• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KONSUMSI TERIGU DAN PANGAN OLAHANNYA DI INDONESIA 1993-2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN KONSUMSI TERIGU DAN PANGAN OLAHANNYA DI INDONESIA 1993-2005"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN KONSUMSI TERIGU DAN

PANGAN OLAHANNYA DI INDONESIA 1993-2005

(Tr end of Wheat Fl our and It s Pr ocessed Pr oduct Consumpt i on i n Indonesi a)

Hardinsyah1 dan Leily Amalia1

ABST RACT

The obj ect i ve of t hi s st udy was t o anal yze t r end of wheat f l our consumpt ion and i t s pr ocessed pr oduct s i n Indonesi a si nce 1993 unt i l 2005. The dat a used wer e f ood consumpt ion dat a of Socio-economi c Sur vey (SUSENAS) col l ect ed by St at ist i cs Indonesia (Badan Pusat St at i st i k, BPS). The r esul t s showed t hat t he wheat f l our consumpt i on and i t s pr ocessed pr oduct s t ended t o i ncr ease f r om 1993 t o 2005. The r api d i ncr ease was occur r ed i n t he per i od of 19931996 and 19992005. Thr ee ki nds of wheat f l our pr ocessed pr oduct s t hat si gni f i -cant l y i ncr eased wer e i nst ant noodl e, f r i ed f ood and snack f or chi l dr en. The aver age con-sumpt i on l evel of wheat f l our and t hei r pr ocessed pr oduct s in 2005 i n ur ban ar eas wer e hi gher t han t he consumpt i on l evel i n r ur al ar eas, namel y 47. 7 vs. 36. 3 g/ cap/ d. Among al l of t he wheat f l our -pr ocessed f ood, wheat f l our based-f r ied f ood, i nst ant noodl e, and noodl e wi t h meat bal l (mi e bakso) wer e t he most t hr ee popul ar ki nd of wheat f l our pr ocessed pr od-uct s consumed by Indonesi an peopl e, 49. 4, 48. 6 and 44. 7% r espect i vel y. The consumpt i on pat t er n was r el at i vel y simi l ar bet ween ur ban and r ur al ar eas. It i ndi cat ed t hat wheat f l our pr ocessed f ood had al r eady been a par t of f ood consumpt i on pat t er n of Indonesi an peopl e.

Keywor ds: wheat f l our , wheat f l our -pr ocessed f ood, consumpt i on, t r end of consumpt i on, ur ban ar ea, r ur al ar ea.

PENDAHULUAN1

Latar Belakang

Kemaj uan Ipt ek dan globalisasi pereko-nomian t elah mendorong pesat nya kemaj uan dalam perdagangan dan inovasi pengembangan produk pangan di Indonesia, t ermasuk pangan olahan t erigu. Berbagai inovasi, promosi dan kemudahan dalam pengolahan menyebabkan produk-produk olahan t erigu semakin digemari dan permint aan semakin meningkat . Hal ini se- cara implisit dit unj ukkan oleh semakin me-ningkat nya impor gandum dan t erigu ke Indo-nesia yang mencapai pert umbuhan 8% per t a-hun (Purnama, 2003).

Tepung t erigu memenuhi syarat unt uk dij adikan vehi cl e (pangan pembawa) zat gizi mikro dalam program f ort if ikasi pangan yang dit uj ukan unt uk melengkapi st rat egi mengat asi masalah anemia gizi di Indonesia (Hardinsyah, 2002). Sej ak t ahun 1998, pemerint ah t elah mewaj ibkan f ort if ikasi t epung t erigu dengan zat besi, seng, vit amin B1, B2 dan asam f olat melalui SK Ment eri Kesehat an No. 632/ MENKES/ SK/ VI/ 98 dan SK Dirj en IKAH No. 03/ DIRJEN-IKAH/ SK/ II/ 2002. Fort if ikasi ini t er- ut ama dit uj ukan unt uk mengat asi def isiensi

1

St af Pengaj ar Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia (FEMA), IPB.

zat besi sebagai salah sat u dari t iga masalah gizi mikro ut ama di Indonesia (Hardinsyah, 2002).

Meskipun secara umum dipahami bahwa permint aan akan produk olahan t erigu cen- derung meningkat , t et api inf ormasi t ent ang pola konsumsi produk-produk olahan t erigu bagi penduduk Indonesia di perdesaan dan perkot aan sert a t ingkat part isipasi (cakupan) rumaht angga pada set iap j enis pangan olahan t erigu t ersebut belum t ersedia.

Di sisi lain, sebagai pangan sumber kar-bohidrat , perkembangan konsumsi t erigu di Indonesia bisa menj adi indikat or adanya per- geseran relat if konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia dari beras at aupun umbi-umbian menj adi t erigu dan pangan olahannya.

Tuj uan

(2)

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelit ian ini merupakan penelit ian non eksperiment al. Penelit ian dilakukan di Pusat St udi Kebij akan Pangan dan Gizi, Bogor pada bulan April 2004 dan Depart emen Gizi Masya- rakat , Fakult as Ekologi Manusia pada bulan April 2007.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Dat a yang digunakan dalam analisis ini adalah dat a konsumsi pangan SUSENAS t ahun 1993, 1996, 1999, 2002 dan 2005 yang di- kumpulkan oleh Badan Pusat St at ist ik (BPS). BPS mengumpulkan dat a ini menggunakan met ode r ecal l f ood expendi t ur e selama sat u minggu, dengan cakupan sampel sekit ar 60 000 rumaht angga.

