• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI docx"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

HANNA TUA MARINA SIMAMORA NIM. 125020200111116

JURUSAN MANAJEMEN

KONSENTRASI MANAJEMEN STRATEGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)
(3)
(4)

iii

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Desember 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Perumahan Griya Timur Indah blok B4 no 1, Jatimulya, Bekasi Timur, Jawa Barat, 17510

Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal :

1. TK Kasih Bunda lulus tahun 2000

2. SD Santa Maria Monica, Bekasi lulus tahun 2006 3. SMP Mahanaim, Bekasi lulus tahun 2009

4. SMA Tarakanita 1, Jakarta lulus tahun 2012

Pendidikan non formal :

1. Kursus Bahasa Inggris LIA dari tahun 2009 – 2011

2. Kursus Bahasa Jerman di Goethe Institiut, Jakarta dari tahun 2010 – 2012

Pengalaman lain :

1. Ketua Panitia Natal PMK Maleakhi 2013 2. Sie Acara PMK Maleakhi periode 2013 – 2014

3. Koordinator Sie. Pemerhati PMK Maleakhi periode 2014 – 2015 4. Koordinator Trainer PKK Mahasiswa Baru FEB UB, Inspiration 2014 5. Singer di GBI Suropati dari tahun 2012 – sekarang

6. Sie Marketing GRTW 2013

7. Sie PDD Camp PMK Maleakhi dari tahun 2014 – 2015. 8. Sie Ticketing Harmonica 2013

9. Sie PDD Paskah PMK Maleakhi 2013

10. Kepala Departemen Junior Church GBI Suropati 2016 11. Koordinator Choir Natal GBI Suropati 2015

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA

PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN”

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat Sarjana Eknonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa aktivitas ini dapat berjalan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan kasih karuniaNya yang begitu melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Sumiati, S.E, M.Si., CSRS selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Bayu Ilham Pradana, SE., MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

(6)

v

yang telah rela begadang bersama peneliti, terus mendukung dan mendoakan peneliti.

6. Dalilah Hanan, Hayyu Nafiah, Atika Purnamaratri, Ieman Aji Ramadhani, Febra Detama, Iqbal Ibadhi, Muhammad Fakhri Rasyidi, Zahrul Fajri, Usman, Alman Dwi Putra, teman – teman konsestrasi manajemen strategi 2012 yang telah menemani, mendukung dan menjadi support system penulis.

7. Inang Nike, Samuel dan Fany teman – teman sepelayanan Gbi Suropati yang selalu mensuport dan telah membantu penulis dalam mengolah informasi.

8. Kak Yori, Angel, Inez, Henny, Ernita , teman – teman KTB Cantik yang sudah menjadi tempat sharing dan selalu mendoakan penulis.

9. Bapak Mohammad Shodiq, S.Pd,I selaku kepala Desa Purwodadi yang sudah berbaik hati memperbolehkan peneliti melakukan penelitian di Bowele.

10.Bapak Sidik Fajar yang sudah berbaik hati meluangkan waktu menemani peneliti dalam mewawancarai para informan.

(7)

vi

12.Informan lainnya yang peneliti temui di Bowele Pak Kasembadan, Pak Harjo, Pak Madyo, Pak Carik, Pak Setyo dan Pak Dawud selaku kasi pemerintahan Kecamatan Tirtoyudo.

13.Bapak Johnson Sonaru selaku Kepala Bidang Jasa Sarana Wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang

14.Ibu Lani Masruroh selaku Kepala Bidang Obyek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, Penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menjadikan karya ini menjadi lebih baik. Penulis juga meminta maaf apabila terdapat kata – kata yang kurang berkenan terhadap pihak – pihak tertentu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Malang, Agustus 2016

(8)

vii

Abstrak Bhs. Indonesia ……….. xv

(9)

viii

4.2 Deskripsi Informan Penelitian ……….. 72

4.2.1 Proses Menemukan Informan ………... 72

4.5 Pemahaman Bidang Kemasyarakatan ………... 85

4.5.1 Karakteristik Masyarakat ………... 86

4.5.2 Peluang Usaha ……… 86

4.5.3 Kualitas Usaha (Jasa dan Produk) ……….. 87

4.5.4 Kesiapan Masyarakat ………. 87

4.5.5 Bentuk Partisipasi Masyarakat ………. 89

4.6 Pemahaman Bidang Pengelolaan ……….. 89

4.6.1 Siapa yang terkait mengelola Bowele ……… 89

4.6.2 Upaya Pengelolaan yang telah dilakukan …………. 95

4.6.3 Pemasaran Spesifik ………. 98

4.7 Pemahaman Bidang Pengembangan ……….. 99

4.7.1 Rencana Pengembangan ………... 99

4.7.2 Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Wisata .. 101

4.7.3 Kebijakan Pemerintah ………... 102

4.8 Pemahaman Bidang Pemberdayaan Masyarakat ………… 105

(10)

ix

5.1.1 Kesimpulan Analisis Pengelolaan :

Konflik internal pengelola menyebabkan kualitas

jasa ekowisata yang diberikan belum intensif ….. 109 A. Komunikasi dan Networking yang kurang baik ….. 109 B. Tidak Memahami Peran Para Stakeholder

Terkait ………. 110 C. Kemampuan Kepemimpinan Kepala Daerah

Perlu Ditingkatkan ……….. 116 5.1.2 Kesimpulan Analisis Pengelolaan :

Pemasaran wisata di Bowele adalah promosi ……… 119 A. Segmenting, Targeting dan Positioning Bowele .. 119 B. Bauran Pemasaran Jasa ……….. 121 5.1.3 Kesimpulan dari Analisis Pengembangan :

Strategi diferensiasi dipilih untuk mengatasi

konflik yang terjadi ………. 124 5.1.4 Kesimpulan Analisis Pengembangan :

Rencana pengembangan di wilayah ini

mengikuti mekanisme pasar ……….. 127 A. Rencana Pengembangan di Bowele

Seharusnya Mengikuti Prinsip Ekowisata ……… 128 B. Sarana dan Prasarana di Bowele Cukup

Sesuai dengan Prinsip Ekowisata akan tetapi Pengelola Ekowisata Bowele Belum

Menyadarinya ……….. 130 5.1.5 Jawaban Rumusan Masalah :

Pengambil Keputusan di Bowele adalah seharusnya Manajemen Tingkat Ekosistem,

Pemerintah Desa ……….. 132 5.2 Bagaimana prinsip – prinsip ekowisata telah

diterapkan dalam pengelolaan ekowisata di Bowele ? …… 133 5.2.1 Kesimpulan dari Analisis Objek dan

Daya Tarik Wisata : Objek dan daya tarik wisata

di Bowele ini unik ………. 133 5.2.2 Kesimpulan dari Analisis Kemasyarakatan

dan Pemberdayaan Masyarakat : Pengembangan kemampuan penduduk lokal belum maksimal karena belum semua masyarakat peduli terhadap wisata …… 134 5.3 Bagaimanakah ekowisata Bowele ini dapat

(11)

x

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………... 145

6.2 Saran ………... 147

DAFTAR PUSTAKA ………... 148

LAMPIRAN ………. 152

(12)

xi

NO JUDUL TABEL HALAMAN

2.1 Penelitian Terdahulu 9

2.2 Sumber Daya Minat Khusus 27

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL GAMBAR HALAMAN

2.1 Proses Manajemen Strategi 18

2.2 Hubungan antara Sustainable Tourism dengan Ecotourism 34

2.3 Kerangka Pemikiran 43

4.1 Peta Wilayah Desa Purwodadi 57

4.2 Desa Purwodadi dari atas 58

4.3 Banyu Anjlok 62

4.4 Goa Lowo 62

4.5 Pulau Gadung 62

4.6 Beberapa Obyek Wisata Lainnya 63

4.7 Kegiatan Snorkeling di Teluk Kletakan 64

4.8 Camping di Bolu – Bolu 64

4.9 Sunrise dan Sunset di Bolu – Bolu 64

4.10 Atraksi Wisata Lainnya 65

4.11 Beberapa Kondisi Fisik Desa Purwodadi 72

4.12 Rumah makan pinggir pantai 97

4.13 Potensi Camping di Bowele 98

(14)

xiii

NO JUDUL BAGAN HALAMAN

(15)

xiv

“STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN”

Disusun Oleh :

Hanna Tua Marina Simamora Dosen Pembimbing : Bayu Ilham Pradana, SE., MM.

