• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketulusan hati tokoh dalam naskah drama rambat-rangkung karya trisno santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ketulusan hati tokoh dalam naskah drama rambat-rangkung karya trisno santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KETULUSAN HATI TOKOH DALAM NASKAH DRAMA

RAMBAT-RANGKUNG

KARYA TRISNO SANTOSA

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

SYAFAAT ASTIYANTO C0108055

SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

MOTTO

1. Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertaggung jawab

terhadap kepemimpinan itu (HR Tirmizi, Abu Dawud, Shalih Bukhari, dan

Shahih Muslim)

(6)

commit to user

vi PERSEMBAHAN

Bapak dan Ibu Tercinta

Adikku Wisnu

Sahabat KKTT WISWAKARMAN

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan judul “Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Rambat-Rangkung karya Trisno

Santosa.”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Dalam

mencapai hasil yang sedemikian penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan

pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan

motivasi dan semangat.

3. Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Selaku pembimbing akademik yang selalu

mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum, Selaku Pembimbing pertama, dengan penuh

kesabaran memberi petunjuk dan koreksi hingga penyusunan skripsi ini

(8)

commit to user

viii

5. Bapak Sahid Teguh widodo, S.S, M.Hum, Ph.D, selaku Pembimbing kedua

yang dengan sabar memberi koreksi, arahan dan nasihat kepada penulis

hingga penyusunan skripsi ini sampai selesai.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal

ilmunya kepada penulis

7. Kepala dan Staff Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas fasilitas penyediaan referensi

dan pelayanan yang baik sehingga memberikan kelancaran kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu atas pengorbanan yang tanpa lelah demi membahagiakan

putranya ini.

9. Bapak Trisno Santosa, S.Kar, M.Hum selaku penulis naskah drama

Rambat-Rangkung yang telah memberi ijin kepada penulis untuk dapat menggunakan

naskah drama Rambat-Rangkung sebagai objek penelitian.

10.Para Sahabat Bono, Adhit, Wibi, Susi, Riyan, Mas Ucup, Mas Wisnu, Mbak

Iffa, Mas Panca, Mas Armat Tato, Mas Alfat, Icip, Mumu, dan teman-teman

di KKTT WISWAKARMAN. Terima kasih atas kebersamaan selama ini,

kegilaan dan kekonyolan bersama kalian tidak bisa dilupakan.

11.Iyan, Anung, Rendra, Roga, Bangun, Guntur dan teman-teman Sastra Daerah

angkatan 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih atas dukungan dan semangat

(9)

commit to user

ix

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Januari 2013

(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...iii

HALAMAN PERNYATAAN ………..iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

KATA PENGANTAR ………. vii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR SINGKATAN ……… xiii

ABSTRAK ………... xiv

ABSTRACT ………. xv SARI PATHI ………. xvi BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 2

B. Rumusan Masalah ………. 6

(11)

commit to user

xi

D. Manfaat Penelitian ……… 7

E. Sistematika Penulisan ………... 8

BAB II LANDASAN TEORI ……… 9

A. Pengertian Drama ……… 9

B. Pendekatan Struktural ……….. 12

C. Pendekatan Psikologi Sastra ……… 19

D. Psikologi Cinta ……… 21

E. Motivasi ……….. 24

BAB III METODE PENELITIAN ……… 26

A. Bentuk Penelitian ……… 26

B. Sumber Data dan Data ……… 27

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 27

D. Teknik Analisis Data ………... 28

E. Validitas Data ………... 29

BAB IV PEMBAHASAN ……….. 30

A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat- Rangkung…. 30

B. Unsur-unsur yang membangun Naskah Drama Rambat- Rangkung.. 33

1. Tema ………... 33

2. Alur (Plot) ………... 35

3. Penokohan ……….. 39

(12)

commit to user

xii

5. Latar (Setting) ……… 60

6. Cakapan ……… 63

7. Konflik (Tikaian) ……… 68

C. Cinta dan Ketulusan yang tumbuh dalam Tokoh Naskah Drama Rambat-Rangkung……… 70

1. Rambat ………... 70

2. Rangkung ……… 74

3. Wa Sri ………. 76

4. Ganggeng ……….. 78

5. Gleyong ………. 79

6. Motivasi ……….……. 80

7. Simpulan Analisis Psikologi Sastra ……… 84

D. Nilai yang terkandung dalam naskah Drama Rambat-Rangkung…. 85 BAB V PENUTUP ……….. 90

1. Simpulan ………... 90

2. Saran ………. 92

DAFTAR PUSTAKA ……….. 93

(13)

commit to user

xiii DAFTAR SINGKATAN

ASKI : Akademi Seni Karawitan Indonesia

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

PORSENI : Pekan Olahraga dan Kesenian

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMA : Sekolah Menengah Atas

(14)

commit to user

xiv ABSTRAK

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).

Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rambat-Rangkung merupakan judul sebuah naskah drama karangan Trisno

Santosa. Drama berbahasa jawa ini berjalan hanya dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita. Rambat-Rangkung menceritakan kisah percintaan dan perjuangan. Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari cerita drama Rambat-Rangkung.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?(2) Bagaimanakah Unsur-Unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (3) Bagaimanakah Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (4) Apa Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa?.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (2) Mendeskripsikan Unsur-unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (3) Mendeskripsikan Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (4) Mengungkapkan Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa.

Pendekatan yang digunakan adalah Psikologi Sastra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural, teori psikologi cinta dan motivasi. Teori tersebut digunakan ntuk mengungkapkan keiklasan dan ketulusan dalam diri para tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

Manfaat penelitian ini adalah secara teoretis, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra dari segi psikologi. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian khususnya penelitian naskah drama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra melalui deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung dan pengarang yaitu Trisno Santosa. Data dalam penelitian ini adalah teks drama

Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa dan hasil wawancara.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pengarang ingin menyampaikan keteguhan hati dan rela berkorban (2) Dari segi struktural, drama Rambat-Rangkung

(15)

commit to user

xv ABSTRACT

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Characters in the drama sincerity

Rambat-Rangkung (psychology literature review). Essay : Javanese Literature Faculty

of Literature and Art of Sebelas Maret University Surakarta.

Rambat-Rangkung is the title of a play written by Trisno Santosa.

Java-language drama is running just one round from beginning to end. Rambat-Rangkung

tells the story of love and struggle. Many of the values that can be taken from a drama

Rambat-Rangkung

The problem statement of this research are : (1) How is the background of the creation of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (2) What are the elements constructRambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (3) How is the love and the sincerity grow up in the figure of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (4) what are the values contained in Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa?

