• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesionalitas Kepala Sekolah v.2.0 Une

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Profesionalitas Kepala Sekolah v.2.0 Une"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(3)

Prof. Dr. H. Muhktar, M.Pd .

Prof. Dr. H. Hafzi Ali, MM, CMA.

(4)

PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH Muhktar

Hafzi Ali Sarinah

Desain Cover : Herlambang Rahmadhani Tata Letak Isi : Ika Fatria Cetakan Pertama: November 2016

Hak Cipta 2016, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan Copyright © 2016 by Deepublish Publisher

All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012)

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id

www.penerbitdeepublish.com E-mail: deepublish@ymail.com

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

MUHKTAR

Profesionalitas Kepala Sekolah/oleh Muhktar, Hafzi Ali, dan Sarinah.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, November 2016.

x, 78 hlm.; Uk:15.5x23 cm ISBN 978-Nomor ISBN

1. Pendidikan I. Judul

(5)

SAMBUTAN PENULIS

Alhamdullilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya buku ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepasa Rasullulah Muhammad SAW beserta keluarga dna sahabatnya.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih dihaturkan kepada: Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi sekaligus selaku promotor I, Prof. Dr. H. Hapzi Ali, MM, CMA selaku promotor II, Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur I, Bapak Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, dosen dan staf pascasarjana, suami, keluarga dan sahabat, serta tim penerbit yang telah memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan buku ini.

Penulisan buku ini, dilandasi beberapa Kajian Literature yang berhubungan dengan Pengetahuan Manajerial, Budaya Organisasi, Komitmen Tugas Terhadap Profesionalitas Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi.

(6)

budaya organisasi dan komitmen tugas profesionalitas kepala sekolah yang ada di provinsi jambi.

Buku dengan judul tentang Profesionalitas kepala sekolah ini merupakan hasil kajian mendalam penulis yang didukung dengan kajian teoritis dan data empiris. Tentunya buku ini diharapkan mampu menjadi media dalam mengkomunikasikan pengetahuan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diyakini oleh penulis masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.

Selamat membaca. Jambi, 07 Novenber 2016

(7)

SAMBUTAN DIREKTUR

Pascasarjana IAIN STS Jambi

Terbitnya buku dengan judul Profesionalitas Kepala Sekolah yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, Prof. Dr. H. Hapzi Ali, MM., CMA dan Dr. Sarinah, M.Pd.I sangat disambut baik oleh saya selaku Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi. Sebuah judul buku yang menarik dan relevan bagi perguruan tinggi dalam memenangkan kompetisi global dunia pendidikan.

Secara khusus Saya berikan apresiasi yang tinggi atas semangat penulis buku yang diangkat dari sebuah hasil riset mengenai kondisi terkini di Sekolah Menengah Pertama. Buku ini selain sebagai bentuk pengabdian dan partisipasi penulis dalam mengembangkan pendidikan, juga dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam Profesionalitas Kepala Sekolah.

Hadirnya buku tentu saja dapat mendukung suasana akademik khususnya perkuliahan yang terkait dengan program studi manajemen pendidikan khususnya dan pendidikan pada umunya. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber pengayaan bagi mahasiswa calon sarjana, calon magister dan kandidat Doktor di seluruh tanah air. Semoga karya yang telah dihasilkan ini menjadi permulaan untuk lahirnya karya-karya yang monumental penulis lainnya. Semoga Allah memberkati. Aamiin.

Jambi, 19 Oktober 2016 Direktur,

(8)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN PENULIS ... v

SAMBUTAN DIREKTURPASCASARJANA IAIN STS JAMBI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I HAKIKAT PROFESIONALITAS ... 1

A. Hakikat Profesionalitas Kepala Sekolah ... 1

B. Ciri-ciri Kepala sekolah Profesional ... 9

C. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLEC ... 10

D. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLIM ... 12

BAB II PENGETAHUAN MANAJERIAL... 15

A. Defenisi Pengetahuan (knowledge) ... 15

B. Pengertian Manajerial ... 24

C. Pengertian Kepala Sekolah ... 27

D. Tanggung Jawab Kepala Sekolah ... 27

BAB III HAKIKAT BUDAYA ORGANISASI ... 30

A. Defenisi Budaya organisasi ... 30

B. Defenisi Organisasi ... 33

C. Jenis-jenis Organisasi ... 38

BAB IV KOMITMEN TUGAS KEPALA SEKOLAH ... 41

(9)

B. Komitmen Tugas Kepala Sekolah ...45

BAB V ANALISIS PENELITIAN PROFESIONALITAS KEPALA SEKALAH(BERDASARKAN MODEL) ...49

A. Petahuan Manajerial, budaya organisasI, dan Komitmen Tugas terhadap profesionalitas Kepala Sekolah ...49

BAB VI ANALISIS KONSEPTUAL HASIL PENELITIAN ...55

A. Analisa Konseptual Hasil Penelitian ...55

1. Profesionalitas Kepala Sekolah ...55

2. Pengetahuan Manajerial ...57

3. Budaya Organisasi ...59

4. Komitmen Tugas ...63

DAFTAR PUSTAKA ...65

(10)
(11)

BAB I

HAKIKAT PROFESIONALITAS

A. Hakikat Profesionalitas Kepala Sekolah

Profesionalitas dari kata profesi yang diambil dari bahasa latin

profess, prossus, profesio,” yang bahasa sederhananya berarti “declare publicy,” atau pengakuan atau pernyataan di muka umum. namun penggunaan dikaitkan janji religius atau sumpah (suatu pengakuan atau pernyataan yang dilakukan didepan orang banyak dan melibatkan Tuhan sebagai seksi). Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk melakukan tugas-tugasnya. Sebutan Aan Hasannah mengemukakan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.1 Kemudian Euis Karwati mengemukakan Profesionalitas mengacu pada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang merekamiliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.2

Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau hoby belaka. Menurut Saiful Srigala Seorang profesional mempunyai makna ahli (expert)

1 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi guru, (Bandung: CV PUSTAKA

SETIA, 2012), hal. 17

2 Euis Karwati dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun

(12)

dengan pengetahuan yang dimiliki melayani pekerjaannya. Tanggungjawab (responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap, dan memiliki rasa kesejawatan menjunjung tinggi etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis.3

Suyanto mengemukakan Makna “profesional” mengacu pada

orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.4 Menurut Buchari Alma dkk, secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal dari bahasa latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu

pekerjaan”.5 Penyandang dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedangkan secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Suyanto dkk mengemukakan bahwa Para ahli telah banyak memberikan defenisi terhadap profesionalisme, di antaranya adalah profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senang tiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas keprofesionalannya.6 Sebagaimana ayat al-qur’an surah Al -Baqorah ayat 124:

3 Syaiful sigala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

(Bandung Alfabeta: 2011), hal 1.

4 Suyanto, Calon Guru dan Guru Profesional (Yokyakarta: Multi Pressindo,

2013), hal. 25.