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pengembangan pariwisata untuk menarik minat berkunjung wisatawan diikuti oleh adanya pembangunan daerah destinasi pariwisata dan pertukaran budaya. Kontrol dari pihak pengelola wisata menjadi hal yang penting. Wana Wisata Bowele menerapkan ekowisata sebagai strategi pengembangan wisatanya. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi ekowisata sebagai strategi pengembangan wisata di Wana Wisata Bowele, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Malang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik purposive dan snowball sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara 7 orang tahap pertama, 5 orang tahap kedua dan 2 orang tahap ketiga dan juga mewawancarai para wisatawan. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data dan teknik coding.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan ekowisata ditempat ini belum sepenuhnya berjalan. Hal tersebut terlihat dari produk (materi, akomodasi dan souvenir) belum mencerminkan khasanah lokal dan manajemen ekowisata bowele yang belum memikirkan kelangsungan ekologi jangka panjang serta permasalahan internal yang membuat jasa ekowisata di tempat ini belum intensif. Akan tetapi, Penelitian ini menemukan bahwa strategi diferensiasi dari Michael Porter’s five generic strategies dapat dipergunakan untuk menyelesaikan konflik internal.

(16)

xv

“TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY THROUGH ECOTOURISM AT BOWELE, SOUTH MALANG”

By :

Hanna Tua Marina Simamora Supervisor :

Bayu Ilham Pradana, SE., MM.

This research is motivated by tourism development phenomenon to attract visiting tourists, followed by the regional development of tourism destinations and cultural exchange. Control of the local tourism manager or operator becomes important. Bowele implements ecotourism as tourism development strategy. Therefore, the authors are interested to know how the implementation of eco-tourism as a development strategy in Bowele, Purwodadi, District Tirtoyudo, South Malang. This study used descriptive qualitative method. Collecting data using purposive and snowball sampling. The process of data collection was done by interviewing 7 the first stage, second stage 5 and 2 third stage and also interviewed 20 tourists. Data were analyzed using data reduction techniques and coding techniques.

Findings from this study indicate that the implementation of ecotourism in this place has not been fully implemented. It is seen from the products (materials, accommodation and souvenirs) do not reflect the local culture and long-term sociological sustainability hasn‟t been thought by the Bowele‟s ecotourism management or operator as well as internal problems that make ecotourism service at this place was not intensive. However, this study found that the differentiation strategy of Michael Porter's five generic strategies can be used to resolve internal conflicts.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki 17.504 pulau, dengan 13.466 pulau telah memiliki nama dan terdaftar di PBB, dan 11.799 pulau (87,64%) di antaranya tidak berpenduduk. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara dengan pulau terbanyak di dunia karena memiliki 17.504 pulau. NKRI memiliki wilayah laut yang luasnya sampai 5,8 juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai 99.093 kilometer. Oleh karena itu Indonesia memiliki potensi besar untuk memiliki daya dukung kemaritiman yang kuat (Bappenas, 2014).

Potensi besar kemaritiman yang ada di Indonesia tersebut disambut baik oleh pemerintah dan dituangkan dalam bentuk arahan pembangunan jangka menengah nasional. Percepatan pembangunan wilayah kelautan merupakan salah satu tantangan pembangunan di Indonesia sebagai mana yang tertuang dalam Di dalam Buku I Agenda Pembangunan Nasional RPJMN 2015 – 2019. Percepatan pembangunan wilayah kelautan di Indonesia tersebut bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Untuk menjadi poros maritim dunia, Banyak hal yang harus diperbaiki dan dirintis oleh pemerintah Indonesia.

Hal – hal yang harus diperbaiki dan dirintis itu terkait dengan pengembangan industri kelautan, industri perikanan, perniagaan laut dan peningkatan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Sejalan dengan itu,

(18)

upaya menjaga daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut juga merupakan tantangan dalam pembangunan kelautan. Untuk menjawab tantangan pembangunan kelautan tersebut dan merealisasikan diri sebagai poros maritim dunia, Indonesia sudah seharusnya memanfaatkan potensi – potensi yang dapat dikembangkan dari banyaknya pulau yang tersebar di gugusan NKRI dan luasnya wilayah perariran Indonesia. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah potensi wisata.

Dengan melihat kondisi geografis serta didukung dengan banyaknya pulau di Indonesia, potensi wisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah pariwisata alam. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat bahwa potensi pariwisata kepulauan (archipelago) di Indonesia mencapai Rp 4.000 Triliun (Dietrich, 2014). Oleh karena pariwisata kepulauan tersebut sangat erat hubungannya dengan luas perairan di Indonesia, maka potensi pariwisata bahari di Indonesia menjadi sangat potensial. Wisata bahari bahkan dapat menjadi aset utama karena sebagian besar wilayah Nusantara adalah laut. Namun, pariwisata tidak mungkin berdiri sendiri, butuh dukungan instansi dan sektor lain (Triana, 2016).

(19)

3

pariwisata ini, Pemanfaatan sektor pariwisata dapat menjadi model dan strategi baru dalam pembangunan ekonomi nasional.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak destinasi pariwisata yang belum memiliki infrastruktur wisata yang memadai. Selain itu, masih banyak objek wisata bahari di Indonesia masih merupakan daerah yang belum terjamah (masih terjaga keasriannya). Sehingga, Pengembangan pariwisata di Indonesia seharusnya memiliki arah, konsep yang jelas dan sesuai dengan keunikan masing – masing daerah. Pengembangan pariwisata di negara berkembang sering dikaitkan dengan Ekowisata (Mariangela et al.,2008). Hal tersebut dikarenakan pada umumnya di negara berkembang, pariwisata masih pada fase awal dari Tourist Area Life Cycle.1 Dimana pada tahap awal tersebut, masih pada tahap exploration dan involvement, daya tarik wisata masih tahap eksplorasi atau sudah memasuki tahap pelibatan masyarakat sekitar. Ekowisata dapat membawa nuansa yang berbeda keunikan dari setiap daerah tujuan wisata dalam hal pengembangannya. Menurut Blamey dalam Mariangela et al.,(2008) teridentifikasi tiga kondisi fundamental untuk penyelenggaraan ekowisata yakni atraksi atau daya tarik wisata lazimnya berbasis alam, terdapat unsur mendidik antara wisatawan dengan atraksi wisata, pengembangan daya tarik wisata dan atraksi wisata harus dikelola dengan cara yagn menjamin ekologi, sosial budaya, ekonomi serta unsur berkelanjutan. Oleh karena Pengembangan pariwisata bahari di Indonesia masih pada fase awal dari tourism life cycle dan pada umumnya masih belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk

1

(20)

kegiatan – kegiatan wisata, maka ekowisata dapat dijadikan strategi untuk mengembangkan pariwisata bahari di Indonesia. Ekowisata dapat diterapkan di Indonesia karena dalam pelaksanaannya ekowisata akan membawa dampak lingkungan yang minimal, menghargai budaya di masing – masing daya tarik wisata, keuntungan ekonomi yang maksimal pada daerah tujuan wisata, dan kepuasan rekreasi yang maksimal bagi turis – turis yang berpartisipasi (Mariangela et. al., 2008).

