• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUK"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ii

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI

PRODUKSI TANAMAN

KOMODITAS TEBU (Saccarum officinarum)

Diusun oleh:

Farkhan Amin G : 145040200111027 Istikomah : 145040200111031 Siti Kholifah : 145040200111114 Luthfi Taqi : 145040201111319

Kelas : U

Kelompok : Tebu (U8)

Asisten Kelas : Intan Anggraini Asisten Lapang : Akbar Hidayatullah Zaini

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

KOMODITAS TEBU (Saccarum officinarum)

Disetujui Oleh

:

Asisten Kelas, Asisten Lapang,

(3)

iiii

RINGKASAN

Tanaman tebu (Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003). Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas.

Rendahnya produksi tebu salah satunya dipengaruhi oleh pembibitan tebu yang ditanam langsung ke lahan masih kurang efesien. Bentuk pembibitan dengan sistem tersebut misalnya (1) bagal : bibit yang berasal dari batang tebu yang mata tunasnya belum berkecambah dan terdiri atas satu hingga tiga mata tunas, (2) lonjoran : sama seperti bibit bagal tetapi dalam satu batang terdiri atas enam hingga delapan mata tunas, dan (3) rayungan : bibit yang berasal dari batang tebu yang mata tunasnya telah tumbuh.

(4)

iiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan laporan akhir praktikum teknologi produksi tanaman ini. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada asisten, yang telah membimbing kami dalam segala hal yang bersangkutan dengan teknologi produksi tanaman sehingga kami mampu mengaplikasikannya dalam praktikum lapang teknologi produksi tanaman.

Didalam laporan ini termuat ilmu yang kami dapat dari praktikum lapang yang kami lakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang bertempat di Desa Ngijo, Kecamatan Karang Ploso, Kota Malang, Jawa Timur, sehingga tersusunlah laporan akhir ini. Kami berharap dengan tersusunnya laporan ini dapat sebagai bahan acuan pembelajaran kedepannya agar pembaca mampu mengerti segala mengenai teknologi produksi tanaman.dan penerapannya yang kami sertakan dalam laporan akhir ini.

Malang, 12 November 2015

(5)

iv

2.1 Produksi Tanaman Tebu di Indonesia...12

2.2 Botani Tanaman Tebu...15

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Tebu...19

2.4 Perlakuan Budchip pada Tanaman Tebu...25

(6)

ivi

4.1.2 Jumlah Daun Tanaman Tebu...35

4.1.3 Jumlah Anakan Tebu...36

4.1.4 Intensitas Serangan Penyakit...37

4.1.5 Keragaman Serangga...42

4.2 Pembahasan...43

4.2.1 Tinggi Tanaman Tebu...43

4.2.2 Jumlah daun Tanaman Tebu...44

4.2.3 Intensitas Serangan Penyakit...46

4.2.4 Keragaman Serangga Tanaman Tebu...47

4.2.5 Pembahasan Umum...47

5. KESIMPULAN...51

DAFTAR PUSTAKA...52

LAMPIRAN...53

(7)

ivii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Statistik Tebu dan Gula Indonesia (2004 – 2008)...13

Tabel 2. tabel time line kegiatan...29

Tabel 3 . Rerata Tinggi Tanaman Tebu...33

Tabel 4. Parameter Jumlah Daun Tebu...35

Tabel 5. Jumlah Anakan Tebu...36

Tabel 6. Penykit pada tebu...37

Tabel 7 Data Intensitas Penyakit Pengamatan Pertama...37

Tabel 8. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kedua...37

Tabel 9. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Ketiga...38

Tabel 10. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keempat...38

Tabel 11. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kelima...39

Tabel 12 . Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keenam...39

Tabel 13. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Pertama...39

Tabel 14. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kedua...40

Tabel 15. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Ketiga...40

Tabel 16. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keempat...40

Tabel 17. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kelima...40

Tabel 18. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keenam...41

(8)

iviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Lahan Tebu...32

Gambar 2. Daun berlubang...37

Gambar 3. Belalang hijau...42

Gambar 4. Semut hitam...42

Gambar 5. Penanaman secara Doble row...48

Gambar 6. Pemberian Pupuk Kandang...49

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 Pemberian pupuk kandang...53

lampiran 2. lPemberian pupuk kandang saat awal penaanman bibit bagal...53

lampiran 3. Penanaman bibit bagal...53

lampiran 4. Penanaman bibit budchip...53

lampiran 5. Penanaman bibit budchip...53

lampiran 6. Sampel tanaman tebu keprasan...53

lampiran 7. Petak untuk tebu Budchip...53

lampiran 8. Awal muncul tunas...54

lampiran 9. Awal muncul tunas...54

lampiran 10. Awal muncul tunas...54

lampiran 11. Tanaman tebu keprasan...54

lampiran 12.. Tanaman tebu Bagal...54

lampiran 13. Sampel satu tebu bagal...55

lampiran 14. Sampel dua tebu bagal...55

lampiran 15. Sampel empat tebu bagal...55

lampiran 16. Sampel lima tebu bagal...55

lampiran 17. Awal pertumbuhan tebu bagal...55

lampiran 18. Awal pertumbuhan tebu bagal...55

lampiran 19. Perawatan tebu bagal...56

lampiran 20. Pengamatan tebu bagal...56

lampiran 21. Pengamatan sampel bagal...56

lampiran 22. Pengamatan sampel bagal...56

lampiran 23. Pengamatan sampel bagal...56

lampiran 24. Pengamatan tebu keprasan...56

(10)

lampiran 26. Sampel tebu keprasan...1

lampiran 27. Tabel Parameter Panjang Tanaman (Bagal)...2

lampiran 28. Tabel Parameter Jumlah Daun (Bagal)...2

lampiran 29. Tabel...4

lampiran 31. Tabel Parameter Panjang Tanaman (Lonjoran)...4

(11)

