• Tidak ada hasil yang ditemukan

K KLINIK 22 Mei 2015 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "K KLINIK 22 Mei 2015 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA

: Mita Nurlinda

NIM : 110131050

KELAS

: 4 – B

TUGAS KIMIA KLINIK TEORI

KESEIMBANGAN ASAM-BASA DALAM TUBUH

Sepanjang perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat di dalam darah

berada dalam perbandingan 1:20, maka pH darah tetap normal, dan bahwa satu kemudahan dalam perbandingan ini, yang dihitung dari persamaan Henderson – Hasselbach pada pH normal dari darah tersebut, akan mengganggu keseimbangan asam-basa darah dan jaringan dalam arahan asidosis atau alkalosis.

Kandungan H2CO3 dalam darah di bawah kendali system pernafasan disebabkan ketergantungan asam karbonat terhadap PCO2, yang pada gilirannya dipantau melalui organ-organ respirasi. Akibatnya, gangguan pada keseimbangan asam-basa berperan terhadap perubahan dalam kandungan H2CO3 dari darah tersebut yang disebut dengan pernafasan di dalam organ. Bahkan pernafasan asidosis akan terjadi ketika keadaan seperti yang menyebabkan akumulasi H2CO3 di dalam darah; dan pernafasan alkalosis akan terjadi mana kala laju eliminasi CO2 terlalu banyak, sehingga reduksi H2CO3 terjadi di dalam darah. Mengenai perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat normal 1:20 terganggu, dan pH darah akan turun atau naik sesuai dengan retensi atau eliminasi CO2 yang berlebihan. Namun bila

(2)

asidosis dengan penyerapan kembali lebih banyak bikarbonat di dalam tubula renal, dan pada respirasi alkalosis dengan mengizinkan lebih banyak bikarbonat untuk lepas

dari penyerapan ulang dan bahkan yang dikeluarkan ke dalam urin. Respirasi asidosis atau alkalosis kemudian disebut dengan terkompensasi, yang artinya bahwa meskipun jumlah asam karbonat dan bikarbonat dalam darah abnormal, pH-nya masih normal karena rasio dari keduanya telah dipulihkan ke keadaan normal (1:20). Ini adalah lanjutan dari pembicaraan di atas, bahwa kandungan CO2 dari plasma, yang merupakan satu ukuran dari kedua asam karbonat dan bikarbonat, akan lebih tinggi daripada normal dalam respirasi asidosis yang dikompensasikan dan lebih rendah dari normal pada respirasi alkalosis yang dikompensasikan.

Gangguan pada keseimbangan asam-basa berperan pada perubahan kandungan bikarbonat di dalam darah, ini dikatakan dengan metabolikasal. Kekurangan bikarbonat tanpa perubahan dalam asam karbonat akan menghasilkan asidosis metabolik; jika bikarbonat berlebih dikatakan alkalosis metabolik. Kompensasi akan terjadi melalui pengaturan konsentrasi asam karbonat, dalam hal yang pertama

melalui eliminasi CO2 dengan lebih banyak (hiperventilasi) dan dalam hal yang terakhir melalui retensi CO2(respirasi tertekan). Kandungan CO2 dari plasma dengan jelas akan lebih rendah dari normal pada asidosis metabolik dan lebih tinggi dari normal pada alkalosis metabolik.

Penyebab Kegagalan Keseimbangan Asam-Basa

 Asidosis Metabolik

Hal ini disebabkan oleh berkurangnya fraksi bikarbonat, dengan tidak berubah atau berubah relatif kecil dalam fraksi asam karbonatnya. Ini adalah paling umum, yaitu tipe asidosis klasik. Hal ini terjadi pada diabetes tak terkontrol denganketosis,

(3)

ginjal, keracunan oleh garan asam, kehilangan cairan usus yang berlebihan (terutama sekali dari usus kecil dan kolon yang lebih rendah, seperti padacolitis), dan

kehilangan elektrolit apa saja yang berlebihan telah terjadi. Meningkatnya respirasi (hiperpnea) mungkin satu hal yang penting dari suatu asidosis yang tidak dikompensasikan.

 Asidosis Respirasi

Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya asam karbonat, H2CO3relatif

terhadap bikarbonat, HCO3–. Ini dapat terjadi pada suatu penyakit yang pernafasannya kurang baik (buruk), sepertipneumonia, episema, lelah kongesti, asma, atau indepresi dari pusat respirasi (seperti keracunan oleh morfin). Alat pernafasan yang kurang berfungsi bisa juga menjadi penyebab asidosis respirasi.