The purposes of this research are : (1) to reveal the background of the

Rambat-Rangkung creation; (2) to describe the elements of Rambat-Rangkung script

of play; (3) to Describe the love and sincerity grow up in the figure of the play; (4) to reveal the values contained in the script of play Rambat-Rangkung writen by Trisno Santosa.

This research uses Psychology of Literature. The theory employed in this study is Psychology of Love and Motivation. The theory are used to reveal the sincerity and honesty in the figure of the Rambat-Rangkung script of play written by Trisno Santosa.

The theoritical significant of this research is expected to give further knowledge especially in literature from psychological view and the practical benefits of this research is to give further information in the research of script play.

This research is a qualitative descriptive since the resource of the data is the

Rambat-Rangkung script of play writen by Trisno Santosa. The data of this research

are Rambat-Rangkung script and the result of interview.

(16)

commit to user

xvi SARI PATHI

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).

Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rambat-Rangkung inggih mênika judul drama anggitanipun Trisno Santosa. Drama kanthi basa Jawa mênika namung setunggal babak. Rambat-Rangkung nyariosakên babagan trêsna lan kaiklasan. Kathah nilai-nilai ingkang kakandhut wontên ing drama Rambat-Rangkung.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag salêbêting panalitèn mênika antawisipun (1) kados pundi dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Kados pundi

struktural drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa? (3) kados pundi

trêsna lan kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh (4) Mênapa Nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa?

Ancasipun panalitèn inggih mênika (1) Ngandharakên dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Ngandharakên struktural drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (3) Ngandharakên trêsna sarta kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (4) Ngandharakên nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa.

Tinjauan ingkang dipunginakakên inggih mênika Psikologi Sastra. Teori ingkang dipunginakakên salêbêting panalitèn inggih mênika teori cinta sarta motivasi. Teori mênika diginakakên kangge ngandharakên trêsna sarta kaiklasan wontên ing salêbêting tokoh naskah drama Rambat-Rangkung.

Paedahipun panalitén mênika ingkang teoritis kangge nambah khasanah kawruh, khususipun panalitén sastra saking tinjauan psikologi. Ingkang Praktis, panalitèn mênika sagêd nambah khasanah panalitén, khususipun panalitén naskah drama.

Wujud panalitèn inggih mênika panalitèn sastra kanthi migunakakên kualitatif deskriptif. Sumber data wontên salêbêting panalitèn inggih mênika naskah drama Rangkung. Data wontên ing panaliten inggih mênika teks drama Rambat-Rangkung.

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Rambat-Rangkung merupakan judul naskah drama karangan Trisno Santosa.

Naskah yang memiliki tebal empat puluh halaman tersebut diterbitkan oleh Taman

Budaya Jawa Tengah pada tahun 2011. Awal peneliti mengetahui naskah drama

Rambat-Rangkung pada acara Pergelaran Sastra Jawa Bedhah Naskah

Rambat-Rangkung yang diadakan di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta.

Rambat-Rangkung menceritakan tentang kisah percintaan antara pemuda

bernama Rambat dengan gadis cantik bernama Rangkung. Rambat hanya

satu-satunya pemuda yang tetap mencintai Rangkung setelah diketahui ternyata Rangkung

bukan wanita sempurna seperti yang diharapkan para pemuda karena keadaannya

yang cacat. Awalnya banyak pemuda tertarik kepada Rangkung dan ingin

melamarnya, akan tetapi rasa ketertarikan itu hilang seketika setelah diketahui

keadaan Rangkung yang cacat. Tidak halnya dengan Rambat yang tetap mencintai

Rangkung apa adanya. Dari kisah percintaan tersebut dapat diketahui tentang

keteguhan hati dan keiklasan.

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa berjalan dalam satu

babak. Awal hingga akhir cerita, setting atau latar tidak berubah. Permasalahan yang

(18)

commit to user

ditonjolkan dalam naskah drama Rambat-Rangkung adalah soal percintaan dan

kesetiaan.

Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa pernah dipentaskan beberapa

kali oleh kelompok seni yang ada di kota Solo, diantaranya :

1. Tanggal 17 November 2011 pernah dipentaskan oleh Paguyuban

Ketoprak Surakarta di Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah.

2. Tanggal 15 Februari 2012, Kelompok teater SMA Pangudi Luhur Santo

Yosef Surakarta juga pernah menampilkan drama Rambat-Rangkung.

3. Yang terakhir kelompok pemuda dari kampung Margorejo Surakarta

mementaskannya pada tanggal 16 Agustus 2012 untuk memperingati hari

kemerdekaan Republik Indonesia.

Segi pengarang, Trisno Santosa merupakan salah satu pengarang drama yang

terkenal terutama di kota Surakarta. Trisno Santosa sampai sekarang juga masih

produktif dan aktif menulis terutama naskah drama ketoprak. Karya-karya beserta

tahun penciptaannya antara lain :

1. Bargawa (1986)

2. Wangsapati Prajurit Diponegaran (1986)

3. Sang Pembayun (1989)

4. Karebet Tundhung (1990)

5. Wong Agung (1990)

6. Jenggit Cembeng (2002)

7. Pedhut Majapahit (2002)

(19)

commit to user

9. Sayempraba (2004)

10. Lungset (2005)

11. Boma Rangsang (2005)

12. Lurah Ganjur (2006)

13. Kidung Ati Abdi (2007)

14. Bocah Sapu-sapu (2008)

15. Semar-Samar (2010)

16. Rambat-Rangkung (2011)

17. Kang Ala Ketara (2012)

Trisno Santosa juga merupakan pengarang dan sutradara drama yang berprestasi.

Prestasi yang pernah diraihnya adalah sebagai berikut :

1. Sutradara terbaik lomba sandiwara bahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah

(2002).

2. Penulis terbaik untuk lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa

Tengah (2002).

3. Sutradara terbaik festival ketoprak se-Jawa Tengah (2004).

4. Juara harapan satu penulisan naskah berbahasa Jawa se-Jawa Tengah

(2004).

Penelitian dengan objek naskah drama dalam bidang sastra di jurusan Sastra

Daerah tidak sebanyak penelitian dengan objek prosa dan sastra lisan yang

mendominasi di almari penyimpanan skripsi. Penelitian sebelumnya yang pernah

(20)

commit to user

1. Penelitian dari Henry Pangestu jurusan Sastra Daerah angkatan 1999

dengan judul “Respon Sosial Tokoh-tokoh tentang Kesenjangan Sosial

dalam Naskah Drama Stop (Suk-suk Peng) Karya Bambang Widodo S.P.

(Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra).”

2. Penelitian dari Sruti Respati, jurusan Sastra Daerah angkatan 2000 dengan

judul “Analisis Frustasi Tokoh Kanjeng dalam lakon Rol karya Bambang

Widodo S.P. (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).”

3. Penelitian dari Christina Puri Pamitkasih, jurusan Sastra Daerah angkatan

2006 dengan judul “Keluhuran Cinta Kasih dalam Drama Radio

Nglinggihi Klasa Gumelar karya Retno Hartiningsih (Sebuah Pendekatan

Psikologi Sastra).”

4. Penelitian dari Yustinus Tri W dengan judul “Nilai Estetika dan Kritik

Sosial dalam drama Cluring karya Joko Bibit Santosa (Sebuah Tinjauan

Struktur Drama).”

5. Penelitian dari Rizki Proborani, jurusan Sasrta Daerah angkatan 2007

dengan judul “Profil Tokoh Bambang dalam Drama Radio Kalimput ing

Pedhut karya Retno Hartiningsih (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).”

Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi sastra untuk mengkaji naskah

drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian Psikologi sastra memiliki

peranan penting dalam penelitian sastra karena adanya beberapa kelebihan yaitu

untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan dan membantu untuk

menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis

(21)

commit to user

melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi

juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59).

Teori cinta dari R. J. Strenberg digunakan untuk mengungkapkan bagaimana

cinta itu tumbuh dari dalam diri tokoh sentral dan utama naskah drama

Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. R.J. Strenber mengungkapkan ada tiga dimensi cinta

meliputi keintiman, hasrat, dan komitmen. Dari ketiga dimensi tersebut dapat

diketahui bagaimana cinta yang tumbuh dalam diri tokoh, apakah cinta yang tumbuh

hanya berdasarkan nafsu tanpa memiliki komitmen, dan cinta yang tumbuh berdasar

ketulusan dan memiliki komitmen.

Teori Motivasi Abraham Maslow juga digunakan dalam penelitian ini. Teori

motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi tokoh dalam membela tanah air dari

penjajahan Belanda.

Isi cerita dari Rambat-Rangkung tersebut sesuai dengan pendekatan yang

digunakan yaitu Psikologi Sastra untuk mengungkapkan bagaimana timbulnya rasa

cinta, pengorbanan dan kasih sayang. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul

Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno

Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).

B.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari

apa yang seharusnya dibahas dan lebih terfokus. Permasalahan tersebut nantinya akan

(22)

commit to user

1. Bagaimanakah latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno

Santosa?

2. Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung

karya Trisno Santosa?

3. Bagaimana rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama

Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?

4. Apa nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya

Trisno Santosa?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Mengungkapkan latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno

Santosa.

2. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung

karya Trisno Santosa.

3. Menjelaskan rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama

Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

4. Mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama naskah

(23)

commit to user

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan didapat hasil tentang deskripsi unsur-unsur struktural, rasa

cinta dan kasih sayang yang timbul dari tokoh serta mengungkapkan makna dan nilai

yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, teori psikologi sastra, dan teori

psikologi cinta. Maka dari itu secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya

sastra dari segi psikologis.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian terhadap

Sastra Jawa, khususnya penelitian naskah drama. Selain penelitian ini dapat

dipakai data bagi penelitian lain dengan pendekatan yang berbeda.

E.

Sistematika Penulisan

Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas, maka dibawah ini disampaikan

sistematika penulisan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

(24)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI meliputi Pengertian Drama, Pendekatan

Struktural, dan Pendekatan Psikologi Sastra

BAB III METODE PENELITIAN meliputi Jenis dan Bentuk Penelitian,

Sumber Data dan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan

Validitas Data.

BAB IV PEMBAHASAN yang membahas strukturalisme drama, cinta dan

pengorbanan yang tumbuh dalam diri tokoh, dan nilai yang terkandung dalam

naskah drama Rambat-Rangkung.

BAB V PENUTUP meliputi Kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku

bertindak, atau beraksi (Soediro Satoto, 1991:5). Drama berarti perbuatan, tindakan,

atau bereaksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas

ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai

cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang

disejajarkan dengan puisi dan prosa (Herman J. Waluyo, 2001:3).

Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap

karangan yang bersifat drama. Maka tidak heran kalau Moulton (dalam Soediro

Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam

gerak” (life presented in action). Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi

pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia

diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun Bathazar Verhagen yang

mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia

dengan gerak”. Menurut Atar Semi (1993:156) drama adalah cerita atau tiruan

perilaku manusia yang dipentaskan. Riris K. Sarumpet (1997:21), dalam Istilah

Drama dan Teater membataskan drama sebagai berikut, drama adalah ragam sastra

dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara

(26)

commit to user

lebih khusus, drama menunjuk pada lakon yang serius dapat berakhir suka maupun

duka dengan masalah yang serius juga (Soediro Satoto, 1989:3).

Japi Tambajong (1981:33-34) mengklasifikasikan drama menjadi 5 jenis,

yaitu sebagai berikut:

1. Tragedi (duka ria), drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung.

Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Penulis naskah

mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis.

2. Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya

terdapat dialog kocak yang sifatnya menyindir dan biasanya berakhir dengan

kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini

bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau

tawa riang.

3. Melodrama, lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang

mendebarkan hati dan mengharukan.

4. Tragikomedi, dua paras perasaan yang digabungkan, tragedi dan komedi

5. Dagelan (farce), disebut juga banyolan. Seringkali drama ini disebut drama

komedi murahan atau komedi picisan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan,

alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi. Isi

cerita dagelan biasanya kasar, lentur dan fulgar.

Drama adalah sejumlah kejadian yang mengikat dan menarik hati. Tujuan

drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang

(27)

commit to user

naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra (Jacob Sumarjo, Saini

KM, 1991 : 31).

Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita lewat dialog para

tokoh. Tujuan pokoknya menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan konflik

dan emosi melalui dialog.

Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat

konotatif juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas,

dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain, akan tetapi karena

yang ditampilkan drama adalah dialog maka bahasa drama tidak sebeku bahasa puisi,

dan lebih cair dari bahasa prosa (Herman J. Waluyo, 2006:3).

Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada naskah prosa dan puisi.

Naskah drama berupa dialog yang membutuhkan ketekunan untuk memahami isi

drama.