5 Buchari Alma, dkk, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil

Mengajar (Bandung: ALFABETA, 2012), hal 115

6 Suyanto, Asep Juhad, Guru Profesional strategi meningkatkan kulifikasi dan

(13)

beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim

menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku

(ini) tidak mengenai orang yang zalim".7

Ayat di atas menjelaskan “Imam“ untuk menjadi panutan ,yang

akan membimbing manusia ke jalan Allah dan membawa mereka kepada kebaikan. Mereka (manusia) menjadi pengikutnya dania menjadi pemimpin mereka. Pada waktu itu insting kemanusiaan Ibrahim timbul ,yaitu keinginan untuk melestarikannya melalui anak cucunya. Di atas prinsip inilah islam menetapkan syariat kewarisan, untuk memenuhi panggilan fitrah itu dan untuk memberikan semangat supaya beraktifitas serta mencurahkan segenap kemampuannya. Profesionalisasi jabatan guru adalah faktor yang dapat mempengaruhi pengakuan jabatan guru sebagai suatu profesi.8

Profesionalitas bukanlah suatu konsep yang sederhana sebab merupakan bagian dari hubungan dengan masyarakat, sehingga pelaksanaan akan membawa perubahan lansung, pada manajemen yang baik dan benar, yang akan berarti juga merupakan suatu masalah yang sangat serius. Selanjutnya Sudarwan Danim dkk menambahkan pula bahwa secara etimologi profesi bahasa Inggris

profession atau bahasa Latin profecus. Artinya adalah mengakui,

pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan

7 Tim Penerjemah Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya

(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hal 43.

8 Fachurudin Saudagar dkk, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta:

(14)

pekerjaan tertentu.9 Profesionalitas dapat dipandang sebagai suatu paham tentang kominikasi pengetahuan yang lansung terwujud dalam pembelajaran dan pengalaman individu atau kelompok. Selanjutnya dikatakan bahwa bentuk komunikasi tidak hanya menjalankan arus utama pada lembaga sosial, tetapi juga lansung pada spesialisasi lembaga pendidikan dan pelatihan. Jabatan yang memerlukan latihan jabatan yang berkelanjutan.10

Berdasarkan uraian pakar di atas jelas bahwa, karyawan yang profesional adalah mereka yang mempunyai keahlian untuk tujuan organisasi, kemajuan ini biasanya diperoleh dari hasil pendidikan atau training khusus. Mereka ini antara lain adalah para ilmuan, para guru, para akuntan atau profesi lain yang serupa dan mempunyai isu organisasi dari pengalaman para menejer atau karyawan lainnya.

Pakar lain memberikan pengertian bahwa profesional adalah cara individu melihat keluar dari dunianya. Menyangkut sesuatu yang akan dilakukannya terhadap organisasi atau beberapa buku yang telah dihasilkannya, apakah yang bersangkutan telah melakukan pengajaran pada organisasi di luar perusahaannya dan apakah telah melakukan pengarsipan dengan baik.11 Sumberdaya profesional memerankan sesuatu peningkatan aktivitas dalam merancang dan mengimplementasikan program untuk dapat menolong karyawan, tidak hanya terfokus pada pilihan karir dan tujuannya, tetapi juga mengarahkan pada pencapaian tujuan yang telah mereka formulasikan.12 Menurut Soeprihanto, program kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan karyawan

9 Sudarwan Danim, dkk, Profesi dan Profesionalisasi (Yogyakarta: Group

Almatera, 2009), hal 32.

10 Ramayulis, Profesi & etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal 37

11

Brooking Annie, Corporate memory: Strategis for Knowledge Magement

(London: Internasional Thomas Business, 2005), hal 149

12

R. Carrel Michael, and Robert D. Hatfied. Hatfied, Human Resource

(15)

dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan dapat dikatakan pula bahwa program pelatihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan keterampilan operasional. This paper traces the idea from the postulated theories of learning concerning human behavior in the context of training. The study suggests that for effective training learning is a precondition. Many of the theories of learning, though derived from investigations carried out in laboratory conditions, are substantially different from the practical conditions under which human learning takes place but have great implications in training and development.

Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan. Pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Istilah pelatihan dalam bahasa Inggris berasal dari kata” training” atau ”train”, yang berarti (1) memberi pelajaran dan praktik

(give teaching and praktice), (2) menjadikan berkembang dalam

arah yang dikehendaki, (cause to grow in a required direction), (3) persiapan (preparation), dan (4) Praktik (practice).13 Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Pelatihan merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan SDM pada sebuah institusi. Penyelenggeraan program pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif SDM

13 Mustopa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi)

(16)

yang merupakan asset penting dalam institusi.14 Menejer SDM juga butuh keahlian kepemimpinan contohnya, mereka butuh kemampuan untuk berkerja dengan pemimpin grop manajemen dan untuk mengarahkan perubahan yang di butuhkan, misalnya untuk mengemplementasikan sistem penyaringan pelatuhan kelas baru.15 Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian. Dengan demikian sistimatik training: what is the best way to get strarted with training and learning? This is the systematic

approach to training: (a) Examine- identify training needs at the

organisational, team and individual levels, (b) Plan plan and

design training to meet these needs, (c) Do- implement the training

plan effectiveli: (d) Reniew – assess the results of the training.16

Keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam menciptakan atau melahirkan yang berbasis kompetensi tentunya sekaligus melahirkan SDM yang profesional.17 Lebih memperjelaskan mengenai penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-instilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai pengusaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pengawai atau anggota organisasi.18

Horward M menpunyai padangan yang sama tentang defenisi profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi intelektual (skill service) atau advis kepada orang yang untuk suatu

14 Benny A. Pribadi, Desain dan pengembangan Program Pelatihan berbasis

Kompetensi (Jakarta: Kencana 2014), hal 1-2.

15 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1 (Jakarta: PT

INDEK, 2010), hal 18

16 Porter, Christine, dkk, Exploring Human Resource Management (NewYork:

Mateu Cromo Artes Graficas 2008), hal 380

17 Vaithzal Rivai, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

dari teori ke Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2013), hal 211-239

18 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia

(17)

kepastian upah/bayaran atau gaji, terutama untuk berstatus praktis atau para pekerja bebas (freelence workers).19 Selanjutnya digambarkan bahwa seorang yang profesional dipandang publik sebagai orang yang pakar dengan kemampuan yang tinggi dalam batasan bidangnya, dengan kata lain dia memiliki pritese, bada bagian lain disampaikan bahwa unsur kreteria profesional adalah: produk yang standar, tingkat kepribadian yang melibatkan profesionalitas, pengetahuan yang luas tentang teknik spesialisasi, perasaan oblogasi (merupakan salah satu seni), perasaan identitas kelompok, dan signifikan pekerjaan jasa/pelayanan kepada masyarakat. profesional harus memiliki sebuah organisasi tepat mereka berkumpul.20

Bila dihubungkan dengan integritas, profesional termasuk di dalam area ilmu kemasyarakatan untuk memberikan kerangka kerja

