• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KB SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN KB DI BPM KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KB SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN KB DI BPM KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KB SEBELUM DAN

SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN KB DI BPM KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA

SEMARANG

SRI MULARSIH Akbid Abdi Husada Semarang

Korespondensi : abdi_husada@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kepadatan penduduk di Indonesia tinggi, di kota Semarang jumlah penduduk tahun 2011 adalah 1.544.358 jiwa. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional mengadakan program KB. Salah satu program dari BKKBN adalah Pil, Kondom, IUD (Intra Uterine Device), Implant, dan Kontap pria maupun wanita (MOP dan MOW). Data yang diperoleh dari bulan Januari- September 2012 di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb, peserta KB didominasi pada alat kontrasepasi suntik sejumlah 908 jiwa.Tujuannya untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang kb sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan KB. Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No. 10/1992).Metodenya quasi eksperimen, rancangan penelitiannyaone group pre test-post test design.Populasinya adalah sebanyak 153orang dan sampelnya adalah 61 orang.Hasil setelah penelitian dari 15 pertanyaan yang diberikan diperoleh hasil bahwa dilakukan penelitian terdapat 61 responden, pengetahuan sebelum penyuluhan sebanyak 4 responden (6.6%) menjawab benar 53% soal, 8 responden (13,11%) menjawab benar 60% soal, 12 responden (19,77%) menjawab benar 67% soal, 16 responden (26,22%) menjawab benar 73% soal, 13 responden (21,31%) menjawab benar 80% soal, 7 responden (11,5%) menjawab benar 87% soal, 1 responden (1.6%) menjawab benar 93% soal. Dan hasil sesudah dilakukan penelitian sebanyak 2 responden (3,3%) menjawab benar 87% soal, 15 responden (24,6%) menjawab benar 93% soal, 44 responden (72%) menjawab benar 100% soal.Kesimpulannya ada perbedaan antara tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang kb sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan KB di BPM Ny. Nur Aeni Farida Am.Keb yang terletak di Jl. Rejosari Rt 03/01 Ngijo kecamatan Gunungpati Kota Semarang secara statistik bermakna.

Kata Kunci : pengetahuan wanita pasangan usia subur, KB , dan penyuluhan

PENDAHULUAN

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi tujuan Pembangunan Milenium adalah sebuah paradigma pembangunan global dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Secara global ditetapkan 8 target salah satunya pada target ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu (Improve Maternal Health) diantaranya meliputi akses pelayanan bidang kesehatan dan program Keluarga Berencana (KB). Di Indonesia untuk mengurangi adanya kepadatan penduduk BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) mengadakan program KB dengan semboyan “ Dua Anak Lebih Baik” (Analisis Kebijakan Kesehatan, 2008).

(2)

Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah 237,641,326 orang, terdiri atas 119,630,913 laki-laki dan 119,630,913 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 % per tahun, sedangkan jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 adalah 241.182.182 orang, terdiri atas 121.413.414 laki-laki dan 119.768.768 perempuan, dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara. Pembahasan pengkajian mengenai situasi kependudukan di Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1967. Terbentuklah sebuah badan yang secara khusus dan spesifik bertanggung jawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) yang resmi berdiri melalui Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 1970 (Profil Data Kehehatan Indonesia, 2011)

Jumlah penduduk di Jawa Tengah dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan tercatat pada tahun 2000 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terdapat 30,92 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2011 tercatat 32,382,657 jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun, 2011). Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarangoleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri dari 767.884 jiwa penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan(Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011).

Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (undang-undang No. 10/1992). Program KB merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Handayani, 2010).

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz, 2009).