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik produksi pertanian merupakan studi yang mempelajari tentang cara cara teknik bercocok tanam yang baik dengan tujuan mengembangkan hasil pertanian menjadi lebih baik lagi. Dalam studi ini di pelajari bagaimana cara mengembangkan suatu potensi hasil dari suatu tanaman. Mengembangkan potensi dari tanaman dapat dilakukan dengan misalnya, penanaman varietas unggul, penggunaan mulsa, perlakuan perlakuan khusus pada tanaman tertentu, penambahan bahan organik maupun komponen lainnya seperti bakteri rizhobium pada legume dan perawatan serta pengolahan panen dan pasca panen yang baik. Semua hal yang dipelajari pada studi ini bertujuan untuk mengembangkan potensi dari tanaman yang ditanam.

Beberapa tanaman penting dalam bidang pertanian masih belum dapat menghasilkan hasil yang maksimal dalam produksinya. Tanaman tebu, rosella, kapas, kedela, jagung, padi, kalian, kacang panjang, tomat, semangka, ubi jalar dan tanaman lainnya masih belum mencapai produksi yang maksimal. Semua tanaman tersebut pasti memiliki teknik khusus dalam bercocok tanamnya. Misalnya pemberian mulsa pada tomat, semangka dan lainnya. Pembalikan batang dan daun pada ubi jalar, pemberian rizhobium pada kacang kacangan. Pada tanaman tebu biasa dilakukan pembersihan daun tidak optimal atau istilah jawanya “roges”. Yaitu kegiatan yang dilakukan dengan memotong atau mengurangi jumlah daun yang tidak optimal, seperti daun kering dan yang mati dengan tujuan memaksimalkan fotosintesis dan menjaga kebersihan pada lingkungan tanam.

(12)

1.2 Tujuan

1. Memahami konsep tentang teknik produksi pertanian dan kegunaannya dalam bidang pertanian.

2. Mengetahui dan memahami teknik bercocok tanam tanaman tebu yang baik dengan menerapakan teknik produksi pertanian pada tanaman tebu. 3. Mengetahui dan memahami teknik yang lebih baik dalam produksi

(13)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Tanaman Tebu di Indonesia

Sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, industri gula nasional, atau industri gula berbasis tebu secara umum, harus melakukan revitalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan investasi merupakan suatu syarat keharusan dan investasi pada industri gula berbasis tebu yang sebenarnya cukup prospektif. Secara keseluruhan, lahan perkebunan tebu di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 400.000 hektar sekitar 95% yang berada di Jawa dan Sumatera sisanya berada di Sulawesi dan daerah di Indonesia yang memiliki proporsi lahan tebu terluas terletak di provinsi Jawa Timur. Menurut sumber BKPM (2008), total luas lahan tebu di Jawa Timur seluas 171.915 hektar yang saat ini merupakan sentra gula terbesar di Indonesia. Dari data Departemen Perindustrian bahwa pada tahun 2008 Indonesia memiliki 58 Pabrik Gula (PG), dimana 31 Pabrik Gula tersebut beroperasi di wilayah Jawa Timur dengan kapasitas giling total mencapai 86.278 TCD (Ton Canes per Day)(Andaka, 2011). Total produksi gula pada tahun 2009 sekitar 4,5 juta ton, kebutuhan impor rafinasi 379.000 ton dan konsumsi gula sekitar 4,3 juta ton (Dewan Gula Indonesia, 2009).

Secara ringkas, produktivitas perkebunan tebu dan pabrik gula Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Data Statistik Tebu dan Gula Indonesia (2004 – 2008)

Tahun Luas Lahan

2004 344.800 26.754.000 2.052.000 77,59 7,67 2005 381.800 31.139.000 2.242.000 81,56 7,20 2006 384.000 29.101.000 2.267.000 75,78 7,79 2007 400.500 33.292.000 2.660.000 83,13 7,99 2008 405.600 34.707.000 2.780.000 85,57 8,01 S u m b e r : Ditjenbun, 2009

(14)

26.754.000 ton menjadi 34.707.000 ton, atau rata-rata per tahun sebesar rata-rata adalah 85,57 ton per hektar, dan rendemen yang dicapai oleh pabrik gula rata-rata adalah 8,01%.

1. Teknologi Budidaya Tanaman Tebu Terbaru di Indonesia

a. Penggunaan SBP ( Single Bud Planting)

Salah satu teknologi baru penanaman tebu yang cukup berhasil adalah menggunakan teknologi Budchip. Budchip adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan satu mata tunas yang di peroleh dengan menggunakan alat mesin bor dengan mengadopsi teknologi pembibitan tebu dari Columbia. Dengan menggunakan teknologi budchip diharapkan akan menghasilkan benih dalam jumlah yang besar (tumbuh banyak anakan) dalam waktu yang relatif singkat pertumbuhan seragam dan menghasilkan bibit yang sehat bebas dari penyakit pembuluh (Ditjenbun, 2004).

(15)

SBP Bud chips adalah salah satu alternative pembibitan tebu untuk mengurangi masa masa bibit dan meningkatkan kualitas bibit tebu yang ditanam dengan mengambil tunas ketiak tangkai tebu. Prinsip SBP adalah pengembangan pembibitan menggunakan chip/potray dengan satu mata tunas, transplanting lebih cepat, menerapkan jarak tanam lebar (60 cm) di lapangan dan penyediaan kelembaban yang cukup dan menghindari penggenangan air (Ditjenbun, 2004).

