BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo terletak di Desa
Ngadirejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten
Temanggung, yang menempati lahan seluas 2.494 m2 . Sekolah ini berdiri pada 1 Januari 1951, dengan ijin operasional dari Jawatan PP dan K Provinsi Jawa Tengah No. SR/KEP/PPKG/9/4, sebagai sekolah negeri di Kabupaten Temanggung. Tahun 2011 sekolah ini memperoleh nilai akriditasi dengan predikat A. Tahun 2011 SDN 1 Ngadirejo menjadi salah satu SDSN bersamaan dengan 10 sekolah lainnya.
Sekolah ini memiliki 11 rombongan belajar (rombel) yang terdiri dari 2 rombel kelas I, 2 rombel kelas II, 2 rombel kelas III, 2 rombel kelas III, 2 rombel kelas IV, 2 rombel kelas V, dan 1 rombel kelas VI. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 adalah 373 siswa, pendidik dan tenaga kependidikan sejumlah 22 orang dengan 1 kepala sekolah PNS, 6 pendidik PNS tetap, 4 pendidik PNS pengampu pendidikan jasmani dan olahraga, 1 pendidik PNS Agama Islam, 1 pendidik PNS Agama Kristen, 1 pendidik PNS Agama Katholik, 7 tenaga wiyatabakti dan 1 penjaga sekolah PNS.
SD Negeri 1 Ngadirejo memiliki visi sekolah yaitu “Iman dan Taqwa, Unggul dalam Prestasi, Santun dalam Perilaku, Berwawasan Budaya Bangsa serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, yang kemudian diuraikan dalam misi sekolah sebagai berikut :
(1) Memantapkan penghayatan dan pengamalan
hidup beragama sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing siswa. (2) Menanamkan nilai-nilai Aqidah dan budi pekerti luhurdengan
maksimal. (3) Mengimplementasikan proses
dipercaya (trustworthines), mempunyai rasa hormat dan perhatian (respect), tekun (diligence) , tanggung jawab (responsibility), berani (courage), integritas (integrity), peduli (caring), jujur (fairnes) dan kewarganegaraan (citizenship). (6) Menanamkan nilai-nilai budaya bangsa sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. (7) Mendorong siswa untuk
memahami dan mengkaji serta
menumbuhkembangkan potensi siswa dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa melalui Proses Pembelajaran maupun Bimbingan Karir.
SD Negeri 1 Ngadirejo dalam proses pelaksanaan kegiatan institusinya memiliki tujuan :
1. Terciptanya pribadi siswa yang mampu dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut sehingga melahirkan Out Put yang beriman, taqwa , cakap serta handal diwarnai dengan nuansa kepribadian yang bermoral tinggi dan akhlaq yang mulia.
2. Tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan optimal.
3. Tercapainya prestasi siswa yang cakap dan handal serta mampu bersaing di dunia pendidikan maupun lingkungan masyarakat. 4. Terbentuknya pribadisiswa yang percaya diri
dan tidak menggantungkan kepada orang lain.
5. Terciptanya pribadisiswa yang memiliki
keberanian untuk menanamkan kepercayaan pada diri sendiri.
6. Terciptanya pribadi siswa yang santun dalam perilaku maupun tindakan.
7. Terciptanya pribadisiswa yang mencintai,
memiliki dan melestarikan budaya bangsa yang sesuai dengan khasanah budaya asli bangsa Indonesia.
8. Terciptanya pribadisiswa yangcerdas trampil dan memiliki kecakapan hidup dalam berbagai ilmu pengetahuan.
9. Terselenggaranya penambahan jam belajar /
bimbingan karir dan pembekalan kecakapan hidup pada siswa terlaksana dengan maksimal. 10.Terciptanya lingkungan sekolahsebagai pusat pengembangan dan pembaharuan pendidikan sehingga lahirlah peserta didik yang cerdas dan kreatif untuk bekal hidup pada jenjang pendidikan selanjutnya maupun di lingkungan masyarakat.
11.Terciptanya pribadi siswa yang cerdas dan tanggap dalam membaca situasi dan kondisi dimanam siswa berada.
12.Terciptanya pribadi siswa yang mampu
mengatasi berbagai masalah yang di hadapi dengan arif dan bijaksana.
13.Terciptanya hubungan yang harmonis dan
mesra antara keluarga sekolah , komite sekolah maupun masyarakat sekitarnya.
Implementasi SDSN di SD Negeri 1 Ngadirejo dimulai tahun pelajaran 2008/2009 dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Nomor 900/289/2008 tentang Penetapan Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Kabupaten Temanggung Tahun 2008. SD Negeri 1 Ngadirejo dalam mengimplementasikan SDSN juga memiliki Tim Penanggung jawab implementasi seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo Nomor 422.5/108/2008, sebagai berikut :
Ketua I : Robani
Ketua II : Drs. Asy’ari Muhadi, M.
A
Sekretaris : Sya’bani
Bendahara : F. Sunarsih
Sie Pembangunan : Sutirto
Setyowedi
Sie Pemeriksa Barang : Suaris
Supriyono, S. Pd
yang selanjutnya nama-nama diatas akan menjalankan tugas dalam melaksanakan SDSN sesuai dengan panduan pelaksanaan SDSN yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dan analisis
terhadap informasi yang diperoleh, maka dihasilkan berbagai data (informasi) yang disajikan dalam masing-masing tahapan yaitu sebagai berikut :
4.1.2.1 Disain Implementasi Program SDSN
Tabel 4.1
Disain Implementasi Program SDSN
Tahap/ Aspek
Aspek yang
Dievaluasi Standar/ kriteria keberhasilan
T
2. Memiliki dokumen kurikulum (silabus, RPP
dan bahan ajar) untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas
3. Memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ibadah, kamar kecil yang cukup dan memadai
4. Memiliki ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang multimedia dan ruang serba guna, sarana olah raga / kesenian.
5. Memiliki sarana pembelajaran yang memadai
dan mencukupi kebutuhan jumlah siswa 6. Rasio ruang kelas: siswa = 1:28
7. Memiliki tenaga pendidik minimal 50% S1
8. Penguasaan kompetensi, 50% guru
bersertifikasi kompetensi
9. Memiliki tenaga kependidikan yang kompeten
di bidangnya.
1. Terpenuhinya Standar Kompetensi Lulusan.
2. Terpenuhinya Standar Isi.
3. Terpenuhinya Standar Proses.
4. Terpenuhinya Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
5. Terpenuhinya Standar Sarana dan
Prasarana.
6. Terpenuhinya Standar Pengelolaan.
7. Terpenuhinya Standar Pembiayaan.
8. Terpenuhinya Standar Penilaian.
T
1. Standar ketuntasan belajar minimal 95%
(SKBM).
2. Nilai UN di atas rata-rata regional.
3. Memiliki prestasi di tingkat regional, nasional dan internasional.
4. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang
Tabel 4.1 di atas merupakan disain (standar/kriteria) yang penulis rumuskan berdasarkan studi dokumentasi dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo. Kriteria atau standar di atas merupakan indikator atau syarat yang dijadikan dasar dalam menentukan tingkat keberhasilan SDSN.