Drama memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre

yang lainnya. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan pada bentuk

karya yang bereaksi langsung secara kongkret.

Drama tidak bisa dikatakan sebagai puisi ketika mencoba mendekatinya,

karena puisi penekanannya sebagai hasil cipta instuisi imajinasi penyairnya.

Membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan instuisi

penyair melalui sajak-sajak yang ditulis oleh penyair. Di pihak lain ketika membaca

novel ataupun cerpen, pembaca berhadapan dengan suatu dunia rekaan yang dibentuk

berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh

(28)

commit to user

tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara

artistik imajinatif oleh pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan

dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku yang dapat

disaksikan (Hasanuddin, 2009:2).

B.

Pendekatan Struktural

Langkah awal dalam meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan

struktural sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai

cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembentuk drama

menghasilkan makna menyeluruh antara lain tema, amanat, penokohan, alur, setting

(latar), tikaian atau konflik, dan cakapan (Soediro Satoto, 1991:41). Pendekatan

struktural dapat juga dinamakan dengan pendekatan obyektif. Struktur merupakan

komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan dalam drama.

Sistematika pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan

penokohan (karakterisasi). Perwujudannya dapat berupa gerak atau cakapan (dialog,

monolog). Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur

intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk

memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antar berbagai unsur karya

sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural

tidak cukup dilakukan hanya dengan mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi.

(29)

commit to user

dan sumbangan apa yang diberikan terhadap suatu estetik dan makna keseluruhan

yang ingin dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2007:37).

Menurut Rahmat Joko Pradopo (1995:108) bahwa usaha untuk mamahami

struktur sebagai suatu kesatuan yang utuh (tidak terpisah) seseorang harus

mengetahui unsur-unsur pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain.

Sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsurnya (Sangidu, 2004:16).

Peneliti menggunakan teori pendekatan struktural dari Soediro Satoto yang

terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan

cakapan.

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama (Herman J.

Waluyo, 2001:24). Sedangkan menurut Soediro Satoto (1991:42) tema adalah

gagasan, idea atau pikiran utama dalam karya sastra baik terungkap secara tersirat

maupun tersurat. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tetapi tema

dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok. Tema berhubungan dengan premis dari

drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama. Dalam

drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui

tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan

diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut mengejawantahkan tema dari

lakon/naskah.

Konflik batin dalam drama harus benar-benar dihayati oleh pembaca. Dengan

tema yang kuat, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan

(30)

commit to user

karya sastra. Tema juga behubungan dengan sudut pandang, sudut darimana

pengarang memandang dunia ini. Sudut pandang sering dihubungkan pula dengan

sebagai apakah pengarang berperan dalam cerita itu. Dalam drama, pengarang dapat

berperan sebagai orang yang terlibat gagasannya dialog dan drama, dapat pula

sebagai penyaji alternatif-alternatif.

Suatu cerita yang baik dan berbobot terbentuk karena ada tema/topik yang

dibicarakan. Suatu karya sastra tidak hanya untuk didengar, dibaca, atau dilihat saja,

akan tetapi ada sesuatu hal yang bisa diambil manfaatnya. Sesuatu tersebut dapat

mengenai masalah kehidupan atau komentar tentang hidup, seperti percintaan,

kesedihan, ketakutan, spiritual, dan sebagainya.

2. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca melalui ceritanya (Burhan Nurgiyantoro, 2007:322). Nilai-nilai yang ada di

dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Amanat dapat

juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah,

keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada

pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008:162).

Teknik penyampaian pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak

langsung, secara tersurat maupun tersirat, atau secara simbolik. Jika tema dalam

drama merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya, maka amanat

merupakan pemecahannya. Jika tema sebuah drama merupakan pertanyaan, maka

amanat yang terkandung di dalamnya merupakan jawaban (Soediro Satoto,

(31)

commit to user

Amanat yang ada dalam drama harus dicari oleh pembaca atau penonton.

Sebuah karya sastra pasti ada amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu

dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:28). Setiap pembaca dapat menafsirkan

amanat sebuah karya sastra menurut dirinya sendiri karena tema bersifat obyektif.

3. Alur (plot)

Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang

merupakan jalinan konflik antar dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo,

2001:8). Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh itu

bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian

mencapai titik klimaks. Setelah klimaks konflik akan menuju penyelesaian.

Apa yang disebut plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot

tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti cerita itulah akhirnya dapat

menemukan plotnya. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita

hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007:39).

Stanton mengatakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau

peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan

atau menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa (dalam Burhan Nurgiantoro,

2007:113).

Gustaf Freytag (dalam Herman J. Waluyo, 2001:8) memberikan unsur-unsur

(32)

commit to user

a. Exposition atau Pelukisan Awal

Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan

watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon

yang dibaca.

b. Komplikasi atau Pertikaian Awal

Konflik mulai menanjak akan tetapi konflik belum mancapai klimaks dan

lakon belum selesai.

c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita

Konflik yang meningkat itu akan terus sampai mencapai klimaks atau titik

puncak atau kegawatan dalam cerita.

d. Resolusi atau Penyelesaian atau Falling Action

Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang

memanaskan situasi atau meruncigkan konflik telah mati atau menemukan

jalan pemecahan.

e. Catastrhope atau Denounment atau Keputusan

Drama-drama modern akan berhenti pada klimaks, seperti halnya adegan

tancep kayon dalam wayang kulit. Dalam tahap ini, ada ulasan pendapat

terhadap seluruh kisah lakon itu.

4. Penokohan

Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan

sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Wahyudi Siswanto, 2008:142).

Sedangkan menurut Herman. J. Waluyo (2001:14) penokohan erat hubungannya

(33)

commit to user

pembawa peran watak tokoh dalam pementasan lakon, penokohan harus mampu

menciptakan citra tokoh. Karenanya tokoh-tokoh harus dihidupkan (Soediro Satoto,

1989:43). Susunan tokoh (drama personal) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan

dalam drama itu.

Beberapa jenis pelaku atau aktor berdasarkan peranannya dalam cerita yang

biasa dipergunakan dalam drama diantaranya adalah :

a. Tokoh Antagonis, tokoh penentang arus cerita.

b. Tokoh Protagonis, tokoh yang mendukung cerita.

c. Tokoh Thragonis, tokoh pembantu baik tokoh antagonis maupun untuk tokoh

protagonis.

