• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Murbei Di Kabupaten Tana Toraja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Murbei Di Kabupaten Tana Toraja"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Murbei Di Kabupaten Tana Toraja

Oleh

A. Marhasan1

Staf Pengajar Pada STIM Nitro Makassar

Abstract

This research aims to know caused of decrease production in long time by low productivity rate relatively in natural silk trade by district in Tana Toraja. This research conducted by agriculture trade survey of mulberry by district in Tana Toraja. Data obtained is data primer which reach by interview with farmer sample is 60. Data analyze using Cobb-Douglass type.

Result of research show that decrease of production in long time by low productivity rate relatively of natural silk trade by district in Tana Toraja, caused by not efficiency yet of production factors using in murbei of agriculture trade, either technically or economically. To obtaining high efficiency economic, need to add of production factors using, so that production and productivity may increasing.

PENDAHULUAN

Usahatani sutera alam sudah dikenal dan berkembang di Sulawesi Selatan sejak tahun 1950-an. Produksi benang sutera di Sulawesi Selatan pernah mencapai puncak tertinggi pada tahun 1980-an dengan produksi sebesar 200 ton (Fajar, 18 September 2003, fajar.co.id). Setelah itu mengalami penurunan dan hingga tahun 2004 hanya mencapai rata-rata 59 ton per tahun (Balai Sutera Alam, 2004).

Produktivitas tertinggi di Sulawesi Selatan dalam periode 1997 - 2001 tercapai pada tahun 2000 sebesar 15,8 kg benang sutera/ha/tahun, sedangkan produktivitas potensial mencapai 108 kg benang sutera/ha/tahun (Balai Persuteraan Alam di Bili-bili Kabupaten Gowa). Nampak adanya selisih yang rekatif besar antara realisasi produksi dan produksi potensial yang mencapai 92,2 kg. Hal ini menunjukkan bahwa

1 Dr. A. Marhasan, S.E., M.Si. Telp. (0411) 459 061 – 459 062, Fax. (0411) 459 063,

(2)

permasalahan yang dihadapi dalam usaha persuteraan di Sulawesi Selatan adalah terjadinya penurunan produksi dan produktivitas relatif rendah yang kemungkinan disebabkan pemanfaatan faktor produksi yang belum atau tidak efisien

Menghadapi persaingan, baik di tingkat nasional maupun internasional, daerah produsen benang sutera di Sulawesi Selatan harus berproduksi dalam keadaan efisiensi

yang tinggi, bukan hanya dari segi fisik dan agroekologi (technical efiiciency) yang merupakan necessary conditions, tetapi juga berproduksi dalam keadaan efisiensi harga (price or allocative efficiency) sebagai sufficient conditions. Daerah produsen benang sutera di Sulawesi Selatan yang potensial adalah Kabupaten Tana Toraja, di sampaing daerah lainnya seperti Kabupaten Enrekang, Kabupaten Wajo, dan Kabupaten Soppeng. Adanya kesesuaian jenis komoditas dengan kondisi lingkungan di Kabupaten Tana Toraja, sehingga daerah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian ini. Oleh karena itu, kajian efisiensi ekonomi, yang meliputi efisiensi teknis dan efisiensi harga pada usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja, menjadi fokus kajian dalam studi ini.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja? (2) Seberapa tinggi tingkat efisiensi teknis usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja? (2) Seberapa tinggi tingkat efisiensi harga usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja?

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui: (1) Signifikansi penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja; (2) Tingkat efisiensi teknis usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja; dan (3) Tingkat efisiensi harga usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja.

(3)

KERANGKA TEORITIS

Konsep Produksi

Analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan (input) yang efisien untuk menciptakan output. Koutsoyiannis (1979) serta Pappas dan Hirschey (1993) menyatakan bahwa produksi meneliti karakteristik teknis dan ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk meminimumkan biaya.

