• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Makna Hidup

1. Pengertian Makna Hidup

Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. ( Bastaman, 1996)

Pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam kehidupan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan, karena sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakana dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau akibat samping dari keberhasilan seseorang memenuhi makna hidup.

Menurut pandangan Frankl ( 1970 ) makna hidup harus dilihat sebagai suatu yang sangat objektif karena berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalamannya dalam dunia ini, meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya suatu yang objektif, artinya benar-benar ada dan dialami dalam kehidupan.

Frankl ( 1985 ) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal, dan bisa berubah seiring berjalanya waktu maupun perubahan situasi dalam kehidupannya. Individu seolah-olah ditanya apa makna hidupnya pada setiap waktu maupun situasi dan kemudian harus mempertanggungjawabkan.

Menurut Yalom ( dalam Bastaman, 1996 ) pengertian makna hidup sama artinya dengan tujuan hidup yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan dipenuhi.

(2)

Berdasarkan uraian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan hidup.

2. Landasan Logoterapi

Menurut Frankl (2004) logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti makna. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari secara tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui atau berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya sendiri.

Menurut Frankl (dalam Trimardhany, 2003) logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:

a. Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )

(3)

b. Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )

Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.

c. Makna Hidup ( The Meaning Of Life )

Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl, 2004)

3. Karakteristik Makna Hidup

Karakteristik makna hidup menurut Bastaman (1996) antara lain : a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer

(4)

b. Kongkrit dan spesifik

Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam penglaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang serba menakjubkan.

c. Memberi pedoman dan arah

Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang ( challenging ) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.

4. Sumber-sumber Makna Hidup

Frankl ( Dalam Trimardhany, 2003 ) menyimpulkan bahwa makan hidup bisa ditemukan melalui tiga cara, yaitu:

a. Nilai Kreatif

Nilai kreatif dapat diraih melalui berbagai kegiatan. Pada dasarnya seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya. Kegitan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari uang, namun pekerjaan yang membuat seorang dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada tuhan.

b. Nilai Penghayatan

(5)

c. Nilai Bersikap

Nilai terakhir adalah nilai bersikap. Nilai ini sering dianggap paling tinggi karena di dalam menerima kehilangan kita terhadap kreativitas maupun kehilangan kesempatan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai makna hidupnya melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi. Bahkan di dalam suatu musibah yang tak terelakan, seorang masih bisa dijadikannya suatu momen yang sangat bermakan dengan cara menyikapinya secara tepat. Dengan perkataan lain penderitaan yang dialami seseorang masih tetap dapat memberikan makna bagi dirinya.

5. Metode-metode Makna hidup.

Menurut Bastaman (1996) menyederhanakan dan memodifikasi metode Logoanalysis sebagai berikut :

a. Pemahaman Pribadi

Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.

b. Bertindak positif

Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat. Bertindak positif merupakan kelanjutan dari berfikir positif.

c. Pengakraban Hubungan

(6)

d. Pengalaman Tri-Nilai

Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai kreatif ( kerja, karya ), nilai-nilai penghayatan ( kebebaran, keindahan, kasih, iman ), dan nilai-nilai-nilai-nilai bersikap ( menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tidak dapat dihindari lagi ).

e. Ibadah.

Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada sang pencipta yang pada akhirnya memberikan perasan damai, tentaram, dan tabah. Ibadah yang dilakukan secar terus-menerus dan khusuk memberikan perasan seolah-olah dibimbing dan mendapat arahan ketika melakukan suatu perbuatan.

6. Dimensi-dimensi Makna hidup

Bastaman (1996), terdapat komponen-komponen yang potensia dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan bermakna sejauh diaktualisasikan. Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya, tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam menjadi tiga Dimensi yaitu :

a. Dimensi Personal

Unsur-unsur yang merupakan Dimensi personal adalah :

1). Pemahaman diri (self insight), yakni meninggkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.

2). Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan.

b. Dimensi Sosial

(7)

c. Dimensi Nilai-nilai

Adapun unsur-unsur dari Dimensi nilai-nilai meliputi :

1) Makna hidup (the meaning of live), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya.

2) Keikatan diri (self commitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan.

3) Kegiatan terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-poteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

Unsur-unsur tersebut bila disimak dan direnungkan secara mendalam ternyata merupakan kehendak, kemampuan, sikap, sifat dan tindakan khas insani, yakni kualitas-kualitas yang terpateri pada eksistensi manusia. Karena pengembangan pribadi pada dasarnya adalah mengoptimalisasi keunggulan-keunggulan dan meminimalisasikan kelemahan-kelemahan pribadi. Dengan demikian dilihat dari segi Dimensi-Dimensinya dapat diungkap sebuah prinsip, yaitu keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakana dilakukan dengan jalan menyadari dan mengaktualisasikan potensi kualitas-kualitas insani.

