• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, gejalanya adalah demam tinggi, disertai sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, kerongkongan sakit dan sesak napas. Setelah 2-7 hari dapat timbul shock, dengan ujung jari-jari tangan, kaki dingin dan pada kulit timbul bintik-bintik merah, kadang-kadang diikuti berak darah, perdarahan dari hidung dan perdarahan dibagian putih mata. Bila tidak segera mendapat pertolongan maka dapat menimbulkan kematian penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang ditularkan dari orang yang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 13

B. Nyamuk Aedes aegypti

1. Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti

Taksonomi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylumn : Arthropoda

Sub phylum : Mandibulata Kelas : Insecta Ordo : Diptera

Familia : Culicidae Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti 14

2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik

putih pada bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lyre form) yang putih pada punggungnya.

(2)

Pada bagian kepala terdapat sebuah proboscis, sepasang antena yang terdiri dari 15 segmen, sepasang palpus maxilliaris yang terdiri dari 4 segmen, mata majemuk dan bulu clypeus. Proboscis berfungsi sebagai alat untuk menghisap darah pada betina, sedangkan pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap madu bunga atau cairan tumbuh-tumbuhan. Untuk membedakan antara jantan dan betina, pada jantan lebih panjang probosisnya. Pada dada ditemukan scutellum dengan bentuk 3 lobus. Vena costallis dari sayap tidak mempunyai bercak hitam putih. 14

3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosis sempurna yaitu perubahan bentuk melalui empat stadium, meliputi : stadium telur, stadium larva, stadium pupa (kepompong), dan stadium dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedangkan ketiga stadium lainnya hidup dan berkembang biak di air. Waktu yang diperlukan untuk daur hidup nyamuk

Aedes aegypti mulai dari stadium telur hingga dewasa sampai siap bertelur kembali antara 14-16 hari. 14

a. Stadium telur

Telur Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam dan sepintas tampak bulat panjang dan berbentuk oval. Dilihat dengan mikroskop, pada dinding luar telur nyamuk ini tampak adanya garis-garis yang

(3)

membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam bebas telur nyamuk ini diletakkan satu persatu menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan dan terlihat sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. 15

Jumlah telur yang dikeluarkan dalam sekali bertelur antara 100 - 300 butir, rata - rata 150 butir. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10 - 100 kali dalam jarak 4 - 5 hari dengan menghasilkan telur antara 300 - 750 butir, serta mempunyai sifat tahan panas atau kering yaitu pada temperatur 71 - 85 oF atau 25 - 30 oC.

Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang sedikit di bawah permukaan air. Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2 atau 3 hari. Larva Aedes aegypti pada instar IV berukuran kurang lebih 7 x 4 mm, bulu sifon 1 pasang serta gigi sisir yang berduri lateral.

Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. 16

b. Stadium larva

Larva berukuran 0,5-1 cm. selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas pemukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.

Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan sifonnya di atas permukaan air, sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva berada dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air.

Selama pertumbuhannya larva Aedes aegypti mengalami pelepasan kulit yang dinamakan stadium instar, yaitu terdiri dari instar I, instar II, instar III dan instar IV. Perubahan instar I sampai menjadi kepompong memerlukan waktu sebagai berikut:

(4)

2) Instar II : kurang lebih 1-2 hari 3) Instar III : kurang lebih 2 hari 4) Instar IV : kurang lebih 2-3 hari

larva Aedes aegypti dapat hidup di wadah yang mengandung air dengan pH 5,6 – 8,6. Larva pada Instar IV dalam waktu kurang lebih 2 hari melakukan pengelupasan kulit kemudian tumbuh menjadi pupa. 14

c. Stadium pupa

Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang membentuk segi tiga. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh maka pupa tersebut akan bergerak cepat menyelam ke dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat perindukannya. Setelah berumur 1-2 hari, pupa lalu tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. 14

d. Stadium dewasa

Perkembangan nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Proses ini membutuhkan waktu 7-14 hari.