Salvatore (2001), Samuelson dan Nordhaus (1992) serta Schileer (1989) menjelaskan bahwa fungsi produksi menyatakan hubungan antara jumlah output maksimum yang bisa diproduksi dan input yang diperlukan guna menghasilkan output tersebut, dengan tingkat pengetahuan teknik tertentu. Fungsi produksi mengambarkan apa yang layak secara teknis (technically feasible) bila perusahaan berusaha secara efisien.

Pindyck dan Rubinfeld (1997) menyatakan bahwa hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu.

Produktivitas faktor adalah kunci untuk menetapkan kombinasi, atau proporsi input (variable proportion) yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion. Produktivitas faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumberdaya yang efisien dalam sebuah sistem produksi. Pengembangan output di mana terdapat sekurang-kurangnya satu faktor produksi yang konstan dijelaskan oleh the law of deminishing returns dari faktor berubah, yang menyatakan bahwa sementara jumlah satu input variabel meningkat, dengan jumlah semua faktor lainnya dinyatakan konstan, kenaikan yang dihasilkan dalam output pada akhirnya akan menurun (Pappas dan Hirschey, 1993 dan Soekartawi, dkk, 1986).

(4)

Tinjauan literatur menunjukkan terdapat berbagai bentuk fungsi produksi, antara lain: fungsi produksi Cobb-Douglas, Constant Elasticity of Subtitution, Input-Output, Program Linear, Spillman, Transendental, Polinomial, dan Fungsi Profit. Studi ini menggunakan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.

Konsep Efisiensi

Efisiensi (efficiency) adalah konsep yang sifatnya relatif. Suatu situasi yang secara ekonomis efisien, mungkin menjadi tidak efisien ketika dihadapkan pada ukuran-ukuran yang berbeda (Schenk, 1997). Yotopoulos dan Nugent (1976), menyatakan efisiensi berhubungan dengan pencapaian output maksimum dari penggunaan sumberdaya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dibanding input yang digunakan berarti tingkat efisiensi lebih tinggi. Ramly (1993) menyatakan bahwa tingkat efisiensi yang tinggi tercapai pada saat kondisi optimal terpenuhi, yaitu apabila tidak ada lagi kemungkinan menghasilkan jumlah produk yang sama dengan menggunakan input yang lebih sedikit dan tidak ada kemungkinan menghasilkan produk yang lebih banyak dengan menggunakan input yang sama.

Farrel (1957) dan Kartasapoetra (1988) mengklasifikasikan konsep efisiensi ke dalam price or allocative efficiency dan technical efficiency. Bressler dan King (1970) mengemukakan bahwa efisiensi harga atau efisiensi alokatif diukur relatif terhadap fungsi produksi sebagai rasio biaya dengan proporsi input yang digunakan secara aktual. Sedangkan efisiensi ekonomi diukur dengan indeks efisiensi teknik dan indeks efisiensi harga.

Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa pendekatan sistematik pada perencanaan sektor pertanian umumnya membagi necessary conditions dan sufficient conditions berdasarkan technical efficiency dan economic efficiency atau allocative efficiency. Technical efficiency menyatakan syarat perlu dan economic efficiency menyatakan syarat cukup.

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga (efisiensi alokatif) kalau nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

(5)

Y = A X b dan produk marjinal = ∂ Y / ∂ X = b

Kondisi efisiensi teknik menghendaki produk marginal = = ∂ Y / ∂ X = 0 dengan slop negatif, sedangkan kondisi efisiensi harga menghendaki menghendaki nilai produk marginal (NPMX) sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut:

b . Y . PY b . Y . PY

--- = PX atau --- = 1 X X . PX

di mana: b = elastisitas; Y = produksi; PY = harga produk Y; X = jumlah faktor produksi X, dan PX adalah harga faktor produksi X.

Skema kerangka Pikir

Dalam studi ini yang dimaksud dengan efisiensi penggunaan sumberdaya meliputi technical efiiciency dan price or allocative efficiency. Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam studi ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

USAHATANI PERSUTERAAN

ALAM

BUDIDAYA MURBEI

Areal Tanaman Murbei Pupuk Pestisida Tenaga Kerja

BUDIDAYA KOKON

Bibit F1 Pakan Obat-obatan Tenaga Kerja Sarana/Peralatan

Efisiensi

Teknis EkonomiEfisiensi

Efisiensi Harga Harga Input

(6)

Hipotesis

1. Penggunaan faktor-faktor produksi berpengaruh signifikan terhadap produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja.

