9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Definisi Komunikasi
Komunikasi yang diungkapkan ialah cara buat menyampaikan pernyataan dari satu individu kepada orang lain. Dalam definisi ini jelas, komunikasi mencakup berbagai individu. Terlebih lagi, mereka yang terlibat dalam komunikasi ialah manusia. Komunikasi manusia, yang juga biasa disebut komunikasi sosial, ialah komunikasi yang membuahkan individu secara lokal, serta pada dasarnya terjadi antara dua individu yang saling berhubungan, dengan komunikasi sebagai kontak.
Secara paradigmatis, ide komunikasi ialah cara penyampaian pesan maupun proklamasi yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, sebagai berimbas dari hubungan sosial.
Komunikasi di sini sering ditemukan dalam pengalaman dua individu yang terkait dengan koneksi serta berpartisipasi dalam diskusi kecil seperti kontribusi mbakalan, meminta buat bergerak sedikit, serta sebagainya Secara paradigmatik, komunikasi dapat dikatbakal sebagai cara buat menyampaikan pesan dari satu orang. satu sama lain, baik secara langsung secara lisan, maupun secara tidak langsung melalui media.
Komunikasi ialah suatu interaksi yang teratur dimana dalam kerangka tersebut dipisahkan menjadi dua, seperti kerangka batin yang sesaat dapat diuraikan sebagai mengandung setiap komponen yang membuat seseorang tidak sama dengan orang lain seperti tujuan, tingkat wawasan, pengalaman masa lalu, serta informasi. . Selain itu, kerangka luar yang terdiri dari komponen-komponen yang berada dalam iklim luar individu termasuk kata-kata yang dipilih saat mengungkapkan, serta sinyal-sinyal aktual lainnya (Riswandi: 2009), individu berkomunikasi memakai gambar buat membuat serta menguraikan pesan maupun implikasi.
Komunikasi seharusnya menjadi siklus, yang adalah sesuatu yang berjalan serta mendorong ke depan, serta terus berkembang. Tidak ada yang menentukan kapan komunikasi dimulai maupun berakhir, karena banyak hal terjadi yang dapat membuahkan siklus komunikasi.
Komunikasi juga adalah sesuatu yang primer, yang berarti bahwa siklus tersebut terjadi dalam suatu kerangka yang saling berhubungan yang saling membuahkan. (Galvin, Dickson, serta Marrow: 2006) menetapkan model dasar, khususnya bahwa setiap kerabat ialah
10
kerangka kerja yang disatukan. Pekerjaan komunikasi menggabungkan bahasa serta perilaku nonverbal, pengerjaan, serta musik. Pemikiran komunikasi terpaku pada kepentingan, yang adalah inti dari komunikasi. Yang artinya ialah klarifikasi keajaiban yang muncul dari komunikasi dengan gambar. Ada dua derajat signifikansi tergantung pada substansi (tingkat kepentingan) dalam arti sebenarnya serta yang berarti tergantung pada (tingkat kepentingan hubungan)..
2.1 Jenis-jenis Komunikasi
Ada beberapa disiplin ilmu komunikasi yang telah ada selama lebih dari 2000 tahun.
Awalnya ilmu komunikasi hanya berdasarkan standar Aristoteles yang mengembangkan pemikiran ketika berbicara, perkembangan pidato persuasif ialah cara buat membuahkan urusan publik maupun masyarakat. Seiring perkembangan zaman, meskipun berbicara di depan umum masih adalah keterampilan yang sangat penting dalam komunikasi, itu bukan satu-satunya konsentrasi di bisertag komunikasi. Ada tujuh bisertag utama dalam penelitian serta pengajaran ilmu komunikasi, seperti: komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa, serta komunikasi antarbudaya.
Ketujuh kajian komunikasi yang telah disebutkan memiliki makna serta pengertian masing-masing, serta memiliki tujuan yang sama seperti menyampaikan informasi serta mengkonstruksi makna. Dari tujuh jenis studi, komunikasi interpersonal ialah kajian yang sesuai dengan permasalahan yang sudah tertulis pada latar belakang yang bakal diteliti dari peneliti .
2.2 Komunikasi Interpersonal
2.2.1 Definisi Komunikasi Interpersonal
Hubungan interaktif antara seseorang dengan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal adalah pengertian dari komunikasi interpersonal maupun interpersonal.
Dalam kehidupan sehari-hari, simbol bahasa verbal yang sering ialah bahasa lisan yang juga sering disisipi dengan bahasa, terutama bahasa tubuh seperti tersenyum, tertawa, maupun menganggukkan kepala.
Komunikasi antarpribadi lebih dekat dengan pertukaran pesan yang bersifat pribadi serta dilakukan secara tatap muka. Beberapa komunikasi interpersonal memiliki tujuan
11
ketika seseorang datang ke teman lama maupun pasangan buat bertukar pendapat, menceritbakal masalah pribadi, meminta saran serta sebagainya. Dalam buku Komunikasi Interpersonal yang ditulis dari Andhita Sari, Agus M Hardjana mengatbakal “Komunikasi interpersonal ialah interaksi tatap muka antara dua orang maupun lebih dimana terjadi pertukaran pesan, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung kepada penerima, kemudian penerima bisa langsung membalas pesan itu." Secara empiris, proses komunikasi interpersonal dipengaruhi dari faktor pribadi serta kelompok. Beberapa faktor pribadi yang membuahkan komunikasi pribadi antara lain faktor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri, serta harga diri.
Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka, memiliki nama lain sebagai komunikasi diadik yang biasanya bersifat spontan serta informal. Peserta komunikasi interpersonal satu sama lain menerima umpan balik Trenholm serta Jensen (1995:26). Peran peserta komunikasi ini sangat fleksibel, dimana seorang komunikan maupun komunikator dapat berganti peran ke arah sebaliknya.
Geral Miller serta M. Steinberg (1998: 274) mendefinisikan komunikasi interpersonal dalam pengertian penetrasi. Komunikasi interpersonal adalah proses penetrasi sosial yang nyata, karena semakin komunikator saling mengenal, semakin banyak pula karakter interpersonal yang tercakup dalam komunikasi tersebut. Jika komunikan serta komunikan adalah faktor yang cukup buat melanjutkan hubungan, ada keterampilan pribadi yang memadai buat mendukung pertumbuhannya, maka hubungan mereka mengalami perubahan kualitatif. Ketika perubahan yang terjadi mengikuti perkembangan hubungan, maka komunikasi pertukaran bakal meningkatkan hubungan interpersonal.
2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal
Barnlund mengatbakal bahwa komunikasi interpersonal adalah kelanjutan dari studi komunikasi intrapersonal. Unsur pembeda dari kedua penelitian tersebut ialah, komunikasi interpersonal menambahkan unsur pesan serta isyarat verbal, serta komunikasi yang berlangsung antara dua orang maupun lebih sangat dipengaruhi dari
12
hasil komunikasi intrapersonal masing-masing individu lagikan komunikasi interpersonal diartikan sebagai pertemuan antara dua orang. , tiga, maupun lebih orang. bahkan empat yang terjadi secara spontan, serta terjadi tidak terstruktur.
Komunikasi interpersonal memiliki beberapa ciri, seperti:
1) Spontan
2) Tidak berstruktur 3) Terjadi secara kebetulan
4) Tidak mengejar tujuan yang direncanbakal 5) Identitas keanggotaan tidak jelas
6) Terjadi hanya sambil lalu.
Everett M. Rogers menyebutkan jika komunikasi mouth to mouth yg berlangsung dengan metode face to face diantara individu dengan orang lain melalu personal. Ciri khasnya menurut Rogers :
a) Pesan berlangsung dua arah b) Kerangka komunikasinya dua arah c) Frekuensi tinggi umpan balik
d) Kpapasitas mengurangi frekuensi seletivitas, utamanya seletivitas keterpaan tinggi
e) Cakupannya pada skala besar cenderung lambat f) Dapat mengubah sikap.
Pada dasarnya komunikasi interpersonal ialah komunikasi yang terjadi antara komunikator memakai komunikan. Komunikasi berimbas dalam perubahan sikap, pendapat serta konduite seseorang. Komunikasi antarpribadi juga bersifat dialogis, artinya genre umpan kembali maupun feedback terjadi secara pribadi maupun tunai. Komunikator dapat mengetahui dengan niscaya apakah komunikasi tadi positif, negatif, berhasil maupun gagal. Kumar (2000:121-122) menyampaikan bahwa ciri-karakteristik komunikasi interpersonal terbagi menjadi lima, ialah:
a. Keterbukaan. Keinginan buat memberi tanggapan dengan tulus, informasi yang didapat ketika menjalankan interaksi antar pribadi.
b. Empati. Mengalami apa yang dialami orang lain.
c. Mendukung. Situasi yang terbuka buat menyokong komunikasi berlangsung lancar.