7. Jenis Makna dalam Hidup

Menurut Fankl (dalam Bastaman 1996) ada tiga makna hidup ini yang dapat membawa manusia kepada makna hidupnya, yaitu :

a. Makna Kerja

(8)

Pekerjaan menurut Frankl (dalam Bastaman 1996) merepresentasikan keunikan keberadaann individu dalam hubunganya dengan masyarakat dan karenanya memperolah makna dan nilai. Makna dan nilai ini berhubungan dengan pekerjaan seseorang sebagai kontribusinya terhadap masyarakat dan bukan pekerjaanya yang sesungguhnya yang dinilai.

Rasa kekosongan dan tampa makna yang dialami para penganggur juga dialami oleh narapidana dalam kamp kosentarasi. Dalam kedaanseperti itu, mungkin terlihat sekilas bahwa kondisi tampa pekerjaan menyebabkan seseorang menjadi neurotis. Kesan demilkian itu sebenarnya tidak terlalu tepat, karena ternyata tidak semua penganggur kemudian mengalami unemployment neurosis. Pada mereka yang telah menyadari bahwa makna hidup tidak semata-semata tergantung pada pekerjaan yang mendapatkan upah, unemployment neurosis tidak terjadi. Misalnya para penganggur yang memanfaatkan waktu luangnya dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang dapat meningkatkan amal ibadah mereka.

b. Makna Penderitaan

Penderitaan memberikan suatu makna manakala individu menghadapi situasi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Bilamana suatu keadaan sungguh-sungguh tidak bisa diubah dan individu tidak lagi memiliki peluang untuk merealisasikan nilai-nilai kreatif, maka saatnya untuk merealisasikan nilai-nilai bersikap. Dalam penderitaan individu berada dalam ketegangan atas apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan.

Nilai-nilai bersikap teraktualisasi ketika individu diharapkan pada sesuatu yang sudah menjadi takdirnya. Dalam menghadapi masalah ini, individu bersikap menerima kesulitan-kesulitan hidupnya dan di sanalah teraktualisasi potensi-potensi nilai yang tidak terkira banyaknya.

(9)

hidup yang sesungguhnya. Dalam penderitaan dikatakan bahwa manusia dapat menjadi matang, karena melalui penderiataan itulah manusia belajar dan semakin memperkaya hidupnya.

c. Makna Cinta

Eksistensi manusia didasari oleh keunikan dan keistimewaan individu tersebut. Cinta berarti mengalami hidup bersama orang lain dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Dalam cinta terjadi penerimaan penuh akan nilai-nilai, tampa kontribusi maupun usaha dari yang dicintai, cinta membuat si pecinta menerima segala keunukan dan keistimewaan orang yang dicintainya.

Cinta mungkinkan individu untuk melihat inti spiritual orang lain, nilai-nilai potensial dan hakekat yang dimilikinya. Cinta memungkinkan kita untuk mengalmi kepribadiaan orang lain dalam dunianya sendiri dan dengan demikian memperluas dunia kita sendiri. Bahkan pengalam kita dalam cinta berubah menjadi kisah yang menyedihkan, kita tetap diperkaya dengan diberikan makna yang lebih mendalam akan hidup. Manusia rela menanggung resiko mengalami sekian banyak kisah cinta yang menyedihkan asalkan ia dapat mengalami satu saja kisah cinta yang membahagiakan.

(10)

8. Proses-proses Perubahan Dari Penghayatan Hidup Tak Bermakna Menjadi Lebih Bermakna.

Meneurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang dalam realitas sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (untuk mepermudah pemahaman secara menyeluruh). Tahapan-tahapan ini dapat digolongkan menjadi lima sebagai berikut :

a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tampa makna) b. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan

sikap)

c. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penemuan tujuan- tujuan hidup)

d. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk pemenuhan makna hidup)

e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermaknaan, kebahagiaan)

(11)

mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan hidup tanpa makna.