Salah satu program dari BKKBN adalah mensosialisasikan berbagai alat kontrasepsi diantaranya terdapat 6 jenis alat kontrasepsi yang tersedia yaitu Pil, Kondom, IUD (Intra Uterine Device), Implant, dan Kontap pria maupun wanita (MOP dan MOW). Berdasarkan RAKERDA BKKBN Jawa Tengah, 2012 peserta KB baru adalah pasangan suami istri yang suami atau istrinya baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi paska melahirkan/keguguran. Dalam sasaran indikator kinerja kabupaten atau kota tahun 2011, jumlah PUS yang ditargetkan menjadi peserta KB baru sebanyak 1.012.169 pasangan. Sampai dengan bulan Desember 2011,jumlah PUS yang menjadi peserta KB baru tercatat sebanyak 1.087.108 peserta atau 107,40% dari target yang harus dicapai. Walau sasaran KB sudah tercapai, namun melihat dari metode kontrasepsi yang digunakan peserta KB baru mayoritas menggunakan KB PIL dan Suntik.Tercatat sebanyak 788.167 peserta yang menggunakan kedua metode kontrasepsi tersebut (BKKBN, 2011).

Di Jawa Tengah peserta KB aktif 2011, peserta KB IUD sebanyak 80.140 peaerta (134,23%), peserta KB MOW sebanyak 22.144 peserta atau 121,07%, peserta KB MOP 3.207 peserta atau 81,70%, peserta KB Kondom 67.103 peserta atau 128,40%, peserta KB Implan 126.377 peserta atau 121,30%, peserta KB suntik 594.283 peserta atau 102,50%, peserta KB PIL 193.884 peserta atau 99,89% (BKKBN, 2011).

(3)

8.087 peserta atau 6,0%, peserta KB Implan 7.831 peserta atau 5,8%, peserta KB suntik 80.033 peserta atau 59,2%, peserta KB PIL 19.374 peserta atau 14,3% (Dinkes, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Januari- September 2012 di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb Kecamatan Gunung Pati peserta KB PIL sejumlah 103 jiwa, KB Kondom sejumlah 25 jiwa, KB Suntik sejumlah 908 jiwa, KB IUD sejumlah 25 jiwa dan KB implant sejumlah 13 Jiwa.

Berdasarkan data dari BKKBN, Dinkes, dan BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb diatas bahwa pengguna alat kontrasepsi untuk masing-masing jenis alat kontrasepsi belum merata dan masih ada yang mendominasi untuk beberapa jenis alat kontrasepsi. Akseptor KB pil dan suntik masih mendominasi.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb, pada tanggal 8 Desember 2012 tentang pengetahuan KB dengan cara wawancara beberapa pertanyaan seputar alat kontrasepsi terhadap 10 wanita pasangan usia subur. Di peroleh data bahwa untuk wawancara sebelum dilakukan penyuluhan didapatkan sejumlah 6 orang belum mengerti mengenai alat kontrasepsi dan 4 orang sudah mengerti alat kontrasepsi namun belum paham dan wawancara setelah dilakukannya penyuluhan alat kontrasepsi didapatkan hasil bahwa 8 orang telah mengerti mengenai alat kontrasepsi dan 2 orang masih belum mengerti tentang alat kontrasepsi.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil judul penelitian “Perbedaan Antara Tingkat Pengetahuan WPUS Tentang KB Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Kesehatan KB di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kompetensi bidan dalam melakukan pelayanan keluarga berencana (KB) untuk mencari perbedaan antara tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang KB sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan KB di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb Desa Rejosari Ngijo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi ekperimental dengan rancangan penelitian quasi ekperimental menggunakanone grouppre test-post test design.

Menurut Notoatmodjo (2011), model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pre Test Perlakuan Post Test

01 X 02

Tabel 1. Rancangan penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang tercatat di BPM Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb pada bulan Oktober 2012 sejumlah 153 peserta.