13
d. Positiveness. Individu yang berperasaan positif terhadap dirinya, dapat membuat yg lain lebih aktif, serta membangun situasi komunikasi kondusif buat komunikasi efektif
e. Kesetaraan. Mengakuin secara dalam diam, kedua individu saling menghargai, bermanfaat, serta memiliki hal untuk dibagikan.
2.2.2 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Dalam bukunya Evi Novianti (2019) mengklasifikasi komunikasi interpersonal menjadi empat bagian sebagai berikut :
a. Interaksi intim
Merupakan jajaran orang-orang terdekat seperti teman baik, sanak famili, dan orang yang telah memiliki atau terikat hubungan emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial
Berbentuk interaksi sederhana yang bertujuan untuk menyenangkan. Komunikasi face to face krusial untuk pengembangan hubungan di sebuah organisasi.
c. Interogasi atau pemeriksaan
merupakan interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan juga menuntut informasi dari yang lain. Hubungan komunikasi antara seseorang yang berada dibawah kendali serta menuntut informasi dari orang lain.
d. Wawancara
Bentuk komunikasi dimana dua orang saling melakukan tanya jawab.
Berkaitan dengan permasalah yang akan diteliti maka klasifikasi komunikasi interpersonal yang sesuai ialah klasifikasi komunikasi interpersonal interaksi intim yang komunikasinya berlangsung antara anak dan orang tua yang merupakan keluarga inti.
2.2.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada enam tujuan komunikasi antar pribadi yang dianggap penting buat dipelajari, antara lain (Widjaja, 1988:122) :
1. Mengenal diri sendiri serta orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan pada seorang buat mengenal dirinya lebih pada. Melalui berbicara mengenai diri sendiri pada orang lain, seorang bakal memperdari pansertagan baru tentang diri sendiri, memahami lebih dalam tentang sikap & perilakunya sendiri, karena sesungguhnya persepsi maupun penilaian terhadap diri sendiri ialah hasil
14
berdasarkan apa yang dipelajari seseorang berdasarkan orang lain melalui komunikasi interpersonal. Melalui komunikasi interpersonal, seorang bisa mengukur bagaimana & sejauh mana ia wajib membuka diri kepada orang lain, artinya seseorang tidak selalu wajib menceritbakal segala sesuatu mengenai dirinya pada semua orang. Melalui komunikasi ini, seseorang dapat mengetahui, memprediksi, & menanggapi nilai, sikap, & konduite orang lain..
2. Mengetahui dunia orang lain.
Komunikasi interpersonal memungkinkan seorang buat memahami situasinya ketika ini seperti barang, acara, serta lainnya. Seperti yg direferensikan pada atas, bahwa sebagian data yang dimiliki individu diperdari menurut koneksi relasional. Beberapa berpendapat bahwa data yang diperbincangkan maupun diteliti datang menurut komunikasi yg luas, namun data yang diperdari seseorang melalui komunikasi yg luas tak jarang diperiksa balik kepada orang lain melalui kerjasama relasional. Tidak terdapat salahnya bagi seorang buat berbicara memakai teman, tetangga, maupun keluarga menurut berita maupun program komunikasi yg luas. Ini menjelaskan bahwa melalui komunikasi relasional, kita seringkali menyelidiki balik hal-hal yg sudah diperkenalkan sang komunikasi luas, tetapi sejujurnya kualitas, mentalitas, keyakinan, &
perilaku kita sangat dipengaruhi sang komunikasi relasional dibandingkan memakai komunikasi luas & training formal.
3. Menciptakan serta menjaga jalinan.
Sebagaimana diketahui, insan diciptbakal menjadi makhluk individu menjadi makhluk yang bersahabat. Jadi dalam kehidupan sehari-hari yang teratur, orang perlu membuat serta mengikuti asosiasi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, tentunya seorang tak ingin hayati sendiri serta terlepas dari masyarakat. Seseorang perlu merasa dipuja serta disayangi, tetapi tak mempunyai impian buat dibenci & dihina, dari karena itu seorang menghabiskan banyak tenaga buat melakukan komunikasi relasional dengan niat penuh buat membuat & mengikuti hubungan sosial memakai orang lain. Membangun hubungan melalui Komunikasi Interpersonal seperti itu dapat membantu mengurangi keputusasaan & tekanan serta menyebabkan orang tersebut merasa lebih baik tentang dirinya sendiri..
4. Mengubah sikap serta perilaku.
Menarik diri dari penjelasan sebelumnya, komunikasi relasional dapat dipakai buat membarui mentalitas serta perilaku individu. Komunikator relasional membutuhkan orang lain buat memilih cara tertentu, mencoba varietas kuliner baru, berpikir dengan tujuan tertentu dalam
15
pikiran, dll. Sederhananya, orang menginvestasikan tenaga buat meyakinkan orang lain melalui komunikasi relasional.
5. Bermain serta mencari hiburan.
Komunikasi Interpersonal juga meliputi latihan bermain serta segala sesuatu yg berhubungan dengan kesenangan. Kumpulkan memakai teman, keluarga, maupun pasangan buat menceritbakal mengenai bagaimana hari itu berlalu, latihan pada akhir minggu, memeriksa kegiatan maupun minat ketika luang, serta diskusi lain yg berencana buat bersenang-senang.
Secara teratur tujuan ini dianggap sedikit maupun relevan, tetapi Komunikasi seperti itu harus diselesaikan. Komunikasi misalnya ini dapat memberikan udara yang terbebas berdasarkan ketegangan, kelelahan, dll
6. Membantu orang lain.
Biasanya terjadi dalam lingkup pekerjaan misalnya spesialis, analis klinis, & penasihat yg mempunyai kemampuan bicara orang lain. Bukan hanya orang-orang yg ahli di bisertagnya, tetapi juga komunikator adat. Korespondensi relasional pada sini dipakai dari seorang buat menaruh bimbingan & ide pada orang lain yg lagi menghadapi suatu masalah, & berusaha buat menangani masalah tersebut. Terlihat bahwa motivasi di balik korespondensi relasional adalah buat membantu orang lain
2.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal
Verdeber menyebutkan jika komunikasi antarpribadi ialah proses interaksi serta pembagian makna yang terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Komunikasi ialah sumaupun proses transaksional yang dapat diartikan bahwa:
1. Proses komunikasi menginginkan umpan balik agar komunikasi berhasil;
2. Unsur yg tetap dari komunikasi juga komunikasi antarpersonal ialah: konteks, komunikator komunikan, pesan, saluran, gangguan, umpan balik, serta model proses.
a. Konteks
Kerangka ialah situasi, bersifat jasmani, bersejarah, psikis pada lokasi terjadinya komunikasi.
b. Manusialah yang berkomunikasi.
Dasarnya, berkomunikasi dengan seorang membawa dan banyak sekali pengalaman pada wujud kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, serta perilaku-sikap yg dimilikinya.
c. Pesan
16
Pesan-pesan pada komunikasi dipahami melalui 3 unsur, seperti: makna dari setiap orang, simbol yang dipakai waktu membagi makna, bentuk informasinya
d. Saluran
Pada komunikasi suatu kata berisi pesan dibawa seorang pada orang lain melalui suara, raut wajah, gerakan tubuh, gerakan mata. Semakin poly saluran yg dipergunakan buat memabgi pesan bakal membuat komunikasi efektif.
e. Gangguan
Gangguan yang merusak pembagian pesan menurut pengirim pada penerima juga sebaliknya.
f. Umpan balik
Umpan kembali ialah hadiah tanggapan terhadap pesan yg dikirim dengan suatu makna tertentu
2.2.5 Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal
Interaksi tatap muka antar dua maupun beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, serta penerima pesan dapat menerima serta menanggapi secara langsung pula adalah pengertian dari Komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri tetap, antara lain (Hardjana, 2007:85):
1. Komunikasi interpersonal ialah verbal serta nonverbal memiliki dua faktor yaitu pesan serta bagaimana cara pennyampaiannya maupun dilakukan.
2. Tiga perilaku komunikasi interpersonal, spontan, perilaku menurut kebiasaan, perilaku sadar.
3. Komunikasi interpersonal ialah komunikasi pengembangan hubungan.
4. Komunikasi interpersonal mengandung tanggapan, interaksi serta koherensi.
5. Komunikasi interpersonal ialah komunikasi bertatap wajah.
6. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu agar komunikasi berjalan dengan baik.