Salah satu daerah yang sudah menerapkan ekowisata sebagai strategi pengembangan pariwisatanya adalah Daya Tarik Wisata Bowele. DTW Bowele terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Bowele merupakan singkatan dari Bolu – Bolu, Wedi Awu dan Lenggoksono. Pada DTW Bowele, para wisatawan umumnya dapat melakukan wisata beach hoping dari Pantai Lenggoksono, Pulau Bolu – Bolu,Teluk Kletakan dan akhirnya ke Banyu Anjlok. Di ke empat spot ini, Wisatawan dapat melakukan olah raga air seperti selancar air di Pantai Lenggoksono, snorkeling di Teluk Kletakan dan merasakan sensasi bermain air yang segar di Banyu Anjlok. Untuk daerah Wedi Awu, para pengelola wisata di kawasan ini tidak terlalu mempublikasikan kawasan ini. Kawasan ini termasuk dalam kawasan soft tourism, dimana kunjungan wisata agak sedikit dibatasi. (keterangan dari pak muklis). Untuk pengelolaannya, sudah ada penyewaan alat – alat snorkeling, penyewaan papan surfing, tranportasi kapal tradisional, rumah makan, homestay dan sudah terdapat tourism information center (TIC).

(21)

5

daya tarik wisata ini sudah melibatkan masyarakat lokal untuk mengambil inisiatif untuk menyediakan berbagai pelayanan jasa untuk para wisatawan. Kunjungan wisatawan mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan dalam beberapa periode,. Masyarakat dan pemerintah lokal sudah mulai melakukan sosialiasi atau periklanan dalam skala terbatas. Pemerintah setempat melalui dinas yang kebudayaan dan pariwisata juga sudah berinisiatif untuk membangun infrastruktur meskipun dalam skala kecil dan jumlah terbatas (Utama, 2015).

Selain itu tujuan para pengelola daya tarik wisata Bowele, kelompok masyarakat sadar wisata (pokdarwis) dan lembaga desa wisata (ladesta), memilih ekowisata sebagai strategi pengembangan daerah ini karena mereka menginginkan daerah Bowele ini tetap bersih dan lestari. Pengembangan wisata yang dirintis oleh kedua lembaga binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang ini berdampak minimal terhadap kerusakan alam atau lingkungan. Pengelola ekowisata ini juga mengharapkan adanya kontribusi wisatawan untuk pelestarian lingkungan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa ekowisata sejalan dengan pemikiran para perintis dan pengembang wisata Bowele.

(22)

ekonomi daerah tujan wisata yang berdampak pada pembangunan ekonomi nasional. Sisi lainnya, pengembangan wisata juga dapat membawa dampak buruk.

Banyaknya kunjungan wisatawan tentunya menghasilkan semakin banyaknya kebutuhan yang harus tersedia, contoh kecilnya adalah makanan. Tidak sedikit wisatawan membawa makanan yang sudah dikemas, apabila lokasi daya tarik wisata tidak dilengkapi dengan fasilitas tempat sampah yang memadai dan cara pengelolaan sampah yang benar, alhasil daya tarik wisata tersebut dapat menimbun banyak sampah. Pengembangan pariwisata juga yang menjadi sebab meretasnya fenomena gaya hidup ala barat di berbagai sudut kota di Indonesia, terutama daerah-daerah tujuan parwisata.

Jika hal tersebut dibiarkan terjadi, tanpa adanya kontrol dari pengelola wisata, pemerintah

daerah bahkan masyarakat lokal, terjadinya degradasi budaya lokal sungguh sangat besar

peluangnya.

Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pengembangan wisata melalui ekowisata pada daya tarik wisata Bowele. Dampak negatif pengembangan pariwisata yang telah disebutkan di atas, apakah sudah menjadi perhatian dari pengelola wisata di tempat ini, dan bagaimana para pengelola pariwisata di tempat ini menciptakan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk daya tarik wisata di Bowele.

Berdasarkan berbagai macam latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti daya tarik wisata Bowele dengan judul “STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA

(23)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini yakni :

1. Siapakah yang berperan sebagai pengambil keputusan strategis pengembangan wisata di Bowele ?

2. Bagaimana prinsip – prinsip ekowisata telah diterapkan dalam pengelolaan ekowisata di Bowele ?

3. Bagaimanakah ekowisata Bowele ini dapat menjadi pariwisata yang berkelanjutan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui pihak – pihak yang berperan dalam pengambilan keputusan strategis untuk mengembangkan pariwisata di Bowele.

b) Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip ekowisata telah diterapkan dalam pengelolaan wisata di Bowele.

c) Untuk mengemukakan peningkatan penerapan prinsip – prinsip ekowisata guna menciptakan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk daya tarik wisata di Bowele.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini :

(24)

Dapat menyumbangkan pemikiran terkait dengan realita pengembangan pariwisata yang terjadi di Daya Tarik Wisata Bowele.

2. Manfaat Praktis A. Bagi Peneliti

a) Penelitian ini sebagai wadah bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan wujud ketertarikan serta bakti peneliti untuk mengembangkan potensi Kabupaten Malang, khususnya di bidang pariwisata.

b) Penelitian ini sebagai wadah bagi peneliti untuk menggali teori Manajemen Strategi yang dapat diterapkan di berbagai disiplin ilmu. c) Sebagai syarat kelulusan program sarjana dari Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya. B. Bagi Pembaca

a) Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pembaca terkait penerapan ekowisata yang dapat menjadi jawaban atas pengembangan pariwisata di Indonesia.

b) Membantu para pembaca dalam mencari teori guna membahas permasalahan yang sama.

C. Bagi Objek yang diteliti

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini peneliti mengambil beberapa jurnal internasional dan jurnal nasional sebagai acuan untuk penulisan ini :

(26)
(27)

11

Sumber : Dikembangkan dari beberapa jurnal

(28)

pengembangan desa wisata sebagai perwujudan ekowisata berbasis masyarakat di kota Batu dan mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan desa wisata. Penelitian ini sebuah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa dalam pengembangan desa wisata terdapat lima aspek yaitu pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata, keterampilan dan layanan kepada pengunjung secara intesnif, keterlibatan penduduk lokal, kebijakan pemerintah serta pengembangan kemampuan penduduk lokal.

b) Penelitian Masruhuddin (2013) ini menggunakan metodologi fenomenologi dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Temuan dari penelitian ini adalah keunggulan bersaing dari petani bunga mawar, Desa Gunungsari, Kota batu adalah merupakan sentra produksi mawar terbesar di Indonesia, memiliki varietas bunga mawar yang beragam, memiliki jaringan distribusi yang tersebar di berbagai kota, kondisi alam Kota Batu yang mendukung, adanya dukungan dari dinas Pertanian, pengembangan agrowisata, adanya dukungan pemerintah Kota Batu.