Dari telur menjadi larva : 2-3 hari Dari larva menjadi pupa : 4-9 hari Dari pupa menjadi dewasa : 1-2 hari

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Dibagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis-garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok, dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena naymuk jantan. Kedua ciri tersebut dapat diamati dengan mata telanjang. 17

Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti :

(5)

bak mandi, tempat minum burung, air tandon, air tempayan atau gentong, kaleng, ban bekas dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti menggigit atau menghisap darah pada pagi sampai sore hari. 18

Nyamuk Aedes aegypti sangat tertarik pada pakaian berwarna gelap yang bergantungan di ruangan yang tidak terang. Tempat perindukannya ditempat-tempat teduh yang ada air tergenangnya. Umur nyamuk Aedes aegypti

betima berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembangbiakannya. 19

4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Prinsip- prinsip dasar yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam usaha pencegahan dan pengendalian yang biasa dilakukan sebagai berikut :

a. Pencegahan

Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir, misalnya lotion yang digosokkan pada kulit sehingga nyamuk enggan mendekat. Hal ini yang dapat dilakukan untuk mengusir nyamuk selain dengan menanam tanaman yang tidak disukai serangga terutama nyamuk. Untuk menghindari ancaman gigitan nyamuk Aedes aegypti diantaranya :

- Memutuskan rantai penularan nyamuk dengan membunuh nyamuk dewasa dan membasmi jentik yang akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.

- Nyamuk dewasa dapat dibunuh dengan cara pengasapan atau fogging. - Jentik nyamuk dapat dicegah dan dibasmi dengan cara menutup wadah atau tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang biak,

memasukkan ikan pada kolam dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air.

- Membersihkan luar dan dalam rumah dan jangan biarkan baju banyak bergantungan. 3

b. Pengendalian

(6)

1) Cara Biologi

Cara ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan tahan, misalnya ikan mujair, kepala timah dan lain-lain pada bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk.

2) Cara Kimia

Cara ini dilakukan dengan penyemprotan insektisida ke sarang-sarang nyamuk, seperti : got, semak, dan ruangan. Selain penyemprotan, dapat juga dilakukan penaburan insektisida ke tempat jentik atau larva nyamuk biasa bersarang, seperti tempat penampungan air, genangan air, atau selokan yang airnya jernih. Penggunaan obat nyamuk bakar juga digolongkan kedalam pengendalian secara kimia karena mengandung bahan beracun.

3) Cara Mekanis

Cara ini dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah-wadah sejenis seperti barang bekas, vas bunga dan barang-barang yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang potensial dijadikan sebagai sarang nyamuk misalnya semak belukar dan got. Pengendalian secara mekanis lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan kelambu dan perangkap nyamuk, baik menggunakan cahaya atau raket elektrik.

c. Pengendalian Lingkungan

Yaitu dengan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat baik di dalam maupun di luar rumah dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk ( PSN ), yang meliputi :

1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2) Menutup rapat tempat penampungan air.

3) Membersihkan pekarangan atau halaman rumah, dengan mengubur kaleng-kaleng bekas, botol-botol dan barang lainnya yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. 15

(7)

Penyemprotan insektisida memang dapat membunuh nyamuk dewasa dengan seketika. Namun jentik nyamuk Aedes-nya tidak ikut terbunuh. 13

Usaha penanggulangan vektor penyakit demam berdarah tersebut telah banyak direkomendasikan dan dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Salah satu usaha yang telah dilaksanakan adalah melakukan penyemprotan atau pengasapan dengan pestisida kimiawi. Belum pernah dilaporkan hasil evaluasi dari berbagai usaha pengendalian yang telah dilakukan selama ini apakah efektif membunuh dan menurunkan populasi Aedes aegypti sebagi vektor atau penular penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal tersebut dikarenakan resintensi nyamuk terhadap bahan-bahan tersebut, dan karena jentik-jentik tidak ikut terbunuh karena pengasapan atau penyemprotan yang dilakukan. 21

Penggunaan pestisida di lingkungan menjadi masalah yang sangat dilematis, di satu pihak dengan menggunakan pestisida akan dapat mematikan organisme pengganggu tanaman, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan lingkungan di sekitarnya. Salah satu alternatif pengendalian hama atau vektor penyakit yang mudah, murah, praktis, relatif aman untuk lingkungan dan bahan dasarnya banyak terdapat di sekitar kita adalah dengan menggunakan pestisida nabati. 6