7. Komunikasi interpersonal ialah kegiatan aktif..
8. Komunikasi interpersonal juga saling mengubah serta mengembangkan antara orang yang terlibat komunikasi
2.2.6 Proses Komunikasi Interpersonal
17 2.2.7 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi yang efektif ialah yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attutude change) pada komunikan serta komukatir. Kefektifan komunikasi bakal saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan serta sikap antara dua orang yang berberimbas sesuai dengan harapan.
Berimbas komunikasi yang efektif dilihat dari perubahan kognitf, afektif, serta konatif.
Dalam komunikasi interpersonal dampak ialah unsur krusial demi memahami sampai mana komunikasi tersampaikan dengan berhasil.
De vito (1986) dalam Dina (2009) menyebutkan jika efektivitas bakal tercapai apabila memenuhi minimal lima macam komponen dari indikator humanistik serta enam komponen dari indikator pragmatis, seperti :
1. Humanistik
a. kesetaraan hajat antara komunikator serta komunikan.
b. Saling mendukung antara komunikator dan komunikan.
c. Positif, ysng artinya gagasan yang dibagikan bisa diterima menjadi hal bermanfaat bagi kedua belah pihak.
d. Keterbukaan. Sikap saling terbuka dalam berkomunikasi mampu menjaga keharmonisan dalam berhubungan.
e. Pihak-pihak yang terkait, ddapat mengerti satu dengan yang lain.
2. Perspektif Pragmatis
a. Keyakinan tanpa rasa ragu ke orang lain.
b. Rasa kebersamaan, peduli pada apa yang dirasa orang lain.
c. Manajemen hubunagn. Menjaga serta mengontrol hubungan bagi kedua belah pihak.
d. Perilaku ekspresif. Kesungguhan seseorang ketika berhubungan dengan individu lain.
e. Kemampuan seseorang buat beradaptasi dengan orang lain selama interaksi. Agar efektivitas komunikasi dapat tercapai.
Cakupan fungsi komunikasi menurut Arifuddin (2009:24) dalam bukunya “dasar-dasar komunikasi” mengutip Onong Uchjana Effendy, menyampaikan bahwa ada delapan fungsi komunikasi sebagai berikut :
1. Informasi
18 2. Sosialisasi
3. Motivasi
4. Perdebatan serta diskusi 5. Pendidikan
6. Menunjukkan kebudayaan 7. Hiburan
8. Integrasi
Selain uraian ditas fungsi komunikasi interpersonal dalam Maria (2016) ialah : 1. Meningkatkan hubungan insan.
2. Mengindari konflik-konflik pribadi.
3. Mengurangi ketidakpastian sesuatu.
4. Berbagi pengetahuan serta pengalaman dengan orang lain.
Dengan komunikasi antarpribadi, individu dapat menjalin hubungan yang baik dengan individu lainnya, yang berfungsi buat menghindari serta mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara individu-individu tersebut.
2.2.8 Hambatan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal tidak selalu mengalami keberuntungan maupun kelancaran dalam bertukar pesan. Adapun kesalahan-kesalahan maupun penghambat komunikator dalam menyampaikan pesan maupun komunikan sehingga tidak ada keefektifan dalam komunikasi interpersonal.
Berikut beberapa hambatan dalam komunikasi interpersonal : 1. Pengaruh Status
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa perbedaan status seringkali menjadi sebuah penghalang individu buat berkomunikasi dengan individu lain. Perbedaan tersebut bisa dari tingkatan jabatan, ekonomi, status sosial, jenjang pendidikan dsb. Dalam keluarga maupun interaksi pasangan, maka biasanya ada status antara anak serta orang tua. Antara pasangan maupun calon pasangan, biasanya status orang tua yang bercerai menjadi momok yang membuat komunikasi terhalang.
2. Perbedaan Perspektif
Pada setiap individu, diberikan hak berpikir serta memiliki sudut pansertag masing- masing. Perbedaan perspekti tentu bakal menghasilkan kesimpulan yang berbeda,
19
sedang dalam komunikasi interpersonal kesamaan pemahaman menjadi penentu keberhasilan sebuah komunikasi.
3. Perbedaan Kebudayaan
Kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan serta norma ialah hal yang dapat menghambat komunikasi interpersonal.
4. Gangguan Lingkungan
Komunikan serta komunikator berada di tempat yang ramai, sehingga suara satu sama lain tidak dapat terdengar jelas. Hal tersebut tentu saja membuat menghambat komunikasi, sebab sulitnya menangkap isi pesan dengan jelas.
5. Gangguan pada media
Biasa terjadi pada komunikasi interpersonal yang dalam prosesnya menggunakan media sebagai sarana buat mempermudah maupun memperlancar komunikasi. misal telepon genggam maupun biasa dikenal sebagai handphone melakukan sambungan telepon, terjadi gangguan jaringan maupun sinyal yang menyebabkan suara dari kedua belah pihak menjadi tidak jelas maupun terputus-putus yang berakibat terganggunya penyampaian pesan serta menghambat komunikasi.
6. Tidak ada tanggapan dari lawan bicara
Hambatan yang terjadi, serta sering ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Dimana ketika komunikan berbicara namun lawan bicara maupun seseorang yang diinginkan menjadi komunikator, tidak memberikan tanggapan maupun reaksi maupun respon terhadap pesan yang telah disampaikan dari komunikan sehingga tidak terjadi umpan balik maupun feedback yang diharapkan.
7. Perbedaan Bahasa
Bahasa salah satu alat komunikasi yang memiliki peran penting dalam proses komunikasi. Indonesia sendiri, walau bahasa utama nya ialah bahasa indonesia, namun karena bentuknya ialah negara kepulauan, maka terdapat lebih kurang lebih 652 bahasa daerah yang terdapat di berbagai =pulau serta provinsi yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi sebuah hambatan dalam komunikasi interpersonal, sebab sama kosakata belum tentu memiliki arti yang sama di setiap daerah.
8. Perbedaan Latar Belakang
20
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, serta memang setiap orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu tanggung jawab komunikator buat mengenal perbedaan tersebut serta menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, serta memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai.
9. Keterbatasan Fisik
Hal ini berkaitan dengan berkurangnya maupun tidak berfungsinya anggota tubuh yang digunakkan buat berkomunikasi. Semisal ketika berbicara dengan seseorang yang mengalami tuli maupun bisu, lagi komunikator sendiri tidak memiliki kemampuan berbahasa isyarat, sehingga pesan yang ingin disampaikan pun tidak dapat tersampaikan serta diterima.
10. Perbedaan Generasi
Merujuk pada perbedaan usia antara komunikator serta komunikan yang terlampau jauh. Istilah-istilah dalam bahasa yang digunakkan setiap generasi bisa jadi memiliki perbedaan. Perbedaan generasi, usia, serta istilah yang digunakkan tersebut dapat membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi sulit dipahami sehingga komunikasi menjadi terganggu
11. Gangguan Emosional
Emosi adalah hal yang dapat membuahkan kondisi seseorang. Seseorang yang lagi berada dalam situasi emosi yang tidak stabil, maka secara tidak sadar bakal membuahkan cara dia berkomunikasi serta caranya dalam berinteraksi dengan orang lain.
12. Kecepatan dalam berbicara
Dalam penyampaian pesan, cepat maupun lambat tempo dalam berbicara membuahkan penyampaian pesan. Komunikator yang berbicara dengan tempo cepat, tidak jarang dapat menyebabkan komunikan kurang bisa memahami pesan yang ingin disampaikan. Adapun jika terlalu lambat cara menyampaikan nya, maka komunikan bakal kehilangan ketertarikan buat mencerna pesan tersebut.
13. Gangguan Semantik
21
Gangguan yang terjadi akibat kesalahan dalam pengucapan maupun penulisan.
Sehingga menyebabkan kesalahpahaman maupun salah penafsiran yang berujung pada pesan yang disampaikan pun menjadi tidak dipahami sebagaimana mestinya.
14. Faktor Kepribadian
Kepribadian yang dimiliki seseorang tidak jarang dapat menjadi sebuah gangguan komunikasi. Seseorang yang introvert, bakal lebih sulit buat mengutarbakal sesuatu sebab rasa kurang percaya diri maupun malu dibanding orang-orang yang memiliki kepribadian yang ekstrovert. Akibat dari kesulitan menyampaikan pesan tersebut, maka terjadilah gangguan komunikasi.