(freme work) teknik penelitian yang cocok.21 Bila dikaji, maka

terdapat 5 (lima) defenisi mengenai karakteristik profesi: Pertama mempunyai basis sistematik teori, melibatkan persyaratan yang panjang, misalnya proses berbagai training untuk meningkatkan kecakapan profesionalitas dengan keputusan yang berkualitas, pada basis formal, akreditasi dari kecakapan profesional dikenal oleh publik sebagai pemilik otoritas dan perjanjian untuk praktek lapangan. Ke dua, dapat dijadikan jaminan pada saat praktek lapangan, dilengkapi dengan fakta-fakta apapun yang dapat dilihat pada outputnya. Ke tiga memiliki karakteristik yang dapat diidentifikasikan dan mempunyai sangsi komunitas. Ke empat memiliki kode etik. Ke lima, adanya keta’atan pada budaya profesi. Masudnya adalah adanya berbagai demensi pengalaman hidup

19 Horward M, Volimer dan Donal, L. Milis, Profesionalization (New Jersey:

Prentice hal Inc., 2006), hal 4

20 Henry L.Tosi,f John R. Rizzo dan Stephen J. Caroll, Managing Organizational

Bihavior (NewYork: Henry L. Tosi, John R. Rizzo, Carrol, 2003), hal. 239

21

Robert G. Burgess, in the Field: An Introduction to Field Research (Uk:

(18)

seseorang sesuai dengan setiap perkerjaannya. Misalnya sebagai akuntan, dokter atau pengacara.

Profesional dapat diartikan sebagai spesialis (pakar) kemudian didefenisikan sebagai orang yang melewatkan sebagian waktunya di didalam pembelajaran untuk memadukan seperti halnya kesenian, pendidikan, psikologi dan sebagainya dan mereka adalah pribadi yang sertifikat profesional.22 Sementara ada pula yang melihat profesional adalah pribadi yang berkarakter dan memiliki kompetensi intelektual seperti komitmen yang kuat terhadap karir yang didasarkan pada kemampuan bertanggungjawab sesuai dengan tugasnya dan kemampuan berorientasi terhadap pelayanan pelangan.23 Oleh karena itu pada kehidupan perubahan karir dan perubahan profesi akan menjadi lebih sering terjadi. Disamping itu, suatu profesi harus berdasarkan kepada pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Oleh karena itu suatu profesi harus terkait oleh kompetensi yang dimiliki, menyadari akan prestasi dan merupakan suatu pengabdian.24

Dalam penelitian ini penulis juga cendrung pada pendapat Tilaar (dalam Ade Mujhiyat) yang menjelaskan bahwa berbagai krakteristik dari seorang profesionalitas antara lain yaitu: (1) dia merasa bangga dengan pekerjaannya dan menujukkan kamitmen terhadap kualitas; (2) mempunyai tanggung jawab yang besar dapat mengantisipasi sehingga dapat berinisiatif; (3) ia ingin menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan ikut teribat dalam tugas di luar peranan yang ditugaskan kepadanya; (4) dia ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuannya dan meningkatkat kemampuannya untuk melayani; (5) mendengar kebutuhan para pelanggan serta dia adalah pemain dalam satu tim;

22 Willam B. Castotter, The Personnel Funtion in Educational Administration,

(New. York: Mcmillan Publisihing Co.,Inc., 2006), hal.165

23 Ballantine, Jeanne A., The Society of Education: A Systematic Analysis (New

Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2005), hal 165

24 Muktar dan Iskandar¸ Oriantasi Baru Supervisi Pendidikan ( Jakarta: Gaung

(19)

(6) dia dapat dipercaya dan jujur, terus terang dan royal selanjutnya, (7) dia terbuka terhadap kritik yang konstruktif dan mau meningkatkan dan menyesuaikan dirinya.25

B. Ciri-ciri Kepala sekolah Profesional

Kepala sekolah profesional harus cerdas serta bijaksana. Kepala sekolah yang profesional menurut Sanusi dkk. (Euis, 2013) perlu memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut: (1) Kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya; (2) Kemampuan untuk menerapkan ketrampilan-ketrampilan konseptual, manusiawi, dan teknis; (3) Kemampuan untuk memotivasi guru, staf, dan pegawai lainnya untuk bekerja; (4) Kemampuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan sosial, ekonomis, dan politik terhadap pendidikan.26 Dalam

al-qur’an dijelaskan seorang pemimpin yang tegas dalam mengambil

keputusan.

Artinya: Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan

25 Ade Mujhiyat, Profesionalitas Kepala sekolah (Jakarta: Disertasi UNJ, 2005),

hal 64.

26 Euis Karwati, dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun

(20)

mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.

Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan profesionalitas adalah kepemilikan separangkat kepakaran khusus dalam bekerja yang diperoleh secara legal melalui jenjang pendidikan atau pelatihan yang di laksankan dengan penuh tanggungjawab, beroriantasi pada penghargaan dan kepuasan bersama. Profesionalitas mempunyai tiga dimensi (1) keahlian, indikator: kulifikasi pendidikan, berkerja sama, memecahkan masalah, pengalaman dalam pelatihan, suka memiliki kepakaran dalam bidangnya, mengarahkan SDM, (2) tanggung jawab indikator: tanggung jawab terhadap karir, tanggung jawab terhadap diri sendiri, bertanggung jawab pada kepuasan pelanggan, mematuhi kedo etik. (3) Legalitas, indikator: mempunyai sertifikat yang diakui, mendapat pengakuan dari masyarakat, Bangga dengan kerjanya.

C. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLEC

EMASLAC merupakan penyempurnaan dari tugas kepala sekolah sebelumnya yaitu sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, inovator, dan motivator, atau disingkat dengan EMASLIM.27 Berdasarkan keputusan menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Nomor 162 Tahun 2003 tetang tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah disebut bahwa tugas kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator,

supervisor, leader, entrepreneur, dan climate, creator. Tugas tugas

tersebut seiring disingkat dengan EMASLAC. Berikut ini akan diuraikan apa yang dimaksud dengan EMASLAC.

1. Pendidik (educator), dalam melakukan sebagai pendidik, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesional tenaga kependidikan dosekolahnya.

27

(21)

Menciptakan iklim sekolah yang kondusif memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menanik, seperti

team teaching, moving clas, dan mengadakan program

ekselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

2. Manajer (Manajer) sebagai manajer kepala sekolah harus memiliki strategi yang mampu mengelementasikan fungsi-fungsi manajemen dengan efektif dan efesien. terdapat, tiga keterampilan minimal yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang manajer, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan kemanusiaan serta keterampilan teknis.

3. Pelaku Administrasi (Administrator) kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola adminstrasi peserta didik, mengelola aministrasi personalia,mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi keuangan. kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien.