 Alkalosis Metabolik

Keadaan ini terjadi tatkala ada kenaikan dalam fraksi bikarbonat, dengan tidak

berubah atau berubah relatif kecil dalam fraksi asam karbonat. Mudahnya pengisian sisa alkali bagi alkalosis yang diproduksi melalui pengisapan alkali dalam jumlah besar, seperti yang terjadi pada pasien-pasien dalam pengobatan radang dinding lambung. Tetapi tipe alkalosis ini terjadi jauh lebih umum sebagai akibat dari tingginya abstruksi usus (seperti padapirolik stenosis), setelah muntah yang berkepanjangan, atau setelah kehilangan sekresi gastrik yang berlebihan yang mengandung asam lambung (seperti pada sedotan perut-gastric suction). pH darah meningkat dari alkalosis tak terkompensasikan setelah berperan untuk tetanus perut, meskipun kaitannya dengan sakit perut, tentunya, adalah insidental. Sebutan umum dalam bentuk alkalosis ini adalah kekurangan klorida yang disebabkan oleh

(4)

seperti asam hidroklorida—asam lambung).

Ion-ion klorida yang kehilangan kemudian digantikan oleh bikarbonat. Tipe alkalosis metabolik ini cocok diistilahkan dengan alkalosis „hipokloremik“. Penggabungan yang sering terjadi dari defisiensi kalium dengan alkalosis hipokloremik akan dibahas dalam kesempatan yang lain. Alkalosis hipokloremik juga

terjadi pada penyakit „cuching“ dan selama penatalaksanaan kortikotropin atau kortison.

Pada semua tipe alkalosis tak terkompensasikan, pernafasannya lambat dan pucat; urinnya mungkin alkalis, tetapi biasanya, disebabkan defisit natrium dan

kalium yang keseringan akan memberi-kan suatu reaksi bahkan dianggap bikarbonat darah meningkat. Yang bertolak-belakang ini ialah dapat dilambangkan dalam bagian dengan kenyataan bahwa ekskresi bikarbonat berlebih oleh ginjal akan mengalami kehilangan natrium yang seiring kondisi tersebut (natrium rendah) tidak dapat diturunkan.

Jadi ginjal menunda kebutuhan untuk mempertahankan konsentrasi natrium dalam cairan ekstra-selularnya pada pengeluaran keseimbangan asam-basa. Namun, setara—bila tidak, dalam situasi yang lazim itu, lebih penting—disebabkan ekskresi urin asam dengan adanya bikarbonat plasma yang meningkat merupakan pengaruh dari kekurangan kalium pada ekskresi ion-ion hidrogen oleh ginjal. Alkalosis metabolik seperti biasanya dialami dialami secara klinis ialah hampir selalu dikaitkan seiring dengan defisiensi kalium.

 Alkalosis Respirasi

(5)

hiperventilasi histeris, penyakit CNS mempengaruhi sistem pernafasan, keadaan awalnya adalah keracunan salisilat, hiperpnea diamati pada tingkat tinggi, atau

penggunaan alat pernafasan yang sembrono. Alkalosis

Pengukuran Keseimbangan Asam-Basa

Adanya asidosis atau alkalosis tak dikompensasi dengan akurat ditentukan melalui pengukuran pH darah. Pada asidosis atau alkalosis respirasi, penentuan pH darah mutlak diperlukan untuk sebuah diagnosis biokimia yang memadai. Namun, penentuan pH darah sering tidak dapat dikerjakan dengan mudah secara klinis. Lagi pula, pengukran ini diperlukan untuk mengetahui apakah tingkat pola elektrolit darah

terganggu pada penentuan terapi korektif yang tepat. Untuk alasan tersebut, penentuan CO2 yang berasal dari satu contoh plasma darah setelah perlakuan dengan asam (kapasitas CO2 atau daya gabung CO2) digunakan sebagai pengganti. Ukuran kadar total H2CO3 dan HCO3– dalam plasma mutlak diperlukan tetapi tidak memberikan keterangan sebagai rasio distribusi dari dua komponen dari sistem buffer bikarbonat tersebut (dan disebabkan pH darah tersebut).

Ini juga harus dicatat bahwa penentuan tunggal yang demikian juga gagal untuk menghitung konsentrasi dari sistem-sistem buffer yang lain seperti hemoglobin (keduanya dalam bentuk teroksigenasi atau tereduksi), protein serum, dan fosfat. Pada penyakit, hal itu bisa dicatat perubahannya dan bahkan menggunakan efek penting pada keseimbangan asam-basa. Namun, penentuan total CO2 darah cukup beralasan ketika diambil dalam kaitannya dengan pengamatan klinis dan riwayat kasus penyakitnya. Lagi pula, seperti yang dicatat di atas, hal ini menghasilkan informasi

atas derajat deplesi tepat bisa ditetapkan.

(6)

dilaporkan sebagai volume CO2 per 100mL, pada kondisi suhu dan tekanan yang baku, karena semua bikarbonat dan asam karbonat dikonversikanmenjadi CO2melalui

asidifikasi dan melalui imposisi vakum dalam peralatan yang digunakan untuk mengukur gas tersebut. Kandungan CO2 darah vena secara alami lebih tinggi daripada kandungan CO2 dari darah arteri.

Bila plasma yang disetimbangkan pertama kali dengan udara alveola normal (tegangan CO2, 40 mm Hg) sebelum plasma tersebut diukur, kapasitas CO2-nya (atau daya gabung CO2) diperoleh. Semula, kandungan CO2 dan daya gabung CO2secara praktis adalah identik, tetapi bila tegangan CO2-nya dalam udara alveola pasien kurang dari 40 mm, maka kapasitas CO2 akan lebih besar dari kandungan CO2-nya.