Munculnya kesadaran diri ini dapat didorong karena berbagai macam sebab seperti perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau memahami peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah sikap selama ini. Bersamaan dengan ini individu dapat menyadari adanya nilai-nilai kreatif, pengalaman maupun sikap yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Atas dasar pemahaman diri dan penemuan makan hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self commitment) untuk melakukan berbagai kegiatan terarah untuk memenuhi makan hidup yang ditemukan. Kegiatan ini biasanya berupa pengalaman bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai potensi positif lainya yang sebelumnya terabaikan. Bila tahap ini pada akhirnya berasil dilalui, dapat dipastikan akan menimbulkan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan. (Bastaman,1996). Dari gambaran diatas jelas bahwa penghayatan hidup bermakna merupakan gerbang ke arah kepuasan dan kebahagiaan hidup. Hanya dengan memenuhi makna-makna potensial yang ditawarkan oleh kehidupanlah, penghayatan hidup bermakan tercapai dengan kebahagiaan sebagai ganjarannya.

(12)

B. Wanita hamil Pranikah

1. Pengertian Kehamilan pra nikah

Kehamilan merupakan perubahan keadaan yang relatif baru, khususnya bagi wanita yang baru pertama kali mengalaminya. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi gerakan maupun aktivitas wanita tersebut sehari-hari. Disamping itu sebagai calon ibu, dalam hal ini ibu dari anak-anak yang akan dilahirkanya, membawa perubahan peran yang harus di jalankanya. (Brice Pitt ,1963)

Pada waktu hamil, menurut, Dianawati (2002 ) wanita dihadapkan pada beberapa keadaan yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan kehamilan itu, seperti perkembangan dan keselamatan janin dalam kandunganya sampai tiba waktunya untuk dilahirkan juga kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika melahirkan, baik bagi dirinya maupun bagi bayinya. wanita dihadapkan pada kemungkinan bayinya dilahirkan dengan membawa kelainan-kelainan (cacat bawaan). Pada kehamilan juga terjadi perubahan hormonal yang menimbulkan rasa cemas, iritasi, mual, pusing, letih, dan sebagainya yang mempengaruhi suasana emosi serta penyesuaian diri pada wanita itu, terutama dalam bulan-bulan pertama dari kehamilan, keadaan ini merupakan hal yang normal dan dialami oleh banyak orang. Keadaan menjadi lebih serius jika disertai perasaan atau sikap negatif terhadap kehamilan, sehingga kecemasan berkepanjangan. Konflik laten yang dalam keadaan biasa (tidak hamil) dapat diatasi, pada masa ini dapat menjadi akut.

(13)

Namun demikian, tidak berarti semua wanita yang ingin hamil akan menerima dengan senang hati kehamilanya. Hal ini dapat dipahami mengingat seringkali adanya tujuan-tujuan tertentu dibalik keinginanya untuk menjadi hamil, seperti untuk menyambung keturunan, mempererat hubungan dengan pasangan hidup, memenuhi harapan orang tua, membuktikan kesuburanya serta keperkasaan suaminya, protes remaja terhadap orang tua yang mengatur perjodohanya, dan sebagainya. Jadi mungkin saja sebab utama dari keinginan untuk hamil bukan semata-mata untuk mempunyai anak, tetapi kehamilan dan mempunyai anak merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Proses kehamilan yang awalnya menjadi hal yang bahagia bagi pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat oleh jalinan perkawinan yang sah atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah” sudah merupakan hal yang asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan maupun di kalangan masyarakat awam. Bila diperhatikan istilah ini satu persatu, yang dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diikat oleh tali perkawina. Kartono (1996) yaitu kehamilan pranikah pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tampa ikatan pernikahan.

Duval dan Miller (1985) menjelaskan, bahwa bentuk-bentuk keintiman heteroseksual yang dilakukan oleh sepasang manusia mengikuti suatu proses peningkatan, yaitu mulai dari :

a. Sentuhan (hanya berupa pegangan tangan, pelukan) b. Cium (mulai dari kecupan sampai deep kissing)

c. Petting, yaitu meraba-raba daerah erotik pasanagan (biasanya mulai dari yang ringan/light pettng sampai meraba alat kelamin)

(14)

Zastrow ( 1987 ) Mengungkapkan beberapa penyebab kehamilan yang dialami oleh para remaja :

a. Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.

b. Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasanganyalah yang menggunakan kontrasepsi walaupun kenyataan tidak tidak demikian. Banyak remaja yang enggan menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan bahwa mereka tidak mungkin hamil atau kemungkinan hamil sangat kecil (Papalia & Old, 1995). Selain itu banyak yang berfikir bahwa menggunakan kontrasepsi adalah tindakan yang tidak bermoral, seolah-olah mereka merencanakan akan melakukan hubungan seksual. Alasan lain tidak digunakanya kontrasepsi adalah kekhawatiran bahwa kenikmatan dan spontanitas dalam hubungan seks akan berkurang atau timbul masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

c. Bagi beberapa gadis, mereka tidak memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak. Bagi mereka kehamilan membuktikan feminitas, mkengutkan status kedewasaan dan merupakan alat untuk mendapat perhatiaan orang tua dan teman. Bahkan ada yang menggunakan kehamilan sebagai cara untuk mengatasi masalah, untuk menghukum, atau justru merupakan rewad bagi orang lain.