2. Intensitas penggunaan faktor produksi masih relatif rendah yang menyebabkan elastisitas produksi lebih besar daripada satu (increasing return to scale), sehingga pengelolaan usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja belum mencapai efisiensi teknis dan petani memiliki peluang untuk meningkatkan produksi melalui penambahan intensitas penggunaan faktor produksi.

3. Alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal yang menyebabkan nilai produk marginal lebih besar daripada satu, sehingga pengelolaan usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja belum mencapai efisiensi harga atau alokatif dan petani memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan melalui realokasi penggunaan faktor produksi secara optimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei terhadap usahatani murbei Kabupaten tana toraja dengan asumsi daerah tersebut telah memenuhi syarat-syarat agroekologi dan agronomi, dengan mengambil sampel 60 petani. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari bulan Oktober – Desember 2008.

Model Analisis

Estimasi fungsi produksi dalam studi ini menggunakan model pendugaan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas, dengan spesifikasi sebagai berikut.

=

e

μ

di mana:

Y = Jumlah produksi murbei dalam satuan kg/siklus usaha. X1 = Luas areal tanaman murbei dalam satuan ha/siklus usaha.

X3 = Jumlah pemakaian pupuk urea dalam satuan kg/siklus usaha.

X4 = Jumlah pemakaian TSP dalam satuan kg/siklus usaha.

(7)

X6 = Jumlah curahan tenaga kerja dalam satuan jam/ha/siklus usaha. i = Parameter regresi yang akan ditaksir

u = Kesalahan penggangu e = Bilangan natural.

Nilai koefisien yang harapkan adalah i > 0. Dengan asumsi bahwa ei2

mengikuti distribusi normal dengan rata-rata = 0 dan varians = 2 atau ei N

(,2), maka pengujian signifikansi pengaruh faktor-faktor produksi

dalam studi ini menggunakan uji-t (Grenee, 1990 dan Gujarati, 1988). Pengujian tingkat efisiensi teknis dan skala usaha menggunakan formula Jonhston (Riza, 1984) dengan formulasi sebagai berikut.

Rb – 1

thitung = ---

S  C’ (X’X)-1 C

di mana:

Rb = elastisitas usahatani n

S =   ei2 / (n – k)

i = 1

C = matriks ukuran 6 x 1 C’ = matriks ukuran 1 x 6 (X’X) = matriks ukuran 6 x 6

Pengujian tingkat efisiensi harga menggunakan formula Theil (Riza, 1984) dengan formulasi sebagai berikut:

(bi – bi*)’ (X’X) (bi – bi*)

Fhitung = ---

h S2

di mana:

bi* = Xi PXi / Y PY

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Estimasi Fungsi Produksi Murbei

Hasil estimasi fungsi produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja secara ringkas disajikan pada Tabel 1. Uji asumsi klasik menyimpulkan terpenuhinya asumsi: non-multikolinearitas, homoskedastisitas, dan non-otokorelasi. Analisis varians menghasilkan harga Fhitung = 84,99 pada taraf signifikansi 0,000, yang berarti fungsi produksi murbei pada Tabel 1 sangat signifikan. Persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan 89,52% variasi tinggi rendahnya produksi murbei, sedangkan 10,48% sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak tercakup dalam model.

^

0,2850 0,5173 0,2073 0,0134 0,0061 0,2934

Y = 6,2380 X1 X2 X3 X4 X5 X6

Secara parsial, terlihat koefisien regresi variabel bebas luas areal (X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), pupuk TSP (X4), dan jam kerja (X6) memiliki taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5%, kecuali pupuk KCL (X5) yang memiliki taraf signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas luas areal (X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), pupuk TSP (X4), dan jam kerja (X6) berpengaruh signifikan, sedangkan pupuk KCL (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi murbei (Y) di Kabupaten Tana Toraja.