Ada juga klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya dalam lakon serta

funginya, maka terdapat tokoh-tokoh seperti berikut :

a. Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon.

b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penantang tokoh sentral.

c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau

tambahan dalam mata rantai cerita (Herman J Waluyo, 2006 :16).

Tokoh dalam suatu drama juga harus memiliki watak. Watak para tokoh

digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu :

a. Keadaan Fisik, meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, raut muka, dan

sebagainya.

b. Keadaan Psikis, meliputi : watak, kegemaran, mentalitas, standar moral,

(34)

commit to user

c. Keadaan Sosiologis, meliputi : jabatan, pekerjaan, kelas sosial, agama, dan

sebagainya.

5. Setting (latar)

Setting atau tempat terjadinya cerita sering pula disebut latar cerita. Adanya

latar cerita menjadi lebih hidup dan jelas karena dapat diketahui kapan, di mana, dan

bagaimana suatu cerita itu berlangsung. Atar semi (1993:46) berpendapat bahwa latar

atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Penentuan ini

harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk

dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:23). Setting biasanya meliputi tiga dimensi,

yaitu :

1. Tempat

2. Waktu

3. Sosial

Setting juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore atau malam

hari. Siang atau malam di desa atau di kota akan berbeda pula keadaannya. Waktu

juga disesuaikan dengan ruang dan tempat. Tempat dapat berarti ruang dalam rumah

atau luar rumah, tetapi juga berarti dapat lebih mendetail, ruang yang bagaimana yang

dikehendaki penulis lakon. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang behubungan

dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

(35)

commit to user 6. Tikaian atau Konflik

Hakikat lakon sebagai “closet drama” (drama baca) yang lebih dapat dikenali

lewat struktur dramatik adalah tikaian atau konflik. Seorang pengkaji dan peneliti

sastra akan lebih melihat tikaian atau konflik sebagai hakikat drama.

Dalam praktek tikaian atau konflik tidak harus diikuti oleh cakapan atau

lakuan, konflik ini berada dalam diri tokoh, biasa disebut pembatinan. Tikaian atau

konflik bisa terjadi antar manusia, manusia dengan alam semesta, dan bahkan

manusia dengan Tuhannya. Terjadi antar individu dan individu dengan kelompok,

dan antar kelompok. Manusia adalah sumber dari segala tikaian atau konflik.

7. Cakapan

Kata cakap berarti, omong atau bicara. Bercakap-cakap berarti omong-omong

atau berbicara. Dalam drama, cakapan yang terjadi antara dua orang atau lebih

disebut dialog (Soediro Satoto, 1991:63).

Menurut Herman J. Waluyo ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk

percakapan atau dialog. Dialog dalam sebuah drama harus benar-benar

memperlihatkan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam

bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan

bukan ragam tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Di

samping dalam hal ragam, maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan

dramatic-action dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang

pendeknya kata-kata dalam dialog dipengaruhi terhadap konflik yang dibawakan

(36)

commit to user

C.

Pendekatan Psikologi Sastra

Psikologi yang berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yaitu ilmu

mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai obyek studi, terutama pada sisi

perilaku (behavior atau action) dan jiwa (psyche). Berdasarkan pengertian singkat

tersebut bisa dipahami formulasi-formulasi yang secara singkat dikategorikan

menjadi:

(1) Ilmu atau kajian ilmiah tentang perilaku manusia.

(2) Ilmu atau kajian ilmu tentang jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang

memfokuskan studi pada perilaku manusia, psikologi dikategorikan

sebagai behavavioral science atau ilmu perilaku.

Psikologi sebagai suatu ilmu, yaitu psikologi merupakan ilmu pengetahuan

tentang kejiwaan. Menurut Sartain, psikologi merupakan ilmu jiwa yang ilmiah, yang

sensitif. Karena itu dalam mempelajari psikologi harus dari sudut ilmu, psikologi

sebagai suatu science (dalam Bimo Wagito, 1992:2).

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas

kejiwaan. Pembaca dalam menanggapi karya tidak akan lepas dari kejiwaan

masing-masing (Suwardi Endraswara, 2008:96). Karya sastra yang dipandang sebagai

fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh

juga kebetulan teks berupa drama maupun prosa. Sedangkan jika berupa puisi, tentu

akan tampil melalui larik-larik dan pilihan kata yang khas.

Menurut Wellek dan Warren (1990:23) psikologi dalam karya sastra bukanlah

(37)

commit to user

dihidupkan, diberi jiwa. Pengarang baik sadar maupun tidak sadar memasukkan jiwa

manusia ke dalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan

lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi.

Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan

potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa

mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59).

Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan,

kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Setidaknya sisi lain dari sastra akan

terpahami secara proporsional dengan psikologi sastra (Endraswara, 2008:7).

Menurut Sangidu (2004:30) psikologi sastra adalah suatu disiplin imu yang

memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa

kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang di dalamnya atau

mungkin juga diperankan oleh tokoh faktual.

D.

Psikologi Cinta

Naskah drama Rambat-Rangkung mengisahkan bagaimana para pemuda jatuh

cinta kepada satu gadis yang sama karena kecantikan wajahnya. Akan tetapi tidak ada

yang tahu bagaimana keadaan dari sang gadis tersebut yang kakinya cacat. Setelah

diketahui jika sang gadis tersebut cacat, beberapa pemuda yang awalnya suka

berubah perasaannya terhadap sang gadis tersebut. Tetapi tidak dengan tokoh

(38)

commit to user

Rasa cinta tersebut perlu didefinisikan dengan cara memahami mengapa

timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta

romantis tergantung pada si individu dan objek cinta adanya nafsu dan keinginan

untuk bersama-sama. Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk, intensitas

pengalaman memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat

mendalam, derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu

yang kasar. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain

dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang

berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti

bukan cinta sejati (Minderop, 2010:44).

Sternberg dalam teorinya (dalam Robert A. Baron dan Donn Byarne, 2005:29)

mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi yaitu gairah/nafsu (passion),

keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (commitment/decision).

1. Gairah/nafsu

Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan)

yang muncul dari daya tarik fisik dan gaya tarik seksual. Pada jenis cinta ini,

sesorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang

dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu,

mengalami perasaan indah seperti melambung ke awan, mengagumi serta

terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan

sejahtera, memiliki energi yang besar utuk melakukan sesuatu demi orang yang

(39)

commit to user 2. Keintiman

Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang

mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman

emosional jika kedua belah pihak saling mengerti, terbuka dan saling mendukung,

serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu saling

memaafkan dan menerima.