4. Pengawas (Supervisor) Tugas kepala sekolah sebagai sipervaisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari sehari-hari di sekolah; agar dapat mengunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada orang tua peserta didik dan sekolah. serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

(22)

6. Pengusaha (Entrepreneur) kepala sekolah sebagai Entrepreneur harus memiliki berbagai macam keahlian yang keahliannya itu dapat diteruskannya kepada orang-orang yang dipimpinnya.

7. Pencipta Iklim (Climator maker) kepala sekolah sebagai

Climator maker harus mampu menyusun berbagai rencana

kerja yang kemudian menuangkan dalam mentuk perangkat kerja yang dilaksanakan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. iklim kondusif akan mampu terujud stabilitas kerja yang tinggi yang pada akhirnya pencapai berbagai rencana kerja yang telah disusun sebelumnya menjadi efektif dan efesien

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan tugas profesionalal kepala sekolah adalah: sebagai educator, manajer,

administrator, supervisor, inivaror, dan motivator, atau disingkat

dengan EMASLIM.

D. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLIM

Tugas kepala sekolah adalah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, inovator, dan motivator atau disingkat dengan EMASLIM. Berikut ini akan diuraikan apa yang dimaksud dengan EMASLIM:

1. Edukator (educator) peran dan tugas kepala sekolah sebagai pendidik dilihat dari kemampuan sebagai tenaga pendidik atau guru. Sebagai seorang guru, kepala sekolah harus mampu menyusun program pembelajaran, mampu melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan evaluasi, melakukan hasil analisis hasil belajar dan melaksanakan program perbaikan dan penyaan.

(23)

untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas, kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

3. Pelaku Administrasi (Administrator) peran dan tugas kepala sekolah sebagai Administrator dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konsleng, kemampuan mengelala adminstrasi keuangan yang diujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan laporan keuangan.

4. Pengawas (Supervisor) peran dan fungsi kepala sekolah yang sangat mempunyai peran yang strategis adalah kemampuan kepala sekolah sebgai seorang suvervisor. Kemampuan kepala sekolah sebagai seorang supervaisor dapat dilihat dari kemampuan program supervisi pendidikan, kemampuan melaksanakan program supervisi yang baik serta kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

5. Pemberi Inovasi (Inovator) sekolah yang efektif pasti dipemimpin oleh kepala sekolah yang mempunyai kepemimpinan yang efektif. Diera globalisasi saat ini dimana persaingan begitu sangat ketat menuntut sekolah sebagai lembaga pendidikan tampil sebagai organisasi pendidikan yang mampu meningkat kualitas sumber daya manusia. untuk itu, sekolah memerlukan kepala sekolah yang mempuanyai inovasi yang tinggi. kemampuan kepala sekolah sebagai inovator dapat dilihat dari kemampuan mencari dan menemukan gagasan-gagasan untuk pembaharuan disekolah serta kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan disekolah. 6. Pemberi (Motivator) peran dan fungsi kepala sekolah antara

(24)

kepala sekolah mengatur lingkungan kerja di sekolah kemampuan mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tentram dan dapat menimbulkan kretivitas dan ide-ide yang cemerlang dari warga sekolah. Disamping itu kepala sekolah harus mampu memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.

(25)

BAB II

PENGETAHUAN MANAJERIAL

A. Defenisi Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil manusia. Pengetahuan tidak hanya bertugas untuk mengembangkan prestasi dalam kehidupannya tetapi lebih dari itu pengetahuan merupakan suatu nilai. Bloom

dengan jelas pula mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge)

merupakan bagian dari enam tingkatan domain kognitif: knowledge

comprehension, application, analysis, synthesis and evaluation.28

Pengetahuan juga dapat menyelesaikan permasalahan (benang kusut), bilamana ada sebuah mediasi, mediator akan mampu menjembatani dalam berkomunikasi. Common knowledge can itself be a barrier to efficient negotiation. Even when the communication of first-order knowledge facilitates agreement, the acquisition of higher-order knowledge at times can cause negotiations to unravel. This is where mediation comes in. Mediators can break the link

between communicating.29 Melalui pengetahuannya manusia

menjadi berkualitas dan bernilai. Jadi dapatlah dikatakan bahwa manusia yang berpengetahuan tentu berbeda.

There are various concepts of knowledge management. In this paper we use the definition of knowledge management by McInerney (2002): “Knowledge management (KM) is an effort to increase useful knowledge within the organization. Ways to do this

28

S. Bloom Benjamin, Taxonomy of Educational Objectives (America:

Longman Green and CO, LTD. TT), hal 18.

29

Ian Ayres & Barr J. Nalebuff, Common Knowledge as a Barrier to Negotiation.

(26)

include encouraging communication, offering opportunities to learn, and promoting the sharing of appropriate knowledge artifacts” This definition emphasizes the interaction aspect of knowledge management and organizational learning.

Knowledge management process focuses on knowledge flows and the process of creation, sharing, and distributing knowledge (Figure 3) [5]. Each of knowledge units of capture and creation, sharing and dissemination, and acquisition and application can be

facilitated by information technology.30

Figure 2.1 KM Technologies Integrated KM Cycle (Source from Dalkir, K.,2005).

30 Tipawan Silwattananusarn, dkk., Data Mining & Knowledge Management

(27)

Pentingnya pengetahuan juga dinyatakan oleh F.A Hayek seperti dikutip oleh Michael C. Jansen & William H. Meckling dalam tulisannya bahwa pengetahuan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Guna menghindari atau meminimalisir pengambilan keputusan yang tidak tepat, maka pengambilan

keputusan harus “tahu” dan bagaiman resiko dari tiap keputusan

tersebut. Hayek’s insight was that an organization’s performance depends on the collocation of decision-making authority with the

knawledge important to those clecion.31 Dengan pengetahuan yang

dimilikinya, manusia dapat melakukan dan mengembangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh Suria sumantri bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Pandangan di atas senada dengan Keraf dan Mikhael yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Sementara itu, ahli lain mengaitkan pentingnya pengetahuan dengan problem solving. Diyakini bahwa pekerjaan akan tuntas bilamana pengetahuan dan kemampuan turut dikerahkan.32 To begin the journey, some of the classic and most cited definitions were considered:

Knowledge Management is therefore a conscious strategy of getting the right knowledge to the right people at the right time and helping people share and put information into action in ways that strive to improve organizational performance (O'Dell & Grayson,

31

C Michael, Jansen & William H. Meckling, Sppecifi and General Knawlege,

and Organizational Structure, Jornal Of Applied Corporate Finance, (Harvard University Press, 2005), hal 3

32 Tan,Hun-Tong, & Kao Alison, Accountability Effects on Auditor’s

(28)

1998). (USA, Management). Davenport and Prusak (1998, p. 163): Knowledge Management draws from existing resources that your organization may already have in place-good information systems management, organizational change management, and human

resources management practices (USA, Management)33

Gambar 2.2 Conseptual roots Of Knowledge Manajemen34

Pengetahuan yang demikian luas cakupanya mewarnai setiap aktivitas seseorang, termasuk juga seorang Kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pendidik sekaligus pengajar sangat membutuhkan pengatahuan. Dengan pengetahuan yang

33 Girard John, Defining knowledge management: Toward an applied

compendium, (A Publication of the International Institute for Applied Knowledge Management, Volume 3, Issue 1, 2015, hal 2

34 Valkokari Katri, et, al,. Knowledge management in different types of strategic

(29)

dimilikinya seorang kepala sekolah akan mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif, produktif, dan berhasil sebagaimana rencana yang ditetapkan. Sementara itu, Lehrer dalam bukunya “Theory of Knowledge” mengatakan bahwa pengetahuan berhubungan dengan informasi. Knowledge concerned with the

information sense.35 Selain itu sebagai tuntutan profesi keguruan.