Dengan melihat keunggulan teknologi budchip di bandingkan dengan bagal (konvensional) maka petani lebih berminat untuk mencoba menggunakan teknologi baru tersebut, karena teknologi budchip ini di sebut sebut sebagai tanaman masa depan yang bisa di jadikan salah satu alternatif untuk mendapatkan tebu dengan hasil produksi yang optimal, sehingga keuntungan yang besar bisa tercapai (Ditjenbun, 2004).

Namun SBP juga memiliki kekurangan yaitu diperlukan modal awal pembibitan yang tinggi, harus ada inovasi peralatan pembibitan baru, peningkatan SDM karena merupakan teknologi baru di Indonesia dan penyediaannya rumit (Ditjenbun, 2004).

b. Sustainable Sugarcance Initiative (SSI)

Sustainable Sugarcance Initiative (SSI) adalah metode produksi tebu yang menggunakan sedikit benih, sedikit air dan pemnfaatan optimal pupuk dan lahan untuk mencapai hasil lebih. Didorong oleh petani, SSI merupakan alternative untuk benih, air, dan rung konvensional budidaya tebu intensive.

Prinsip SSI adalah tanam bibit budchip muda (umur 25-35 hari), menjaga jarak tanam (5m x 2m), memberikan kelembaban yang cukup melalui teknologi irigasi yang efisien yaitu tanpa irigasi tetes bawah pemupukan terlatih, tumpang sari dengan pemanfaatan yang efektif dari tanah.

c. Percepatan Bongkar/Rawat Ratoon

(16)

2.2 Botani Tanaman Tebu

a. Klasifikasi Tanaman Tebu

Tanaman tebu berasal dari kingdom Plantae (tumbuhan), sub kingdom Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas Liliopsida (berkeping satu /monokotil, sub kelas Commelinidae, ordo Poales, famili Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan), genus Saccharum dan spesies

Saccharum officinarum Linn.

b. Morfologi Tanaman Tebu

Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang, dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua, atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda.

Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun. Pertulangan daun sejajar.

Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter. Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam akar, yaitu akar setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek batangnya, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih muda. Akar tunas berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh. Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai dengan pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm. Setiap bunga mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala putik.

c. Stadia Pertumbuhan Tanaman Tebu

(17)

yang dibutuhkan dalam memproduksi gula. Dalam pertumbuhannya hingga siap dijadikan bahan baku produksi gula, tanaman tebu melewati 4 fase pertumbuhan yang antara lain:

1. Fase Perkecambahan (0 – 1 Bulan)

Fase perkecambahan pada tanaman tebu dimulai saat terjadinya pertumbuhan mata tunas tebu yang awalnya dorman menjadi tunas muda yang dilengkapi dengan daun, batang, dan akar. Fase perkecambahan sangat ditentukan faktor internal pada bibit seperti varietas, umur bibit, jumlah mata, panjang stek, cara meletakan bibit, jumlah mata, bibit terinfeksi hama penyakit, dan kebutuhan hara bibit. Selain itu, faktor eksternal seperti kualitas dan perlakuan bibit sebelum tanam, aerasi dan kelengasan tanah, kedalaman peletakan bibit (ketebalan cover), dan kualitas pengolahan tanah juga sedikit berpengaruh pada fase perkecambahan ini.

2. Fase Pertunasan atau Fase Pertumbuhan Cepat (1 – 3 bulan)

Pertumbuhan anakan adalah perkecambahan dan tumbuhnya mata-mata pada batang tebu di bawah tanah menjadi tanaman tebu baru. Fase pertunasan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tebu, karena dapat merefleksikan produktivitas tanaman tebu. Pada fase ini, tanaman membutuhkan kondisi air yang terjamin kecukupannya, oksigen dan hara makanan khususnya N, P dan K serta penyinaran matahari yang cukup.

(18)

lingkungan (ekstrinsik) yang meliputi intensitas penyinaran matahari, air, unsur hara, dan temperatur.

3. Fase Pemanjangan Batang (3 – 9 bulan)

Proses pemanjangan batang pada dasarnya merupakan pertumbuhan yang didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang. Fase ini terjadi setelah fase pertumbuhan tunas mulai melambat dan terhenti. Pemanjangan batang merupakan proses paling dominan pada fase ini, sehingga stadia pertumbuhan pada periode umur tanaman 3 – 9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan batang. Ada dua unsur dominan yang berpengaruh dalam fase pemanjangan batang. Unsur tersebut adalah diferensiasi dan perpanjangan ruas-ruas tebu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama sinar matahari, kelembaban tanah, aerasi, hara N, dan faktor inheren tebu.

4. Fase Kemasakan/Fase Generatif Maksimal (10-12 bulan)

(19)

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Tebu

2.3.1 Pembibitan

Bibit yang akan ditanam berupa bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.

1. Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

2. Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan tiga stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. Satu hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar. 3. Bibit rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

a. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat. b. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai. c. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air

dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.

Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

(20)

2.3.2 Pembukaan Lahan

1. Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.

2. Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

2.3.3 Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam.

Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.

1. Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha. 2. Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm,

bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak.

2.3.4 Pemeliharaan Tanaman

(21)

a. Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.

b. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

c. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan

e. Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

2.3.5 Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.

2.3.6 Pembubunan

(22)

a. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b. Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan. c. Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

d. Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.

Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

2.3.7 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.

2.3.8 Pengairan danPenyiraman

Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

a.Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

b. Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun. c.Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d. Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam. Pengairan dilakukan pada saat:

a. Waktu tanam

b. Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif c. Pematangan

(23)

1. Hama Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus)

penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens)

Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar. 2. Penyakit

a. Pokkahbung Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun, pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga. b. Dongkelan Penyebab: jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah

jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.

c. Noda kuning Penyebab: jamur Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman. Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.