Kriteria tersebut dapat dijadikan tolok ukur apakah implementasi SDSN sudah sejalan dengan panduan penyelenggaraan SDSN tahun 2007. Kriteria tersebut kemudian akan dievaluasi melalui beberapa tahapan yaitu, tahap instalasi, tahap proses dan tahap produk. Pada masing-masing tahapan penulis akan mengetahui apakah ada kesenjangan kondisi aktual dengan standar.
4.1.2.2 Instalasi Implementasi Program SDSN
Agar program bisa dilaksanakan, lembaga
pelaksana program harus menyiapkan segala sesuatu (sumber daya) yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi program. Pada implementasi SDSN ini sumber daya terdiri dari pendanaan program, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan RPS dan RAPBS Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo sudah sesuai dengan pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun yang disusun dengan melakukan koordinasi
dengan beberapa pihak stakeholder sekolah.
Stakeholder yang terlibat meliputi Kepala Sekolah,
Komite sekolah, Guru dan Karyawan. Dalam
“RAPBS disusun secara bersama-sama antara Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan sekolah. Dari masing-masing Guru dan Karyawan memberikan daftar kebutuhan masing-masing baru kemudian kita susun rencana kegiatan sekolah dan anggaran yang dibutuhkan. Setelah selesai menyusun rencana anggaran kemudian kita bawa ke komite sekolah untuk pertimbangan dan persetujuan RAPBS.
Setiap unsur dari stakeholder diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penentuan kegiatan yang akan dilakukan sekolah. Masukan ini disertai dengan perhitungan dana yang dibutuhkan. Keikut sertaan komite sekolah dalam penyusunan atau penyetujuan RAPBS dibenarkan oleh komite SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai berikut :
“RAPBS biasanya dibuat oleh sekolah karena sekolah yang lebih tau kebutuhannya, kemudian setelah disusun barulah kami lihat kegiatan sekolah beserta anggarannya, bila sudah sesuai
maka kami tanda tangani sebagai wujud
persetujuan komite sekolah.
Keterlibatan komite sekolah dalam proses
penyusunan RAPBS ini adalah sebagai perwakilan dari masyarakat. Dengan demikian, masyarakat mengetahui secara jelas pendanaan yang ada di sekolah dan tingkat kebutuhan untuk proses pendidikan dan pembelajaran. Diharapkan, setelah mengetahui kondisi keuangan
sekolah, masyarakat ikut berpartisipasi dalam
pengembangan sekolah khususnya dalam hal dana.
Dengan koordinasi yang baik, maka berbagai
kegiatan sekolah dapat dilaksanakan dengan alokasi
dana secara tepat dan setiap personal dapat
mengetahui kondisi keuangan, kebutuhan dan kondisi yang harus disediakan.
Pembiayaan SDSN dibantu oleh pemerintah pusat dan daerah, yaitu seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut :
50.000.000,00 dari pemerintah daerah. Bantuan dari pemerintah pusat sudah berwujud sarana dan prasarana pembelajaran sedangkan dari
pemerintah daerah berwujud uang untuk
membangun dua plong ruang kelas. Uang dari pemerintah daerah kami serahkan kepada komite sekolah sehingga pembangunan ruang kelas
dilakuan oleh masyarakat melalui komite
sekolah. Uang dari pemerintah daerah tidak mencukupi untuk membangun dua ruang kelas sehingga atas inisiatif komite sekolah bangunan tersebut diselesaikan oleh masyarakat dengan cara iuran’.
Dari uraian di atas berarti dalam pelaksanaan program SDSN diperoleh bantuan pendanaan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sekolah yang ditetapkan sebagai SDSN setiap tahunnya
dijanjikan untuk mendapatkan bantuan dari
pemerintah daerah (APBD II), namun pada
kenyataannya bantuan dari pemerintah daerah (APBD II) hanya berlangsung satu kali yaitu pada proses perintisan atau pada awal penetapan sebagai sekolah standar nasional.
SD Negeri 1 Ngadirejo dalam kepemilikan dokumen kurikulum (silabus, RPP dan bahan ajar) untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas belum semuanya terpenuhi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Guru 1 sebagai berikut :
“Silabus, RPP, Prota, dan Promes kami punya namun semua dokumen itu sudah dibuatkan oleh sekolah sehingga guru tinggal menjalankan saja
tergantung tingkat kreatifitas guru dalam
menggunakan bahan ajar untuk pembelajaran. Dokumen kurikulum yang kami punya sekitar 80%.
Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa untuk kepemilikan dokumen kurikulum baru sekitar 80 % sehingga masih belum memenuhi standar.
ibadah dan kamar kecil di SD Negeri 1 Ngadirejo bahwa sekolah ini masih kekurangan ruang kelas yaitu kelas dua dan tidak memiliki ruang ibadah. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai berikut :
“Untuk ruang kelas masih kurang yaitu kelas dua,
sehingga untuk proses pembelajaran kelas dua masuk siang bergantian dengan kelas satu. Setelah kelas satu pulang baru kelas dua masuk untuk mengikuti proses pembelajaran. SD Negeri 1 Ngadirejo juga tidak memiliki tempat ibadah, sehingga semua kegiatan keagamaan dilakukan di kelas masing-masing”.
Dengan tidak lengkapnya ruang tentu akan membuat proses belajar menjadi tidak maksimal. Kondisi ini tentu saja belum memenuhi standar program SDSN yang mangharuskan memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ibadah
dan kamar kecil untuk setiap sekolah yang
menerapkan program SDSN.
Berdasarkan observasi penulis memberoleh data bahwa SD Negeri 1 Ngadirejo telah memiliki ruang
perpustakaan, namun belum memiliki ruang
laboratorium, ruang multimedia dan ruang olah raga/ kesenian. Alat peraga pembelajaran masih diletakkan di ruang guru sehingga guru yang akan menggunakan media pembelajaran hasus mengambilnya dari ruang guru untuk dibawa ke kelas masing-masing. Ruang perpustakaan di SD Negeri 1 Ngadirejo juga difungsikan sebagai ruang komputer namun hanya untuk guru karena keterbatasan komputer yang dimiliki sekolah sehingga siswa tidak diajarkan multimedia di sekolah. Hal ini tentu saja belum memenuhi standar program SDSN karena seharusnya sekolah yang ditetapkan sebagai SDSN itu sudah memiliki ruang perpustakaan, ruang laboratorium untuk praktikum siswa, ruang multimedia untuk pembelajaran TIK siswa dan ruang olah raga/ kesenian sendiri.
SD Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhi standar SDSN, seperti yang dikemukakan oleh Guru 2 yaitu :
“Sarana pembelajaran lengkap, semua KIT IPA, IPS, Matematika, Bahasa, untuk pembelajaran sudah lengkap, dan sudah cukup digunakan oleh siswa di setiap kelasnya. Sarana pembelajaran
yang lain biasanya guru membuat sendiri
menggunakan gambar, video, atau pembelajaran nyata sesuai dengan Kompetensi Dasarnya”.