15. Keterbatasan Pengetahuan
Kurangnya keluasan berpikir serta keterbatasn ilmu dapat menjadi salah satu gangguan komunikasi. Komunikasi ialah kesamaan pesan dengan pemahaman antara komunikator serta komunikan. Jika pesan yang disampaikan tidak mampu dipahami secara baik serta benar dari komunikan akibat level pengetahuan yang berbeda, maka komunikasi menjadi terhambat maupun gagal.
16. Kehilangan Fokus
Dalam sebuah pembicaraan maupun komunikasi, ketika komunikator lagi menyampaikan pesan, komunikan diharuskan fokus kepada komunikator serta apa yang ingin disampaikan, begitu juga sebaliknya. Kehilangan fokus dalam sebuah komunikasi, dapat menyebabkan pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik dari penerima pesan.
2.3 Komunikasi Interpersonal (Pengungkapan diri)
Komunikasi dapat membentuk masyarakat, suatu hubungan tidak bakal terjadi tanpa ada komunikasi. Komunikasi adalah jembatan buat membangun hubungan, maupun malah penghancur hubungan jika komunikan serta komunikator tidak dapat memakai komunikasi secara bijak. Dalam bermasyarakat serta berkeluarga, komunikasi yang dibangun dapat berupa komunikasi massa maupun komunikasi personal. Dalam ranah keluarga, komunikasi personal memiliki andil dalam membangun maupun menghancurkan suatu hubungan.
22
Komunikasi interpersonal disini mengacu beberapa teori komunikasi interpersonal antara lain :
Pengungkapan Diri (Self-Disclosure) ialah inti hubungan antarpersonal sebagai dasar seseorang memahami hal-hal dalam orang lain, seperti bagaimana orang tersebut serta bagaimana rasa peduli orang lain. Keterbukaan diri yang sesuai dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan kenyamanan, serta mengintensifkan ketertarikan interpersonal.
Tidak selalu melalui proses ini lebih mudah sebab sifat manusia yg kurang mampu menyembunyikan perasaan, kesepian, kesalahan, kecemasan serta konflik yang berdasarkan pada kemarahan serta penyesalan.
Sidney Jourard (1971) dikutip dari Daryanto serta Rahardjo, mengidentifikasi sebuah komunikasi interpersonal sehat maupun tidak melalui keterbukaan yang terjadi dalam prosesnya. Pengungkapan yang jujur buat mengenai diri kepada orang lain yang juga bersedia meengungkap yang sebenarnya tentang dirinya, dianggap sebagai ukuran hubungan yang ideal.
Joseph Luft (Reardon, 1987:163) dalam buku “Teori Komunikasi” milik Daryanto serta Rahardjo (2016) menyampaikan bahwa teori self diclosure didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut dari Johari Window. Manusia memiliki informasi maupun atribut mengenai diri sendiri yang hanya diketahui dari dirinya sendiri, hanya diketahui dari orang lain, diketahui dari dirinya sendiri serta orang lain, serta yang tidak diketahui dari siapa pun.
Jenis-jenis pengetahuan ini mengacu pada keempat kuadran dari Johari Window sebagai Apabila komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka bakal terjadi keterbukaan yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran
“terbuka”. Pada kuadran empat, informasi ini sulit diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui aktivitas seperti mimpi maupun refleksi diri.
Meskipun “pengungkapan diri” mendorong terciptanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri memiliki batas. Dari sebab itu, perlu sebuah pertimbangan dalam diri sendiri apakah membukan maupun menceritbakal informasi yang ada dalam tentang diri kepada orang lain bakal membuahkan efek positif bagi hubungan dengan orang tersebut. Beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa keterbukaan yang ekstrim justru malah memberikan efek negatif terhadap hubungan. Seperti dikemukbakal dari Shirley Gilbert dalam (Little John, 1989:161)
23
bahwa kepuasan dalam hubungan serta ketebukaan memilik hubungan kurva linier, seperti tingkat kepuasan mencapai titik tertinggi pada tingkat disclosure yang lagi (moderat).
Menurut Morton (dalam Baron, dkk, 1994) Pengungkapan diri ialah aktivitas membagi perasaan serta berita yang akrab dengan orang lain. disimpulkan bahwa Pengungkapan diri iala suatu pola komunikasi interpersonal yg memberikan kejelasan tentang diri kepada individu lain
2.3,1 Aspek-Aspek Pengungkapan diri
Beberapa Aspek Pengungkapan diri (Devito, 1986):
a. Amount
Dapat diukur melalui seberapa sering dan dengan siapa individu mengungkapkan diri serta sedalam apa pesan yang dibagi maupun seberapa lama waktu untuk akhirnya mampu mengutarakan statement individu tersebut terhadap lawan bicara.
b. Valence
Valensi ialah aspek positif maupun negatif dari Pengungkapan diri. Individu dapat membagi hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan mengenai dirinya, menyanjung nilai yang ada dalam dirinya maupun menjatuhkan diri sendiri.
c. Accuracy/Honesty
Kebenaran dari Pengungkapan diri dibatasi mulai tingkat individu memahami dirinya.
Berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat saja jujur secara gamblang atau hiperbola, melewatkan inti krusial maupun berdusta.
d. Intention
Satu hal yang dipertimbangkan ialah tujuannya. Tidak mungkin individu secara acak melakukan Pengungkapan diri apabila tidak memiliki maksud serta tujuan khusus.
e. Intimacy
Pengungkapan diri bisa saja informasi yang bersifat personal misalnya mengenai perasaan kita, tetapi bisa juga mengenai informasi yang sifatnya umum.
2.3.2 Faktor-Faktor dalam Pengungkapan diri
Beberapa faktor dalam pengungkapan seseorang, seperti Individu, budaya, gender, siapa yang menjadi pendengar, serta apa topik yang diungkapkan (Devito, 2001).
24 a. Pelaku (Individu)
Orang dengan sosialisasi tinggi serta orang yang extrovert mempunyai pengungkapan diri yg luas daripada mereka yang kurang bersosialisasi dan lebih tertutup. Orang yg kurang cakap berbicara dalam umumnya juga kurang membuka diri daripada mereka yg lebih cakap dalam berkomunikasi.
b. Budaya
Perbedaan Budaya tentu mempengaruhi cara pandang dalam Pengungkapan diri.
Amerika Serikat orang lebih terbuka denganorang baru sedangkan mahasiswa Cina (Chen 1992) lebih mempertimbangkan pembicaraan dengan topik yang tabu serta kurang pantas buat diungkapkan.
Selain perbedaan-perbedaan tersebut, ada juga kesamaan lintas budaya. Misalnya, Amerika Serikat serta Puerto Rico yang lebih mudah buat mengungkapkan informasi personal, hobi, minat, perilaku, serta pendapat yang objektif perihal politik serta agama daripada informasi tentang seks, finansial, kepribadian, serta jalinan interpersonal (Jourard, 1970).
c. Gender
Stereotip populer dari perbedaan gender dalam Pengungkapan diri
mentitik beratkan pada kaum pria yang sulit melakukan pengungkapan diri serta perempuan lebih mudah mengungkapan diri. Hal ini terutama berlaku pada jenis kelamin yang sama; perempuan mengungkapkan lebih nyaman, dekat serta ekspresif saat bercengkrama dengan sesama dibanding dengan pria (Shaffer, Pegalis, serta Bazzini 1996).
Perempuan terlihat lebih mendalami pengungkapan diri sebagai pengungkapan hubungan agar lebih intim, namun laki-laki enggan mengubah sisi keterbukaan diri mereka. Terkecuali hal ini berlangsung ketika awal bertemu. Biasanya pria bakal melakukan pengungkapan lebih dekat dibanding perempuan, agar dapat mengatur pengembangan hubungan tersebut (Derlega, Winstead, serta Hunter, 1985).
d. Your listeners
Proses pengungkapan diri lebih mudah terjadi jika ada dukungan pendengar sebab orang bakal mengungkapkan dirinya, baiasanya berdasar dukungan dari lawan bicara.
Orang bakal mengungkapkan pada orang yang diamggap nyaman atau yang disuka
25
(Derega, 1987) juga dipercaya (Wheeless, 1977). Tiak aneh ketika individu bakal dengan gampang buat mengungkapan diri dengan yang seusia (Parker, 1995).
e. Your topic
Orang bisa saja lebih nyaman untuk mengungkapkan informasi mengenai pekerjaan serta hobi dibanding mengenai seks maupun situasi ekonomi personal (Jourard, 1971). Orang juga condong buat mengungkapkan informasi yang bermanfaat baginya daripada informasi yang tidak menguntungkan. Orang bakal semakin tertutup buat hal yang lebih personal topik negatif.