(29)

13

kuesioner terstruktur ke enam kota di provinsi Mazandaran. Penelitian ini mengemukakan bahwa Ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwsata yang tidak hanya berarti perjalanan kea lam, tetapi juga merupakakn sebuah kegiatan wisata yang berupaya untuk menciptakan hubugan yang seimbang antara manusia, alam dan masyarakat lokalnya serta para wisatawan. Akan tetapi kegagalan yang terjadi di banyak negara berkembang untuk menerapkan ekowisata ini dikarenakan negara – negara ini gagal untuk mengindentifikasi perkembangan ekowisata terkini. Hal tersebut yang terjadi di provinsi Mazandaran Iran, pengembangan ekowisata di sini gagal untuk menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Dikarenakan para pengelola wisata disini salah melakukan pendekatan. d) Penelitian Cobbinah (2015) ini membahas seberapa jauh pemahaman

masyarakat Kakum Conservation Area, Ghana terhadap ekowisata. Temuan dari penelitian ini berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Kakum Conservation Area masih terbatas terhadap ekowisata dan tercermin melalui tidak adanya upaya untuk menafsirkan ekowisata di Ghana, dalam hal mengembangkan strategi atau kebijakan lokal. Demikian, meskipun tidak ada kebijakan ekowisata, penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan ekowisata yang tercantum dalam rencana pariwisata nasional Ghana belum dilaksanakan secara sebagaimana mestinya.

(30)

implementasi dari strategi tersebut pada Alpine Region South Tyrol. Penelitian ini menjelaskan hubungan saling ketergantungan setiap elemen manajemen strategis terhadap visi untuk diimplementasikan dan pada saat yang sama menjelaskan hambatan dan sumber resistensi terhadap perubahan di organisasi pariwisata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa South Tyrol merupakan contoh konkrit permasalahan yang timbul dari ketidaktaatan pada proses manajemen strategis. Akibatnya banyak proyek yang bernilai penting dan diperlukan dalam proses perumusan masterplan tidak dilaksanakan. Masalah terbesarnya adalah meskipun semua orang memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata di wilayah ini tahu tujuan, mereka tidak tahu konsekuensi yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaannya.

(31)

15

wisata yang dapat dikembangkan, serta berkontribusi terhadap livelihood pedesaan di kawasan tersebut secara inklusif, meskipun belum maksimal.

2.2 Manajemen Strategi 2.2.1 Strategi

Berdasarkan Kamus Webster‟s New World dalam Fred R David (2015),

Strategi adalah

The science of planning and directing large-scale military operations, of maneuvering forces into the most advantageous position prior to actual engagement with the enemy.

Bila diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, maka yang dimaksudkan dengan Strategi adalah ilmu dari perencanaan dan pengarahan skala operasi militer yang besar, dalam hal memanuver pasukan ke posisi paling menguntungkan sebelum berhadapan langsung dengan musuh.

Mengapa kata strategi memiliki bersangkutpaut dengan militer ? Hal tersebut dikarenakan, asal kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang secara

umum berarti militer. Kata tersebut merupakan kombinasi dari kata “stratos” yang

artinya tentara dan “ago” artinya untuk memimpin.

(32)

asusmsi kompetisi, akan tetai strategi militer diasumsikan berdasarkan perselisihan.

2.2.2 Definisi Manajemen Strategi

Menurut Hunger dan Wheelen (2015), manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan jangka panjang. Menurut David (2015), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional (integrasi manajemen pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi) yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Hitt et al., (2015) menjelaskan bahwa manajemen strategis pada hakikatnya adalah serangkaian penuh komitmen, keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai daya saing strategis dan menghasilkan di atas rata – rata. Dapat disimpulkan, manajemen strategi adalah sebuah seni dan ilmu merumuskan, melaksanakan, mengevaluasi keputusan lintas fungsional sehingga kinerja perusahaan dapat dipantau, daya saing strategis dapat dicapai melalui komitmen seluruh pemangku kepentingan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.

2.2.3 Tingkatan Strategi

(33)

17

meminimalisir kerugian kompetitif. Perusahaan - perusahaan bisnis pada umumnya mempertimbangkan tiga tipe strategi (Wheelen dan Hunger, 2015 :13) :

a) Strategi Korporat yang menjelaskan arah keseluruha perusahaan dalam hal sikap perusahaan tehadap pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis perusahaan serta lini produk.

b) Strategi Bisnis yang biasanya berlangsung di dalam unit bisnis atau level produ dan menekankan pada pengembangan dari posisi kompetitif sebuah produk atau jasa perusahaan dalam segmen pasar yang dilayani oleh unit bisnis perusahaan tersebut.

c) Strategi fungsional adaah sebuah pendekatan yang dilakukan oleh manajemen fungsionl untuk mendapatkan sasaran perusahaan dan unit bisnis dan sebuah strategi untuk memaksimalkan produktivitas sumber daya.

Perusahan bisnis menggunakan ketiga tipe strategi ini secara berkesinambungan.

2.2.4 Proses Manajemen Strategi

(34)

dipaparkan oleh Hunger dan Wheelen (2015) yang dituangkan dalam gambar berikut ini

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi

Sumber : Hunger dan Wheelen, 2015, Strategic Management and Business Policy : Toward Global

Sustainability, New Jersey : Pearson Education Inc (h.43)

2.2.5 Lima Strategi Umum Michael Porter

(35)

19

pada tinghat harga terendah yang tersedia di pasar. Best value strategy menawarkan produk dan jasa untuk range pelanggan yang besar pada tingkat kesesuaian harga dan nilai yang terbaik yang dapat tersedia di pasar. Baik low cost ataupun best value strategy mentargetkan pada pasar yang besar.

(36)

2.3 Pariwisata

2.3.1 Definisi Pariwisata

Salah Wahab (1975) dalam Pendit (2006) menjabarkan Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor – sektor produktif lainnya. Pariwisata juga sebagai wadah untuk merealisasikan industri kerajinan tangan dan cenderamata, penginapan dan transportasi (Adam Europe, 2010). UNWTO menyatakan bahwa pariwisata terdiri dari kegiatan orang-orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan mereka untuk tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lain (Ugurlu, 2010). Yoeti (2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sememntara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2.3.2 Istilah Kepariwisataan

Berikut ini adalah beberapa istilah terkait kepariwisataan berdasarkan UU no 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan :

(37)

21

b) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

d) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

e) Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

f) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

g) Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. h) Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

(38)

i) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

2.3.3 Unsur Pokok Pariwisata

Industri pariwisata merupakan industri yang tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu dalam menjalankan pariwisata, terdapat sepuluh unsur pokok yang mendukung berjalannnya kegiatan pariwisata yakni (Pendit, 2006) :

a) Politik Pemerintah

Sikap pemerintah terhadap industri pariwisata. Sikap pemerintah terhadap kunjungan wisatawan ke negeri yang bersangkutan dan situasi dan kondisi yang stabil dalam perkembangan politik, ekonomi dan keamanan.

b) Rasa Ingin Tahu

Manusia pada hakekatnya ingin tahu segala sesuatu di dalam dan di luar linkungannya. Keingintahuan akan kebudayaan di negeri asing, cara hidup di negeri lian, cuaca dan hawa yang berbeda, keindahan dan keajaiban alam.