Hasil studi dokumentasi mengenai rasio ruang kelas berbanding siswa di SD Negeri 1 Ngadirejo belum sesuai dengan standar program SDSN karena dalam program SDSN rasio ruang kelas dengan siswa adalah 1 berbanding 28 yang artinya maksimal dalam satu ruang kelas terdapat 28 siswa. Jumlah siswa di SD Negeri 1 Ngadirejo pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai beriktu :
Tabel 4.2
Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
Hasil studi dokumentasi penulis terhadap kwalifikasi akademik tenaga pendidik di SD Negeri 1 Ngadirejo sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru minimal 50% S1. Guru di SD Negeri 1 Ngadirejo semuanya sudah sarjana seperti yang dikemukakan oleh Kepala Sekolah pada wawancara sebagai berikut :
“Dulu ada 50 % guru yang belum S1, namun
untuk menjalankan program SDSN guru yang belum S1 dihimbau untuk melanjutkan studi sehingga pada tahun pelajaran 2013/2014 semua guru yang ada di SD Negeri 1 Ngadirejo semuanya sudah S1, yang belum S1 hanya penjaga perpustakaan dan penjaga sekolah saja”.
Dalam hal penguasaan kompetensi pendidik, standar yang ditetapkan adalah 50% guru bersertifikasi kompetensi dan memahami dan memiliki kompetensi
dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran.
Berdasarkan data yang diperoleh dengan studi dokumentasi bahwa baru terdapat sudah 40.9 % tenaga pendidik di SD Negeri 1 Ngadirejo memiliki sertifikat pendidik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah yaitu sebagai berikut :
“Untuk kompetensi guru di SD Negeri 1 Ngadirejo baru sekitar 40% memenuhi standar, dari 20 guru terhadap 8 guru yang sudah sertifikasi dan
sebagian besar guru berkompeten dengan
bidangnya dibuktikan dengan sertifikat pendidik”.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil evaluasi dalam hal kompetensi guru belum memenuhi standar yang ditentukan, yaitu baru 40.9% guru yang sudah memahami dan memiliki kompetensi pendidik.
Kesimpulan dari evaluasi tahap instalasi adalah masih ada ketidak sesuaian antara pelaksanaan dengan disain program pada aspek input. Dari Sembilan aspek yang dievaluasi pada komponen pendanaan, sarana dan prasarana serta sumber daya
penyusunan dokumen kurikulum yaitu dilakukan oleh sekolah, masih terdapat kekurangan ruang kelas, ruang laboratorium, ruang multi media, ruang olah raga/ kesenian dan terdapat kesenjangan antara rasio ruang kelas dan siswa serta masih terdapat beberapa guru yang belum meliliki sertifikat pendidik karena di SD Negeri 1 Ngadirejo masih terdapat 7 guru wiyata bakti.
4.1.2.3 Proses Implementasi Program SDSN
Pada tahap proses implementasi program SDSN, evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan kondisi aktual aspek proses dengan standar yang
ditetapkan. Komponen yang dinilai meliputi
pelaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan untuk menilai sejauh mana ketercapaian dari masing-masing standar yaitu sebagai berikut :
A. Hasil analisis kesenjangan Standar Kompetensi
Lulusan
Berdasarkan hasil pengisian instrument kinerja sekolah standar nasional oleh kepala sekolah dan guru,
diperoleh informasi bahwa pelaksanaan standar
kompetensi lulusan belum sepenuhnya sesuai dengan yang distandarkan oleh pemerintah. Pelaksanaan standar kompetensi lulusan di SD Negeri 1 Ngadirejo seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1
Kesenjangan Standar Kompetensi Lulusan
Hasil pelaksanaan standar kompetensi lulusan di SD Negeri 1 Ngadirejo mencapai 71.56 % dari nilai standar. Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar kompetensi lulusan ini sebesar 28.44 % yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori sedang. Kesenjangan dalam standar ini disebabkan karena sekolah belum dapat meraih prestasi akademik maupun non akademik di tingkat kabupaten atau yang lebih tinggi.
Standar kompetensi lulusan ini SD Negeri 1 Ngadirejo menggunakan sistem belajar tuntas yang ketentuan batas tuntas dari masing-masing mata pelajaran ditentukan oleh sekolah sendiri dengan nama Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Di bawah ini merupakan tabel Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai berikut :
Tabel 4.3
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Komponen Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
I II III IV V VI
Semester Semester Semester Semester Semester Semester Semester
I II I II I II I II I II I II
Sumber : Dokumen Kurikulum SDN 1 Ngadirejo
ketuntasan minimal (KKM) nya adalah 70 dan semester II adalah 75, artinya apabila peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama nilai paling rendah harus mencapai 70 untuk semester I dan 75 untuk semester
II. Apabila peserta didik nilai mata pelajaran
Pendidikan Agama belum mencapai batas KKM tersebut, berarti peserta didik tersebut belum tuntas untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan harus mengikuti remidiasi. Sedangkan apabila peserta didik memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM, maka peserta didik tersebut dinyatakan terlampaui atau tuntas untuk mata pelajaran pendidikan Agama. Dalam menentukan kenaikan kelas SD Negeri 1 Ngadirejo menerapkan sistem KKM, peserta didik yang belum memenuhi KKM diberikan remidiasi seperti yang dikemukakan Guru2 sebagai berikut :
“Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pembelajaran, siswa yang dapat naik kelas yaitu siswa yang apabila semua mata pelajaran sudah memenuhi KKM dari masing-masing mata pelajaran. Apabila masih ada siswa yang belum
memenuhi KKM maka guru memberikan
remidiasi”.
Sedangkan untuk menentukan kelulusan peserta didik, SD Negeri 1 Ngadirejo menggunakan kriteria kelulusan berdasarkan Permendiknas No. 5 Tahun 2008 yaitu :
1. Kriteria kelulusan ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan melalui rapat dewan guru, memuat batas nilai minimal setiap mata pelajaran dan rata-rata nilai seluruh mata pelajaran yang diujikan.
2. Peserta didik dinyatakan lulus dari sekolah setelah :
a. Menyelesaikan seluruh program
pembelajaran.
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk mapel kelompok Agama dan
Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan
Kepribadian, Estetika, Penjaskes.
c. Lulus Ujian Sekolah untuk mapel IPTEK.