Meskipun berbagai jenis larvasida kimiawi sering digunakan dalam pemberantasan larva Aedes aegypti, namun penelitian tentang tanaman yang berpotensi sebagai larvasida masih perlu dikembangkan. Demikian halnya dengan penggunaan jasad hayati sebagai pemberantas larva vektor Demam Berdarah Dengue tersebut.7

C. Tanaman Mulwo (Annona reticulata L.)

1. Taksonomi tanaman Mulwo (Annona reticulata L.) Kingdom : Plantae

(8)

Sub divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae

Ordo : Ranunculales Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Species : Annona reticulata L.8

2. Deskripsi

Mulwo merupakan pohon atau perdu yang mempunyai tinggi antara 2-7 m. mempunyai batang yang bulat bercabang dan berwarna coklat keputih-putihan. Berdaun tunggal, bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkalnya meruncing, bertepi rata, panjangnya 9-30 cm, lebar 7-20 cm, pertulangannya menyirip, dan bertangkai pendek. Bunganya dan buahnya majemuk, bunganya terdapat pada cabang. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, tumbuhan ini menyukai iklim panas tidak terlalu dingin atau banyak hujan. Tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim lembab dan panas, tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan pengairan yang cukup. 9

3. Nama Daerah

Aceh : Serba rabsa Melayu : Buah nona Jawa : Mulwo Sunda : Manowa Makasar : Srikaya doke 8

4. Kandungan Kimia Tanaman Mulwo

Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman mulwo pada biji, daun, dan akarnya mengandung saponin, flavonoida, alkaloida, tanin, annonain dan resin. Annonain dan resin sebagai zat aktif yang berperan sebagai insektisida maupun larvasida penolak serangga, bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. 9

(9)

5. Khasiat Tanaman Mulwo

Khasiat daun mulwo diantaranya sebagai obat bisul, obat encok dan obat sakit kulit, sedangkan biji dan kulit batangnya berkhasiat sebagai obat diare. Pada biji, daun, dan akarnya mengandung saponin, flavonoida, alkaloida, tanin, annonain dan resin. Untuk obat bisul digunakan 4-5 lembar daun segar mulwo, kemudian dicuci, diberi kapur ¼ sendok teh, ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul dan dibalut dengan kain bersih. 9

D. Kerangka Teori

Pupa Air Bersih

Telur

Larva

Kematian larva

Nyamuk Aedes Dewasa

- Kekeruhan Air - Suhu - Kelembaban - Cahaya - pH Air - Predator - Parasit - Bakteri - Jamur Alami, dengan perasan daun Mulwo (Annona reticulataL.)

Fisik Kimia Biologi

(10)

Sumber : Agus Kardinan 2003, Palupi Widyastuti 2002

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Berdasarkan perumusan tujuan dan masalah yang ada maka hipotesa yang akan dibuktikan adalah : “ Ada perbedaan jumlah kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi perasan daun Mulwo (Annona reticulata L.)“

Variabel bebas

Konsentrasi perasan daun Mulwo (Annona reticulata L.) Variabel terkendali Variabel terikat - Konsentrasi Bahan Aktif - Formulasi Bahan Aktif

Jumlah kematian larva

Aedes aegypti - pH air - Suhu air - Cahaya - Volume air - Kekeruhan Air

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, bila simpul pada graf merepresentasikan kota dan bobot sisi merepresentasikan jarak antara 2 kota yang mengapitnya, maka algoritma Dijkstra dapat

Frekuensi menggoreng terhadap kenaikan angka asam Batas angka peroksida yang

LAR, APB dan FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa. BOPO secara parsial

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui gambaran tingkat kompetensi guru kelas VI dalam pelaksanaan pembelajaran aktif di SDN 29 Mataram Tahun Pelajaran 2009/2010;

Setidaknya ada dua pertanyaan yang hendak di jawab dalam artikel ini, siapakah Luqman al-Hakim dan relevansinya terhadap orang tua dalam pola asuh anak, dan bagaimana

Jika data dalam penelitian ini tidak berkointegrasi atau nilai residual dari data penelitian yang telah terintegrasi pada derajat yang sama tidak stasioner di tingkat level, maka

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pondok Pesantren Ribathi Miftahul Ulum, Kecamatan Dampit Malang, mengenai Model Komunikasi Kyai dan Santri, maka

adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. Ada dua masalah pokok pada ayat di atas dalam konteks aurat yang menjadi bahan diskusi para ulama. Pertama, apa yang