3. Komitmen/keputusan

Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang

pasangan dalam hidupya. Komitmen ini dapat bermakna mencurahkan perhatian,

melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi

hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki jika hubungan dalam keadaa

kritis (Sarlito W. Sarwono dkk, 2009:71-72).

Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk

dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama. Dari ketiga

dimensi cinta tersebut bisa menghasilkan tujuh jenis hubungan :

1. Rasa suka (liking) = keintiman saja (pertemanan sejati tanpa nafsu atau komitmen

jangka panjang)

2. Cinta roamantis (romantic love) = keintiman + nafsu (saling tertarik satu sama lain

secara fisik dan emosional tanpa komitmen )

3. Tergila-gila (infatuation) = nafsu saja (cinta pada pandangan pertama yang penuh

nafsu dan bersifat obsesif tanpa adanya keintiman atau

(40)

commit to user

4. Cinta tolol (fatuous love) atau nafsu = komitment (komitmen berdasarkan nafsu

tanpa adanya waktu untuk

berkembangnya keintiman, hubungan

dangkal seperti perkawinan mendadak)

5. Cinta karib (companionate love) = keintiman+komitmen (pertemanan jangka

panjang dengan komitmen seperti pada

perkawinan dimana nafsu sudah hilang)

6. Cinta kosong (empty love) = keputusan/komimen saja (keputusan untuk mencintai

orang lain tanpa keintiman atau nafsu)

7. Cinta sempurna (cinta yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen, suatu

keadaan yang sudah ideal).

E.

Motivasi

Psikologi tidak hanya mempelajari apa yang dilakukan orang tetapi juga

mengapa dia melakukannya, “mengapa” itu disebut motive. Pengalaman

menunjukkan bahwa untuk memahami seseorang tidaklah cukup dengan mengamati

tindak perbuatannya saja, tetapi hal-hal yang melatar belakanginya melakukan

sesuatu (Dimyati Mahmud, 1990:195)

Abraham Maslow dalam Albertine Minderop (2007:98) menyebutkan teori

motivasi ada lima tingkat :

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok manusia, meliputi makan, air udara, tidur

(41)

commit to user 2. Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan akan jaminan stabilitas, perlindungan, ketertiban. Ketidakpastian yang

dihadapi manusia membuat manusia menccapai jaminan keamanan, perlindungan,

dan ketertiban menurut kemampuannya.

3. Kebutuhan Rasa memiliki dan Cinta

Kebutuhan yang dapat dicapai dengan cara menggabungkan diri dengan suatu

kelompok atau perkumpulan. Untuk memuaskan kebutuhan ini dapat membangun

suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang lain.

4. Kebutuhan Rasa Penghargaan

Kebutuhan rasa penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang berasal

dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal

dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan dari orang lain berdasarkan

reputasi, kekaguman, status, popularitas, dan keberhasilan dalam masyarakat.

Apabila merasakan suatu perasaan dari dalam atau penghargaan diri akan merasa

yakin dan aman akan diri sendiri.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan manusia yang tertinggi. Seseorang akan mampu mencapai kebutuhan

ini apabila mampu melewati masa-masa sulit yang berasal dari diri sendiri dan

orang lain. Hambatan dari diri sendiri misalnya ragu-ragu, takut, malu dan

sebagainya. Yang menjadi penghambat dari luar misalnya tidak adanya

(42)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara yang

strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah yang sistematis untuk

memecahkan masalah sebab-akibat berikutnya. Metode merupakan cara kerja yang

bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari

kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004 : 13).

Penelitian adalah cara yang dipilih peneliti untuk memperoleh pengetahuan

dan rumusan untuk memahami fenomena yang digunakan untuk meneliti persoalan

yang bisa mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian adalah suatu kegiatan atau

proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai

landasan dalam mengambil kesimpulan (Rachmat Joko Pradopo, 2001).

A.

Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra

merupakan pencarian pengetahuan yang memberi makna dengan hati-hati dan kritis

secara terus-menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra pada dasarnya sama

dengan kritik sastra yang membedakan adalah jangkauannya. Bentuk penelitian ini

adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya data

terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan angka-angka. Data pada

(43)

commit to user

umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, atau catatan-catatan

resmi lainnya (Atar Semi, 1993:18).

Penelitian sastra lebih banyak berupa penelitian perpustakaan (Library

research). Penelitian perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja

peneliti atau di perpustakaan yang terdapat data dan objek penelitian yang dapat

diperoleh.

B.

Sumber Data dan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah drama

Rambat-Rangkung.

Data dalam penelitian ini berupa teks yang berupa struktur drama yang

dibangun oleh unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra seperti tema, alur,

penokohan, amanat, latar, konflik dan dialog serta aspek-aspek psikologi sastra dari

drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

C.

Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah Analisis Isi atau Content Analysis.

Teknik Content Analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang

terdapat dalam karya sastra. Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpukan yang sahih dari

(44)

commit to user

D.

Teknik Analisis Data

Judul penelitian ini adalah Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama

Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra),

maka teknik analisa data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertama, tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data

berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang

membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa yaitu tema,

amanat, penokohan, alur, konflik, setting dan dialog serta analisis psikologi sastra

meliputi perasaan cinta dan motivasi yang tumbuh dalam tokoh naskah drama

Rambat-Rangkung.

Kedua, langkah selanjutnya yaitu proses penyederhanaan dan membatasi

pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian.

Ketiga, Pengumpulan data selesai, penelitian mulai melakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada

reduksi maupun sajian datanya. Menurut Sutopo (2002 : 95), proses ini disebut

model analisis intereaktif. Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah

didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan pengumpulan data. Verifikasi dan

kesimpulan adalah mengecek kembali (diverivikasi) pada catatan yang telah dibuat

(45)

commit to user

E.

VALIDITAS DATA

Penelitian terhadap karya sastra yang telah dilakukan, data-data yang telah

dikumpulkan diusahakan kemantapannya, dalam arti harus diupayakan peningkatan

validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data.

Menurut Lexy J. Moleong (2007:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yaitu untuk

(46)

commit to user

BAB IV

PEMBAHASAN

A.

Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama

Rambat-Rangkung

Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang erat. Bukan saja

hubungan yang menyebabkan timbulnya karya sastra, tetapi merupakan sebuah

hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun

filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya.

Aspek-aspek yang berhubungan dengan diri pengarang perlu untuk diungkapakan,

karena kedudukannya memegang peranan yang penting dalam sebuah penelitian

sastra.