Karena profesi guru menutut para anggotanya untuk memiliki pengetahuan yang handal untuk melaksanakan profesinya. Sebagaimana dikatakan Tilaar, pengetahuan guru ialah berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu guru yang diperlukan untuk manunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru.36 Ditegaskannya juga bahwa terdapat perbedaan tuntutan kerja bagi karyawan ketika menggunakan kemampuan kognitif. Semakin kompleks suatu pekerjaan dalam hal tuntutan pemrosesan informasi semakin banyak kemampuan umum dan verbal yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut untuk mencapai hasil optimal. Manajemen pengetahuan memiliki dampak positif pada kinerja organisasi.

35 Michael Armstrong, Human Resource Management Practice, (London: Kogan

Page Limited, 2010). h. 85.

36 Sony Keraf dan Mikhael, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Fibsofis

(30)

Gambar Conseptual Model Knowledge:

The process of knowledge creation is based on a double spiral movement between tacit and explicit knowledge. Figure 1.2 shows the four

modes of knowledge conversion: socialization (from individual tacit knowledge to group tacit knowledge), externalization (from tacit knowledge to explicit knowledge), combination (from separate

explicit knowledge to systemic explicit knowledge), and

(31)

Gambar 2.3 Spiral of Organizational Knowledge Creation37

Filemon mengemukakan pengetahuan semakin diakui sebagai

strategis baru yang penting dari organisasi. Paradigma yang paling mapan adalah pengetahuan adalah kekuatan. Telah terbukti bahwa organisasibahwa saham pengetahuan antara manajemen dan staf tumbuh lebih kuat danmenjadi lebih kompetitif. Ini adalah inti dari manajemen pengetahuan – yang berbagi pengetahuan.38 Kami telah menempatkan data dalam konteks demikian menghasilkan informasi:

37

A, Filemon, Jr Uriarte, Introduction to Knowledge Management (ASEAN

Foundation: Jakarta, Indonesia., 2008), hal. 7

38

(32)

Gambar: 2.4 Perkembangan Konseptual dari data ke Pengetahuan

Pada umumnya kemampuan (Ability) diperoleh melalui proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja. Pada seseorang yang belum pernah terjun bekerja, pada umumnya kemampuan diperoleh dari proses pendidikan dan pelatihan yang mengkhususkan kemampuan tersebut untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan pendidikan dan pelatihan yang pemah dialaminya. Sedangkan kemampuan yang diperoleh dari pengalaman kerja adalah kemampuan yang diperoleh karena seseorang pekerja pernah melaksanakan atau melakukan pekerjaan yang sama pada kurun waktu tertentu, sehingga untuk melakukan pekerjaan yang sama pada waku berikutnya tidak perlu lagi melakukan pendidikan atau pelatihan. Walaupun demikian, tetap memperoleh bimbingan atau pengarahan dalam melaksanakannya, karena dimungkinkan teknologi yang ada terus berkembang.

(33)

prosedur). Pengetahuan delaratif/pengetahuan profesional merupakan pengatahuan yang berkenaan dengan informasi faktual. secara umum pengetahuan jenis ini bersifatnormatif dan dapat dijelaskan secara verbal/lisan. tentunya berisikan konsep-konsep dan fakta yang dapat disebar luaskan melalui tulisan. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan jasmaniah yang bersifat dinamis. defening knowledge manajgemen is not a simple issue. it is not a technology, although technology should be exploited as an enabler. it is not a directive, although strategic leaderrship is imperative to although

one aligne with the tenets faith in colletively sharing and tinking.39

pengetahuan jenis ini berkaitan dengan cara-cara melakukan suatu pekerjaan, sehingga terkesan sulit untuk dijelaskan secara lisan meskipun mudah didemontrasikan dengan perbuatan.40

Oleh karena itu, dalam penguasaan kemampuan kerja termasuk juga kemampuan menggunakan perangkat kerja yang relevan sangat dibutuhkan, baik yang berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), termasuk didalamnya adalah dapat menciptakan lingkungan atau iklim kerja (work atmosphere) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Jadi pendidikan dan pelatihan serta pengalaman sebagai dasar penguasaan pengetahuan, keahlian, dan kecakapan, untuk melakukan suatu pekerjaan. Berarti kemampuan mencakup berbagai faktor teknis dan non teknis, kepribadian dan tingkah laku, atau soft skills dan hard skills. Bloom dengan jelas pula mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan bagian

39 Frappaplo Carl, Knoledge Management ( England: Capstone apublishing

2006), hal. 8

40 Jammry Anes Elvinus Jammry Anes, Pengaruh Komitmen Tugas Program

(34)

dari enam tingkatan domain kognitif: knowledge, comprehension,

application, analysis, synthesis and evaluation.41

Dalam melaksanakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang juga menuntut kemampuan mentransfer keahlian dan kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah kerja, yang menyangkut organisasi dan perencanaan pekerjaan, inovasi dan mengatasi aktivitas rutin, kualitas, produktivitas, dan efektivitas personil yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan organisasi dan rekan kerja. Dibutuhkan juga kemauan, bakat, sifat dan kemampuan dasar serta perilaku dari setiap individu untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencapai kinerja yang unggul. Karena kemampuan merupakan kapasitas untuk melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang.42 Kemudian Daryanto mengemukakan kemampuan adalah totalitas seseorang dalam melaksanakan pekerjaan guna mencapai kinerja yang diharapkan. Arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Demikian, jelas bahwa pemimpin dapat memiliki berbagai kelebihan, kecakapan dan dibandingkan dengan anggota lainnya.43

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan pengetahuan manajerial Kepala sekolah adalah wawasan kepala sekolah yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengarui para pengikutnya dalam melakukan kerja sama.

B. Pengertian Manajerial

Menurut Elvinus Secara etimologis istilah “manajemen berasal

dari kata to manage yang berarti mengelola atau mengatur atau proses perencaan, pengorganisasian, pengarahan dan

41 S Benjamin, Bloom, Taxonomy of Educational Objectives, (America:

Longman Green and CO, LTD. TT), h. 18.

42 Schermerhorn, Organization Behavior, (W&n York: John Willey and Sons,

2009), p. 46.