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan (purposive sampling) yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara megambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu(Arikunto, 2010). Dari teknik sampling yang peneliti gunakan terdapat kriteria sampel penelitian yaitu sebagai berikut:

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita pasangan usia subur yang dalam usia reproduksi. b. Wanita pasangan usia subur yang bersedia dilakukan penelitian c. Wanita pasangan usia subur yang bisa membaca dan menulis Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

(4)

b. Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden 1) Umur Responden

Distribusi responden berdasarkan umur disajikan sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi umur responden di wilayah kerja BPM Ny. Nur Aeni Farida

Data yang diperoleh dari penelitian menunjukan bahwa usia responden kelompok usia paling banyak adalah 30-37 tahun yaitu sebanyak 21 responden (34,2%). Rentang umur responden adalah 17-43 tahun dengan rerata umur responden adalah 28 tahun. Dalam usia tersebut WPUS biasanya dalam masa penggunaan alat kontrasepsi aktif.

2). Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden disajikan sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan responden di wilayah kerja BPM Ny. Nur Aeni

Farida.

Kriteria Pendidikan Frekuensi (n) Presentase (%) SD

Data yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa tingakt pendidikan raponden paling banyak pada tingkat SMA yaitu sebanyak 30 orang (49,2%). Tetapi masih terdapat responden yang tamat SD sebanyak 9 responden (14,8%). Status pendidikan yang rendah biasanya masih kurang bisa menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh narasumber.

3). Jenis Pekerjaan Responden

Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan disajikan sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi status pekerjaan responden di wilayah kerja BPM Ny. Nur Aeni Farida.

(5)

TOTAL 61 100

Distribusi responden menurut jenis pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 29 responden (47,5%) dan sebagian kecilnya ada pada PT dan lain-lain yaitu sebanyak 5 orang (8,2%). Profesi ibu sebagai ibu rumah tangga memungkinkan ibu untuk dapat hadir di acara seperti penyuluhan ini. Hal ini karena aktifitas ibu yang tidak terlalu padat. Bagi ibu yang bekerja peluang untuk dapat hadir dalam penyuluhan tersebut lebih terbatas karena terkendala oleh waktu bekerja.

4). Pengetahuan wanita pasangan usia subur sebelum penyuluhan

Hasil penelitian untuk pengetahuan wanita pasangan usia subur sebelum penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan WPUS sebelum penyuluhan Pengetahuan WPUS

Berdasarkan tabel 5 diatas terdapat 61 responden yang diteliti pengetahuannya sebelum penyuluhan, dari 15 soal yang diberikan terdapat sebanyak 4 responden (6,6%) menjawab benar 53% soal, 8 responden (13,11%) menjawab benar 60% soal, 12 responden (19,77%) menjawab benar 67% soal, 16 responden (26,22%) menjawab benar 73% soal, 13 responden (21,31%) menjawab benar 80% soal, 7 responden (11,5%) menjawab benar 87% soal, 1 responden (1.6%) menjawab benar 93% .

5). Pengetahuan wanita pasangan usia subur sesudah penyuluhan

Hasil penelitian untuk pengetahuan wanita pasangan usia subur setelah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuan WPUS setelah penyuluhan Pengetahuan

(6)

menjawab benar 87% soal, 15 responden (24,6%) menjawab benar 93%, 44 responden (72%) menjawab benar 100% soal.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan WPUS sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji alternatifwilcoxonsebagai pengganti uji t berpasangan.

Tabel 6. Perbedaan tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur sebelum dan sesudah penyuluhan di BPM NY. Nur Aeni Farida Jl. Rejosari Rt: 03 Rw: 01 Ngijo Gunungpati Semarang

n Median

(minimum-maksimum) p Pengetahuan

sebelum penyuluhan Pengetahuan setelah penyuluhan

61

61

73 (53-93)

100 (87-100)