(15)

2. Gejala awal kehamilan

Menurut Dianawati ( 2002 ) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses kehamilan diantaranya ditandai dengan :

a. Tidak datangnya menstruasi

Seseorang yang telah melakukan hubngan seksual wajib memeriksakan diri ke dokter jika dalam waktu satu minggu atau lebih tidak mendapatkan menstruasi dari jadwal yang seharusnya. Kemungkinan besar dia telah hamil. b. Perubahan pada payudara

Biasanya, menjelang menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan padat. Penyebabnya, jumlah hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi seperti itu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa menstruasi. Lain lagi jika terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya payudara akan berlangsung lama dan akan semakin membesar disertai dengan rasa kesemutan. Semua perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progeteron, yang sudah berfungsi untuk memproduksi air susu. Selain itu, saluran-saluran jaringan payudara telah dialiri darah.

c. Sering buang air kecil

Hal ini biasanya terjadinya pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal bekerja terlalu berlebihan sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi. d. Mual-mual dan muntah

(16)

4. Dampak Kehamilan bagi remaja

Menurut Bolton (1980) ada berbagai dampak yang dialami akibat kehamilan diantaranya adalah :

a. Terhambatnya tugas perkembangan

Banyak tugas perkembangan yang tidak dapat diselesaikan oleh remaja akibat kehamilan. Bahkan ada tugas-tugas yang akan dilewati begitu saja akibat tuntutan untuk menjalankan peran barunya sebagai orang dewasa, padahal dalam perkembanganya yang normal remaja harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, bisa memasuki tahap perkembangan selanjutnya.

b. Disfungsi keluarga

Sebagai anggota keluarga, remaja yang hamil seringkali dianggap sebagai pembawa krisis atau permasalahan dalam keluarga. Permasalahan ini tidak bisa dielakan dan menuntut adanya penyesuaian dari seluruh anggota keluarga, dan sangat potensial untuk menimbulkan konflik dan stress.

c. Resiko kesehatan

Dalam menjalani masa kehamilan, remaja mempunyai beberapa tugas berkaitan dengan perawatan dirinya. Hal ini seringkali melelahkan dan menjadi beban sehingga remaja tidak mengindahkan beberapa hal yang penting berkaitan dengan perawatan kehamilanya. Hal ini cukup beresiko bagi kelangsungan hidup remaja tersebut dan bayi dikandungnya.

d. Konflik emosional

Konflik yang dialami akan meningkatkan pada saat terjadinya interaksi antara tuntutan dari lingkungan sosial remaja dengan kewajibanya untuk mengasuh anak. Sebagai remaja kebutuhan bersosialisasi masih tinggi, karena itu pekerjaan merawat anak seringkali dirasakan membebani dan mengganggu dunia remajanya.

e. Defisiensi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan

(17)

C. Single Mother

1. Pengertian single mother

Umumnya suatu keluarga terdiri dari ayah,atau suami ibu atau isteri dan anak-anak. Di dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari anak-anak. Pada kenyataannya, di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu orangtua tidak ada, baik karena perceraian, perpisahan atau meninggal dunia. Di dalam suatu keluarga dimana hanya seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering dinamakan sebagai single mother.

Menurut Perlmutter & Hall (1992) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tampa nikah. Menurut Papalia dkk. (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Sedangkan Anderson dkk (1998) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian. Exter (dalam Anderson dkk. 1998) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain.

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk. 1998). Saund (dalam Papalia dkk. 2002) menjelaskan bahwa individu yang telah terikat erta dengan figur suaminya namun karena suatu hal kehilangan partner untuk bertukar pikiran, mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak dapat disebut sebagai single mother.

(18)

tanpa ada ikatan pernikahan dan berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosinal maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh individu tersebut. Pada penelitiaan ini, single mother yang dijadikan subjek penelitian adalah single mother yang membesarkan anaknya tanpa disertai kehadiran dan tanggung jawab pasanganya.