43 Daryanto, Administrasi dan manajemen sekolah, (Jakarta: PT ANEKA CIPTA,

(35)

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi serta penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditepkan.44 Sedangkan secara umum mengurusi, mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina, atau memimpin; kata benda “manangement”, dan ”manage” berarti orang yang melakukan kegiatan manajemen.45 Secara terminologi, george R. Terry. (dalam Tobrani) mendefinisikan manajemen adalah cara pencapaian tujuan yang ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.46 Selanjutnya Sondang P. Siagian mendefenisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam mencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen organisasi dalam

al-qur’an.

Gambar 2.5 Organisasi Islami

44 Jammry Anes, Elvinus, Pengaruh Komitmen Tugas Program Studi,

Pengetahuan Manajerial, Trus Komunikasi Interpersonal terhadap Efektivitas Penyelengaraan Program Studi Pada Uni Versitas Manado (Jakarta: Disertasi UNJ, 2013) hal 35

45 Euis Karwati, Dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun

sekolah yang bermutu (Bandung: Alfabeta 2013), hal. 136

46 Tobroni, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Konsep, Strategi dan

(36)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff :4)

Pakar lain berpandang bahwa akar kata manajemen berasal dari bahasa lain “mano” yang berarti tangan, menjadi ”manus”, yang bekerja secara berhati-hati dengan mempergunakan tangan dan ”agere” artinya melakukan sesuatu, sehingga dengan mempergunakan tangan. Sebagai manejer kepala sekolah berperan lansung di lapangan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, evaluasi dan usaha, perbaikan terus menerus.47

Seperti yang dikemukan Kimiz Dalkir Manajemen pengetahuan adalah koordinasi yang disengaja dan sistematis dari orang organisasi, teknologi, proses, dan struktur organisasi memesan untuk menambah nilai melalui penggunaan kembali dan inovasi. Koordinasi ini dicapaimelalui penciptaan, berbagi, dan menerapkan pengetahuan serta melalui pelajaran berharga belajar dan praktik terbaik dalam memori perusahaan dalam rangka untuk mendorong pembelajaran organisasi lanjutan.48 Sekolah/Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang termasuk lembaga nonprofit juga tidak terlepas dari ponomena ini, itulah sebabnya dalam banyak hal lembaga pendidikan harus mengetahui sebagai harapan dan kebutuhan stakeholder. secara umum alamiah proses hidup atau matinya suatu organisasi selalu tergantung kepada kemampuan organisasi memenuhi harapan dan kebutuhan stakeholder-nya.49

47

Ma’mur Asmani Jamal, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Jokjakarta: DIVA Press 2012), hal. 16

48

Kimiz Dalkir, Knowledge Management In Theory And Practice, (Amsterdam,

Boston, Heidelberg, London, 2005), hal. 3

49

Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana

(37)

C. Pengertian Kepala Sekolah

Menurut Sudarwan Danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.50 Semantara menurut daryanto, kepala sekolah adalah pemimpinan pada suatu pada suatu lembaga satuan pendidikan. Kepala sekolah pemimpin yang diproses kehadirannya dapat dipilih secara lansung, ditetapkan oleh pemerintah.51 Adapun manurut Sri Damayanti,

Kepala Sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah” kata “kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam

suatu organisasi atau lembaga, sedangkan “sekolah” sebagai sebuah lembaga tempat menerima dan memberikan pembelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga menerima dan memberikan pelajaran.52

D. Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Sebagai orang yang diberikan kepercaan lembaga untuk memimpin kepala sekolah, kepala sekolah mempunyai tanggungjawab besar mengelola dengan baik agar menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfafat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kata lain mengelola sekolah secara baik adalah tanggung jawab utama kepala sekolah. 53

Sementara itu, sebagai pemimpin, kepala sekolah harus bisa melakukan hal-hal sebagai berikut ini; (1) Banyak menawarkan apa dan mengapa, (2) Bersikap jangka panjang manusia, (3) bersikap demokratis, (4) Membolehkan, (5) Mengembangkan, (6)

50 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. ke-2, hal.145.

51

Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Yogyakarta:

Gava Media, 2011), cet. ke-1. hal 136.

52

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Jokjakarta: DIVA Press 2012), hal 16

53

(38)

Menantang, (7) Orisinil (autentik), (8) Inovasi, (9) Mengarahkan kebajikan, (10) luwes, (11) Menganggap rasiko sebagai peluang,menjadi atasan, dan (12) mengerjakan sesutu secara tepat: do the right things (keefektifan). 54

Kompetensi Manajerial dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam membahas tentang komptensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru maka dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Perencanaan Yang di Kemukakan Oleh Kepala Sekolah

Guru salah satu faktor penentu tinngi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejumlah mana mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesionalisme. Pengembangan yang dilakukan kepala sekolah.

2. Pengembangan di sini adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah usaha-usaha untuk meningkatkan mutu serta efesiensi kerja seluruh tenaga (guru) yang berbeda dalam satu unit organisasi (sekolah). Pengembangan merupakan rangkaian dan tindakan lanjutan dari proses manajemen peningkatan profesionalitas guru yang dilakukan oleh kepala sekolah.

3. Evaluasi yang dilakukan Kepala Sekolah

Pengawasan dan evaluasi pendidikan dapat diartikan sabagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehedaki, kemudian apakah perlu diadakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggrakan kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor,

54

(39)

dan petugas sekolah lainnya dalam institusi satuan pendidikan.55

Berdasarkan pembahasan berbagai kajian konsep di atas, maka dapat sentesiskan bahwa pengetahuan manajerial merupakan segenap informasi yang diperoleh pimpinan (kepala sekolah) baik melalui pengalaman, pembelajaran, maupun pemikiran yang bersakut paut dengan tugas manajerial yang dilaksanakan di sekolah yang mencakup perencaan, penataan, motivasi, pengendalian dan kerja sama.

55 Imam Musbikin, Menjadi Kepala Sekolah yang hebat (Pekanbaru Riau:

(40)

BAB III

HAKIKAT BUDAYA ORGANISASI

A. Defenisi Budaya organisasi

Budaya merupakan salah satu cara hidup bersama dalam menyesuaikan diri. Dengan lingkungan alam yang merupakan strategi manusia dalam memenuhi kebutuhannya, kata budaya

(culture) mempunyai banyak arti, budaya setiap orang berbeda

dengan orang lain dan budaya akan sulit dijelaskan secara konseptual dan defenitif apa beila diterapkan dalam organisasi. Dengan demikian organisasi mencakup juga aspek-aspek budaya yang terwujud dalam bentuk cita-cita, legenda bisnis yang berhasil, nilai simbol-simbol yang berm, makna bagi setiap insan yang berada dalam setiap organisasi itu.56 Menurut pendapat Schein (dalam Pupuh Fathurrohman) budaya sebuah organisasi terbentuk sebagai tanggapan terhadap dua hal, yaitu: (1) persoalan-persoalan adaptasi dan survival yang bersifat eksternal, dan (2) persoalan-persoalan integrasi organisasi internal.57 Dalam bahasa Arab, pengorganisasian diistilahkan dengan al-tandhim. Menurut Mahmud Hawary:

Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Produk Garbarata PT Bukaka Teknik Utama (Jakarta: Disertasi UNJ, 2012), hal 89.