Pengarang dalam menghasilkan karya-karya sastranya, memiliki suatu

kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan fantasinya untuk disusun

dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh

pengalaman dan pandangannya.

Trisno Santosa lahir di Yogyakarta 54 tahun yang lalu. Pada tahun 1982

waktu masih menjadi mahasiswa di jurusan Pedalangan ASKI Surakarta bergabung

dengan teater Gapit. Awalnya berperan sebagai dalang dalam naskah Gandrung

Kecepit karya Sarwaka Tesar, kemudian ditunjuk sebagai tokoh Pelok dalam naskah

Suk Suk Peng menggantikan salah satu pemain Teater Gapit yang terkena sangsi tidak

diperbolehkan berkegiatan di lingkungan ASKI Surakarta, dan sejak saat itu nama

“Pelok” melekat seolah-olah menghapus nama aslinya.

(47)

commit to user

Bambang Widaya (sutradara teater Gapit) kemudian selalu menunjuk Trisno

Santosa untuk mendukung naskah-naskah karyanya, dalam naskah Rol Trisno

ditunjuk sebagai Salamun, Leng sebagai Pak Rebo, Reh sebagai Jana Buntet, Tuk

sebagai Lik Bisma, dan Dom sebagai Pak Lakon. Kehadiran Trisno Santosa di teater

Gapit juga ikut membantu teman-temannya pada waktu membuat dialog naskah agar

lebih Jawani.

Trisno Santosa sejak kecil sudah akrab dengan dunia ketoprak, wayang orang,

wayang kulit, dan wayang golek Yogyakarta karena memang cucu seorang dalang

wayang golek dari Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Dunia panggung di kampung,

di tempat orang hajat, maupun acara tujuh belasan adalah medan seni yang ikut

membentuknya.

Trisno Santosa sejak kecil juga sudah sering ikut lomba kesenian dan meraih

prestasi, diantaranya :

1. Tahun 1972, saat Sekolah Dasar bersama teman-temannya menjadi juara

satu karawitan Porseni se-DIY.

2. Tahun 1974 ketika SMP juara tiga Tari Gaya Surakarta Hari Pendidikan

Nasional se-DIY.

3. Tahun 1978 menjadi juara satu Tari Gagah Gaya Surakarta pada Porseni

se-DIY.

Prestasi Trisno Santosa dalam hal drama baik sebagai penulis, sutradara,

maupun pemain juga sangat bagus. Di antaranya :

1. Tahun 1989 menjadi sutradar terbaik dalam festival ketoprak se-Jawa

(48)

commit to user

2. Tahun 1992 menjadi sutradara terbaik dalam festival ketoprak se-eks

karesidenan Surakarta.

3. Tahun 1995 menjadi Punakawan terbaik di festival WOPA.

4. Tahun 2002 manjadi sutradara dan penulis terbaik lomba sandiwara

berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah.

5. Tahun 2004 sutradara terbaik festival ketoprak se Jawa Tengah.

6. Tahun 2007 menjadi juara harapan I penulisan naskah Sandiwara

berbahasa Jawa se Jawa Tengah.

Selain menjadi pengarang drama bahasa Jawa dan sutradara, Trisno Santosa

juga menjabat sebagai Dosen di jurusan Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia

Surakarta.

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini adalah karya fiksi.

Asal nama Rambat-Rangkung diambil dari nama gending sekaten. Kedua nama

tersebut saling berhubungan yang meyimbolkan akan kebersamaan dan kesetiaan.

Setting atau latar perang Diponegoro digunakan pengarang dalam naskah

drama Rambat-Rangkung yang bertempat di lereng bukit Menoreh. Tidak ada alasan

khusus kenapa pengarang membuat latar cerita seperti itu. Latar dalam cerita drama

Rambat-Rangkung bertujuan untuk membangun struktur dan karakter, bagaimana

orang-orang bersikap ketika keadaan di sekitarnya sedang tidak aman.

Problematika percintaan menjadi dasar dalam menciptakan drama

Rambat-Rangkung ini. Rasa ketertarikan kepada lawan jenis terkadang hanya melihat dari

fisik semata tanpa melihat keadaan seutuhnya. Pengarang melalui drama

(49)

commit to user

kepada orang yang dicintai. Tergambar dalam tokoh Rambat yang dengan tulus dan

iklas menerima Rangkung yang memiliki kecacatan fisik. Sikap Rambat berbeda

dengan pemuda-pemuda lain yang hanya melihat Rangkung dari kecantikan wajah

saja dan setelah diketahui Rangkung adalah gadis cacat, para pemuda yang awalnya

suka kepada Rangkung menjadi berubah perasaannya.

Pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam naskah drama

Rambat-Rangkung. Pengarang menyampaikan pesan kepada pemuda untuk tidak

menyia-nyiakan waktu. Akan lebih baik jika waktu tersebut digunakan untuk melakukan

hal-hal yang positif dan dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

B.

Unsur-unsur yang Membangun Struktur Naskah Drama

Rambat-Rangkung

Bagian ini mengungkapkan unsur-unsur yang membangun struktur naskah

drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Berdasar analisis instrinsik yang

telah dilakukan, struktur naskah Rambat-Rangkung dibangun unsur-unsur yang antara

lain tema, penokohan, latar/setting, amanat, alur, cakapan, dan konflik.

1. Tema

Naskah drama Rambat-Rangkung bertemakan cinta kasih tidak bersyarat yang

bisa menerima apa adanya. Naskah drama Rambat-Rangkung menceritakan tentang

(50)

commit to user

Rangkung memiliki wajah yang cantik, akan tetapi tidak ada yang mengetahui

jika Rangkung adalah gadis yang cacat. Kecantikan wajah Rangkung membuat setiap

pemuda suka kepadanya, salah satu diantaranya adalah Rambat. Ketertarikan Rambat

dapat diketahui dari sikapnya yang setiap hari berkunjung di warung makan tempat

Rangkung berjualan dan menjadi pembeli yang paling lama jika sudah berada di

warung makan tersebut.

Wa Sri yang curiga dengan Rambat, mendesaknya dengan berbagai

pertanyaan. Rambat mengaku jika dirinya ada sesuatu hal yang ingin disampaikan

yaitu ingin menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Wa Sri memberi

kesempatan kepada Rambat untuk mengungkapkan perasaan kepada Rangkung.

Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dengan memberanikan diri

Rambat melamar Rangkung. Rangkung yang juga menyukai Rambat tidak serta

merta menerima lamaran tersebut. Wa Sri sebagai orang tua Rangkung menyuruh

Rambat membawa orang tuanya jika bersungguh-sungguh melamar Rangkung.

Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya.

Beberapa lama kemudian Rambat datang bersama orang tuanya yang juga

seorang pemimpin prajurit. Ayah Rambat, Den Sasra memberitahu kepada warga jika

tempat pengungsian sudah diketahui oleh Belanda dan menyuruh para warga untuk

bersiap-siap berpindah tempat. Rambat yang khawatir dengan Rangkung langsung

menariknya dari tempat duduk. Semua orang menjadi kaget melihat kaki Rangkung

(51)

commit to user

Rangkung menarik diri karena ketidak sempurnaan fisik Rangkung. Tidak halnya

dengan Rambat, Rambat tetap mencintai Rangkung bagaimanapun keadaannya.

2. Alur (Plot)

a. Eksposition atau Pelukisan awal

Rangkung : Iya wa, iya. Wa aku ora susah, atiku seneng waton cedhak terus karo Wa Sri kok

Wa Sri : Gek-gek malah kowe ki mikir cah lanang.

Rangkung : Wa, kowe ki kok aneh-aneh ta Wa. Wong lanang ngendi sing gelem tak pikir, aneh Wa kanggoku.

Wa Sri : Lho ya ora aneh kok. Lawong kowe ki ya wis prawan,

kosik…ngko gek kowe mikir priya sing nek jajan mrene

ora mulih-mulih kae. (halaman 5-6)

Terjemahan :

Rangkung : Iya Wa, iya. Wa aku tidak sedih, aku senang kalau bisa dekat dengan Wa Sri kok.

Wa Sri : jangan-jangan kamu sedang memikirkan laki-laki. Rangkung : Wa, kamu kok aneh-aneh saja. Laki-laki mana yang mau

ku pikirkan, aneh Wa Buatku.

Wa Sri : Lho ya tidak aneh. kamu kan sudah dewasa, cantik juga, siapa tahu ada laki-laki yang mendekatimu, terus kamu memikirkannya, kemudian melamun terus kayak tadi. Rangkung : Tidak kok Wa, tidak.

Wa Sri : Jawabanmu dari tadi cuma tidak dan tidak. Sebentar…kamu pasti memikirkan laki-laki kalau membeli disini tidak pulang-pulang.

Dialog tersebut menggambarkan Rangkung sedang merasakan jatuh cinta

dengan seorang laki-laki. Rangkung selalu melamun dan ada yang sedang

dipikirkannya. Hal tersebut diketahui oleh Wa Sri yang selalu memperhatikan tingkah

(52)

commit to user

dengan berbagai pertanyaan, Rangkung mengaku jika dirinya sedang memikirkan

Rambat, laki-laki yang disukainya.

Rangkung merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna

seperti wanita kebanyakan, namun Wa Sri tetap meyakinkan Rangkung untuk tidak

rendah diri. Wa Sri juga memberi nasihat kepada Rangkung untuk tetap menjaga

kehormatannya sebagai seorang wanita. Untuk melindungi kehormatan Rangkung,

Wa Sri membuat peraturan bagi pembeli laki-laki di warung makannya untuk tidak

boleh terlalu mendekati Rangkung. Rambat, laki-laki yang disukai Rangkung juga

menjadi orang yang harus menurut perintah yang dibuat Wa Sri.

b. Komplikasi atau Pertikaian Awal

Peristiwa dimulai ketika Rambat, pemuda yang disukai Rangkung datang ke

warung makan. Ada niat lain yang ingin disampaikan Rambat selain untuk membeli

makanan di warung makan tersebut.

Rambat kaget ketika membeli di warung makan tersebut karena tidak

biasanya ada peraturan yang tidak memperbolehkan pembeli terlalu mendekati

Rangkung. Akan tetapi, demi bisa bertemu dan bisa melihat Rangkung, Rambat

mematuhi peraturan yang dibuat Wa Sri.

Wa Sri sudah curiga dengan Rambat yang selalu datang paling awal dan

pulang paling akhir jika membeli di warung makannya, langsung memberi pertanyaan

kepada Rambat. Rambat kemudian mengaku jika dirinnya ingin menyampaikan

(53)

commit to user

Wa Sri kemudian mengijinkan Rambat untuk menyampaikan perasaannya

kepada Rangkung. Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sebuah

tembang macapat Asmaradana, Rambat mengeluarkan apa yang dipendamnya selama

ini.

Rangkung tidak menolak lamaran Rambat, akan tetapi juga tidak begitu saja

menerimanya karena hal ini bukan sekedar permainan saja. Wa Sri sebagai orang tua

Rangkung menyuruh Rambat membawa orang tuanya jika niatnya melamar

Rangkung itu sungguh-sungguh. Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya.

c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita

Keadaan memuncak yaitu ketika Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor, pemuda

yang memiliki perilaku kurang baik datang ke warung makan tempat Wa Sri dan

Rangkung berjualan. Sama halnya dengan Rambat, mereka juga memiliki rasa suka

terhadap Rangkung. Awal mula kedatangan ketiga pemuda tersebut hanya untuk

membeli makanan.

Keadaan memanas ketika salah satu dari pemuda tersebut menyatakan ingin

melamar Rangkung. Hal tersebut membuat dua pemuda lain marah. Pertikaian antara

mereka bertiga tidak bisa dihindari. Mereka saling pukul dan tendang demi

memperebutkan cinta Rangkung. Bekel Rangga, seorang utusan keraton Yogyakarta

datang ketika terjadi perkelahian, kemuadian Bekel Rangga melerai perkelahian

tersebut. Bekel Rangga memberi nasihat kepada ketiga pemuda itu, hal tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jarak umur, jenis kelamin, urutan anak, kepribadian, lingkungan dan perlakuan orang tua yang membedakan

nr.luJrne x nNrftror(h wtrLr rclrd n).ral

Data pada pengujian ketergantungan (hubungan) variabel disajikan dalam bentuk Tabel Kontingensi (Cross Tab). Bentuk umum Tabel Kontingensi → berukuran r baris x

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan Ridho-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Risk Profile, Good

Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah input data assay dan data collar hasil uji test pit, kemudian melakukan analisis statistik dan pemilihan model variogram

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA..

proyek yang berlokasi di 10 propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh yang dikelola oleh Universitas Syiah Kuala, (2) Sumatra Barat yang dikelola oleh LKIP Padang, (3) Sumatra