(24)

hitam pada tempat potongan, bau seperti buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25% fenylraksa asetat.

e. Noda cincin Bagian yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan membakarnya.

f. Busuk bibit Bagian yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang baik, serta tanah dijaga tetap kering. g. Blendok Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan

pada musim kemarau.Penyebab: Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY), Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari. h. Virus mozaik Penyebab: Virus. Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit

yang sakit dicabut dan dibakar. 2.3.10 Panen

1. Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu: a. Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan

b. Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan,

c. Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.

2. Cara Panen

a. Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

b. Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang. c. Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan

(25)

d. Pucuk dibuang.

e. Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam.

Perkiraan Produksi Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120 ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80 tom/ha.

2.4 Perlakuan Budchip pada Tanaman Tebu

Pembibitan tebu budchip merupakan langkah maju pada penerapan program bongkar ratoon yang sering mendapat kesulitan memenuhi kebutuhan bibit bersertifikat yang diperoleh dari Kebun Bibit Datar ( KBD). Penggunaan benih unggul tebu bud chips dalam 1 hektar kebun Bibit Datar ( KBD) menghasilkan benih 50-60 ton setara 350.000- 420.000 mata tunas budchips. Kebutuhan bibit budchips dalam satu hektar pertanaman baru plane cin diperlukan 12000-18000 batang bibit setara 2-2,5 ton bagal. Sehingga dalam 1 ha luasan kebun bibit datar (KBD) mampu memenuhi kebutuhan areal tanam baru ( plane cin) mencapai 29 - 35 ha. Pembuatan kebun bibit datar memerlukan biaya besar dengan penggunaan bibit tebu bud chips ini lebih evisien dan mampu menekan luas areal Kebun Bibit Datar ( KBD) mencapai 75-80%.

Kurang tercapainya sasaran program bokar ratoon selama ini akibat terbatasnya bibit bersertifikat dari KBD karena kebutuhan bibit untuk tanam baru (plane cin) dari bagal memerlukan 8-10 ton bibit bagal perhektar sehingga 1 ha bibit dari KBD hanya mencukupi luas tanam baru 7-8 ha saja.

(26)

menjadikan tingkat kemasakan tebu dilapang sama mampu meningkatkan rendemen dan produksi persatuan luas tanam.

Penanaman tebu diwilayah pengembangan dari bibit bud chips ini ditekankan pada areal yang berpengairan teknis atau daerah yang sebaran curah hujannya jelas dengan harapan dapat menekan resiko kematian dan jumlah penyulaman akibat mati kekeringan diawal tanam.

1. Alat dan bibit tebu bud chips Alat bud chips type Balittas dengan potensi 500-600/jam atau 3500-4200 mata budchip tebu per hari mampu mendukung susksesnya pelaksanaan program bongkar ratoon.

2. Perlakuan Hot Water Treatman (HWT) Bibit budchip diperlakukan dengan merendam kedalam air (Hot Water teatmant/HWT) pada suhu 50-51 oC selama 15 menit untuk budchips dari mata tunas batang atas dan 30 menit dari mata tunas batang bawah. Pembibitan tebu bud chips cukup dengan mengambil satu mata tunas diperlakukan HWT (hot water treatman) pada suhu 51oC, selama 15-30 menit, perlakuan ZPT dan fungisida. Bibit tebu yang sudah diperlakukan tersebut tahap 1.) disemai pada bedengan perkecambahan. 2).Setelah Bibit berumur 10-14 hari dicabut dan disortasi berdasarkan diameter pertumbuhnannya dipindahkan pada bedengan pembesaran berupa Tray atau polybag.

3. Perlakuan ZPT, Bud chips yang telah di perlakukan HWT; Fungisida dan ZPT 2 % selanjutnya ditanam pada bedengan perkecambahan dengan media dari tanah; pupuk kompos dan pasir 2 : 1 : 2. Media tersebut dihampar diatas lembaran plastic setebal 6-7 cm dengan lebar 110cm dan panjang 500-1000 cm.

4. Bedengan Perkecambahan, Bibit budchips yang telah disemai pada bedengan perkecambahan permukaan bedengan ditutup rapat dengan lembaran plastic hitam atau terpal selama 3-6 hari. Penutupan permukaan bedengan untuk memacu perkecambahan tumbuh serempak dan tutup plastic segera dibuka agar tunas yang baru tumbuh segera mendapatkan sinar matahari.

(27)

tanah; pupuk kompos dan pasir 1 : 1 : 1 yang diaduk secara merata. Setiap lubang tray selanjutnya ditambahkan pupuk ponska 2-4 butir per lubang tray dan bibit titanam pada lubang tray tersusun secara berjajar.

6. Pemangkasan Daun (clypping) dan cekaman air, Pada media Tray bibit budchip akan tumbuh dengan baik dan diperlukan pengendalian pertumbuhan dengan memperlakukan cekaman air dan pemangkasan daun (Clypping) untuk menjaga agar bibit tumbuh kokoh perakaran kuat dan bibit tidak terbentuk anakan sebelum dipindah kelapang.

Bibit tebu bud chip dari bedengan perkecambahan ke tray memerlukan media tumbuh yang terbatas sampai menginjak umur 50-60 hari bibit bud chips diperlakukan cekaman air dan pemangkasan daun. Perlakuan tersebut agar terbentuk susunan ruas rapat dan tunas tidur pada pangkal bibit sempurna. Sedangkan media yang terlalu besar dan tidak dilakukan cekaman air dan pemangkasan daun bibit tumbuh subur merangsang terbentuknya anakan pada fase pembibitan. Bibit tebu bud chips yang terbentuk anakan dikala masih di pembibitan pada dasarnya kurang dikehendaki karena berpengaruh terhadap terbentuknya anakan berikutnya di lapang kurang serentak menjadikan kemasakan tebu dalam satu rumpun tidak seragam

(28)

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan setiap hari Senin. Praktikum ruang dilaksanakan di gedung tanah lantai 3 ruang A1 pada jam ke-3 yaitu pukul 10.30 - 12.10. Sedangkan praktikum lapang dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berlokasi di Kepuharjo Ngijo pada jam ke-4 yaitu pukul 13.00 sampai selesai.

Pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman kali ini kelompok kami mendapat komoditas tebu yaitu kelompok U8. Berikut adalah tabel time line kegiatan yang telah kelompok kami lakukan selama praktikum :

Tabel 2. tabel time line kegiatan

Minggu ke Tanggal Kegiatan

II 21 September 2015 Pembibitan III 28 September 2015 Pengolahan lahan IV 05 Oktober 2015 Penanaman

V 12 Oktober 2015 Penyulaman + pengairan VI 19 Oktober 2015 Pemeliharaan + pemupukan VII 26 Oktober 2015 pemeliharaan di lahan VIII 03 November 2015 pemeliharaan di lahan IX 09 November 2015 Pemeliharaan

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Pertanian untuk komoditas tebu yaitu : Cangkul dan cangkil untuk pengolahan tanah, cetok untuk menggali tanah, ember untuk wadah pupuk kandang, gayung untuk mengambil pupuk, gembor untuk mengambil air (menyiram tanaman), kamera untuk dokumentasi, bolpoin dan tabel parameter pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan, raffia untuk menandai perlakuan control dan pembatas lahan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu : Tebu Bagal, tebu keprasan dan bud chip untuk objek pengamatan, air untuk menyiram tanaman dan pupuk kandang untuk menambah bahan organik tanah.

3.3 Cara Kerja

(29)

menempel pada batang tebu. Batang tebu yang sudah bersih kemudian dikumpulkan dan dipotong dengan tiap potongan terdapat dua mata tunas. Tebu hasil potongan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bibit.

Kegiatan setelah pembibitan adalah pengolahan lahan. Pengolahan lahan ini diawali dengan penggemburan tanah dengan cara membalik tanah menggunakan cangkul atau cangkil. Tanah yang sudah diolah di beri pupuk kandang dengan takaran 7,5 kg per bedeng. Setelah itu dilanjutkan dengan penyiraman menggunakan air.

Kegiatan yang selanjutnya yaitu penanaman. Penanaman dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu tebu Bagal, tebu keprasan dan bud chip. Pada tebu Bagal yang digunakan adalah bibit dengan dua mata tunas. Bibit ini ditanam dengan posisi masing-masing tunas menghadap ke samping. Pada lubang selebar 15 cm berjajar dua bibit dengan jarak tanam 10 cm, kemudian tutup bibit dengan tanah. Setelah bibit ditanam lahan di beri pupuk dan kemudian disiram. Pada tebu keprasan dipilih lahan bekas tebu yang sudah dikepras dengan luas lahan sekitar 1 m2. Pada tebu bud chip yang digunakan adalah bibit dengan satu mata tunas. Luas

lahan yang digunakan adalah (30 x 100) cm. Pertama-tama menggemburkan tanah supaya tebu bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemudian bagi lahan tersebut menjadi empat bagian lalu tanam bud chip pada tiap bagian dengan jarak tanam 5 cm. Setelah itu tutup bibit dengan tanah dan siram dengan air.

Apabila tanaman yang di tanam tidak tumbuh maka dilakukan penyulaman dan pengairan kembali. Penyulaman dilakukan dengan cara mengambil bibit yang tidak tumbuh dan menggantinya dengan bibit baru yang lebih baik. Setelah dilakukan penyulaman, tanah ditutup kembali dan dilakukan pemberian pupuk serta disiram dengan air sesuai kapasitas lapang.

(30)

3.4 Parameter Pengamatan

Parameter yang digunakan untuk mengamati tanaman tebu yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, intensitas penyakit dan perkecambahan. Masing-masing parameter hanya diambil pada lima sampel tanaman secara acak, tujuannya adalah supaya data yang diperoleh bisa mewakili semua tanaman yang ada pada larikan.. 1. Tinggi tanaman

Data tinggi tanaman dapat di peroleh dengan cara mengukur tanaman menggunakan penggaris dari batas bawah yang bersentuhan dengan tanah hingga ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan dan sebagai parameter untuk menilai pengaruh lingkungan serta perlakuan yang diterapkan. Selain itu tinggi tanaman merupakan parameter yang paling mudah untuk diamati

2. Jumlah daun

Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan untuk indikator pertumbuhan serta kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada sautu lingkungan. Karena daun merupakan bagian yang sangat penting untuk tanaman terutama sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Jumlah daun dihitung secara manual dengan melihat banyaknya daun yang muncul pada tangkai.

3. Intensitas Penyakit

Pengamatan intensitas digunakan sebagai parameter ketahanan tanaman terhadap gangguan dari luar. Gangguan yang di maksud bisa berupa serangan hama atau penyakit. Adanya kerusakan dari bagian tanaman di bandingkan dengan bagian tanaman yang sehat. Dari situ bisa diketahui berapa intensitas tanaman yang terkena penyakit.

4. Perkecambahan

Pengamatan tentang perkecambahan digunakan sebagai indikator berhasil dan tidaknya proses pembibitan. Jika bibit tanaman tebu sudah berkecambah dan muncul tunas maka pembibitan berhasil dilakukan. Namun jika tunas pada tebu tidak muncul maka diperkirakan ada yang salah dari bibit, media maupun perlakuannya.