57 Pupuh Fathurrohman dan Aan Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT

(41)

Artinya: Menjalankan sesuatu sesuai dengan fungsinya, demikian juga setiap anggotanya dan merupakan ikatan dari perorangan terhadap yang lain, guna melakukan kesatuan tindakan yang tepat, menuju suksesnya fungsi masing-masing.

Jadi jika dua orang atau lebih berserikat atau bekerja sama untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang mana bila mereka kerjakan sendiri-sendiri sulit untuk diselesaikan maka terjadilah suatu organisasi, minimal sederhana bentuknya. Semakin banyak jumlah orang yang tergabung dalam kerjasama tersebut, maka kerja sama harus semakin disempurnakan baik itu bentuknya (strukturnya), aturannya maupun aktivitasnya, karena hal itu menunjukkan bahwa organisasi tersebut semakin besar dan tentunya permasalahanpun akan semakin kompleks pula.

Gaze dalam khasanah kata atau isltilah didalam administrasi dan manajemen sering dikemukakan sejumlah istilah yang mirip dengan pengertian budaya, beberapa diantaanya adalah sebagai berikut:

a. “Keteraturan prilaku yang dapat di opserfasi” (karena berulang -ulang secara secar tetap) yaitu pada orang yang sering beritraksi, seperti halnya bahasa yang digunakan digunakan dan ritual-ritual yang mengingat prilaku manusia.

b. “Norma-norma” yang berkembang secara bertahap dalam

kelompok kerja, seperti yang telah berkembang scara khas, norma satu hari kerja satu hari bembayaran.

c. “Nilai dominan diambil” oleh suatu organisasi, misalnya kualitas produksi.

d. “Filsafat” yang mengambil kebijaksanaan dalam organisasi untuk mengahadapi pekerja dan layanan mereka.

e. “Aturan-aturan” permainan yang digunakan didalam organisasi

sering berfungsi sebagai “pengikat” dimana seorang permula

(42)

f. “Peresaan atau Iklim” yang disampaikan didalam suatu organisasi melalui tata ruang fisik dan cara anggota-anggota berintraksi dengan mereka atau pihak luar lainnya.58

Untuk mencapai kesuksesan, organisasi cluster tergantung pada keinginan orang untuk tindakan tanggung jawab tugas yang lebih besar yang dilimpahkan cluster mereka. Tanggung jawab ini mengharuskan mereka mengambil resiko dan menerima tanggung jawab untuk tidakan mereka tanpa mampu untuk tanggung jawab akhir kepada tingkatan manajemen. Ini membutuhkan budaya manajemen. Dalam budaya manajemen, inisiatif dan resiko yang diambil untuk mencapai misi tersebut dihargai. Para karyawan merasa bebas untuk ini tanpa harus merasa takut dan menerima konsekwensi terhadap karir mereka.59 Budaya juga berkaitan erat dengan sistem politik yang berlaku dalam satu organisasi sebagaimana dijelaskan oleh Manheim (dalam Pupuh 2012):

“Culture as a set of common attitudes and belieffs about common objects where the primary belief is that these objects bear a relationship to the poltical system. He concluded that reference may be made to the intangible body of agreement that results from the fundamental attitudes and beliefs held by individuals in common, as the political culture of the sosiety.”60 Untuk mempermudah budaya organisasi dapat dilihat lansung dalam 4 (empat) dimensi budaya, yaitu artifacts, perspectives,

values dan assumptions.

1. Demensi Artifacts

Merupakan benda-benda temuan manusia . kita dapat mengamati suatu budaya data artifacts yang diciptakan berupa

58

Ibi., hal 91.

59 Rivai Vaithzal, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

dari teori ke Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal 295-296.

60 Pupuh Fathurrohman dan Aan Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT

(43)

kata-kata yang digunakan tidakan-tidakan para anggota perusahaan dan objek-objek yang ada dalam perusahaan. 2. Demensi Perspectives

Berbagai norma sosial dan aturan yang mengatur bagaimana para anggota perusahaan harus diperlakukan dalam situasi-situasi khusus. Dengan adanya berbagai peraturan dan norma tersebut para anggota perusahaan tidak perlu memecahkan permasalahan-permasalahan sosial organisasi secara baru tiap kali timbul masalah.

3. Demensi Values

Mencerminkan filsafat atau misi organisasi, cita-cita organisasi, tujuan-tujuan, standar-standar dan dosa-dosa. Para anggota perusahaan menggunakan nilai-nilai ini untuk menilai orang-orang tindakan-tidakan serta keputusan-keputusan yang diambil atas nama perusahaan.

4. Demensi Assumptions

Kepercaan-kepercaan para anggota perusahaan yang tidak diucapkan tentang mereka sendiri dan mengenai orang-orang lain, tentang hubungan dengan organisasi, tentang sifat organisasi dan hubungan dengan dunia luar.

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan bahwa budaya organisasi adalah penilaian karyawan tentang nilai-nilai, norma, filosofi dan peraturan yang ada dalam kelompok organisasi untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam upaya mencapai keberhasilan bersama.

B. Defenisi Organisasi

(44)

terbatas antara unit-unit organisasi dengan lingkungan. Stephen mengemukakan Teori organisasi adalah disiplin ilmu yang menpelajari sturuktur dan desain organisasi. Teori itu menjelaskan bagaimana organissi yang sebenarnya distruktur dan menawarkan tentang bagaimana organisasi dapat dikonsruksi guna meningkatkan keefektifan mereka. organisasi berkaitan dengan pengembangan kerangka kerja dimana keseluruhan pekerjaan dibagi dalam komponen-komponen yang dapat dikelola dengan tujuan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan.61 Schermerhorr, Hunt & Osbor (dalam Parulian Hutapea 2008) dia mendefenisikan

organisasi sebagai “kumpulan orang berkerja sama dengan cara mendistribusikan pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu”.62 Dalam surah al-Shaff ayat 4 dikemukakan:

نِإ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti

suatu bangunan yang tersusun kokoh. Maksud dari shaff disitu

menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan. Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik, proses juga dilakukan secara terarah dan teratur atau itqan.

Gibson, Inancevitch, dan Donnelly (dalam Tim dosen UPI)

mendefenisikan organisasi sebagai “Wadah yang memungkinkan

(45)

antar unit organisasi.63 sedangkan menurut Stephen P. Robbins

mendefenisikan organisasi adalah “kesatuan (entity) sosial yang

dikoordinir secara sadar , dengan sebuah batasan yang relativ dapat diidentifikasi, yang berkerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau kelompok tujuan.