Pada penilaian kepatahan klinis akibat asidosis/alkalosis metabolik, fraksi bikarbonat dari darah tersebut secara prima adalah menarik. Bikarbonat plasma terkadang dirancang kebalikan dari basa karena itu adalah fraksi dari elektrolit plasma ini yang digunakan untuk menetralkan semua senyaw asam yang masuk ke dalam darah dan jaringan. Dalam kapasitas ini, bikarbonat plasmanya merupakan pilihan dari jalur pertama pertahanan. Hasilnya, merupakan ancaman bagi keseimbangan asam-basa dari tubuh akan direfleksikan dalam suatu perubahan di dalam komponen susunan elektrolit ini.

Konsentrasi bikarbonat plasma, yang digunakan untuk mengukur kelebihan dari alkali (basa), dapat diperoleh dari daya gabung CO2-nya. Untuk alasan ini, diasumsikan bahwa rasio bikarbonat dan asam karbonat adalah 20:1; dengan membagi daya gabung CO2-nya (yang dinyatakan dalam % vol.) dengan 2,24, maka

(7)

Sebuah ilustrasi penting dari batasan penentuan kandungan CO2 ialah diperoleh pada keseimbangan kimia yang berlaku pada keracunan salisilat. Pada keadaan awal,

alkalosis respirasi terjadi karena hiperventilasi yang disebabkan oleh efek racun dari obat tersebut pada pusat respirasi (pernafasan). Kompensasi menghasilkan pengurangan kandungan CO2 yang oleh dirinya sendiri menunjukkan adanya asidosis metabolik; namun, pH darah terdapat kenaikan di atas normal, yang mengonfirmasikan adanya alkalosis respirasi yang tidak dikompensasikan.

Lagi pula, akibat lelah ginjal (lelah renal) dan gangguan metabolik lain, yaitu asidosis metabolik „super vena“. Ini tentu saja menjengkelkan dengan menurunnya cadangan yang dihasilkan oleh upaya pada kompensasi untuk pra-keberadaan alkalosis respirasi. Saat mana terjadinya asidosis metabolik dapat dideteksi hanya melalui pengukuran pH darah, suatu pengamatan yang sangat penting dalam menanggapi terapi elektrolit. Rangkaian peristiwa tersebut yang digambarkan di atas sebagai karakteristik dari keracunan salisilat juga terjadi akibat alkalosis respirasi dari sebab lain.

Peranan Ginjal pada Keseimbangan Asam-Basa

Lagi pula, asam karbonat yang dieliminasi oleh organ pernafasan sebagai CO2. Asam-asam yang lain, yang tidak volatile(mudah menguap), dihasilkan melalui

(8)

fungsi yang sangat penting dari ginjal dalam mengubah cadangan kation di dalam tubuh.

Alat lain yang digunakan oleh ginjal untuk membufferkan asam-asam dan bahkan untuk mengubah kation (basa) yang tersedia adalah produksi ammonia dari asam amino. Ammonia disubstitusi untuk kation basa, dan jumlah ammonia yang

dimobilisir untuk tujuan ini bisa ditingkatkan dengan menyolok ketika produksi asam di dalam tubuh berlebih (misalnya, pada asidosis metabolic, seperti yang terjadi sebagai hasil dari ketosis diabetes yang tidak terkendali).

Bila basa berlebih, ginjal mengeluarkan urin alkalis (basa) untuk mengoreksi

keseimbangan ini. Detil pengaturan kesetimbangan asam-basa renal (tidak dibahas dalam artikel ini).

Pada penyakit ginjal, kerusakanglomerulus dan tubula menyebabkan

Referensi

Dokumen terkait

Mata air yang berada di Desa Gedongjetis diuji berdasarkan kualitas air dari segi parameter biologi yaitu total coliform dan fecal coliform. Metode yang digunakan

h. Meminta data dan informasi untuk kelengkapan bahan laporan pelaksanaan kegiatan dan periodik di bidang kerjasama; dan.. Memperbaiki serta meminta data/informasi

Dekomposisi serasah memainkan peran yang sangat penting dalam kesuburan tanah, seperti regenerasi dan keseimbangan nutrisi dari senyawa organik yang ada di

Populasi penelitian ini adalah kelompok masyarakat yang aktif dalam pengelolaan lahan (dusung) di sekitar kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Kota Ambon dan berbagai pihak yang

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Kapamalian anu ngatur jeung jadi padoman dina kahirupan masarakat di Désa Tanjungwangi kawengku ku istilah daur hidup (life cycle), di antarana kawin, kelahiran,

Solusi Kerusakan seperti ini dapat terjadi jika rangkaian horizontal pada IC utama tidak rusak (bekerja), tapi bagian gambar dan suara mengalami kerusakan.. Kerusakan

Pengaturan If konstan akan lebih baik dan lebih aman dibanding pengaturan dengan V konstan, karena pada saat V di atur konstan dan aka hubungan yang terputus maka motor akan