3.5 Denah Petak Pratikum

(31)
(32)

4.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tinggi Tanaman Tebu

Tabel 3 . Rerata Tinggi Tanaman Tebu

No Sampel Umur tanaman (hari setelah tanam)

12 21 28 35 42 49

1 Bagal 1,5 cm 25,9 cm 55,2 cm 68,5 cm 75 cm 79,6 cm

2 Lonjoran 27,03 cm 48,3 cm 60 cm 77,2 cm 95,39 cm 115 cm

Grafik 1. Rerata Tinggi Tanaman Tebu

(33)
(34)

4.1.2 Jumlah Daun Tanaman Tebu

Tabel 4. Parameter Jumlah Daun Tebu

No Sampel Umur tanaman (hari setelah tanam)

12 21 28 35 42 49

1 Bagal 1.2 3.4 5 6.2 6.4 7.5

2 Lonjoran 3 3,6 3,6 5,4 6,6 7,6

Grafik 2. Parameter Jumlah Daun Tebu

(35)

lonjoran pada 28 dan 35 hari setelah tanam 5; 3,6 dan 6,2; 5,4. Sedangkan pada umur tanaman 42 hari setelah tanam dan 49 hari setelah tanam diantaa kedua perakuan tersebut memiiki nilai rerata jumlah daun ang hampir sama, yaitu pada umur 42 hari setelah tanam perlakuan bagal nilai reratanya 6,4 dan padaperlakuan lonjoran 6,6 . Pengamatan terakhir yaitu pada saat umur tanaman adalah 49 hari setelah tanam yang memiliki nilai rerata pada perlakuan bagal 7,5 sedangkan perlakuan lonjoran 7,6.

4.1.3 Jumlah Anakan Tebu

Tabel 5. Jumlah Anakan Tebu

No Sampel Umur tanaman (hari setelah tanam)

42 49 56

1 Bagal 1,3 2,3 5,3

2 Lonjoran 0 0 0

Grafik 3. Jumlah Anakan Tebu

(36)

anakan perlakuan bagal adalah 2,3 dan pada pengamatan terakhir atau pada 56 hari setelah tanam rerata jumlah anakan pada perlakuan bagal adalah 5,3.

4.1.4 Intensitas Serangan Penyakit

4.1.4.1 Gambar Penyakit Tabel 6. Penykit pada tebu

No Nama Penyakit Keterangan Gambar Penyakit

1. Daun

Berlubang

Daun pada tebu berlubang - lubang disebabkan oleh gigitan Belalang

Tabel 7 Data Intensitas Penyakit Pengamatan Pertama

Σ Daun

Tabel 8. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kedua

(37)

Tanaman 4 3 0 0 0 0 3 0%

Tanaman 5 4 0 0 0 0 4 0%

Tabel 9. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Ketiga

Σ Daun

Tabel 10. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keempat

(38)

Tabel 11. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kelima

Tabel 12 . Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keenam

Σ Daun

Tabel 13. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Pertama

(39)

Tabel 14. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kedua

Tabel 15. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Ketiga Σ Daun

Tabel 16. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Keempat Σ Daun

Tabel 17. Data Intensitas Penyakit Pengamatan Kelima Σ Daun

(40)

Σ Daun Terserang

Skala kerusakan Total daun

Intensitas penyakit

0 1 2 3 4

Tanaman 1 5 1 0 0 0 6 16,6%

Tanaman 2 5 2 0 0 0 7 33,3%

Tanaman 3 6 0 0 0 0 6 0%

Tanaman 4 6 2 0 0 0 8 33,3%

Tanaman 5 6 2 0 0 0 8 33,3%

(41)

4.1.5 Keragaman Serangga

Tabel 19. Keragaman Serangga pada Tanaman Tebu

(42)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tinggi Tanaman Tebu

Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan dalam percobaan atau sebagai indikator untuk mengetahui pengaruh lingkungan. Dalam pengukuran dilakukan dengan cara yaitu dipilih 5 sampel tanaman dalam 1 populasi sebagai tanaman yang akan diamati pengukuran dimulai dari bagian bawah tanaman sampai meyentuh tanah hingga pada pucuk daun. Pengamatan dilakukan 1 kali dalam seminggu dengan 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, dan 49 hst. Lain hanya menurut Akbar (2014) bahwa pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman di mulai dari batang bagian bawah sampai batang bagian atas. Dimana batas yang di ukur di mulai dari batang yang pertama kali muncul daun sampai batas akhir munculnya daun. Pengamatan di lakukan sebanyak 4 kali pengukuran pada umur 30 hst, 60 hst, dan 90 hst.

(43)

terutama sinar matahari, kelembaban tanah, aerasi, hara N dan faktor inheren tebu (Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim, 2005).

Tebu memiliki kemampuan untuk membentuk anakan dalam satu rumpun. Sehingga pertunasan anakan merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan tanaman tebu. Pada fase pertumbuhan anakan akan berpotensi dalam menghasilkan bobot tebu yang optimal. Jumlah anakan pada tebu sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Sehingga dengan meningkatnya jumlah anakan maka akan semakin tinggi pula produksi yang akan dihasilkan. Jumlah anakan yang dihasilkan akan mempengaruhi populasi tanaman (Harjanti, dkk. 2014). Dari pengamatan yang dilakukan baik pada sampal petama hingga yang kelima pengamatan jumlah anakan dilakukan pada 42 Hari setelah tanam diman pada sampel pertama terdapat jumlah anakan ketika 56 hari setelah tanam dengan jumlah 2 anakan. Kemudian pada sampel kedua pad 42 Hari setelah tanam.

4.2.2 Jumlah daun Tanaman Tebu

Daun tebu tumbuh dari buku-buku batang, fungsi pelepah daun tebu disini yaitu sebagai pelindung bagi titik tumbuh tebu. Selama pertumbuhan, daun berpengaruh baik pada mata tunas karena melindungi terhadap kekeringan. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui sampel pertama tanaman tebu Bagal pada 14 hst terdapat dua daun, pada 21 hst terdapat tiga daun, pada 28 hst terdapat lima daun, pada 35 hst terdapat enam daun, pada 42 hst terdapat 6 daun dan pada 49 hst terdapat 8 daun. Pada sampel kedua dan ketiga hampir sama dengan sampel pertama yaitu selalu terjadi pertambahan daun. Sedangkan untuk sampel keempat dan kelima pada 14 hst belum terdapat daun, hal itu disebabkan oleh belum tumbuhnya tunas pada bibit yang telah ditanam sehingga untuk pembentukan daunnya juga tidak secepat pada sampel lainnya.