2. Tahapan yang dilalui single mother

Ketika individu kehilangan seseorang yang dicintainya maka individu tersebut biasanya merasakan sakit yang begitu dalam, rasa frustasi dan kehilangan yang mungkin baru akan hilang setelah melalui waktu yang cukup lama (Papalia dkk. 2002). Menurut Kubler-Ross (dalam papalia dkk. 2002) individu yang mengalami hal yang demikian memrlukan waktu untuk dapat menyesuaikan duri dengan kehidupan baru tampa seorang pendamping. Biasanya wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dan menjadi single mother pada awalnya akan mengalami bebrapa tahapan, yaitu :

a. Shock and disbelief

Tahap pertama ini terjadi sampai beberapa minggu setelah kematiaan pasangan hidup. Umunya individu yang ditinggalkan merasa kehilangan, bingung serta tidak percaya pada apa yang terjadi. Perasaan hampa seringkali dirasakan ketika individu merasa ada yang hilang dari kehidupanya dan sering terlihat menangis.

b. Preoccupation with the memory of the death person

Tahap kedua ini terjadi kurang lebih enam bulan setelah kematiaan. Individu yang ditinggalkan umumnya telah berusaha menjalani hiodup dengan normal namun belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Sesekali individu masih terlihat menangis dan tetap merasa bahwa sang suami masih mendampinginya, mendengar suaranya, merasakan kehadiranya atau sering memimpikanya.

c. Resolution

(19)

suami tercinta biasanya akan membawa rasa sedih namun tidak begitu menyebabkan luka yang mendalam. Hal ini karena individu menyadari bahwa meski dirinya tidak lagi memiliki pendamping namun hidup harus tetapa berjalan.

3. Problematika single mother

Parkes (dalam Kirana, 2002 ) menyatakan problematika yang dihadapi oleh single mother :

Menjadi single mother disebut oleh Ellison (2003) sebagai situasi yang khusus sekaligus ekstim dan menantang bagi seorang wanita. Hal ini karena umumnya individu menjadi single mother terlebih dahulu melewati masa-masa yang penuh stres, ketakutan dan rasa bersalah dari kejadiaan-kejadian traumatis yang dilaminya, baru kemudian menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru serta tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya.

Terkadang konflik internal muncul saat single mother harus memainkan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Hal ini karena di satu sisi individu harus mengurus keperluan rumah tangga namun di sisi lain, individu juga harus bekerja untuk menafkahi keluarganya. Bila individu cenderung memainkan satu peranan saja maka akan mengorbankan hal-hal yang sesungguhnya penting.

Selain konflik batin antara bekerja dan mengurus rumah, Moss dan Moss (dalam Kirana, 2002) menambahkan bahwa kepergiaan salah satu orangtua baik ayah atau ibu akan membawa masalah baru bagi keluarga tersebut, yaitu :

a. Berubahnya cara pandang anak terhadap orangtua.

b. Hilangnya ikatan yang telah terjalin anatara anak dan orangtua sehingga menyebabkan perlakuan yang berbeda terhadap pola asuh anak. c. Meninggalkan rasa bersalah orangtua terhadap kelangsungan

keluarga terutama masa depan anak-anak.

d. Ketidakseimbangan dan ketegangan antara orangtua-anak e. Hilangnya dukungan sosial maupun instrumental untuk temapat

Referensi

Dokumen terkait

- Memutuskan rantai penularan nyamuk dengan membunuh nyamuk dewasa dan membasmi jentik yang akan berkembang menjadi nyamuk dewasa. - Nyamuk dewasa dapat dibunuh

Aturan fikih mengizinkan perceraian atas dasar kerelaan kedua belah pihak, atau atas inisiatif suami atau juga inisiatif istri secara sepihak, bahkan perceraian boleh

Pola perilaku yang dilakukan oleh wanita atau tokoh dalam hubungannya dengan peran wanita itu sendiri sebagai wanita dewasa atau seorang isteri dan seorang ibu, akan

Dalam sebuah buku penelitian tentang pelacur anak (Surakarta dan Indramayu, 2004: 9), yang mengartikan pelacuran anak yaitu anak laki dan wanita, terlibat dalam

Menyusun program dan kegiatan Seksi Perkawinan dan Perceraian, melaksanakan pemberian layanan pencatatan perkawinan, pembatalan perkawinan dan perceraian, mengoordinasikan

Sedangkan manfaat untuk suami atau pendamping persalinan yaitu (1) dengan belajar hypnobirthing, suami/pendamping persalinan lebih tenang dalam mendampingi proses persalinan;

Kesejahteraan psikologis wanita lajang masa dewasa madya menurut Ryff (1989 dalam Papalia dkk, 2008) wanita lajang yang mempunyai kesejahteraan psikologis yang baik adalah

Atas pertimbangan tersebut Anderson dkk mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan yaitu pertama adanya tujuan dari kebijakan tersebut, dimana tujuan tersebut adalah