Tabel 1. Hasil analisis fungsi produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja

Variabel Koefisien Regresi Std. Error t-Test Signifikansi

(Constant) 1,8307 1,1370 1,6101 0,1133

Areal (X1) 0,2850* 0,1140 2,5003 0,0155

Jml Pohon (X2) 0,5173** 0,1258 4,1122 0,0001

Urea (X3) 0,2073** 0,0707 2,9307 0,0050

TSP (X4) 0,0134* 0,0056 2,4025 0,0198

KCL (X5) 0,0061 0,0042 1,4670 0,1483

Jam Kerja (X6) 0,2934** 0,0923 3,1800 0,0025

Adjusted R Squared = 0,8952 FHitung = 84,99**

Multiple R = 0,9518 Signifikansi = 0,000

(9)

Efisiensi Ekonomi

Analisis tingkat efisiensi teknis dan skala usaha. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (technical efficiency) jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi maksimum. Dengan kata lain, efisiensi teknis tercapai pada saat elastisitas produksi () sama dengan nol ( = 0). Koefisien regresi (bi) merupakan elastisitas

produksi daun murbei (Y) terhadap perubahan variabel bebas (Xi).

Jumlah koefisien regresi (bi), kecuali intersep, menunjukkan tingkat

pengembalian usaha (Returns to Scale = RTS).

Pengujian skala usaha budidaya murbei dengan menggunakan formula Jonhston, menghasilkan Returns to Scale (RTS) = 1,322 dengan nilai thiutng = 2,7062 > t0,05(59) = 1,671. Ini berarti secara signifikan, RTS

usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja berada pada skala usaha meningkat (increasing returns to scale).

Dalam keadaan increasing returns to scale, produksi total, produksi marginal dan produksi rata-rata sedang menaik, yang menyiratkan tingkat pemakaian faktor produksi belum efisien secara teknis dan tingkat produksi belum maksimum. Dengan demikian, petani murbei di Kabupaten Tana Toraja memiliki peluang untuk meningkatkan produksi melalui penambahan pemakaian faktor-faktor produksi.

Analisis Tingkat Efisiensi Harga. Efisiensi harga atau alokatif (price or allocative efficiency) tercapai jika penggunaan faktor produksi menghasilkan pendapatan maksimum. Dengan kata lain, efisiensi harga tercapai jika nilai produksi marginal (NPMX) sama dengan harga faktor

produksi (PX) yang bersangkutan, atau NPMX / PX = 1.

Pengujian tingkat efisiensi harga dengan menggunakan formula Theil (Riza, 1984) menghasilkan Fhitung = 17,371 > F0,05 (6)(59) = 2,23, yang

berarti petani belum mengelola usahataninya secara efisien; atau belum mencapai efisiensi harga (efisiensi alokatif), sehingga tingkat keuntungan yang dicapai belum maksimum. Rasio nilai produk marginal (NPMX)

terhadap harga faktor produksi (PX) atau NPMX / PX dari masing-masing

faktor produksi adalah: areal (X1) = 1,09; jumlah pohon murbei (X2) =

1,30; urea (X3) = 1,88; TSP (X4) = 0,23; KCL (X5) = 0,10, dan jam kerja (X6)

= 1,14. Ini berarti petani perlu penambahan pemakaian faktor produksi Areal (X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), dan urea (X4);

sedangkan penggunaan faktor produksi pupuk TSP (X5) dan KCL (X6)

sudah berlebih, sehingga penggunaannya perlu dikurangi untuk meningkatkan keuntungan.

(10)

efisiensi ekonomi juga belum tercapai. Namun demikian, dengan asumsi bahwa petani berusaha memaksimumkan keuntungan usahataninya, maka kriteria dalam penggunaan faktor produksi adalah tercapainya efisiensi harga. Oleh karena itu, petani perlu meningkatkan dan mengatur proporsi penggunaan faktor produksi sedemikian rupa sehingga nilai produk marginal dari faktor produksi Xi sama dengan

harga faktor produksi Xi, dalam upaya memaksimumkan

pendapatannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Rendahnya tingkat produksi dan keuntungan yang dicapai petani disebabkan pengelolaan usahatani murbei belum efisien, baik secara teknis maupun efisiensi harga akibat rendahnya pemakaian beberapa faktor produksi, seperti: lahan, jumlah tanaman murbei, pupuk urea, dan jam kerja, sedangkan penggunaan pupuk TSP dan KCL sudah tidak efisien (berlebih).

Untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat produksi dan keuntungan yang dicapai petani, maka disarankan penambahan penggunaan faktor produksi, sehingga pengelolaan usahatani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, juga perlu dilakukan realokasi (pengaturan proporsi) penggunaan faktor produksi secara optimal dalam mencapai tingkat efisien ekonomi yang lebih tinggi, dalam meningkatkan keuntungan usahatani murbei.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain (1) ketersediaan data sekunder yang masih terbatas dan sulit untuk mendapatkannya; (2) masih terbatasnya referensi tentang persuteraan alam, terutama dalam bentuk hasil penelitian. Oleh karena itu, kepada para peneliti disarankan untuk mengembangkan penelitian ini, baik dalam hal kedalaman kajiannya maupun dalam metodenya.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Persuteraan Alam. 2004. Laporan Balai Persuteraan Alam 2004. Bressler, R.G. dan R.A. King. 1970. Marker, Price and Interregional Trade.

New York: John Wiley & Sons.

Browning, Edgar K. dan Browning, Jacquelene M. 1989. Microeconomic Theory and Aplications. Third Edition. USA: Scott, Foresman and Company.

(11)

Farrel, M.J. 1957. The Measurement of Production Efficiency. Journal of The Royal Statistical Society Vol. 123 (3).

Grenee, William H. 1990. Econometric Analysis. New York: Macmillan Publishing Company.

Gujarati, D. 1988. Basic Econometrics. International Student Edition. McGraw-Hill International Book Company, New York.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Koutsoyiannis, A. 1979. Modern Microeconomics. Hampshire: MacMillan Education Ltd.

Pappas, James L. dan Hirschey. Mark. 1993. Managerial Ekonomic. Singapore: The Dryden Press.

Pindyck, Robert S dan Rubinfeld, Daniel L. 1997. Microeconomics. New Jersey: Prentice Hall.

Riza, S. G. 1984. Efisiensi Ekonomi Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Kebun Pedes, Kodya Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Salvatore, Domonick. 2001. Managerial Economic. New York: Fordham University.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 1992. Economics. Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Schenk, Robert. 1997. What Is Economic Efficiency?. http://ingrimayne. saintjoe.edu/econ/ Efficiency/WhatIsEff.html

Schiller, Bradley R. 1989. The Economy Today. New York: Random House. Soekartawi. 1995. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. Cet.3. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

---; Soeharjo, A; Dillon, John L; dan Hardaker, J. Brian. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis fungsi produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja

Referensi

Dokumen terkait

Pelarut heksan : aseton dengan perbandingan 50:50 merupakan jenis pelarut yang paling optimal untuk mengekstraksi pigmen karotenoid yang terdapat dalam kulit buah palem

Obat Sipilis Di Apotik Ampuh Aman Tanpa Efek Samping Gejala sifilis lainnya adalah penderita sifilis akan menemukan adanya ruam kemerahan pada daerah organ kelamin mereka yang

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran. Didapat data yang diambil di Kantor Kepala Desa mengenai

Sidang Raya Penyatuan juga mengafirmasi penahbisan perempuan sebagai sesuatu yang penting dalam pemahaman persekutuan dan negara: “Kesatuan sejati tidak dapat direalisasikan di

Bahwa pemahaman belajar siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata daya serap klasikal 65,71% pemahaman tersebut berada pada kategori cukup (C). Data yang menunjukkan

Apakah atasan anda memberikan kepercayaan kepada anda dalam keputusan yang terkait dengan perusahaan Ada beberapa keputusan yang dapat diputuskan sendiri, tetapi

naik tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap mudah atau sulitnya terjadinya presipitasi (Wahyono : 1987). Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks dan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan