuk

mewujudkan angan-angannya memberi dampak remaja diliputi oleh

perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Dalam proses pencarian jati diri, remaja berada pada situasi ingin

melepaskan diri dari orangtua namun belum cukup mampu untuk

mandiri. Pertentangan muncul dalam diri remaja yang ingin

menunjukkan sisi mandiri, namun remaja merasa nyaman dan aman saat

(47)

menimbulkan kebingungan dalam diri remaja maupun orang lain yang

berada di sekitarnya.

c. Mengkhayal

Remaja berada pada tahap keinginan untuk menjelajahi dan

memiliki jiwa berpetualang. Pada kenyataannya, keinginan untuk

menjelajah dan berpetualang terhambat oleh minimnya biaya karena

uang hanya diperoleh dari orangtua. Akibatnya, remaja banyak

berkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui

dunia fantasi. Khayalan remaja putra cenderung pada prestasi dan

jenjang karier. Sedangkan remaja putri cenderung mengkhayal pada

romantika hidup. Khayalan pada dunia remaja tidak selalu bersifat

negatif, karena terkadang khayalan pada remaja menghasilkan sesuatu

yang bersifat konstruktif gelisah.

d. Aktivitas berkelompok

Remaja memiliki banyak keinginan dan tidak jarang banyak pula

yang tidak terpenuhi. Remaja sering menghadapi kesulitan dan kendala

sehingga remaja butuh dukungan secara emosional melalui

teman-temannya. Remaja menemukan solusi dari kesulitan yang dihadapinya

setelah mereka berkumpul bersama teman sebaya untuk melakukan suatu

(48)

e. Keinginan mencoba segala sesuatu

Rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity) pada remaja sering

mendorong keinginan untuk berpetualang, menjelajah segala sesuatu, dan

mencoba hal baru yang sebelumnya belum pernah dialaminya. Rasa

ingin tahu mendorong remaja ingin seperti orang dewasa dan

menyebabkan remaja secara sembunyi-sembunyi mencoba merokok bagi

remaja putra, dan memakai kosmetik bagi remaja putri.

Memberikan bimbingan bagi remaja sangat penting peranannya

agar rasa ingin tahu remaja dapat terkontrol. Rasa ingin tahu yang besar

pada remaja perlu diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang positif,

kreatif, dan produktif.

C. Bimbingan Pribadi-sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-sosial

Ragam bimbingan dilihat dari masalah individu ada empat jenis

bimbingan, yaitu: (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan pribadi-sosisal,

(3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga. Bimbingan pribadi-sosial

merupakan layanan yang isinya mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan

batin individu sendiri dan kejasmaniannya sendiri, atau mengenai hal-hal

yang menyangkut hubungannya dengan orang lain. Menurut Winkel dan Sri

Hastuti (2006) bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan dalam

menghadapi keadaan batin individu sendiri dan mengatasi berbagai

(49)

kontrol diri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang,

penyaluran nafsu seksual, dan lain sebagainya. Bimbingan pribadi-sosial

berkaitan erat antara keadaan batin individu sendiri dan keberhasilan atau

kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Tujuan bimbingan pribadi-sosial

Tujuan bimbingan pribadi-sosial (Winkel & Sri Hastuti, 2006) adalah

membantu menyelesaikan pergumulan dalam diri individu, penderitaan batin

yang dialami individu bila muncul masalah dalam pergaulan. Selain itu,

bimbingan pribadi-sosial bertujuan membantu individu memiliki sikap dan

(50)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari uraian jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi

dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data

penelitian, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data penelitian. Ketujuh

sub-judul tersebut merupakan bagian-bagian dari metode penelitian yang harus ada dalam

penelitian kuantitatif. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada sumber

buku acuan yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub

bagian metode penelitian ini akan dijabarkan secara singkat, padat dan jelas.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang peneliti angkat, peneliti ingin

mengetahui tingkat kemampuan penerimaan diri remaja, secara khusus remaja

kelas VIII yang berada di SMP Karitas Ngaglik. Maka, peneliti menggunakan

metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif memecahkan masalah

dengan cara menggambarkan obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan

pada fakta-fakta sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis

dan diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan. Metode

penelitian survei tepat digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data

di tempat tertentu yang alamiah. Sugiyono (2013: 6) mengatakan bahwa

(51)

Jenis penelitian ini menurut jenis datanya adalah jenis penelitian

kuantitatif. Jenispenelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

sering digunakan dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2013: 7) mengatakan

bahwa

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode kuantitatif sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode kuantitatifsebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.

Metode kuantitatif menganalisis data menggunakan statistik karena data

dalam penelitian merupakan angka-angka. Selain itu, metode ini juga disebut

metode discovery karena melalui metode ini berbagai iptek baru dapat

ditemukan dan dikembangkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VIII SMP Karitas Ngaglik.

Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada hari Rabu, tanggal 03

Agustus 2016 dimulai Pukul 13.05 WIB dan berakhir Pukul 13.30 WIB.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik

dengan jumlah 35 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada remaja.

(52)

berbagai aspek pada remaja kelas VIII di SMP Karitas Ngaglik. Aspek dalam

penerimaan diri meliputi adanya sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri,

kesediaan menerima kritikan dari orang lain, mampu menilai diri dan

mengoreksi kelemahan, jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, nyaman

dengan dirinya sendiri, memanfaatkan kemampuan dengan efektif, mandiri dan

berpendirian, dan bangga menjadi diri sendiri.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat

dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

Pengumpulan data bila dilihat dari segi cara atau teknik dapat dilakukan

dengan interview, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner atau

angket. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner yang akan dibuat harus

berlandaskan pada faktor dalam prinsip penulisan angket. Prinsip penulisan

angket dalam bukunya Sugiyono (2012: 193) mengatakan bahwa

(53)

Teknis pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini

meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mengkondisikan siswa di ruang kelas VIII.

b. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan

melakukan penelitian kepada subjek di SMP Karitas Ngaglik.

c. Peneliti membagikan bolpoin dan lembar kuesioner kepada

masing-masing subjek yang berjumlah 35 orang.

d. Peneliti membacakan pengantar dalam kuesioner.

e. Peneliti mengajak masing-masing subjek untuk membaca petunjuk

pengerjaan kuesioner.

f. Subjek yang sudah selesai mengejakan kuesioner maju ke depan untuk

mengumpulkan kuesioner dan diperkenankan meninggalkan ruangan.

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner

tentang penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik. Kuesioner

dalam penelitian ini bersifat tertutup karena pilihan alternatif jawaban untuk

setiap item sudah disediakan, sehingga responden hanya perlu memilih salah

satu dari kelima alternatif jawaban. Kuesioner dalam penelitian ini memuat

pernyataan-pernyataan yang mengungkap aspek-aspek penerimaan diri pada

remaja kelas VIII menggunakan skala Likert. Skala pengukuran Likert yang

digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan

(54)

instrumen penelitian ini dihasilkan dengan menggunakan pengukuran skala

Likert dalam bentuk cheklist. Jawaban setiap item instrumen dalam skala

Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Azwar

(2006: 46) mengatakan bahwa “salah satu format respons yang sering

digunakan dalam skala psikologi adalah format lima-pilihan yang merupakan

jawaban terhadap item yang berbentuk pernyataan”. Item dalam kuesioner

ini terdapat jenis item yang favorable yaitu item yang menunjukkan

penerimaan diri dan unfavorable yaitu item yang belum menunjukkan

penerimaan diri. Alternatif jawaban pada setiap item yang favorable diberi

skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (5), Sesuai (4), Agak Sesuai (3), Tidak

Sesuai (2), Sangat Tidak Sesuai (1). Sedangkan alternatif jawaban pada

setiap item yang unfavorable diberi skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (1),

Sesuai (2), Agak Sesuai (3), Tidak Sesuai (4), Sangat Tidak Sesuai (5).