Gambar 2.6 Organisasi Cultures Influencing Students’ Learning Experiences64

Konsep pemimpin telah berpuluh-puluh tahun diteliti oleh ratusan ahli, melalui berbagai metode, berfokus pada berbagai elemen kepemimpinan, dengan sebagai sudut pandang. Tentunya hasil yang diperoleh beraneka ragam. salah satu temuan yang

63 Tim Dosen UPI, Manajemen Pendidikan, (ALFABETA, 2011). Hal 69

64

Mason Susan, et.all, Professional Development: The International Journal of

Continuing Social Work Education, Vol. 11 No. 1 (Spring, Summer, and

(46)

paling konsisten di antara ratusan penelitian tersebut adalah bahwa satu gaya/tipe kepemimpinan tidak dapat diterapkan secara terus menerus, melainkan tergantung pada situasi, tugas yang diemban dan krakteristik dari para bawahan yang dipimpinnya. Diky Mengemukakan Organisasi Strukruktur Mainstream managers and scholars have found it helpful to talk in terms of two besic kinds of

organization struktures:65Seperti pendapat Edgar Schein (dalam

Rivai 2013:385) berikut ini.

1. Fase Pendirian: Pemimpin sebagai pengerak Organisasi

Pada masa awal sebuah organisasi berdiri, fungsi seorang pemimpin adalah memberikan pasokan energi yang dibutuhkan

agar sebuah organisasi dapat “lepas landas”. Peran yang

sering dianggap paling penting adalah memberi visi; arah dan tujuan kemana arah organisasi menuju.

2. Fase Pembentukan: Pemimpin Sebagai Pencipta Budaya Setelah sebuah organisasi berhasil memiliki SDM yang berpotensi untuk hidup tetap bertahan hidup, maka seseorang

pemimpin “menularkan “semangat” kewirausahaan

kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dianutnya kepada para bawahannya.

3. Fase Pemeliharaan: Pemimpin adalah Pemelihara Budaya sebuah organisasi mengalami kegagalan lalai mempertahankan competitive edge-nya. produk yang cepat usang nilai tambah yang tidak harus ditingkatkan adalah sebagai contoh penyebab runtuhnya sebuah perusahaan. Budaya organisasi memegang pran penting disini. Pada contoh

di atas budaya “inovasi” dan “mengutamakan kebutuhan pelanggan” yang telah berhasil dibentuk pada masa

pembentukan dan peliharaan, gagal dipelihara keberadaannya. 4. Fase Perubahan: Pemimpin Sebagai Agen Perubahan

kegagalan sering kali juga terjadi karena para pemimpin tidak

65

Diky/Neibert, Prinsiples Of Management (SOUTH-WESTREN CENGAGE

(47)

dapat beradaptasi dan mengikuti secepatnya perubahan yang terjadi disekelilingnya66

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa apabila seseorang hanya mementingkan kepentingan sepihak dan melakukan tugas serta tanggung jawabnya dengan asal-asalan. Hadits yang menerangkan tentang kekalahan umat Islam dalam perang Uhud menunjukkan bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan anggotanya sebagai bagian dari organisasi perang, maka akibatnya adalah organisasi tersebut mengalami kekalahan. Jadi dalam sebuah organisasi harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi penyalahgunaan wewenang. seperti dijelaskan dalam Al-qur’an (surat Anfal ayat 46): kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Anfal: 46)

Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam sebuah organisasi tidak boleh terdapat percekcokan yang membawa kepada permusuhan yang pada akhirnya mengakibatkan hancurnya kesatuan.

66 Rivai Vaithzal, dkk. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

(48)

C. Jenis-jenis Organisasi

Perkembangan kejian organisasi diawali dari kajian organisasi sebagai organisasi formal, yaitu organisasi yang didesain untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan inilah yang pada akhirnya memunculkan organisasi informasi sebagai inflikasi dari adanya organisasi formal. (1) Organisasi Formal adalah organisasi menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan informal. Struktur dalamorganisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggungjawab kepada fersonil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. Sturktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur administratif berikut: (a) Kedudukan. Struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi tampa kecuali.

Kedudukan seseorang dalam struktur organisasi mencerminkan sejumlah kewajiban sebagai dari upaya tujuan dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya. (b) Herarki kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan lainnya dalam suatu organisasi. Rangkaian antara hubungan ini mencerminkan suatu herarki kekuasaan intren dalam setiap kedudukan. (c) Kedudukan garis dan staf. organisasi garis menegaskan struktur pengambalian keputusan, jalan pamohonan dan seruluh komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, pemerintah, dan petunjuk pelaksanaan.67 (2) Organisasi Informal. Intraksi antara organisasi formal akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja hubungan struktural, akan lebih pada organisasi persekolahan dimana kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Pemahaman tentang budaya organisasi merupakan cerminan prilaku dari anggota kelompok perorangan tentang kebiasaan yang dilakukan. Budaya organisasi terbentuk

67

(49)

dari krakteristik organisasi sebagai objek dan subjeknya. Menurut Robin dan Judge dalam Tri tentang budaya organisasi:

Gambar: 2.7 Model bagaimana organisasi terbentuk.68

Dari gambar terlihat bahwa tercapai suatu budaya organisasi yang diinginkan oleh suatu kelompok tersebut harus mengikuti beberapa philosopy seperti yang diharapkan para pendiri kelompok tersebut. Namun tidak semua philosopy dapat digunakan, ada beberapa kriteria yang harus diseleksi, selanjutnya dicapai tujuan tersebut, maka para pemimpin (top menejer) harus mensosialisasikan budaya yang ada dalam organisasi. Dengan adanya sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemimpim maka budaya organisasi tersebut akan terbentuk dengan sendirinya.

(50)

dimana pengembalian keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal organisasi.

Gambar

Figure 2.1 KM Technologies Integrated KM Cycle (Source from Dalkir,
Gambar 2.2 Conseptual roots Of Knowledge Manajemen34
Gambar  Conseptual Model Knowledge:
Gambar 2.3 Spiral of Organizational Knowledge Creation37
+4

Referensi

Dokumen terkait

Uji ini digunakan untuk,mengetahui pengaruh metode pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IV MI

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) dengan panjang rata-rata 12±0,3 cm dan bobot rata-rata 16±0,35 gram yang berasal

Beban depresiasi untuk tiap periode jumlahnya selalu sama ( kecuali kalau ada penyesuaian ). Dalam metode ini perusahaan akan mencatat bahan penyusutan yang sama jumlahnya

Gejala klinis yang paling sering muncul pada pasien SDH kronik dengan kista arakhnoid adalah sakit kepala yang disertai dengan muntah, sedangkan gangguan berjalan dan

Rami telah menarik banyak perhatian karena merupakan sumber yang kaya akan alfa linoic acid dan fitoesterogen (lignan) dsan serat yang dapat larut yang berperan

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi.. Politeknik

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah. menggunakan analisis regresi linier

Ketertarikan siswa untuk menggunakan GeoGame dalam mempelajari materi Geografi selain peta, atlas, dan globe...297 Tabel 4.10.. Ketertarikan siswa terhadap pengunaan perangkat