Kelulusan siswa di SD Negeri 1 Ngadirejo selama tiga tahun terakhir ini selalu meluluskan siswa 100% dan selalu memiliki nilai hasil ujian nasional tertinggi
apabila dibandingkan dengan sekolah lain di
Kecamatan Ngadirejo. Sebagai SDSN SD Negeri 1 Ngadirejo juga dalam dua tahun berturut-turut memperoleh nilai hasil ujian nasional tertinggi dari 11 SDSN seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4
Daftar Peringkat Nilai Hasil Ujian Nasional
No Nama Sekolah Peringkat
2010/2011 2011/2012 2012/2013
Kab SDSN Kab SDSN Kab SDSN
Sumber : Dikdas Kab. Temanggung
Berdasarkan Tabel di atas, apabila dilihat peringkat Kabupaten, SDN 1 Ngadirejo berada pada peringkat 18 pada tahun pelajaran 2010/2011, peringkat 3 pada tahun pelajaran 2011/2012 dan peringkat 12 pada tahun pelajaran 2012/2013. Namun apabila dilihat peringkat 11 SDSN, SD Negeri 1 Ngadirejo memperoleh
peringkat 2 pada tahun pelajaran 2010/2011,
peringkat 1 pada tahun pelajaran 2011/2012 dan peringkat 1 pada tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademik SDSN di Kabupaten Temanggung masih di bawah SD non SN. Hal ini seperti disampaikan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai berikut :
pertama, namun untuk maju ke tingkat
Kabupaten baru mendapatkan peringkat
sepuluh besar, sedangkan prestasi non
akademik biasanya mewakili dalam bidang
kesenian dan baru juara pada tingkat
Kecamatan.
Data tersebut menunjukkan bahwa prestasi non akademik yang diperoleh SD Negeri 1 Ngadirejo baru sebatas juara kecamatan dan kabupaten untuk
kesenian sehingga hal ini mempengaruhi nilai
kesenjangan dalam standar kelulusan.
B. Hasil analisis kesenjangan Standar Isi
Pada pelaksanaan standar isi di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan kondisi aktual tentang dokumen kurikulum sekolah dengan standar yang ditetapkan. Tahap ini menilai sejauh mana ketercapaian
masing-masing komponen dari keberadaan dokumen
kurikulum. Dari studi dokumen yang penulis lakukan hasil implementasi dokumen kurikulum di SD Negeri 1 Ngadirejo adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Kesenjangan Standar Isi
yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori rendah karena dalam kepemilikan dokumen kurikulum sekolah baru memiliki 80%.
Pemenuhan Standar Isi Pendidikan di SD Negeri 1 Ngadirejo sudah dilakukan oleh sekolah. Kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM), program tahunan, program semester, kalender pendidikan, pembagian tugas mengajar guru, dan pedoman penilaian telah dibuat oleh sekolah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Kepala Sekolah bahwa :
“Semua guru dan masing-masing kelas telah
memiliki perangkat pembelajaran seperti silabus, promes, prota, RPP, Daftar Nilai, Analisis Hasil Ulangan, Program Pengayaan dan Remidiasi serta bank soal”.
Proses penyusunan dokumen kurikulum, silabus dan RPP SD Negeri 1 Ngadirejo telah disediakan oleh
Kepala Sekolah, sehingga Guru hanya tinggal
menjalankan kegiatan pembelajaran saja, seperti yang di ungkapkan salah satu guru SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai berikut :
“Kurikulum, Silabus, RPP, Prota dan Promes sudah disediakan oleh sekolah, sehingga guru tinggal menjalankan kegiatan pembelajaran dan melengkapi dokumen pembelajaran yang lain seperti daftar nilai dan dan bank soal. Untuk proses pembelajaran kadang sesuai dengan RPP dan kadang tidak, tergantung kreatifitas guru masing-masing”.
Muatan Lokal (Mulok) dan pengembangan diri yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Ngadirejo berdasarkan hasil wawancara dengan Guru3 adalah sebagai berikut :
“Muatan lokal yang dilaksanakan di sini meliputi Bahasa Jawa, , Bahasa Inggris, dan PKS, sedangkan pengembangan dirinya meliputi Pramuka, Dokter Kecil, Seni Budaya, dan Drum
Band. Untuk Muatan lokal siswa wajib
C. Hasil analisis kesenjangan Standar Proses
Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang
bagaimana seharusnya proses pembelajaran
berlangsung. Standar proses ini meliputi kesiapan guru, pengelolaan kelas, metode pengajaran, dan penggunaan media alat bantu pembelajaran. Hasil penerapan standar proses di SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai berikut :
Gambar 4.3
Kesenjangan Standar Proses
Pelaksanaan Standar Proses mencapai 80.02 % dari nilai standar. Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar proses ini sebesar 19.98 % yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori rendah.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa kesenjangan tersebut dikarenakan masih banyak guru dalam proses pembelajaran yang jarang menggunakan pembelajaran berbasis ICT sehingga terdapat kesenjangan antara standar dengan yang terjadi di sekolah. Penggunaan media pembelajaran di SD Negeri 1 Ngadirejo disesuaikan dengan situasi kelas maupun materi pembelajaran. Salah satu guru kelas enam mengungkapkan bahwa pemilihan metode dan
media pembelajaran disesuaikan dengan materi
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Kepala Sekolah sebagai berikut :
“ Dalam proses pembelajaran sebagian guru
sudah memanfaatkan media pembelajaran
berbasis IT seperti menggunakan laptop untuk menampilkan power point, gambar dll. Selain itu pun juga kadang dilakukan pembelajaran diluar kelas sesuai dengan materi yang mereka ajarkan kepada siswa”.
Selain itu, dari hasil observasi pada 13 Mei 2014 di kelas III, dan pada 8 September di kelas VI, bahwa : 1. Guru kelas III memanfaatkan laptop sebagai media
untuk menampilkan gambar tokoh Indonesia melalui LCD proyektor pada pembelajaran PKn
2. Guru kelas VI membentuk kelompok-kelompok
diskusi yang beranggotakan 5 siswa untuk
membuat dialog pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan data hasil wawancara dengan Guru1 sebagai berikut :
“Guru di sini dalam proses pembelajaran sering menggunakan alat bantu atau alat peraga
seperti Kit-kit pada pembelajaran IPA,
Matematika, Bahasa. Biasanya Kit-kit itu digunakan oleh guru kelas tinggi dan guru kelas
rendah dituntut lebih kreatif dalam
menggunakan alat peraga. Biasanya guru kelas
rendah membuat sendiri alat peraga
pembelajarannya seperti gambar-gambar dan memanfaatkan lingkungan sekolah”.