Kuesioner berbentuk checklist diberikan kepada responden untuk

menghasilkan data yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kemampuan

penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik. Sebelum pembuatan

kuesioner tentang penerimaan diri pada remaja di SMP Karitas Ngaglik,

peneliti lebih dahulu membuat kisi-kisi melalui aspek-aspek penerimaan diri

menurut Hurlock. Setiap butir item dalam kuesioner bertolak dari delapan

aspek penerimaan diri menurut Hurlock (1898: 437) yaitu:

a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri

(55)

c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan

d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain

e. Nyaman dengan dirinya sendiri

f. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif

g. Mandiri dan berpendirian

h. Bangga menjadi diri sendiri

Kisi-kisi kuesioner tingkat kemampuan penerimaan diri pada remaja

(56)
[image:56.610.95.562.156.693.2]

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja (Sebelum Uji Validitas)

Aspek-aspek

Penerimaan Diri Indikator

No. Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri

a.Mampu mengerjakan sesuatu hal b.Bersedia ambil bagian bila diminta

untuk melakukan sesuatu

1, 35

16, 38 29

5 2. Kesediaan menerima

kritikan dari orang lain

a.Mampu menerima kritikan dan saran dari orang lain

b.Menyadari bahwa dirinya tidak selalu benar

c.Terbuka dan tidak marah dengan kritikan maupun saran dari orang lain 6 11, 30 36 20 5

3. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan

a.Dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru

b.Mampu menempatkan diri dengan realitas

c.Bersifat fleksibel

4, 28

10

39

18

5

4. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain

a.Menyadari kekurangan dalam diri b.Menyadari kelebihan dalam diri c.Menanggapi kekurangan dalam diri

dengan rasa humor

d.Jujur terhadap perasaan diri sendiri

7 14 33 40 21 5

5. Nyaman dengan dirinya sendiri

a.Mudah menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosi b.Mudah bergaul

c.Dapat mengontrol diri sendiri

3, 27 13 37 24 5 6. Memanfaatkan kemampuan dengan efektif

a.Memiliki motivasi untuk berprestasi

b.Mampu merumuskan tujuan c.Memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi

d.Menyukai tantangan

9 17 26 32 22 5

7. Mandiri dan berpendirian

a.Mampu memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri

b.Mampu menyelesaikan konflik dalam diri

5, 23

12, 34

19

5

8. Bangga menjadi diri sendiri

a.Memiliki strategi penyesuaian terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi

b.Bebas dari mekanisme pertahanan diri rasionalisasi

c.Bebas dari mekanisme pertahanan diri proyeksi

d.Bebas dari mekanisme pertahanan diri regresi 2 8 25 31 15 5

(57)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data hendaknya dipastikan bahwa

data yang didapatkan adalah data yang valid, reliabel dan obyektif serta

benar-benar tepat dalam suatu penelit

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Batang Tingkat Kemampuan Penerimaan Diri
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja
Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Validitas Item per Aspek
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Penerimaan Diri Remaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepercayaan diri peserta didik kelas X SMA Santo Paulus Nyarumkop tahun ajaran 2015/2016 dan membuat usulan

Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri secara

Apabila seorang remaja memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya sendiri, maka di dalam perkembangan sikap yang dimiliki remaja akan berpengaruh baik ketika

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44

Bimbingan pribadi dalam khasanah konsep diri memiliki pengertian bantuan yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah dengan perkembangan dan pembentukan konsep dirinya

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan seberapa baik penerimaan diri remaja broken home SMK N 2 Depok tahun ajaran 2018/2019 (2) Mengetahui item- item instrumen

ABSTRAK TINGKAT KONTROL DIRI REMAJA TERHADAP PERILAKU NEGATIF Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2018/2019 Monica Puji Astuti Universitas

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44