2.3.3 Tujuan Pengungkapan diri
Lima fungsi dari Pengungkapan diri menurut Derlega & Grzelak (dalam Taylor, 2000), diantaranya :
a. Expression
Mengekspresikan perasaan ialah manfaat dari pengungkapan diri b. Self Clarification
Saat berlangsungnya proses membagi informasi diri dengan orang lain, individu bakal mendapat kesadaran diri juga mengetahui lebih baik. Berinteraksi dengan orang lain perihal masalah yang dihadapi mampu menolong individu buat uraian tentang situasi yang ada.
c. Social Validation
Mendapat reaksi ketika melakukan pengungkapan diri, individu memperoleh informasi mengenai kebenaran serta keyakinan perpektif.
d. Social Control
Individu dapat mengungkap atau menyembunyikan perihal dirinya dengan tujuan buat mengatur sikap individual di grup. Individu bisa saja memiliki perhatian pada topik, kepercayaan dan ide buat membuat citra yang baik akan dirinya..
e. Relationship Development
Bebagi informasi melalui pengungkapan diri dapat membentuk suatu hubungan,memelihara juga mengembangkannya.
2.3.4 Proses Pengungkapan diri
26
Pengungkapan diri melibatkan konsekuensi baik serta buruk. Buat pengungkapan diri yang bersifat individual berlandaskan pada pertimbangan yang banyak. Langkah-langkah untuk melakukan Pengungkapan diri ialah sebagai berikut :
a) Motivasi melakukan Pengungkapan diri
Pengungkapan diri sebaiknya dipengaruhi oleh pertibangan serta perhatian yang ada perihal hubungan yang dijalani individu terhadap orang sekitarnya serta bagi diri sendiri. Pengungkapan diri diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
b) Pertimbangan pantas Pengungkapan diri
Pengungkapan diri sebaiknya sesuai dengan konteks serta hubungan yang berlangsung antara pembicara serta pendengar. Pendengar yang dipilih ialah orang yang memiliki hubungan personal dengan individu sehingga pendengar mampu memahami hal yang diungkapkan. DeVito (dalam Dayakisni & Husertaiah, 2003) andai pendengar orang yang menyenangkan serta membuat individu merasa nyaman serta mampu membangkitkan semangat maka kesempatan membuka diri bakal semakin besar.
c) Pertimbangan bakal respon yang terbuka serta jujur
Pengungkapan diri lebih baik dilakukan alam lingkungan yang mendukung serta respon yang jujur serta terbuka.
d) Pertimbangan kejelasan dari Pengungkapan diri
Tujuan dari Pengungkapan diri ialah buat menginformasikan bukan membuat orang lain kebingungan. Seringkali individu hanya mengungkapkan informasi yang kurang jelas sehingga membingungkan pendengar. Sebaiknya individu memilah informasi apa yang ingin diungkap, serta mempersiapkan diri pada konsekuensi buat mengungkapkan diri lebih dalam lagi supaya pendengar dapat mengerti.
e) Pertimbangan kemungkinan Pengungkapan diri pendengar
Selama Pengungkapan diri, berikan kesempatan pendengar buat ikut mengupkan diri.
Raven & Rubin (dalam Dayakisni & Husertaiah, 2003) ketika individu menceritakan sesuatu bersifat personal, maka pendengar bakal condong memberikan reaksi yang setara.
2.3.5 Efek Pengungkapan diri
27
Beberapa keuntungan atau efek positif dengan melakukan Pengungkapan diri : a. Knowledge of self
Seseorang belum tentu mampu sepenuhnya memahami dirinya jika tidak mengungkapkan diri setidaknya pada orang lain. Pengungkapan diri, seseorang mendapat cara pandang baru perihal dirinya, pemahaman yang lebih mendalam mengenai perilakunya.
b. Ability to cope
Meningkatkan kekuatan ketika mendapat masalah utamanya rasa bersalah. Melalui pengungkapan diri orang dapat merasakan kekuatan ketika mengalami ketidak beruntungan..
c. Energy release
Menyimpan rahasia sendiri, bahkan 27etika ingin mengungkap diri di depan orang lain, mengeluarkan usaha yang tidak sediki jumlahnya, serta membuat kekurangan kekuatan buat hal lain.
d. Communication effectiveness
Membantu meningkatkan efisiensi berkomunikasi. Mereka yang saling kenal dalam kurun waktu lama biasanya dapat lebih gampang memahami informasi yang didapat dari orang tersebut. Andai seseorang tidak ingin mengungkapkan dirinya seluruhnya, bakal sulit buat menngetahui orang tersebut serta memahami sikap yang ditunjukkan.
e. Meaningful of relationship
Tanpa Pengungkapan diri jalinan kasih tidak bakal mungkin buat dikembangkan.
Mampu memunculkan suatu hubungan yang bermakna, jika pasangan atau sesama manusia yanag saling mengenal mau melakukan pengungkapan diri.
f. Psychological health
Penelitian Pennebacker, seorang ahli psikologi (dalam DeVito, 1986), mendemonstrasikan bahwa orang yang mengungkapkan diri tidak mudah terserang penyakit. Pengungkapan diri bakal melindungi tubuh dari stress yang merusak. Apabila salah satu pasangan memiliki riwayat dari keluarga yang bercerai biasanya memiliki perasaan malu, sensitif, rendah hati, hingga menutup diri terhadap sekitar. Ketika seseorang tersebut tidak dapat terbukabakaldirinya terhadap pasangan, maka yang bakal ia bagikan kepada pasangan nya hanyalah hal-hal umum tentang dirinya. Ia bakal sangat jarang menceritbakal tentang kehidupan pribadinya secara
28
mendalam terhadap orang lain. Padahal dalam sebuah hubungan serius yang menuntut keterbukaan didalamnya, berbagi informasi mengenai kedua orang tua, termasuk kisah perceraian, mampu menimbulkan berimbas yang baik sebab mengurangi kecemasan serta pembawaan bakal keterbukaan terhadap pasangan bakal menambah kepercayaan di dalam suatu hubungan yang dijalin.
2.4 Definisi Anak
Anak dalam secara umum ialah seseorang yang lahir dari hubungan Laki-laki serta perempuan. Lagikan cakupan khusus anak-anak maupun juvenale ialah seseorang yang masih dbawah usiatertentu serta belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud adalah pengertian yang sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.
UUD-UUD Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di pasal 1 angka menyebutkan bahwa yang termasuk dalam katagori anak ialahnya seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak (janin) yang masih berada dalam kandungan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak ialah siapa saja yang belum berusia 18 tahun serta termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan bakal pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun seperti yang tertuang dalam UUD-UUD Nomor tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat (5). Menurut UUD-UUD Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak di pasal 1 angka 2 pengertian dari anak ialah seseorang yang belum mencapai 21 tahun serta belum menikah.
Pembahasan anak secara umum ialah anak yang lahir dari hasil perkawinan sah baik secara agama serta hukum yang berlaku antara Laki-laki serta perempuan. Tidak terbatas hanya pada usia maupun perkembangan psikologis. Selama masih memiliki orang tua, maka seseorang masih disebut sebagai anak.
Sesuai judul maka penelitian ini berfokus juga pada anak usia dewasa awal atau dengan nama lain disebut anak dewasa Muda yang berkisar antara usia 18-25 tahun. Usia yang matang untuk memulai hubungan ke jenjang lebih serius.
2.3.1 Anak broken home
Broken home sendiri dalam definisi secara sederhana ialah keadaan rumah tangga dimana orang tua atau pasangan yang menikah berpisan atau bercerai. Namun, jika ditelaah lebih luas,
29
broken home tidak hanya tentang perceraian, hal lebih luas ialah bahwa broken home adalah kondisi keluarga yang krisis, tidak menerapkan fungsi daripada setiap anggota keluarga. Mulai dari ayah yang tidak menafkahi, ibu yang tidak mengurus rumah, perkelahian keduanya yang membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman. Anak broken home utamanya adalah anak korban perceraian orang tua. Perceraian tersebut mampu menorehkan luka serta memberi dampak bagi kesehatan fisik maupun batin bagi anak. Hasilnya anak menjadi tertutup dsb.
Artinya kondisi seperti broken home atau perceraian merupakan perihal yang kurang seimbang dalam keluarga, berujung pada komunikasi dua arah yang yang sehat dan Demokratis yang hilang. Kondisi broken home ini lebih berimplikasi pada anak dengan jenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Dimana laki-laki cenderung lebih tertutup dengan masalah ini dan biasanya tidak begitu mendapat stigma negatif lingkungan. Berbeda dengan perempuan yang biasanya lebih terbebani dengan perceraian orang tua, terlebih yang mengalami kekerasan sehingga memiliki kecendrungan gangguan kesehatan mental sebab mengalami banyak tekanan akibat status perceraian atau anak broken home yang dia dapat.