Terciptanya proses pembelajaran yang
menyenangkan, nyaman dan menarik membuat siswa senang belajar di SD Negeri 1 Ngadirejo seperti dikemukakan salah satu siswa sebagai berikut :
“Senang belajar di sini, karena banyak teman. Banyak yang pengen sekolah di sini karena kalau lulusan sini banyak yang diterima di SMP 1. Gurunya asyik, pembelajarannya tidak
membosankan karena menggunakan alat
D. Hasil analisis kesenjangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan memegang peranan penting dalam keberhasilan pendidikan karena
tugas dari pendidik adalah merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, menilai dan melakukan bimbingan kepada peserta didik. Pendidik dan tenaga kependidikan SD Negeri 1 Ngadirejo berjumlah 22 orang dengan tugas dan kwalifikasi pendidikan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan SD Negeri 1 Ngadirejo
NO NAMA / NIP GOL
RUANG
JENIS
GURU TGS PEND KET
1 ROBANI, S.Pd.
19611005 198405 1 002
IVA Guru Kelas IV-VI S1 B. Jawa
2 AYU INDRIYANI, A.MD
-
- Guru Kelas I A S1
3 KHURIATUL ISRIAH
-
19600813 198201 2 006
IVA Guru Kelas III A S1
7 SETYOWEDI
19630908 199103 1 006
IIIC Guru Kelas III B S1
8 HENI SUSILOWATI
-
- Guru Kelas IV A S1
9 ENDANG HANDAYANI
19601010 198201 2 019
IVA Guru Kelas IV B S 1
10 KEMINEM, S.Pd
19640105 198806 2 001
IVA Guru Kelas V A S1
11 KRISTIYAN ADI S, A.Ma.
198604242010011010
IIB Guru Kelas V B S 1
12 ZULAEKHAH S. S.Pd
19651220 199103 2 011
IVA Guru Kelas VI S1
13 SITI AISYAH
19575508 198304 2 001
IVA Guru Mapel I-VI S1 Ag. Islam
14 F. SUNARSIH
19651207 198806 2 003
IVA Guru Mapel I -VI S1 Ag. Katolik
15 SRI WAHYUNI RAHAYU 19660229 198806 2 002
IIID Guru Mapel I -VI S 1 Ag.Kristen
PKS
16 SOLIKHIN,S.Pd.
19640224 200007 1 001
IIIC Guru Mapel V-VI S1 Pengampu
Penjas
17 TRI PURWANTI,S.Pd
19620410 198304 2 014
IVA Guru Mapel I-II S1 Pengampu
Penjas
18 SURATMI,S.Pd
19610911 198405 2 002
IVA Guru Mapel I-II S1 Pengampu
Penjas
19 RUSMIYANTO, S.Pd
19641204 198608 1 005
IIID Guru Mapel III-IV S1 Pengampu
21 RETNO PAMUNGKAS
-
- Pengelola
Perpus
- D 2 -
22 SUMARNO.
19681120 199003 1 006
IIA Penjaga - SMA
Sumber : Dokumentasi SDN 1 Ngadirejo
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SD Negeri 1 Ngadirejo berjumlah 22 orang yang terbagi menjadi : 11 PNS tetap, 4 PNS pengampu, dan 7 tenaga wiyata bakti. Adapun kwalifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikannya adalah 20 orang sarjana 1 orang diploma dan 1 orang SMA.
SD Negeri 1 Ngadirejo merupakan sekolah yang mempunyai kelas pararel sehingga memiliki 11 rombongan belajar (rombel ) yaitu 2 rombel kelas I, 2 rombel kelas II, 2 rombel kelas III, 2 rombel kelas IV, 2 rombel kelas V dan 1 rombel kelas VI.
Gambar 4.4
Kesenjangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pelaksanaan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan mencapai 60.84 % dari nilai standar. Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar proses ini sebesar 30.16% yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori Sedang.
Apabila melihat data rombel dan jumlah siswa SD Negeri 1 Ngadirejo sebenarnya jumlah guru PNS yang ada masih kurang, namun proses pembelajaran
terbantu oleh guru wiyata bakti seperti yang
diungkapkan Kepala Sekolah sebagai berikut : “ Guru kelas PNS di sini sangat kurang, karena dari 11 rombel yang diajar oleh guru PNS hanya 6 rombel, namun sudah dapat teratasi dengan adanya guru wiyata bakti. Selain itu guru penjasorkes SD ini juga tidak punya, jadi ya hanya ada guru penjasorkes pengampu dari SD lain yang hanya ada di sini waktu ada jadwal saja”.
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Guru1, sebagai berikut :
“ Kalau di SD sini siswanya banyak, peminat pendaftarnya selalu banyak tapi kalau gurunya sedikit, guru kelasnya kebanyakan dari guru wiyata bakti. Kami sudah mengusulkan untuk penambahan penempatan guru PNS di SD kami tapi dari Dinas Kabupaten belum memberikan”. 0
E. Hasil analisis kesenjangan Standar Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana pendidikan meliputi gedung,
ruang kelas, perpustakaan, tempat ibadah,
peralatan/media pembelajaran, buku sekolah dan lain-lain. Hasil analisis kesenjangan Standar Sarana dan Prasarana di SD Negeri 1 Ngadirejo adalah sebagai berikut :
Gambar 4.5
Kesenjangan Standar Sarana dan Prasarana
Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana di SD Negeri 1 Ngadirejo mencapai 63.02% dari nilai standar. Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar sarana dan prasarana sebesar 36.98%
yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori
sedang. Kesenjangan standar sarana dan prasarana ini paling tinggi dari delapan Standar Nasional Pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi bisa dikatakan bahwa SD Negeri 1 Ngadirejo memiliki sarana pembelajaran yang cukup lengkap namun untuk ruang-ruang pendukung pembelajaran masih terdapat kekuranan. Hal itu sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, bahwa keadaan sarana dan prasarana SD Negeri 1 Ngadirejo adalah sebagai berikut :
“Sebagai Sekolah Dasar Standar Nasional, SD ini masih terdapat kekurangan seperti gedung, ruang kelas, tempat ibadah, ruang UKS dan
koperasi sekolah untuk menunjang
pelaksanaan pendidikan. Kelas VI itu seharusnya 2 rombel, karena kurang ruang kelas maka dijadikan satu ruang dengan dua guru pengajar dan jumlah siswa yang besar.
Karena jumlah siswa yang besar maka
pembelajaran di kelas VI harus menggunakan mikrofon. Untuk tempat ibadah SD ini tidak mempunyai sehingga untuk praktek keagamaan dilakukan di kelas masing-masing. Ruang UKS itu menempati rumah jaga/rumah dinas dan
koperasi sekolah ikut bergabung dengan
perpustakaan”.
Berdasarkan hasil observasi mendukung
pernyataan kepala sekolah yaitu ruang koperasi menjadi satu dengan ruang perpustakaan seperti dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini :
Gambar 4.6
Ruang Perpustakaan dan Koperasi Sekolah
Sumber : Dokumentasi
F. Hasil analisis kesenjangan Standar Pengelolaan Pelaksanaan standar pengelolaan pendidikan di SD
Negeri 1 Ngadirejo telah dilaksanakan dengan
berpedoman pada Rencana Kerja Sekolah. Hasil dari pelaksanaan standar proses adalah sebagai berikut :
Gambar 4.7
Kesenjangan Standar Pengelolaan
Pelaksanaan Standar Pengelolaan di SD Negeri 1
Ngadirejo mencapai 82.67% dari nilai standar.
Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar sarana dan prasarana sebesar 17.33%
yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori
rendah. Kesenjangan ini bisa terjadi karena program yang direncanakan baru tercapai 80%.
Rencana Kerja Sekolah (RKS) disusun oleh SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai pedoman melaksanakan kegiatan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, sebagai berikut :
“ Kita dalam melaksanakan kegiatan sekolah berpedoman pada Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang telah kita susun bersama dari hasil rapat dewan guru dan mendapat pengesahan dari Komite Sekolah”.