(44)

berakibat pada kerusakan bibit. Perkecambahan disini terutama ditekankan pada terjadinya perkembangan tubuh atau organ yang terdapat di bagal atau batang tebu yaitu mata yang merupakan suatu miniatur batang dengan titik tumbuhnya dan primordia daun dan akar. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, maka disamping keadaan lingkungan yang baik tanaman secara genetik juga harus baik. Sifat-sifat fisiologis tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, sehingga sifat fisiologis dapat menggambarkan pertumbuhan suatu tanaman. lama penyimpanan yang lebih panjang pada batas tertentu maka kadar air akan berkurang, dengan berkurangnya kadar air maka pemecahan sukrosa ke dalam gula sederhana (glukosa dan fruktosa) menjadi lebih cepat sehingga perkecambahan lebih sempurna dan akan berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat Tjokrodirdjo (1985).

(45)

Perkecambahan yang baik mendukung proses muculnya daun pada tahap vegetatif. Dari kelima sampel yang diamati jumlah daun yang muncul sudah cukup baik untuk proses fotosintesis tanaman. Pada sampel keempat dan kelima pun juga mengalami perkembangan yang baik, meskipun pertumbuhan tunas agak sedikit terlambat dari ketiga sampel sebelumnya.

4.2.3 Intensitas Serangan Penyakit

Intensitas serangan penyakit merupakan salah satu parameter yang penting dilakukan pada komoditas tebu. Intensitas penyakit sendiri merupakan proporsi atau jumlah tanaman mati atau sakit dibandingkan dengan jumlah semua tanaman yang mati. Hal inilah yang menyebabkan parameter intensitas penyakit mutlak untuk dipahami. Pada komoditas tebu yang diamati pada 49 hst masih tidak ditemukan penyakit, namun hal ini perlu diklarifikasi penyebab tidak adanya penyakit tersebut. Hal ini kemungkinan karena umur tebu yang masih mudah, faktor iklim yang cocok serta pengolahan lahan yaang sesuai.

(46)

4.2.4 Keragaman Serangga Tanaman Tebu

Dunia pertanian tidak akan lepas hubungannya dengan serangga. Peran tersebut berkaitan dengan aspek hubungan antara serangga dengan tumbuh-tumbuhan baik peranan serangga sebagai polinator, penyeimbang tropik komunitas dan bahkan sebagai hama yang merugikan, terlebih lagi pada lahan budidaya. Serangga pada suatu komoditas dalam budidaya Selama pengamatan yang telah dilakukan ialah ditemukan adanya belalang hijau yang berperan sebagai hama. Belelang tersebut mulai ditemukan keberadaannya ketika umur tanaman 35 hst. Diketahui adanya belalang tersebut karena pada daun tanaman tebu pada sampel yang diamati terdapat bekas gigitan belalang yang terdapat pada daun tanaman tebu yang menyebabkan daun tebu berlubang. Sehingga yang nantinya akan menurunkan produksi rendemen tebu karena kerja fotosintesis yang terhambat. Namun sebenarnya masih banyak serangga yang berpotensi sebagai hama pada populasi tanaman tebu menurut Indrawanto,dkk (2010) Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu umur 2 minggu sampai umur tebang. Gejala serangan ini berupa lubang-lubang melintang pada helai daun yang sudah mengembang. Kemudian ada hama uret berupa larva kumbang yang menyerang perakaran dengan memakan akar sehinga tanaman tebu menunjukkan gejala seperti kekeringan. Serta hama penggerek batang bergaris merupakan penggerek batang yang paling penting yang hampir selalu ditemukan di semua kebun tebu.

4.2.5 Pembahasan Umum

(47)

Pada saat itu penanaman dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2015 15:40 WIB. Tebu dengan perlakuan bagal yaitu dimana penanaman tebu dengan mengambil bibit yang memiliki 2 mata tunas. Bibit yang diambil yaitu bagian batang yang masih aktif membelah atau tidak boleh diambil pada bagian paling bawah dan berumur ±60 hst. Kemudian penanaman dilakukan secara Doble row

dengan posisi mata tunas di samping. Hal ini dimaksudkan agar bila salah satu tunas mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan Indrawanto,dkk (2010). Seperti pada gambar 2.

Gambar 5. Penanaman secara Doble row

Sumber : Dokumentasi pribad, 2015

(48)

Gambar 6. Pemberian Pupuk Kandang

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 7. Membenam bibit dengan pupuk kandang

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Ketika dilakukan pengamatan selang waktu 2 minggu dari banyak bibit yang ditanam dengan terdapatt banya mata tunas hanya tumbuh 3 mata tunas. Maka akan dilakukan penyulaman dengan mengannti bibit-bibit yang baru dan diakukan dengan pelakuan yang sama. Jadi pada saat itu penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. Hal ini serupa dengan yang di jelaskan oleh Indrawanto,dkk (2010), bahwa untuk bibit bagal penyulaman dilakukan 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.

(49)
(50)

5. KESIMPULAN

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun, 2004. Pedoman Teknologi Budidaya Tebu Lahan Kering. Jakarta Hakim, M. 2008. Tebu, Menuju Swasembada Gula Dengan 4 Pilar Trobosan.

Emha Training Center & Advisory, Bandung

Indrawanto, Chandra. Purwono. Siswanto. M. Syakir. Widi Rumini, MS. 2010.

Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta : ESKA Media.

Mulyana, W. 2001. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu Dengan Segala Masalahnya. Aneka Ilmu, Semarang.

PTPN VII. 1997. Vademecum Tanaman Tebu. BandarLampung.

Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim, 2005 dalam Basuki. 2013. Pengaruh cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap karakteristik agronomi tanaman tebu sistem tanam bagal satu. Menara Perkebunan 2013 81(2), 49-53. Lumajang : Pusat Penelitian Sukosari PTPN XI.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu: Liku - Liku Permasalahannya. Kanisius, Yogyakarta.

(52)

LAMPIRAN

lampiran 1 Pemberian pupuk kandang

saat awal penanaman bibit bagal

lampiran 2. Pemberian pupuk kandang saat awal penaanman bibit bagal

lampiran 3. Penanaman bibit bagal

(53)

lampiran 5. Penanaman bibit budchip

lampiran 6. Sampel tanaman tebu keprasan

lampiran 7. Petak untuk tebu Budchip

(54)

lampiran 9. Awal muncul tunas

lampiran 10. Awal muncul tunas

lampiran 11.Tanaman tebu keprasan

(55)

lampiran 13. Sampel satu tebu bagal

lampiran 14. Sampel dua tebu bagal

(56)

lampiran 16. Sampel lima tebu bagal

lampiran 17. Awal pertumbuhan tebu bagal

(57)

lampiran 19. Perawatan tebu bagal

lampiran 20. Pengamatan tebu bagal

(58)

lampiran 22. Pengamatan sampel bagal

lampiran 23. Pengamatan sampel bagal

(59)

lampiran 25. Sampel tebu keprasan

(60)

Data Pengamatan Utuh

Parameter Panjang Tanaman (Bagal)

lampiran 27. Tabel Parameter Panjang Tanaman (Bagal)

Sample Umur Tanaman (hst)

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

1 2 cm 30 cm 56 cm 75 cm 82 cm 83 cm

2 1,5 cm 23,5 cm 46 cm 53 cm 65 cm 82 cm

3 4 cm 14 cm 44 cm 57 cm 66 cm 68 cm

4 - 23 cm 57 cm 75 cm 76 cm 79 cm

5 - 39 cm 73 cm 83 cm 86 cm 93 cm

Rerata 1,5 cm 25,9 cm 55,2 cm 68,5 cm 75 cm 79,6 cm

Parameter Jumlah Daun (Bagal)

lampiran 28. Tabel Parameter Jumlah Daun (Bagal)

Sample Umur Tanaman

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

1 2 3 5 6 6 8

2 2 4 4 5 6 7

3 2 3 4 5 6 7

4 - 3 6 7 7 8

5 - 4 6 7 7 8

(61)

Prameter Jumlah Anakan Tebu (Bagal)

lampiran 29. Tabel

Prameter Jumlah Anakan Tebu (Bagal)

Parameter Panjang Tanaman (Lonjoran)

lampiran 30. Tabel Parameter Panjang Tanaman (Lonjoran)

Sample Umur Tanaman (hst)

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

1 27,5 cm 48 cm 55 cm 60 cm 77,6 cm 68 cm

2 27,6 cm 40,5 cm 51 cm 62 cm 75,5 Cm 108 cm

3 31 cm 53,1 cm 70 cm 89,3 cm 115,5 Cm 146 cm

4 27,3 cm 53,1 cm 66,5 cm 88 cm 110,5 Cm 133 cm

5 22 cm 45,5cm 57,5 cm 86,7 cm 97,8 Cm 120 cm

Rerata 27,03 cm 48,3 cm 60 cm 77,2 cm 95,39 cm 115 cm

Sampel 42 hst 49 hst 56 hst

1 - - 2

2 1 2 3

3 1 2 4

4 - - 4

(62)

lampiran 31. Tabel Parameter Jumlah Daun (Lonjoran)

Sampel 42 hst 49 hst 56 hst

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

4 0 0 0

(63)
(64)

4.7

Perhitungan Intensitas Penyakit pada bibit Lonjoran: Pengamatan pertama

Sampel 1 = (0.0)+(1.1)+(0.2)+(0.3)+(0.4) 100 % = 25 % 4.1

(65)
(66)

Gambar

Tabel 1. Data Statistik Tebu dan Gula Indonesia (2004 – 2008)
Tabel 2. tabel time line kegiatan
Gambar 1. Denah Lahan Tebu
Grafik 1. Rerata Tinggi Tanaman Tebu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/PMK.03/2007 tentang Penyesuaian Besarnya Peredaran Bruto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Boleh Menghitung

Dalam tahapan ini akan dilakukan beberapa tahapan untuk mengevaluasi prototipe aplikasi pembelajaran interaktif pengenalan hewan yang telah dibangun, Seperti tahapan

Proses- proses masuknya bahasa asing ke Indonesia yang semakin berkembang menjadi bahasa lain yang digunakan secara aktif belum dapat dikatakan sebagai sebua

itu, guna memberi perkembangan yang baik bagi urban toys di Indonesia khususnya di Yogyakarta perlu melakukan pengarsipan terhadap para kreator di Yogyakarta guna mendapat data

Hasil analisis statistik untuk konsentrasi debu dengan jumlah kendaraan, pada areal parkir upper ground memiliki nilai korelasi yang searah atau berbanding lurus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kemampuan personal

Hubungan antara social support melalui social media dan blogging dengan tingkat psychological well-being menunjukkan hasil korelasi positif dengan nilai

Kajian juga mendapati bahawa tidak tidak terdapat perbezaan yang signifikan antara masalah keluarga, masalah rakan sebaya dan masalah disiplin mengikut jantina dan tidak