2.4 Perceraian
Perceraian dapat diangaap sebagai penyelesaian dalam problematika pernikahan.
Perseteruan ialah pangkal perceraian, baik saat proses maupun pasca perceraian. Selain itu, komunikasi antara anak serta orang tuanya dapat terputus. Tidak sedikit buah hati yang mengalami depresi serta membenci ayah maupun ibunya akibat perceraian, yang memutuskan serta saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istrijuga orang tua. . Perceraian bagi anak akhir bagi keutuhan keluarganya, baginya hidup tak bakal sama lagi, serta mereka pun mendapat kepedihan yang mendalam.
Kondisi yang terjadi pasca perceraian seringkali membuahkan cara seorang anak dalam menghadapi serta menerima kenyataan juga menjalani kehidupan serta beradaptasi dengan situasi yang baru. Perceraian orang tua, adalah sesuatu beban pikiran bagi anak, yang berakibat tidak sedikit anak-anak bahkan yang sudah dewasa, jika orang tua nya bercerai bakal menjadi seseorang yang terpuruk serta larut dalam situasi. Sehingga membuahkan setiap apapun yang seseorang tersebut lakukan. Mulai dari prestasi di sekolah yang menurun, bahkan jika yang sudah kuliah maupun bekerja, kinerja serta produktifitas nya bakal menurun, yang disebabkan terciptanya “perceraian” orang tua. Bahkan dalam
30
beberapa kejadian, anak maupun dewasa yang orang tua nya mengalami perceraian, bakal sangat tabu dengan yang namanya hubungan romansa, sebab mengalami trauma serta takut gagal seperti orang tuanya dalam membina hubungan.
Perceraian bukan Cuma soal hubungan kedua belah pihak pasangan saja, seperti ayah serta ibu, tetapi juga perihal anak sebagai korban. Sedikit pasangan bercerai yang memikirkan efek perceraian bagi anak. Dalam kasus tertentu perceraian dianggap sebagai alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam keluarga dengan kondisi rumah tangga yang buruk bagi tumbuh kembang anak. Namun, imbas perceraian pada anak bervariasi berdasarkan usia serta tahapan perkembangan psikologis anak.
Kebahagiaan anak akan lengkap memiliki keluarga yang utuh. Anak dari korban perceraian biasanya mengalami guncangan psikologis, kecemasan, sulit bersosialisasi, serta cenderung merendahkan dan menyalahkan diri sendiri. Perceraian berimbas pada anak serta pola asuhnya. Perbedaan tingkat ekonomi membuahkan pola asuh yang akhirnya membuahkan kepribadian anak. Keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas biasanya memiliki anak denga sifat kurang menyenangkan, kurang menghormati serta menghargai orang di sekitarnya dsb. Oleh sebab itu sebisa mungkin walau telah bercerai anak tetap menjadi prioritas utama untuk tetap menjalin komunikasi. Semua dilakukan untuk tumbuh kembang buah hati hingga dewasa kelak.
Perceraian juga dipahami sebagai perpisahan rumah tangga atau putusnya ikatan pernikaha yang dilandasi oleh hukum baik secara agama maupun secara hukum negara.
Lebih jelasnya dalam penelitian ini menitik beratkan pada perceraian berlandaskan hukum negara melalu pengadilan.
2.4.1 Faktor penyebab Perceraian
Terdapat beberapa faktor yang menybabkan terjainya perceraian, sebagai berikut : 1. Mengabaikan kewajiban berumah tangga.
2. Masalah Keuangan
3. Kekerasan dalam rumah tangga
4. Tidak menjaga komitmen atau berkhianat 5. Tidak memiliki kecocokan atau kesamaan
6. Konsumsi Minuman Keras atau tindakan melanggar hukum
7. Tekanan
31
8. Tidak memiliki kepercayaan pada satu sama lain 9. Faktor orang ketiga
10. Kurangnya Komunikasi dengan pasangan.
Dampak perceraian baik disadari maupun tidak disadari akan membawa dampak negatif. Hal-hal yang dirasakan akibat perceraian tersebut diantaranya:
1. Trauma yang dialami oleh individu dari pasangan yang bercerai. Dimana orang tersebut telah sebaik mungkin menjalan kehidupan pernikaha namun berakhir dengan perceraian. Sedih, kecewa, frustasi, an lain sebagainya terjadi dalam diri.
2. Trauma pada anak yang mengalami perceraian orang tua akan merasakan dampak kurang baik. Memiliki perspektif buruk mengenai pernikahan, merasa takut mencari pasangan, enggan menikah karena takut serta terbayang-bayang perceraian tersebut akan terjadi juga pada dirinya.
3. Terganggunya keseimbangan kehidupan setelah bercerai. Orang yang bercerai atau anak yang mengalami perceraian orang tua. Gangguan psikis tersebut ditandai oleh rasa tidak nyaman, gelisah, dsb. Akhirnya secara fisiologis mengalami kualitas tidur yang buruk, kurang konsentrasi, juga kualitas kerja yang menurun.
2.5 Memilih Pasangan
Manusia sebagai makhluk hidup sekaligus makhluk sosial, mempunyai hak dalam menentukan opsi-opsi dalam kehidupannya. Termasuk dalam memilih seseorang yang cocok maupun pantas menjadi teman, sahabat, lawan, bahkan pasangan. Dalam hal memilih, antara pasangan serta kawan, tentu memiliki perbedaan. Memilih pasangan cenderung memiliki jangka waktu yang terbatas.
Secara umum dalam memilih pasangan tentu seseorang juga pasangan nya harus saling mengetahui tentang bibit, bebet, serta bobot nya. Tidak hanya tentang diri pasangan, keluarga, teman, bahkan hingga masa lalu yang dimiliki dari diri masing- masing buat dijadikan sebagai penyambung serta saling memahami diantar keduanya.
Dalam memilih pasangan, selain kriteria diatas, komunikasi interpersonal yang baik juga menjadi penunjang dalam memilih pasangan, seperti yang sudah dijabarkan diatas pada penjelasan komunikasi interpersonal, bahwa seseorang mengenal serta memahami orang lain melalui komunikasi interpersonal, serta sebaliknya. Hal tersebut juga berlaku bagi yang lagi memilih pasangan, dengan komunikasi interpersonal tentu bakal muncul
32
banyak kemungkinan yang mendekatkan serta membuka jalan dalam memilih pasangan yang tepat.
2.6 Kriteria Pemilihan Pasangan
Membentuk keluarga yang beranggotakan suami serta istri membutuhkan usaha serta kepedulian yang lebih. Pembentukan keluarga berkaitan dengan kesenangan dalam hidup di dunia serta akhirat, juga terkair dengan kualitas buah hati yang bakal dilahirkan.
Berikut ini penjabaran perihal kriteria calon istri serta calon pasangan.
a) Landasan pemilihan calon istri
Memilih calon istri terddapat syarat-syarat diantaranya Memilh atas berasarkan hartanya, nasabnya, keindahan rupa dan agamanya. Manusia secara kodratnya mendambakan kecantikan. Maka dari perihal memilih jodoh, kaum lelaki mengutamakan kecantikan daripada kriteria lain. Perempuan yang rajin beribadah pasti berakhlak mulia. Ia ialah perempuan yang selalu memelihara kehormatan dirinya serta menjaga sikapnya di hadapan koleganya
b) Pemilihan berdasarkan keturunan
Perempuan yang datang dari keturunan yang baik bakal melahirkan kebahagiaan dalam pernikahan.
c) Dasar kesehatan rohani serta jasmani
Kesehatan isteri bakal sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat reproduksi serta pada kondisi kesehatan rohani serta jasmani anak yang lahir dari rahimnya. Ibu yang mengandung jika tidak baik rohaninya hingga stress, depressi maupun gangguan psikis lainnya, berimbas pada kesehatan psikis anak yang di rahimnya. Kesehatan fisik ibu bakal membuahkan kwalitas ASI sebagai pokok makanan bayi. Mengindahkan kesehatan ibu berarti mengindahkan pertumbuhan bayi.
d) Hindari pernikahan dengan kerabat terdekat
Memilih jodoh, utamakan perempuan yang tidak ada jalinan nasab keluarga. Bertujuan buat memelihara kecerdasan anak, menjamin keselamatan jasmani dari penyakit menular serta cacat bawaan akibat keturunan.