RKS yang telah disusun kemudian dilaksanakan oleh SD Negeri 1 Ngadirejo seperti hasil dokumentasi meliputi : Kurikulum, Kalender Pendidikan, Jadwal Pelajaran, Pembagaian Tugas Mengajar Guru, Struktur
Organisasi, Jadwal Ulangan Tengah dan Akhir Semester, Jadwal Ekstra Kurikuler dan Pengembangan Diri, Jadwal KKG, Tata Tertib Guru, Tata Tertib Siswa,
Jadwal Rapat Komite serta Penggunaan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Implementasi RKS di SD Negeri 1 Ngadirejo saat ini baru mencapai 70-89 % terlaksana.
Pengawasan yang dilakukan di SD Negeri 1
Ngadirejo meliputi pemantauan proses belajar
mengajar, supervise oleh kepala sekolah, evaluasi hasil belajar, pelaporan hasil belajar, dan tindak lanjut dari hasil pengawasan. Supervisi dilakukan secara teratur oleh kepala sekolah dan pengawas pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh guru3 sebagai berikut :
“ Supervisi guru dilakukan rutin setiap satu bulan sekali oleh kepala sekolah sedangkan kepala sekolah disupervisi oleh pengawas dari
UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan Ngadirejo ”.
SD Negeri 1 Ngadirejo juga melaksanakan dan memberikan laporan hasil belajar yang diberikan kepada orang tua/wali siswa, berisi hasil ulangan setiap tengah dan akhir semester serta setiap nilai ulangan harian siswa seperti yang dikemukakan oleh guru1 sebagai berikut :
“ Laporan hasil evaluasi disampaikan kepada orang tua siswa mulai dari nilai ulangan harian berupa hasil ulangan harian yang dimintakan tanda tangan kepada orang tua dan dikumpulkan kembali kesekolah, serta laporan hasil ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester melalui raport ”.
G. Hasil analisis kesenjangan Standar Pembiayaan
Seperti dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP bahwa standar pembiayaan mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi satuan
Gambar 4.8
Kesenjangan Standar Pembiayaan
Pelaksanaan standar pembiayaan pendidikan SD Negeri 1 Ngadirejo mencapai 84.25% dari nilai standar. Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar sarana dan prasarana sebesar 15.75%
yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori
rendah.
Sebagai SDSN SD Negeri 1 Ngadirejo memiliki dukungan sumber dana dari pemerintah pusat (block grant SDSN), pemerintah daerah dan komite sekolah. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, menjelaskan bahwa :
Bantuan dari pemerintah untuk memenuhi standar pembiayaan masih belum cukup sehingga untuk melaksanakan atau untuk menuntaskan kegiatan sekolah masyarakat atau orang tua wali murid harus
memberikan dana tambahan. Hal ini yang
mengakibatkan penilaian dalam standar pembiayaan SDSN di SD Negeri 1 Ngadirejo mengalami kesenjangan.
H. Hasil analisis kesenjangan Standar Penilaian
Hasil analisis kesenjangan pelaksanaan standar penilaian di SD Negeri 1 Ngadirejo seperti terlihat pada Gambar 4. 9 dibawah ini :
Gambar 4.9
Kesenjangan Standar Penilaian
Pelaksanaan standar penilaian SD Negeri 1
Ngadirejo mencapai 94.2% dari nilai standar.
Kesenjangan antara nilai standar dan nilai perolehan dalam standar sarana dan prasarana sebesar 5.8% yang menunjukkan kesenjangan dalam kategori rendah tingkat pendokumentasian hasil belajar siswa oleh guru baru dilaksanakan sebesar 75-90%.
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik setiap akhir kompetensi dasar untuk
mengetahui keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Dari hasil studi dokumentasi, kelengkapan perangkat penilaian hasil belajar siswa yang dimiliki oleh guru
0 20 40 60 80 100
Standar Penilaian 100
94.2
5.8
Nilai Standar
Nilai Perolehan
meliputi kisi-kisi soal, soal-soal, kunci jawaban dan pedoman penilaian.
Sistem penilaian oleh guru dilaksanakan
berdasarkan KKM, seperti yang diungkapkan oleh Guru3 sebagai berikut :
“ Nilai siswa untuk setiap mata pelajaran hasus mencapai KKM, apabila ada yang belum mencapai batas tuntas KKM maka diberikan remidiasi sampai mencapai batas tuntas KKM dan juga dilakukan pengayaan untuk siswa yang telah memenuhi batas ambang KKM”.
Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa kegiatan penilaian pembelajaran dan tindak lanjut telah dilakukan guru dengan sistem tuntas yaitu siswa yang belum mencapai batas tuntas KKM akan diberikan tindak lanjut berupa remidiasi maupun pengayaan bagi siswa yang telah mencapai batas KKM.
4.1.2.4 Produk Implementasi Program SDSN
Tahap produk implementasi program SDSN ini berkaitan dengan standar ketuntasan belajar minimal 95 %, Nilai UN di atas rata-rata regional, memiliki prestasi di tingkat regional, nasional dan internasional dan 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk memperoleh empat komponen tersebut penulis melakukan studi dokumentasi dan wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo. Berikut uraian hasil evaluasi dari masing-masing komponen.
A. Standar ketuntasan belajar minimal 95 %
ketuntasan minimal. Hal ini ditegaskan oleh informasi dari salah satu guru kelas yang mengungkapkan bahwa dalam setiap akhir semester masih ada siswa sekitar 5% yang belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal meskipun sudah diberikan remidiasi. Dengan demikian terpaksa siswa yang belum memenuhi KKM untuk tinggal kelas dan mengulang kegiatan belajar mengajar.
B. Nilai UN di atas rata-rata regional
Pada komponen ini penulis memperoleh informasi dengan wawancara dan studi dokumentasi. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :
“Untuk nilai UN SD kami baru mencapai nilai di atas rata-rata Kecamatan belum dapat mencapai nilai di atas rata-rata Kabupaten,
hal ini dikarenakan oleh berbagai hal
diantaranya jumlah siswa yang banyak
disetiap kelasnya dan fasilitas pembelajaran
yang belum lengkap untuk menunjang
pembelajaran siswa”.
Uraian di atas menunjukkan bahwa SD Negeri 1 Ngadirejo belum mampu memenuhi standar nilai Ujian Nasional di atas rata-rata regional. Ketercapaian standar ini dibuktikan dengan prestasi sekolah dalam Ujian Nasional yang dilihat dari besarnya nilai rata-rata disetiap sekolahnya.
Tabel 4.6
Perbandingan Rata-rata Peringkat Ujian Nasional
Tahun Pelajaran
Rata-rata
Peringkat Nama Sekolah Status
2010/2011 9.19 1 SDN 2 Tleter Non SDSN Ngadirejo belum dapat memenuhi standar pada komponen nilai UN di atas rata regional. Nilai rata-rata UN tertinggi justru diperoleh sekolah yang bukan merupakan SDSN. Hal ini tidak sesuai dengan indikator keberhasilan SDSN bahwa sekolah SDSN harus memiliki nilai UN di atas rata-rata regional.