c) Sifat Ramah Tamah

(39)

23

d) Jarak dan Waktu

Jarak tempuh bukan menjadi kendala lagi bagi seorang wisatawan yang hendak berwisata. Untuk waktu, diperlukan pelayanan yang cepat dan birokrasi yang mudah supaya perpindahan wisatawan dari suatu daerah ke daerah lain lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu.

e) Atraksi

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi disebut atraksi. Atraksi sering kali disebut sebagai objek wisata. Atraksi bisa berupa keindahan alam seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit/ terbenam, cuaca udara. Selain keindahan alam, atraksi juga dapat berasal dari budaya hasil cipta manusia seperti monumen, bangunan klasik, peninggalan purbakala, museum, mandala budaya, arsitektur kuno, seni tari, music/gamelan, agama, adat istiadat, upacara, pekan raya, peringatan/ perayaan hari jadi, pertandingan/kompetisi, pameran/demonstrasi atau kegiatan budaya, sosial dan olahraga yang bersifat khusus, menonjol dan meriah.

f) Akomodasi

Merupakan rumah sementara bagi para wisatawan. Selayaknya rumah, wisatawan tentu mengharapkan kenyamanan, keenakan, pelayanan yang baik, kebersihan sanitasi yang menjamin sesuai dengan standar pariwisata internasional yang semuanya itu disesuaikan juga dengan biaya yang dikeluarkan oleh para wisatawan.

(40)

Pengangkutan tidak hanya berbicara mengenai moda transportasi tetapi juga berbicara mengenai keadaan jalan, lalu lintas yang lancar, alur angkutan yang jelas dan cepat, serta ketersediaan petunjuk atau informasi minimal dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa inggris). Ketersediaan alat transportasi ini disesuaikan dengan jarak, kebutuhan komunikasi antara sentral atau terminal dengan objek wisata serta budget yang dimiliki oleh wisatawan. Di Indonesia faktor pengangkutan bagi wisatawan, masih perlu mendapat perbaikan dalam pemenuhan berbagai persyaratan tersebut.

h) Harga – Harga

Indonesia merupakan ladang emas bagi para wisatawan dari daerah barat. Hal tersebut dikarenakan harga barang, ongkos perjalanan di Indonesia lebih murah dan lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga (berupa ongkos transportasi, harga sewa kamar atau harga barang souvenir), Indonesia jangan sampai melebihi harga di negeri lain.

i) Publisitas dan Promosi

(41)

25

unik dan menarik terhadap wisatawan, serta mengungkapkan apa yang ‘dijual‟ sesuai dengan fakta kebenaran dan tidak dilebih – lebihkan.

j) Kesempatan Berbelanja

Kesempatan untuk membeli barang, berupa barang oleh – oleh atau barang kebutuhan sehari – hari, untuk di bawa pulang ke negara atau daerah asal wisatawan. Indonesia memiliki berbagai macam barang – barang yang dapat dijadikan souvenir, diantaranya adalah kerajinan tangan, seni ukir, seni pahat, seni tenun, batik, barang antic, batu permata, lukisan, keramik, perabot rumah tangga, hiasan dinding, perangkat gamelan/ angklung, bahan kosmetik tradisional, pakaian jadi dan berbagai macam lagi.

2.3.4 Sumber Daya Pariwisata

Sumber daya pariwisata didefinisikan oleh Wilkinson (1994) dalam Pitana dan Diarta (2009 ) sebagai berikut

Is not a single ‘good’ or ‘service’, but rather a bundle of goods and services, naturel and human, social and cultural, economic and spiritual, fact and fiction, systemic and contextual. From a geographer’s point of view, therefore, the tourism resource could be characterized ad being ‘the place’- the combination of factors which attract tourst to a destination and sustain their experience while they are there”

Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus dan tentu saja sumber daya manusia.

a) Sumber Daya Alam

(42)

liar, vegetasi alam, ekosistem yang belum terjamah manusia, rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai), lintas alam (trekking, refting), objek purbakala, suhu dan kelembapan udara yang nyaman, curah hujan yang normal. Menurut Fennel (1999) dalam Pitana dan Diarta (2009:71) sumber daya alam yang dapat menjadi atraksi wisata alam berupa lokasi geografis (wilayah eropa yang dingin dan bersalju yang cocok untuk wisata ski es), iklim dan cuaca (yang ditentukan oleh latitude dan elevation), topografi dan landforms , surface material (formasi batuan alam, pasir mineral, minyak), air, vegetasi (keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu), fauna.

b) Sumber Daya Manusia

(43)

27

waitress, bartender, chef, engineer, dst), travel agencies, tour companies, food service, lembaga pendidikan pariwisata, tourism researcher, travel journalist, recreation dan leisure, attraction, tourist offices and information center, convention and visitor bureaus, meeting planners,

gaming, other opportunities (club manajemen, percetakan dan penerbitan, asosiasi professional)

c) Sumber Daya Budaya

Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di antaranya adalah bangunan bersejarah, situs monument, museum, galeri seni, situs budaya kuno, seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industri film dan penerbit, seni pertunjukkan drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, peninggalan keagamaan (pura, candi, masjid, situs), keigatan dan cara hidup masyarakat lokal (sistem pendidikan, teknologi tradisional, cara kerja dan sistem kehidupan), perjalanan (trekking) dengan alat transportasi berupa kuda atau dokar, mencoba wisata kuliner setempat. d) Sumber Daya Pariwisata Minat Khusus

Jenis – jenis sumber daya pariwisata minat khusus menurut Richardson dan Fluker (1994) dalam Pitana dan Diarta (2009 :76) :

Tabel 2.2 Sumber Daya minat Khusus

No Klasifikasi Contoh

1 Active Adventure Caving, Parachute jumping, trekking, off-road adventure, mountain climbing

(44)

Lanjutan Tabel 2.2 Sumber Daya minat Khusus

No Klasifikasi Contoh

3 Affinity Artist’s workshop, senior tour, tour for the handicapped.

4 Romance Honeymoon, island vacation, nightlife, single tour, spa/hot spring

5 Family Amusement park, camping, shopping trips,

whale or dolphin watching

6 Soft adventure

Backpacking, bicycle touring,

canoing/kayaking, scuba diving / snorkeling, walking tours

7 History / culture Agriculture, art / architecture, art festival, film/film history

8 Hobby Antique, beer festival, craft tour, gambling, videography tour

9 Spiritual Pilgrimage / mythology, religion / spiritual, yoga

10 Sports Basket ball game, car racing, Olympic

games, soccer match

Sumber : Pitana dan Diarta (2009 : 76)

2.3.5 Prasarana dan Sarana Pariwisata

Pariwisata di suatu daerah tidak terlepas dari adanya sarana dan prasarana pariwisata. Berikut ini adalah Prasarana Pariwisata dibagi ke dalam tiga bagian menurut Salah Wahab dalam Oka A. Yoeti Pengantar Ilmu Pariwisata (1996) yakni :

a) Prasarana Umum

Prasarana yang membantu kelancaran roda perekonomian di daerah wisata seperti pembangkit listrik, sistem penyediaan air bersih sistem jaringan jalan raya, sistem irigasi. Perhubungan dan telekomunikasi.

b) Kebutuhan Masyarakat Banyak

(45)

29

c) Prasarana kepariwisataan

Berupa receptive tourist plan (badan usaha yang mempersipakan kedatangan wisatawan pada suatu DTW seperti travel agent dan tour operator, tourist information center). Residental Tourist Plan (fasilitas yang menampung kedatangan para wisatawan untuk tinggal sementara waktu seperti hotel, motel, homestay, pension, wisma, camping, caravanning sites, youth hostel, rumah makan, restoran, cafeteria, coffee shop, grill room, bar, dll). Recereative and Sportive Plant (fasilitas yang dapat digunakan untuk rekreasi dan olah raga seperti ski air, ski es, perahu layar, surfing, memancing, lapangan tenis, gedung olah raga).