0,00 0

Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil bahwa uji wilcoxon dengan jumlah WPUS sebelum dan sesudah penyuluhan adalah 61 responden, didapatkan nilai median sebelum penyuluhan adalah 73 dan sesudah penyuluhan adalah 100. Nilai minimum sebelum penyuluhan ada 53 dan sesudah penyuluhan ada 87, nilai maksimum sebelum penyuluhan ada 93 dan sesudah penyuluhan ada 100, dan nilai signifikan 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan WPUS sebelum penyuluhan dengan pengetahuan WPUS sesudah penyuluhan.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang merupakan data penelitian didapatkan dari instumen penelitian berupa kuisioner. Sebelum kuisioner digunakan dilakukan uji validitas dan reabilitas lebih dulu. Dari hasil uji validitas dan reabilitas didapatkan bahwa semua item dari instrumen yang digunakan valid hal ini ditujukan bahwa nilai r>0,444 dan reabilitas menunjukkan nilaiAlpha Cronbach>0,7. Dapat disimpulkan bahwa dari 15 instrumen soal tersebut semuanya valid dan reable untuk dijadikan alat untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur sebelum dan sesudah penyuluhan tentang KB dalam penelitian ini. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan 20 responden ditempat yang berbeda namun memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 61 responden, terdapat rata-rata usia responden antara 30-37 tahun dengan jumlah 21 orang. Hal ini sesuai dengan teori Huclok (1998) yang dikutip Nursalam (2003) yaitu semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Ditinjau dari kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

(7)

Data hasil penelitian tingkat pekerjaan responden menunjukan paling banyak pada ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (47,5%). Profesi ibu sebagai ibu rumah tangga semakin banyak waktu ibu untuk ikut dalam penyuluhan ini, karena ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu luang. Penelitian ini dilakukan pada pagi hari maka pada ibu bekerja lebih sedikit yang hadir dalam penyuluhan ini karena terkendala oleh jam kerja, hanya beberapa ibu bekerja yang hadir yang kebetulan saat itu sedang tidak bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian sebelum penyuluhan diperoleh hasil bahwa terdapat 61 responden, dari 15 soal yang diberikan terdapat sebanyak 4 responden (6.6%) menjawab benar 53% soal, 8 responden (13,11%) menjawab benar 60% soal, 12 responden (19,77%) menjawab benar 67% soal, 16 responden (26,22%) menjawab benar 73% soal, 13 responden (21,31%) menjawab benar 80% soal, 7 responden (11,5%) menjawab benar 87% soal, 1 responden (1.6%) menjawab benar 93% .

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita pasangan usia subur yang belum mengerti mengenai alat kontrasepsi dikarenakan kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, padahal penggunaan alat kontrasepsi ini sangat penting untuk mencegah meningkatnya AKI di Indonesia khususnya diwilayah kerja bidan Ny. Nur Aeni Farida, Am.Keb.

Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Maka setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi verbal antar petugas kesehatan dan klien. Ada anggapan banyak klien sering melupakan informasi lisan yang telah diberikan bidan/dokter. Oleh karenanya, untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu, dibacakan kembali. Beberapa alat kontrasepsi yang merupakan program dari pemerintah yaitu suntik, pil, implan, IUD (Intra Uterine Device), MOW, MOP. Berdasarkan hasil penelitian setelah penyuluhan diperoleh hasil bahwa terdapat 61 responden, dari 15 soal yang diberikan terdapat sebanyak 2 responden (3,3%) menjawab benar 87% soal, 15 responden (24,6%) menjawab benar 93%, 44 responden (72%) menjawab benar 100% soal.

Ini menunjukkan banyak responden yang memperhatikan saat penyuluhan sehingga responden dapat mengetahui dan memahami tentang alat kontrasepsi.

Sikap ibu yang positif ibu saat mendengarkan penyuluhan dari peneliti berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu mengenai alat kontrasepsi. Setelah diberikan penyuluhan responden nampak ada perubahan yang signifikan hal ini ditunjukan dari hasil pengisian kuisioner yang hampir semua menjawab benar dibanding hasil kuisioner sebelum penyuluhan.

Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang di ketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo,2003).

(8)

disimpulkan ada perbedaan yang bermakna pengetahuan antara WPUS sebelum penyuluhan dengan pengetahuan WPUS sesudah penyuluhan.

Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan, terdapat 0 orang dengan hasil pengetahuan rendah dari pada sebelum penyuluhan, 0 orang tetap, dan 61 orang mempunyai pengetahuan lebih baik dari pengetahuan sebelumnya.