C. Memiliki prestasi di tingkat regional, nasional dan internasional
Prestasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik. Hasil evaluasi pada komponen ini menjelaskan bahwa SD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhi standar, yaitu belum dapat memiliki prestasi di tingkat regional baik prestasi akademik maupun non akademik. Hal ini sesuai dengan informasi yang diampaikan oleh Guru 1 sebagai berikut :
“Untuk lomba cerdas cermat sekolah kami paling juara Kecamatan, kemudian mewakili kecamatan untuk maju ke tingkat Kabupaten namun di Kabupaten belum memperoleh juara, biasanya kami menang di IPA dan
akademiknya kami biasanya mewakili di seni mocopat namun itu pun tidak setiap tahun menang. Pada tahun terakhir ini kami belum bisa mewakili Kabupaten Temanggung untuk maju tingkat Provinsi”.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pada
komponen ini SD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhi standar sebagai sekolah yang memiliki prestasi baik akademik maupun non akademik di tingkat regional, nasional bahkan internasional.
D. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
Pada komponen ini penulis memperoleh informasi dengan menggunakan wawancara dengan Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa 100 % lulusan dari SD Negeri 1 Ngadirejo melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan olah Komite sekolah yaitu :
“Sejauh ini dari hasil laporan dari orang tua wali murid bahwa semua siwa lulusan SD Negeri 1 Ngadirejo melanjutkan ke SMP.
Lulusan tersebar ke berbagai SMP di
Kabupaten Temanggung, ada yang diterima di SMP Negeri 1 Temanggung, ada juga yang melanjutkan di SMP Negeri 1 Ngadirejo.
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa 100% lulusan dari SD Negeri 1 Ngadirejo melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian berarti SD Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhi standar output SDSN yaitu 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Desain Implementasi Program SDSN
program SDSN yang dilakukan di SD Negeri 1 Ngadirejo. Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi tersebut kemudian diperoleh disain atau standar yang merupakan indikator atau syarat untuk dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan program SDSN. Disain tersebut dibuat oleh SD Negeri 1 Ngadirejo dengan melihat kriteria atau indikator keberhasilan
SDSN yang tertuang dalam buku panduan
penyelenggaraan sekolah standar nasional untuk sekolah dasar tahun 2007 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Tujuan disusunnya disain program SDSN ini
adalah untuk mengukur sejauh mana proses
pelaksanaan SDSN apakah sudah sesuai dengan standar yang diterapkan oleh sekolah atau belum. Disain dari program SDSN yang diterapkan oleh SD Negeri 1 Ngadirejo adalah seperti yang terdapat pada tabel 4.1.
4.2.2 Instalasi Implementasi Program SDSN
RPS dan RAPBS yang digunakan untuk acuan kegiatan sekolah telah disusun oleh sekolah sesuai dengan pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun yang disusun dengan
melakukan koordinasi dengan beberapa pihak
stakeholder sekolah.
Pembiayaan dalam pelaksanaan program SDSN di bantu oleh pemerintah pusat (APBD I) dan pemerintah daerah (APBD II). Hal ini sesuai dengan yang tertera pada buku panduan penyelenggaraan sekolah standar
nasional untuk sekolah dasar dari Direktorat
Pembinaan TK dan SD yang berbunyi biaya
Dukungan pemerintah pusat terhadap SDSN
hanya sebagai perintis saja, namum pada
kenyataannya bantuan dari pemerintah daerah tidak disalurkan sesuai dengan peraturan yang ada. Bantuan dari pemerintah daerah yang tidak disalurkan ini tidak sesuai dengan standar terdapat dalam buku panduan penyelenggaraan sekolah standar nasional untuk sekolah dasar dari Direktorat Pembinaan TK dan SD yang berbunyi dukungan pemerintah pusat terhadap SDSN hanya sebagai perintis dan selanjutnya biaya operasional menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Ketidak konsistenan dari pemerintah daerah ini yang menimbulkan ketidak terlaksanaannya program SDSN sesuai dengan yang telah direncanakan.
Sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh SD Negeri 1 Ngadirejo telah lengkap, namun untuk kepemilikan ruang kelas, ruang ibadah, laboratorium UKS dan ruang kesenian/olah raga masih belum ada. Hal ini belum sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan untuk SDSN yang tertera pada buku panduan penyelenggaraan sekolah standar nasional untuk sekolah dasar dari Direktorat Pembinaan TK dan SD yang berbunyi Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,tempat
bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
4.2.3 Proses Implementasi Program SDSN
Pada uraian hasil penelitian telah dipaparkan berbagai temuan yang diperoleh dari SD Negeri 1 Ngadirejo, agar data tersebut dapat dikategorikan sebagai temuan yang baik maka peneliti menguraikan pembahasan dengan mengaitkan teori yang telah ada.
A. Standar Kompetensi Lulusan
SD Negeri 1 Ngadirejo menggunakan sistem belajar tuntas yang ketentuan batas tuntas dari masing-masing mata pelajaran ditentukan oleh sekolah sendiri dengan nama Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kenaikan kelas dan kelulusan siswa dilaksanakan berdasarkan berdasarkan Permendiknas No. 5 Tahun 2008.
Dalam pemenuhan standar kompetensi lulusan SD Negeri 1 Ngadirejo mengikuti peraturan Depdiknas, 2006 bahwa Standar kompetensi lulusan pendidikan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan menulis. Kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
SD Negeri 1 Ngadirejo dalam pelaksanaan standar kompetensi lulusan ini masih terdapat kesenjangan. Sekolah juga belum dapat meraih prestasi non akademik di tingkat Kabupaten atau yang lebih tinggi sehingga walaupun standar kompetensi lulusan sudah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan namun hasilnya masih belum maksimal.
Untuk memenuhi standar kompetensi lulusan
diperlukan adanya saling keterkaitan antara
terpenuhinya standar pendidik dan tenaga
B. Standar Isi
Berdasarkan data yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa belum semua pelaksanaan standar isi di SD Negeri 1 Ngadirejo sesuai dengan ketentuan. Sekolah telah membuat dan memiliki dokumen
Kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM), program tahunan, program semester, kalender pendidikan, pembagian tugas mengajar guru, dan pedoman penilaian untuk semua guru. Hanya saja
kepemilikan dokumen kurikulum sekolah baru
sebanyak 80% dan penyusunan dokumen kurikulum dilakukan oleh sekolah bukan oleh masing-masing guru sehingga tingkat kelengkapan dokumen masih kurang.
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa standar isi di SD Negeri 1 Ngadirejo masih terdapat kesenjangan dan belum sesuai dengan ketentuan standar isi pendidikan yang mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat krangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik (Depdiknas, 2006).