Sarana Pariwisata dibagi menjadi tiga bagian yakni sarana pokok kepariwisataan, sarana pelengkap pariwisata, sarana penunjang pariwisata. Yoeti (1996) membagi sarana pokok pariwisata menjadi dua bagian yakni objek sentra dan subjek sentra. Berikut ini merupakan sarana pokok pariwisata yang termasuk objek sentra adalah:

a) Perusahaan akomodasi (hotel, penginapan, motel, losmen, peristirahatan, bungalow, perkemahan).

(46)

c) Perusahaan transportasi pariwisata (kereta api, bus pesawat udara, kapal laut yang dipergunakan khusus untuk pariwisata, yang dicarter untuk keperluan wisata)

d) Perusahaan manufaktur (perusahaan kerajinan tangan, barang kesenian, kartu pos bergambar, penerbitan buku – buku petunjuk kepariwisataan). e) Toko – toko yang menjual barang souvenir

f) Badan usaha yang menyediakan tour guide

g) Lembaga promosi pariwisata dan lembaga masyarakat yang mengatur perbaikan dan kebersihan objek daya tarik wisata contoh seperti pokmaswas (kelompok masyarakat pengawas).

Perusahaan yang termasuk subjek sentra adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha supaya orang tertarik dan merasa butuh untuk mengadakan perjalanan wisata. Berikut ini adalah perusahaan yang termasuk dalam kategori subjek sentra (Yoeti, 1996) :

a) Perusahaan yang menerbitkan pariwisata dan bergerak untuk memajukan pariwisata melalui promosi secara umum atau khusus, seperti dinas pariwisata, pokdarwis (kelompok sadar wisata), ladesta (lembaga desa wisata).

b) Kantor yang membiayai kepariwisataaan seperti bank pariwisata, badan travel credit, badan yang membiayai pariwisata social atau pariwisata pemuda.

(47)

31

Sarana pelengkap pariwisata adalah perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya membuat para wisatawan tinggal lebih lama pada suatu daerah tujuan wisata. Contoh sarana pelengkap ini adalah sarana olah raga (lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang, arena permainan bowling, fasilitas berlayar, fasilitas surfing, fasilitas diving, fasilitas water sport (jet ski, banana boat, dll)), sarana ketangkasan seperti bilyard, sarana kecantikan seperti laundry, tukang cukur, salon kecantikan, toko pakaian, toko kebutuhan sehari – hari. Selanjutnya sarana pariwisata terbagi juga ke dalam sarana penunjang pariwisata. Sarana penunjang pariwisata adalah sarana yang menyediakan fasilitas bukan hanya untuk rekreasi dan membuat pengunjung tinggal lebih lama tetapi juga membuat para wisatawan mengeluarkan lebih banyak uang. Yang termasuk ke dalam contoh ini adalah toko perhiasan, night club dan casino (Yoeti, 1996).

2.4 Ekowisata

2.4.1 Wisata Alam dan Kesadaran lingkungan

(48)

pada kawasan yang dilindungi seperti taman nasional, taman laut, cagar alam, taman hutan raya, dll.

Tak sedikit wisatawan yang membantu menurunkan nilai situs atau monumen alam dengan cara mencoret, mengotori komponen situs alam tersebut. Sehingga kesadaran untuk membangun sebuah kesadaran manusia terhadap konservasi lingkungan hidup diperlukan. Honey (1999) berpendapat membangun kesadaran konservasi dapat dilakukan dengan pendidikan informal melalui jasa sektor wisata. Berdasarkan pengetahuan dan motivasinya maka wisatawan dibedakan menjadi dua kategori yakni wisatawan biasa dan wisatawan eco-tourist. Hal yang membedakan diantara dua jenis wisatawan itu adalah motivasi mengunjungi destinasi wisata; wisatawan eco-tourist memiliki tujuan khusus. 2.4.2 Pengertian ekowisata

Salah satu definisi awal dari ekowisata diberikan oleh Ceballos-Lascurain sebagai sebuah perjalanan wisata yang biasanya tidak mengganggu atau tidak mengkontaminasi unsur alami suatu daerah dan biasanya dilakukan dengan tujuan spesifik yakni belajar, mengagumi, dan menikmati pemandangan dan tumbuhan dan hewan liar, serta belajar mendalami budaya lokal (Ceballos – Lascurain,1987:Cobbiath,2015). Ekowisata juga dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang bertanggung jawab ke tempat – tempat alam yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan hidup dari masyarakat lokal (García, 2013).

(49)

33

untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan hidup, pendidikan berasaskan lingkungan hidup, sumbangan kepada kegaitan konservasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (UNWTO, 2002). The International Ecotourism Society (2002) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan ke lokasi alam yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat lokal. Dari definisi tersebut, disebutkan bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata yang berlokasi di alam bebas yang mana dalam aktivitasnya sangat bergantung kepada alam, sehingga lingkugnan ekosistem dan kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya agar terciptanya suatu keberlanjutan ekologi.

(50)

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa terdapat penekanan terhadap kepentingan lingkungan dan sosial – ekonomi dari ekowisata untuk negara – negara berkembang. Ekowisata dapat diinterpretasikan sebagai sebuah konsep yang dapat menjadi solusi untuk semua permasalahan dalam pariwisata, pengembangan ekonomi, pelestarian lingkungan dan budaya serta pengurangan kemiskinan (Cobbinah, 2015).

2.4.3 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata Berkelanjutan

Nugroho (2015) menyatakan bahwa ekowisata merupakan kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih dan memuat unsur pendidikan sebagai suatu sektor atau usaha ekonomi yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya – upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Ekowisata sebagian dari sustainable tourism. Sustainabletourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yagn mencakup sektor – sektor pendukung kegiatan wisata secara umum meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata alam (natural tourism), wisata budaya (cultural tourism) atau perjalanan bisnis (business travel) .

Gambar 2.2 Hubungan antara Sustainable tourism dengan ecotourism

(51)

35

2.4.4 Prinsip Ekowisata

Menurut Kementrian Pariwisata Indonesia dan WWF – Indonesia (2009), Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

a) Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism)

b) Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

c) Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata) d) Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai

ekonomi)

e) Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi)

Fennel (2001) dalam Cobbinath (2015) menyatakan terdapat lima prinsip dasar dari ekowisata yakni :

a) Kelestarian lingkungan

Prinsip ini meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan alam, termasuk kegiatan berbasis alam, pendidikan dan perlindungan alam, dan dampak lingkungan yang minimal untuk memastikan keberlanjutan ekologi.

b) Pelestarian Budaya

(52)

yakni pengalaman lintas budaya antara budaya wisatawan dan masyarakat setempat.

c) Partisipasi masyarakat / komunitas masyarakat,

Prinsip ini memastikan bahwa kegiatan ekowisata melibatkan masyarakat setempat, dan beroperasi secara kooperatif dengan pemerintah setempat dan wisatawan untuk memenuhi kebutuhan lokal sembari memberikan manfaaat bagi warga lokal dan melestarikan lingkungan. Sehinnga, Dengan prinsip ini masyarakat lokal juga turut berkontribusi untuk menciptakan kepuasan kunjungan wisata dan memastikan keberlangsungan pendekatan ini.

d) Manfaat Keuangan

Prinsip ekowisata ini juga memberikan manfaat ekonomi kepada negara tuan rumah, khususnya masyarakat yang tinggal di dan berdekatan dengan daerah daya tarik wisata (Page dan Dowling, 2002; TIES, 2013). Dalam memaksimalkan manfaat ekonomi, ekowisata mendorong adanya kegiatan daur ulang, efisiensi energi, konservasi air, dan penciptaan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal (Randall, 1987). Honey (1999) dalam Cobbinath (2015) lebih lanjut menunjukkan bahwa salah satu tujuan mendasar dari ekowisata adalah untuk merangsang pembangunan ekonomi baik di tingkat lokal dan nasional.

e) Pemberdayaan Kelompok Rentan.