Perubahan ini dikarenakan responden mendapatkan informasi berupa penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang alat kontrasepsi, dengan adanya penyuluhan ini responden mengetahui mengenai alat kontrasepsi, dari macamnya, cara kerja, keuntungan, kerugian, indikasi, kontraindokasi, dll.

Menurut Machfedz, (2009). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Hal ini responden mendapatkan kuisioner kemudian diberi penyuluhan dan diberikan kuisioner kembali untuk melihat perbedaan pengetahuannya. Maka responden dapat mengerti dengan baik dan memahami mengenai alat kontrasepsi.

Perubahan perilaku responden dipengaruhi oleh stimulasi-stimulasi. Disini stimulasi yang dilakukan adalah stimulasi tentang pemberian pengetahuan mengenai alat kontrasepsi. Dalam hal ini perilaku dari wanita pasangan usia subur dipengaruhi oleh cara peneliti dalam menyampaikan materi dan bahasa yang digunakan oleh peneliti dalam menyampaikan materi. Dimana responden yang awalnya belum begitu mengerti mengenai berbagai hal tentang alat kontrasepsi sebelum dilakukan penyulukahn dan setelah dilakukan penyuluhan ada perubahan yang signifikan yaitu responden dapat menjawab pertanyaan dari kuisioner yang diberikan oleh peneliti dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Notoatmodjo, 2007 yang menyatakan bahwa perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perbedaan Antara Tingkat Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur Tentang KB Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan KB di BPM Ny. Nur Aeni Farida Am.Keb yang terletak di Jl. Rejosari Rt 03/01 Ngijo kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2013”. Dengan jumlah responden 61 orang maka dapat disimpulkan:

1. Tingkat pengetahuan WPUS sebelum penyuluhan menunjukkan hasil sebanyak 4 responden (6.6%) menjawab benar 53% soal, 8 responden (13,11%) menjawab benar 60% soal, 12 responden (19,77%) menjawab benar 67% soal, 16 responden (26,22%) menjawab benar 73% soal, 13 responden (21,31%) menjawab benar 80% soal, 7 responden (11,5%) menjawab benar 87% soal, 1 responden (1.6%) menjawab benar 93%

2. Tingkat pengetahuan WPUS sesudah penyuluhan menunjukkan hasil , sebanyak 2 responden (3,3%) menjawab benar 87% soal, 15 responden (24,6%) menjawab benar 93%, 44 responden (72%) menjawab benar 100% soal.

(9)

KEPUSTAKAAN

Anggraini, Martini. 2012.Pelayanan Keluarga Berencana.Rohima Press, Yokyakarta.

Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik.Rineka Cipta,Jakarta.

Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Fitriani Sinta. 2011.Promosi Kesehatan.Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hidayat. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.

Handayani. 2010. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihana, Yokyakarta.

Machfoedz, Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Fitramaya, Yogyakarta.

Nototmodjo Soekidjo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta.

Sugiyono. 2007.Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta, Bandung.

Sujiatini. 2009.Panduan Lengkap pelayanan KB Terkini. Mitra Cendekia,Jogjakarta.

Syafrudin, Fratidhina. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta

Sulistyaningsih.2011.Metode Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tafika,dkk. 2010. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan KB. Akademi Kebidanan Abdi Husada, Semarang.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

1 Anwar Bey Laki-laki Mandailing S1 Petani,

Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah

ad* b)» Xalau kita baoa bunyi dari paoal 1601 b Btff maka da* patlah kita oimpulkon batata, oobelum waktu yang di- perjanjikan dalaa suatu porjanjian pemborongan itu habio,

Both theories concluded on how a community public space that gathered people with different background could be an effective defensible space, because it

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta sebagai bahan acuan untuk penelitan selanjutnya tentang hubungan berat badan lahir dan

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Pelanggan ”, maka terdapat beberapa variabel

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan

Adapun saran yang ingin dikemukakan penulis sehubung dengan sistem pakar identifikasi penyakit pada tanaman pisang, diharapkan dapat bermanfaat bagi masarakat