C. Standar Proses
Standar proses pendidikan berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar komptensi
lulusan. Dalam proses pembelajaran diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, memotivasi,
menyenangkan, menantang, mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologinya (Depdiknas, 2007)
dirasakan tidak menggangggu proses belajar mengajar karena pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat juga memanfaatkan lingkungan sekitar. Dengan demikian standar pengelolaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar proses pendidikan utnuk membantu dalam mencapai standar kompetensi lulusan (Wina Sanjaya, 2006)
D. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Kompetensi adalah tingkat kemampuan minimal yang harus dipenuhi seorang pendidik untuk dapat berperan sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada SDSN meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai Standar Nasional Pendidikan, yang dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik, yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas, 2007)
Tenaga kependidikan pada SD Negeri 1 Ngadirejo masih belum memenuhi standar pendidik dan ketenaga
kependidikan SDSN karena sekurang-kurangnya
pendidik dan tenaga kependidikan SDSN terdiri atas
kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan (Depdiknas, 2007)
Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri 1 Ngadirejo masih banyak tenaga wiyata bakti, dengan demikian kompetensi professional mengajar belum dapat dibuktikan.
Kurangnya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan atau SDM mengakibatkan kurang
maksimalnya hasil dari implementasi sebuah program seperti halnya dikemukakan Edward III (dalam Winarno, 2012), bahwa Sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika
para personil yang bertanggung jawab
mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif.
E. Standar Sarana dan Prasarana
Standar prasarana dan sarana pendidikan
berdasarkan Permendiknas Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang
kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,tempat
bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
SD Negeri 1 Ngadirejo hanya memiliki luas lahan 2.494 m2 sedangkan standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki SDSN luas lahan minimum adalah 10.000 m2 (Depdiknas,2007). Kelengkapan sarana dan prasarana meliputi ruang kelas sebanyak 11 ruang
sedangkan seharusnya 12 ruang kelas, ruang
lapangan sekolah. Sarana dan prasarana yang lain seperti ruang ibadah dan ruang UKS belum dimiliki oleh SD Negeri 1 Ngadirejo sehingga dalam hal ini sarana dan prasarana yang dimiliki belum sesuai dengan ketentuan standar sarana dan prasarana pendidikan.
F. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Setiap SDSN harus memiliki pedoman atau aturan
yang sekurang-kurangnya mengatur tentang:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus; kalender pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; Struktur organisasi satuan pendidikan; peraturan akademik; pembagian tugas diantara tenaga pendidik dan kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; kode etik hubungan antara sesama warga di antara lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat. SDSN dikelola atas dasar rencana pengembangan sekolah (RPS) dan rencana kerja tahunan. Rencana kerja tahunan merupakan penjabaran rinci dari RPS yang merupakan rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Pengawasan SDSN meliputi pemantauan supervisi, evaluasi, pelaporan, pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pengawasan (Depdiknas, 2007).
Pelaksanaan kegiatan sekolah dilakukan sesuai dengan RKS yang telah disusun. Implementasi RKS di SD Negeri 1 Ngadirejo saat ini baru mencapai 70-89 % terlaksana, keterlibatan atau peran serta warga sekolah dalam pengambilan keputusan kebijakan dan program
sekolah sebesar 70-89% dikarenakan pelibatan
Pengawasan yang dilakukan di SD Negeri 1
Ngadirejo meliputi pemantauan proses belajar
mengajar, supervise oleh kepala sekolah, evaluasi hasil belajar, pelaporan hasil belajar, dan tindak lanjut dari hasil pengawasan. Supervisi dilakukan secara teratur oleh kepala sekolah dan pengawas pendidikan.
SD Negeri 1 Ngadirejo juga melaksanakan dan memberikan laporan hasil belajar yang diberikan kepada orang tua/wali siswa, berisi hasil ulangan setiap tengah dan akhir semester serta setiap nilai ulangan harian siswa.
G. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan mengatur komponen dan
besarnya biaya operasional satuan pendidikan.
Pembiayaan SDSN mencakup biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal satuan pendidikan. (Depdiknas, 2009)
Biaya investasi SDSN mencakup pembiayaan penyediaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan
untuk membiayai kegiatan operasional satuan
pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan
pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan
pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung seperti daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembut, tranportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya personal SDSN meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
H. Standar Penilaian
Standar penilaian pendidikan berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaan prestasi belajar peserta didik. Penilaan hasil belajar peserta didik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2007.
SDSN melakukan penilaian akhir untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik dari penilaan akhir mempertimbangkan hasil penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik sejak awal hingga akhir masa studi. Ujian sekolah dilakukan
untuk semua mata pelajaran kelompok ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan secara nasional untuk menentukan kelulusan peserta didik.
Dari data yang diperoleh tentang alat, ruang lingkup dan jenis peniliaian yang dilakukan oleh SD Negeri 1 Ngadirejo dikatakan sudah mengacu pada standar penilaian pendidikan. Alat yang digunakan untuk penilaian di SD Negeri 1 Ngadirejo meliputi pengamatan keaktifan siswa, penugasan, unjuk kerja dan tes hasil belajar.
Demikian juga dalam hal pengelolaan hasil, dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan disebutkan bahwa hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.
4.2.4 Produk Implementasi Program SDSN
Berdasarkan hasil evaluasi pada komponen ketuntasan belajar minimal 95 % dapat dijelaskan bahwa untuk standar kelulusan SD Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhi standar karena siswa SD Negeri 1 Ngadirejo setiap tahunnya lulus 100%. Untuk standar kenaikan kelas sebagian besar siswa sudah mencapai batas ketuntasan minimal yang ditentukan pada KKM walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas. diharapkan oleh Depdiknas tahun 2008 yang berbunyi Sekolah Standar Nasional (SSN) diharapkan menjadi acuan atau rujukan sekolah lain dalam pengembangan sekolah, sesuai dengan standar nasional. Selain itu
SSN diharapkan dapat memacu untuk terus
mengembangkan diri dan mencapai prestasi dalam berbagai bidang yang sesuai denganpotensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. SSN diharapkan juga berfungsi sebagai patok duga (bench mark) bagi sekolah dalam mengembangkan diri menuju layanan pendidikan yang baik dan komprehensif.
Prestasi di SD Negeri 1 Ngadirejo dapat dilihat dari dua aspek yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik. Hasil evaluasi pada komponen ini menjelaskan bahwa SD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhi standar, yaitu belum dapat memiliki prestasi di tingkat regional baik prestasi akademik maupun non akademik. Hal ini menunjukkan masih terdapat kesenjangan dalam tahap produk pelaksanaan program SDSN karena indikator keberhasilan SDSN belum dalam bidang out put masih belum dapat terpenuhi.
Produk yang selanjutnya diukur dengan tingkat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dari lulusan
sebesar 90%. Hasil analisis mengenai tingkat
SDN 1 Ngadirejo tidak terdapat kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan 100% lulusan SDN 1 Ngadirejo
melanjutkan ke berbagai SMP di Kabupaten
Temanggung. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam komponen ini tidak terjadi