2.7.1 Asas Pemilihan Calon Suami
33
Kriteria yang dijadikan rujukan dalam upaya memilih calon suami yang shalih.
Diantaranya ialah sama dengan asas memilih calon istri, ditambahkan, calon suami harus bertanggung jawab. Sifat bertanggung jawab harus dimiliki ketika mencari pasangan, karena ia yang bakal menjadi kepala keluarga yang memeilihara kesejahteraan keluarganya. Faktor finansial mempunyai lakon vital bagi kelangsungan kelanggengan rumah tangga yang harmonis.
2.7.2 Faktor Dalam Memilih Pasangan
Dua elemen yang terjadi pada proses pemilihan pasangan seorang individu (Degenova, 2008), seperti :
a. Keluarga
Latar keluarga memiliki pengaruh pada seseorang. Latar belakamg ini membuahkan kepribadian, sifat, perilaku, nilai serta lakon. Memahami latar keluarga dari calon besan, setidaknya ada empat faktor yang bakal menjadi perhatian, seperti :
1) Status Sosio ekonomi
Status sosio ekonomi ialah satu faktor yang mampu memilihi pengaruh pada kualitas bahtera perkawinan. Diyakini kebahagiaan rumah tangga akan naik tingkatanya jika sepasang suami istri yang menikah memiliki status sosio ekonomi setara.
2) Inteligensi
Individu cenderung memilih pasangan yang memberi perhatian terhadap sisi akademik. Perkawinan yang berlatar belakang pendidikan yang setara pada kedua belah pihak bakal lebih stabil.
3) Ras maupun Suku
Perkawinan terjadi antara rasa juga antar suku dalam beberapa rakyat acap kali menimbulkan suatu pergesekan. Pertikaian yg bakal dihadapi waktu individu menentukan pasangan yg tidak sinkron ras juga suku dengannya. Permasalahan yang terjadi bukan datang menurut kedua pasangan tersebut, tetapi datang menurut keluarga, teman maupunpun masyarakat disekitar.
4) Agama
34
Keyakinan maupun agama pun sebagai faktor pertimbangan pada menentukan pasangan. Terdapat tekanan menurut famili maupun agama buat menikah menggunakan individu yang memiliki keyakinan maupun kepercayaan yg sama. Hal ini didasarkan pada perkiraan bahwa pernikahan yang mempunyai latar keyakinan maupun agama yg sama bakal lebih stabil.
2.7.2 Karakteristik Personal
Individu memilih pasangan buat menjalani sisa hidup mereka, kecocokan ialah sesuatu hal yang penting buat diperhatikan.
Empat faktor karakteristik pribadi yang dapat mendukung kecocokan dari pemilihan pasangan, seperti :
1) Sikap serta Tingkah Laku Individu
Memilih pasangan yang dilakukan berdasarkan setiap individu bakal berfokus dalam fisik, kepribadian, serta faktor kesehatan mental. Sakit fisik bakal menaruh tekanan dalam interaksi dan berkurangnya kepuasan serta keseimbangan hubungan
2) Usia
Jarak usia ialah salah satu faktor yang diperhitungkan ketika memilih pasangan. Umumnya perbedaan usia antar pasangan terpaut dua warsa.
Memilih pasangan yang usianya lebih tua maupun lebih muda dari dirinya juga bakal memberi efek pada kualitas pernikahan.
3) Kesamaan Sikap serta Nilai
Meningkatnya keserasian dalam hubungan pernikahan jika setiap pasangan dapat membentuk kesamaan sikap serta nilai di dalamnya serta menghargai hal-hal fundamental bagi masing-masing. Keserasian juga terlihat dalam ranah persetujuan atau penolakan terhadap persanalan terkait pekerjaan, tempat tinggal, finansial, hubungan besan serta kolega, interaksi sosial, agama serta pandangan hidup, jenis kelamin, kebiasaan,buah hati serta peran gender
4) Peran
35
Gender serta Kebiasaan Personal sehari-hari, pasangan yang dapat memberi asa yang sama perihal lakon dalam perkawinan. Keserasian dalam bahtera rumah tangga diukur dari kesamaan cita-cita dari lakon Laki-laki serta perempuan. Kebiasaan pribadi juga bisa mengganggu kerukunan rumah tangga. Permasalaha dapat diselesaikan, kalau pasangan bersikap toleransi, peduli, fleksibel serta rela mengubah diri mereka menjadi lebih baik.
36 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Riset ini menggunakan naratif kualitatif. Dimana peneliti memakai metode tanya jawab mendalam (In-Depth Interview) yg bersifat personal & & langsung bersinggungan menggunakan masyrakat. Masyarakat sebagai instrumen pada penelitian, & berinteraksi eksklusif menggunakan peneliti. Data-data yg dihasilkan berupa deskripsi makna kata bukan jumlah angka, karena kerangka riset yang dipakai ialah riset kualitatif, yang menggunakan dengan maksud riset menggunakan mengunakkan metode pengoleksian data yg dapat mendeskripsikan dengan transparan tentang situasi yang terjadi. Menurut (Sugiyono, 2016). Melihat penelitian dari tingkat penjelasan, peneliti kualitatif dapat membuat gambaran deskriptif untuk membagikan informasi secara menyeluruh serta konkrit pada suatu fenomena sosial yg diteliti.
Riset ini hanya menyajikan kondisi atau insiden yg diteliti, riset ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, non hipotesis, atau mencetuskan prediksi.
Metode ini dianggap sinkron bagi riset ini, sebab peneliti mendeskripsikan serta memahami bagaimana komunikasi interpersonal anak pasca perceraian orang dalam memilih pasangan.
Bagaimana sebuah komunikasi interpersonal dalam hubungan romansa menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Bagaimana seorang anak yang mengalami perceraian orang tua, membangun sebuah hubungan romansa, perubahan pandangan terhadap kehidupan romansa setelah mengalami pengalaman pahit, dan pembukaan diri kepada pasangan. Menggunakan riset kualitatif, maka diharapkan temuan yang didapat akan lebih kompliy serta dalam sehingga tujuan riset ini bisa terlaksana. Selain itu dapat ditemukan pula deskripsi yang luas dan mendalam tentang perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, dan budaya yang dianut seseorang maupun dua atau tiga orang dalam lingkungannya termasuk hubungan percintaan dan memilih pasangan..
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada Kabupaten Malang, tepatmya di Druju, Sumber Manjing Wetan, Malang. Peneliti memilih lokasi tersebut karena dari data, lokasi ini memiliki angka
37
terbanyak pada kasus perceraian. Selain itu, alasan peneliti menentukan kota Malang berdasarkan data tahun 2015, merupakan kota yang menempati urutan kedua masalah perceraian terbanyak se-Indonesia.
3.3 Penentuan Subjek
Subjek penelitian merupakan sumber bagi peneliti untuk mendapatkan atau
memperoleh data-data atau fakta mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya yang menjadi topik penelitian ini. Pemilihan subjek dalam riset ini melalui teknik purposive sampling. Penentuan yang berlandaskan ciri tertentu yang sesuai dengan karakteristik populasi kelompok tertentu yg telah diphamai sebelumnya (Margono, 2004). Sesuai menggunakan judul penelitian yang diajukan, maka subjek penelitian yang sesuai menggunakan judul, mempunyai karakteristik :
1. Tinggal di Druju, Sumber Manjing Wetan.
Desa Druju dipilih dengan alasan desa ini memiliki jumlah Tenaga Kerja Indonesia terbanyak di Kabupaten Malang dan terdapat sekitar lima belas kasus perceraian hidup akibat hubungan jarak jauh tersebut.
2. Usia 18-25 tahun
Peneliti memilih anak dengan tingkatan usia 18-25 tahun dianggap sebagai usia yang siap menikah dan berkeluarga.
3. Anak yang mengalami perceraian orang tua
Sesuai judul, maka alasan peneliti tentu saja hanya akan meneliti anak yang orang tua nya bercerai sebab terdapat perbedaan karakter dan sikap antara anak yang orang tuanya bercerai dengan yang tidak bercerai.
4. Sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis
Hubungan yang menjadi kriteria peneliti disini adalah hubungan romansa yang serius dan mengarah pada pernikahan. Peneliti butuh menspesifikan kriteria subjek penelitian, karena tidak semua anak pasca perceraian terlibat hubungan romansa dan jika pun terlibat jalinan romansa, tidak semua menuju kearah pernikahan
38 3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
No Kegiatan Mei / 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Menuju
Desa Druju 2 Wawancara
Subjek Penelitian 3 Observasi 4 Analisis
dan
Pengolahan Data
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data atau informasi penelitian dikumpulkan menggunakan metode wawanara sebagai teknik utamanya, karena pendektatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menuntut adanya interview secara mendalam pada subjek atau subjek penelitian penelitian. Teknik kedua yang dipilih peneliti adalah Observasi, untuk menemukan fakta atau data yang tidak ditemukan saat melakukan wawancara. Terakhir adalah dokumentasi sebagai pendukung, namun dokumentasi hanya akan dilakukan ketika dirasa diperlukan. Agar lebih jelas maka akan dijabarkan pengertian nya satu-persatu :
1. Teknik Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (Suharjono, 2020), “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan pengamen jalanan yang berada di Surakarta, dalam kesehariannya melakukan mengamen. Berdasarkan pemaparan di atas
39
dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.
2. Teknik Wawancara
Menurut (Sugiyono, 2016) Pengertian wawancara sebagai berikut, Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2016) dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang.
Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan dokumen- dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang narasumber.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan akan masuk tahap analisis. Data tersebut akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif dengan model interaktif milki Miles dan Huberman. Terdiri dari tiga tahap utama:
1. penyusutan data 2. penyampaian data 3. Pemeriksaan data
4. Pengambilan Kesimpulan
Diteliti dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum atau nama lainnya analisis (Miles & Huberman, 1992). Berikut model interaktif nya:
Pengumpuland ata
Reduksi data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
40 3.7 Uji Keabsahan Data
Mengacu pada pendekatan penelitian yang bersifat naratif kualitatif dan menggunakan metode pengumpulan data berupa tanya jawab, maka metode buat menguji keabsahan data yg akan digunakkan adalah Triangulasi, tepatnya triangulasi data. Triangulasi data digunakkan untuk menguji dapat dipercaya data dengan cara mengecek keterangan atau data yang diperoleh berdasarkan beberapa asal seperti anak yang mengalami perceraian orang tua sebagai asal utama dan pasangan dari si anak korban perceraian tsb. Data-data tersebut nanti akan dikumpulkan, pada deskripsikan, dikategorisasikan, lalu data tadi setelahnya akan dianalisis sehingga membuat suatu konklusi penelitian.
41 BAB IV
PROFIL OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas profil dari objek penelitian yang akan dilakukan peneliti. Lebih tepatnya pada bab ini peneliti akan membahas citra secara umum mengenai lokasi penelitian ataupun citra subjek penelitian pada penelitian ini. Sesuai menggunakan bab sebelumnya, yakni penelitian ini fokus dalam permasalahan komunikasi interpersonal anak dan orang tua pasca perceraian pada memilih pasangan pada Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,Kabupaten Malang. Desa Druju adalah desa yang berlokasi pada wilayah administrasi pada Kabupaten Malang, dinamakan Desa Druju karena dalam tahun 1870 merupakan awal pembabatan pohon Druju sebelum menjadi desa yg dipelopori Kyai Alimunawar menurut Muntilan Jawa Tengah. Sebelumnya, pada waktu sebelum menjadi desa, daerah Desa Druju masih mengikuti desa Tawang Rejeni, Kecamatan Turen, Kawedanan Bululawang, Kabupaten Malang Karesidenan Pasuruan (desa-druju.Malangkab.Go.Id).
Semakin bertambahnya penduduk pada selatan kali lesti termasuk Gunung Gamping selatan, maka pada tahun 1909 di Desa Druju resmi ditempati Pemerintahan Kecamatan Druju.
Namun dalam tahun 1916 pindah administrasi ke Sumbermanjing Wetan sampai sekarang. Desa Druju sendiri resmi sebagai swatantra desa yaitu pemerintahan desa tersendiri semenjak tahun 1907 hingga sekarang.
Tabel 4.1
Kepala Desa Druju dari Masa ke Masa
No Kepala Desa Periode Jabatan Asal
1 Dipo Sentono 1907-
1924
12 Thn Porwo Rejo, Jawa Tengah
2 Sanun 1919-
1924
5 Thn Wonorejo
42
3 Samin 1924-
1927
3 Thn Kemulan Turen
4 Noto Rejo H. Moch Sirad 1927- 1964
37 Thn Wonoejo Druju
5 Sastro Diharjo H. Abdul Kadir
1965- 1990
25 Thn Wonorejo Druju
6 Surachman 1990-
2006
16 Thn Wonorejo Druju
7 Hj. E Suryaningsih 2007- 2013
6 Thn Wonorejo Druju
8 Mujiono 2013-
2020
7 Thn Wonorejo Druju
Sumber : desa-druju.malangkab.go.id
4.1. Kondisi Geografis Desa Druju
Desa Druju sebagai swatantra desa yg sudah diatur sang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mempunyai daerah tersendiri buat mengatur & menciptakan desa. Secara georafis Desa Druju berada dalam ketinggian 543 Meter pada atas bagian atas laut.. Luas wilayah yang dimiliki sang Desa Druju yaitu lebih kurang 1.726 km2. Wilayah Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, berbatasan dengan daerah-daerah lain, seperti desa dalam satu kecamatan & lain kecamatan (desa-druju.Malangkab.Go.Id).
4.2. Kondisi Demografi Desa Druju
Penduduk di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malan, mempunyai jumlah penduduk sebanyak 11.866 jiwa, yang terbagi pada 5.583 jiwa laki-laki dan
43
wanita sebesar 6.303 jiwa (desa-druju.Malangkab.Go.Id). Jumlah penduduk yg ada di Desa Druju jika dicermati dari angka jumlah jiwa antara laki-laki dan wanita, maka yang lebih lebih banyak didominasi penduduk di Desa Druju yakni perempuanlebih dari laki-laki sekitar 720 jiwa. Selain itu jika dipandang kependudukan Desa Druju dari profesi, maka penduduk Desa Druju mempunyai berbagai macam profesi diantaranya TNI, PNS, Buruh, Swasta, Petani, Pengangguran.
Tabel 4.1
Terciptanya Data Kependudukan Menurut Profesi
No. Profesi Jumlah
Jumlah Tenaga Asing
Ket.
Pemohon Ijin Pemegang Ijin
1 TNI 13
- - -
2 POLRI -
3 PNS 128
4 Buruh 1.495
5 Swasta 305
6 Petani 4.611
7 Nelayan -
8 Pengangguran 125
Sumber : desa-druju.malangkab.go.id
44
Jika dipandang pada table diatas, bahwasanya jumlah profesi terbanyak menjadi petani dengan jumlah 4.611 jiwa, hal ini didukung menggunakan daerah Desa Druju yang poly membuat perkebunan tebu dan kayu sengon. Kemudian jumlah profesi terbanyak ke 2 di Desa Druju menjadi buruh dengan jumlah 1.495 jiwa, disusul jumlah profesi terbanyak ke tiga yaitu swasta sebesar 305 jiwa. Pada posisi terbanyak urutan 4 yakni PNS sebanyak 128 jiwa dan pengangguran pada Desa Druju mencapai 125 jiwa, & paling sedikit yakni profesi menjadi TNI sebanyak 13 Jiwa. Untuk profesi Polri dan Nelayan di Desa Druju tak ada..
4.8 Subjek Penelitian
Penelitian ini membutuhkan subjek penelitian guna bisa mengambil data-data yang diperlukan dalam penyelesaiannya. Kriteria subjek penelitian dalam penelitian ini ialah tinggal di Desa Druju, Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Memiliki usia sekitar 18 sampai 25 tahun. Kemudian anak yang mengalami perceraian orang tua atau brokenhome, dan sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Secara lengkap penjelasan dari kriteria tersebut telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya dengan menggunakan teknik purposive. Adapun yang menjadi subjek penelitian sesuai denga kriteria yang telah ditentukan yakni sebagai berikut :
Kriteria subjek penelitian dalam penelitian ini ialah tinggal di Desa Druju, Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Memiliki usia sekitar 18 sampai 25 tahun. Kemudian anak yang mengalami perceraian orang tua atau brokenhome, dan sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Secara lengkap penjelasan dari kriteria tersebut telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya dengan menggunakan teknik purposive. Adapun yang menjadi subjek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yakni sebagai berikut:
1. Nanis, merupakan penduduk asli Desa Druju, SumberManjing Wetan, Kabupaten Malang yang telah bercerai dengan suaminya dan memiliki anak yang bernama Darto dan tinggal bersama Nanis selaku ibunya.
2. Nurhalima, merupakan penduduk asli Desa Druju, SumberManjing Wetan, Kabupaten Malang yang telah bercerai dengan suaminya dan memiliki anak yang bernama Diki dan tinggal bersama Nurhalima sejak bercerai,