(53)

37

menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan dana untuk pengelolaan dan konservasi alam dan kawasan lindung (Weaver, 1998; Cobbinath, 2015). Tidak hanya itu, Ekowisata juga dapat menjaring dan memberdayakan kelompok rentan, khususnya perempuan, yang merupakan mayoritas dari penduduk daerah daya tarik wisata di negara berkembang. (Madu, 2008; Cobbinath 2015).

Menurut Fandeli C (2000) dalam Pradana (2015) ekowisata masyarakat ada delapan prinsip :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

3. Pendapatan langusng untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Rertribusi dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

(54)

5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya ketidakharmonisan dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Menghindari penggunakaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.

7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lbeih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata maka devisa dan belanja wisatawan di dorong sebesar – besarnya dinikmati oleh negara atau pemerintah daerah setempat.

(55)

39

2.4.5 Strategi Pengembangan Ekowisata

Menurut Wood dalam Aziz (2015) prinsip – prisip dasar pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut :

a. meminimalisasi dampak – dampak negatif terhadap alam dan budaya yang dapat merusak destinasi ekowisata.

b. mendidik wisatawan terhadap pentingnya pelestarian alam dan budaya. c. mengutamakan pada kepentingan bisnis yang peduli lingkungan yang

bekerja sama dengan pihak berwenang dan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan lokal dan mendapatkan keuntungan untuk konservasi.

d. menghasilkan pendapatan yang dipergunkanan untuk pelestarian dan pengelolaan lingkungan dan daerah – daerah yang dilindungi

e. mengutamakan kebutuhan zonasi pariwisata daerah dan perencanaan penanganan wisatawan yang didesain untuk wilayah atau daerah yang masih alami yang dijadikan sebagai destinasi ekowsiata.

f. mengutamakan kepentingan untuk studi yang berkaitan dengan sosial budaya dan lingkungan, begitu juga pemantauan jangka panjang terhadpa obyek ekowisata untuk mengkaji dan mengevaluasi kegaitannya serta meminimalisasi dampak dampak negative,

(56)

h. menjamin bahwa pembangunan ekowsiata tidak mengakibatkan perubahan lingkungan dan sosila budaya yang berlebihan sebagaimana ditentukan oleh para ahli dan peneliti.

i. membangun infrastruktur yang harus ramah lingkungan dan menyatu dengan budaya masyarakat setempat, tidak menggunakan bahan bakar yang terbuat dari fosil dan tidak mengganggu ekosistem flora dan fauna.

2.5 Kerangka Pemikiran

(57)

41

mengetahui apakah kaidah – kaidah ekowisata sudah diimplementasikan dengan baik atau tidak di Bowele, untuk mengetahui siapa sajakah yang bertanggung jawab untuk mengembangkan pariwisata di Bowele, untuk mengetahui bagaimana para pengelola pariwisata di tempat ini menciptakan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk daya tarik wisata di Bowele.

(58)

barang, keterlibatan lembaga promosi wisata, keterlibatan sektor tour dan travel) melalui wawancara dan observasi.

(59)

10 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Sumber : Tanaya dan Rudiarto (2014)

43

Peta Ekowisata Bowele Strategi pengembangan pariwisata

(60)
(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Sugiyono (2014) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif menjelaskan fenomena – fenomena sosial dengan mengembangkan konsep dan menghimpun informasi (Mulia, 2013).

Pada penelitian kali ini peneliti akan mendeskripsikan keadaan sosial terkait dengan dampak pengembangan pariwisata di daerah Bowele. Pengembangan pariwisata tentu bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, menambah pendapatan asli daerah, membuka banyak lapangan pekerjaan dan masih banyak tujuan lainnya yang mengarah pada pengembangan pariwisata massa. Akan tetapi dampak positif tersebut juga tidak dapat terlepas dari dampak negatif yang akan ditimbulkan. Hal yang menarik dari pengembangan pariwisata di daerah Bowele ini adalah daya tarik wisata ini menggunakan ekowisata sebagai strategi pengembangan pariwisatanya. Dampak positif dan negatif dari pengembangan daya tarik wisata ini banyak yang bertentangan dengan prinsip dari ekowisata ini.

Hal tersebut melatarbelakangi mengapa penelitian kualitatif deskriptif dipilih sebagai jenis penelitian. Peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai makna dan proses dari keadaan yang terjadi pada daya tarik wisata Bowele. Menurut Sulistyo-Basuki (2010), penelitian deskriptif

(62)

mencoba mendeskripsikan semua objek, aktivitas, proses dan manusia secara tepat dan cukup. Penelitian deskriptif erat kaitannya dengan pengumpulan data dan fakta yang valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian tentang Strategi Pengembangan Pariwisata Melalui Ekowisata dilakukan pada Daya Tarik Wisata Bowele, Desa Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 dan Juli 2016.

3.3 Fokus Penelitian

Daya tarik wisata Bowele adalah salah satu ekowisata bahari. Berdasarkan penjelasan dari Tuwo (2011), Ekowisata bahari (pesisir dan laut) tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Dalam berbagai aspek, ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism artinya ekowisata pesisir dan laut bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar (Ngabito, 2013).

(63)

47

yang masih bersifat umum (Sugiono, 2014). Berdasarkan pengertian di atas, maka fokus penelitian ini adalah :

a) Mengeksplorasi potensi dari aspek objek dan atraksi wisata pada DTW Bowele serta mendeskripsikan profil ekowisata

b) Menggali potensi dari aspek kemasyarakatan, berupa karakter masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat, peluang usaha, kualitas wisata dan kesiapan masyarakat. c) Mengetahui upaya – upaya pengelolaan ekowisata yang telah dilakukan, siapa saja

yang mengelola

d) Mengetahui porses perencanaan pengembangan ekowisata.

e) Mengetahui aspek pemberdayaan masyarakat, terkait badan, peran dan bentuk pemberdayaan masyarakat.

3.4 Sumber Data penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, Spradley dalam Sugiyono (2014) menamakan sebagai “situasi sosial” yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat, pelaku dan

(64)

yang akan digunakan sebagai sumber data. Sugiyono (2014) menyebutkan beberapa kriteria sampel sebagai sumber data atau sebagai informan dalam penelitian kualitatif :

a) Mereka yang menguasai dan memahami suatu situasi sosial melalui proses enkulturasi, sehingga situasi sosial tersebut bukan sekedar diketahui tetapi dihayati. b) Mereka yang masih berkecimpung dengan situasi sosial yang diteliti

c) Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

d) Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri e) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih

menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Penambahan sampel pada penelitian kualitatif akan dihentikan apabila datanya sudah jenuh,tidak ditemukan data baru lagi dari berbagai informan. Berikut ini adalah sumber data yang akan digunakan peneliti :

1). Data Primer, berasal dari informan kunci penelitian yaitu

a) Dari pengelola daya tarik wisata yang berada di obyek penelitian. Data yang dihimpun berupa informasi terkait upaya – upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Bowele

b) Dari aparatur desa. Data yang dihimpun berupa informasi terkait manfaat yang dirasakan desa sejak dikembangkannya ekowisata di daerah ini.

c) Dari masyarakat lokal. Data yang dihimpun berupa informasi terkait signifikansi manfaat yang dirasakan masyarakat lokal sejak dikembangkannya ekowisata di daerah ini.

(65)

49

2). Data Sekunder, bersumber dari :

a) Gambaran profil obyek penelitian di tingkat kabupaten atau kota. Jenis datanya berupa data kualitatif dan data kuantitatif (data berupa luas area wisata, wilayah area wisata, objek dan daya tarik wisata,dll).

b) Data audio visual dan videografi yang berasal dari hasil fotografi, rekaman suara, c) Laporan – laporan tertulis pengelola wisata

3.5 Instrumen Penelitian

(66)

3.6 Pengumpulan Data 3.6.1 Informan

Narasumber yang dijadikan informan pada penelitian ini adalah : a) Kepala Desa Purwodadi

Sebagai pemimpin wilayah tentunya sesosok Kepala Desa paham mengenai kondisi desa dan permasalahan yang terjadi di wilayahnya.

b) Bagian Kecamatan Tirtoyudo

Narasumber yang berasal dari kecamatan diharapkan dapat membantu peneliti untuk dapat lebih memahami bidang pengembangan dan pengelolaan wisata yang ada di Bowele.

c) Aparatur Desa

Aparatur Desa yang dimaksud adalah bagian dari perangkat desa yang merupakan rekan kerja dari Kepala Desa. Aparatur Desa dijadikan sebagai informan pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui informasi lebih rinci yang bersifat teknis terkait pengembangan pariwisata di Bowele.

d) Pengelola atau Operator Wisata

Pengelola Wisata disini diketuai oleh Tim Pelaksana yang merupakan koordinator dari tiga lembaga yakni Ladesta (Lembaga Desa Wisata), LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan), dan Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas). Baik Timlak dan ketiga lembaga desa tersebut merupakan pengelola wisata yang bersentuhan langsung dengan wisata yang ada di Bowele.

(67)

51

Dinas yang bertanggung jawab sebagai pembina pariwisata di seluruh wilayah Kabupaten Malang ini tentu mengetahui pengembangan pariwisata yang ada di Bowele ini.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Berikut ini adalah metode pengumpulan datanya :

a) Observasi

Peneliti akan menggunakan dua jenis observasi, yakni observasi partisipatif dan observasi tak berstruktur. Pada observasi partisipatif, Peneliti akan terlibat dengan kegiatan sehari – hari dengan pihak – pihak yang terlibat untuk mengelola obyek penelitian. Observasi tak berstruktur tetap digunakan oleh peneliti karena peneliti ingin tetap melakukan pengamatan bebas terkait fenomena yang ada di lokasi penelitian berupa observasi deskriptif.

b) Wawancara semi terstruktur

(68)

c) Dokumen

Dokumen yang dimaksudkan adalah berupa tulisan, gambar, karya – karya monumental dari seseorang serta data – data tertulis terkait dengan perkembangan obyek penelitian.

Melalui observasi, wawancara dan dokumen, peneliti berusaha menggali informasi selengkap dan sedalam – dalamnya sampai pada satu titik dimana tidak ada penambahan informasi baru kembali (snowball sampling).

3.7 Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Oleh karena itu peneliti sering kali mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Berdasarkan hal itulah, analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiono, 2014)

(69)

53

Untuk Masyarakat, Informannya adalah orang – orang yang menjadi pelaku usaha dan masyarakat asli Bowele yang bersedia untuk diwawancarai, data yang dihimpun berupa data identitas, data persepsi masyarakat tentang ekowisata, kegiatan wisata berbasis ekowisata di lokasi penelitian, keterlibatan masyarakat. Untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, responden merupakan bidang objek wisata dan jasa sarana wisata, data yang dihimpun berupa informasi terkait peraturan yang mendesak adanya perjanjian kerjasama antara Perhutani dengan Desa Purwodadi, alasan mengapa Desa Purwodadi menjadi desa wisata, syarat dan prosedur untuk membuat sertifikat pariwisata dan ijin jasa pariwisata dan program pembinaan apa yang telah dan akan dijalankan untuk membina pengembangan wisata di lokasi penelitian. Untuk Wisatawan, Daftar pertanyaan yang akan ditanyakan berupa data identitas diri, data persepsi pengunjung tentang ekowisata di Bowele, kondisi kawasan ekowsiata, kesan dari atraksi wisata yang ditawarkan. Peneliti juga akan mempersiapkan checklist terkait objek dan daya tarik wisata guna mengetahui seberapa lengkap sarana dan prasarana pariwisata dan ketersediaan unsur – unsur pokok pariwisata yang ada di Bowele.

(70)

Gambar 3.1 Komponen dalan Analisis Data

Sumber : Sugiono, 2014 : 92

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal penting dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau pada penelitian kualitatif ditemukan segala sesuatu dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola justru itu yang harus dijadikan perhatian dalam melakukan reduksi data (Sugiono, 2014).

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiono (2014) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi (Conclusion Drawing / Verification)

(71)

55

pengumpulan data berikutnya. Tetapi kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan dan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Sugiono, 2014).

3.8 Rencana Pengujian Keabsahan

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Kebenaran data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakang. Oleh karena itu diperlukan uji keabsahan (Sugiono, 2014). Berikut ini adalah beberapa uji keabsahan data pada penelitian ini :

a. Uji kredibilitas

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Tahun Hasil  2015 Penelitian ini menemukan
Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi
Gambar 2.2 Hubungan antara Sustainable tourism dengan ecotourism
Gambar 3.1 Komponen dalan Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Safety Glass (Kacamata Pelindung) adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang

Aroma yang dihirup tidak hanya membuat pikiran dan perasaan seseorang tergugah atas kenangan atau peristiwa yang indah dan menyenangkan pada masa lalu, tetapi dapat juga

Nilai guna langsung dan tidak langsung didapatkan dari perkalian antara jumlah limbah yang dihasilkan dengan harga limbah dan dikurangkan dengan total biaya

indikator EBT= 2,8 – 4,8 EBT tidak dapat digunakan sebagai indikator pd titrasi ion logam Ca dengan EDTA. titik

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 sampai dengan 2008, menggunakan

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 (c) dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah enzim yang teradsorpsi dalam kaolin terjadi pada konsentrasi xilanase 0,157; 0,209; 0,261 ppm dan

dibentuknya Kelompok Sadar Wisata dengan Nama Kelopok Sadar Wisata Lantan 99 (POKDARWIS 99). Desa Wisata Lantan sendiri merupakan salah satu desa penggerak, dalam

Dari penjelasan istilah-istilah diatas, maka maksud dari judul “Upaya Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Bukit Pangonan Dalam Membina Masyarakat Sadar Wisata di