Pengolahan dan Analisis Data

Unt uk t uj uan kaj ian ini, elekt ronik dat a konsumsi SUSENAS diolah oleh analis dat a Susenas BPS berdasarkan prot okol pengolahan dat a yang disiapkan oleh t im penelit i. Dat a yang diolah meliput i j enis dan j umlah kon- sumsi pangan olahan t erigu sert a konsumsi set iap j enis pangan olahan t erigu menurut kelompok pendapat an t inggi, menengah, dan rendah, di wilayah perdesaan dan perkot aan.

Jumlah konsumsi t erigu dihit ung berda- sarkan j umlah t erigu yang dibeli unt uk kon- sumsi rumaht angga dit ambah dengan j umlah t erigu yang dibeli dan dikonsumsi dalam ben- t uk berbagai pangan olahan t erigu (dikonversi- kan dari pangan olahan t erigu) dan dinyat akan dalam sat uan g/ kap/ hari. Fakt or konversi pangan olahan t erigu t erhadap t erigu disaj ikan pada Tabel 1.

Fakt or konversi dibuat dengan memper- hit ungkan komposisi t erigu t erhadap komposisi bahan t ot al pangan olahan dimaksud. Pangan olahan t erigu yang dianalisis adalah semua j enis pangan mengandung t erigu yang t erdapat dalam susunan daf t ar konsumsi pangan pada dat a SUSENAS, yait u meliput i mie basah, mie inst an, makaroni, rot i t awar, rot i manis, kue kering/ biskuit , kue basah, makanan gorengan, mie bakso, mie inst an dan makanan ringan anak. Tingkat part isipasi at au cakupan kon- sumen dihit ung berdasarkan persent ase ru-

maht angga yang mengonsumsi set iap j enis pangan olahan t erigu.

Tabel 1. Fakt or Konversi Terigu dari Pangan Olahan Terigu

Perkembangan Konsumsi Terigu

Perkembangan j umlah rat a-rat a konsum- si t erigu penduduk Indonesia pada t ahun 1993, 1996, 1999, 2002, dan 2005 disaj ikan pada Gambar 1.

Dari gambar t ersebut t erlihat bahwa konsumsi t erigu di Indonesia dari t ahun ke t a- hun cenderung meningkat , kecuali dari t ahun 1996 ke t ahun 1999 mengalami penurunan. Jumlah konsumsi rat a-rat a t ert inggi t erj adi pada t ahun 2005, baik di perkot aan maupun di perdesaan, yait u masing-masing 31. 5 g/ kap/ hari dan 24. 0 g/ kap/ hari. Adapun j umlah konsumsi rat a-rat a t erendah t erj adi pada t ahun 1993, yait u 7. 8 g/ kap/ hari di perkot aan dan 3. 3 g/ kap/ hari di perdesaan. Secara umum j umlah konsumsi t erigu di perkot aan lebih t inggi dibandingkan konsumsi di perdesaan pada set iap t ahun yang diamat i.

(3)

7. 8

kot a desa kot a+desa

t h 1993 t h 1996 t h 1999 t h 2002 t h 2005

Gambar 1. Perkembangan Konsumsi Tepung Terigu Rat a-rat a Penduduk Indonesia di Perkot aan dan Perdesaan Tahun 1993-2005 (Susenas)

Tabel 2. Laj u Tahunan Perkembangan Kon- sumsi Terigu di Perkot aan, Pedesa- an, sert a Perkot aan dan Pedesaan.

Tahun Kota Desa Kota+Desa

1993-1996 59.0% 106.4% 85.3%

1996-1999 -3.3% -3.5% -3.1% 1999-2002 12.2% 13.4% 13.6% 2002-2005 6.1% 12.5% 8.6%

Rata-rata 18.5% 32.2% 26.1%

Flukt uasi perkembangan konsumsi t erigu di wilayah perkot aan dan pedesaan adalah sama, yait u cenderung meningkat , kecuali dari t ahun 1996 ke t ahun 1999 yang mengalami penurunan. Secara keseluruhan laj u perkem- bangan konsumsi t erigu per t ahun di perdesaan (32. 2%) lebih besar dibandingkan dengan per- kembangan konsumsi per t ahun di perkot aan (18. 5%).

Laj u perkembangan konsumsi t erigu yang t inggi dari t ahun 1993 ke t ahun 1996 besar kemungkinan disebabkan oleh adanya subsidi dan kemudahan dalam hal kebij akan dari pemerint ah t erhadap produsen pengolahan t erigu. Adapun penurunan laj u konsumsi t erigu dari t ahun 1996 ke t ahun 1999 besar kemung- kinan disebabkan oleh krisis ekonomi Indonesia yang mencapai puncaknya pada t ahun 1997 sert a adanya deregulasi kebij akan perdagang- an oleh pemerint ah yang menet apkan bea masuk impor gandum sebesar 5% pada t ahun 1998. Peningkat an konsumsi t erigu dari t ahun 1999 ke t ahun 2002 dan dari t ahun 2002 ke t ahun 2005 menunj ukkan t elah t erj adi pening- kat an daya beli rumaht angga t erhadap t erigu dan pangan olahannya.

Meskipun j umlah konsumsi t erigu di pe- desaan lebih rendah dibandingkan di perkot aan (Gambar 1), laj u konsumsi t erigu di perdesaan lebih t inggi dibandingkan laj u konsumsi di per- kot aan (Tabel 2). Hal ini menunj ukkan bahwa pangan olahan t erigu semakin digemari oleh penduduk perdesaan. Meskipun demikian, ka- rena daya beli penduduk perkot aan lebih t inggi dibandingkan penduduk perkot aan, maka seca- ra kuant it as t ingkat konsumsi t erigu dan pa- ngan olahannya pada penduduk perkot aan le- bih besar dibandingkan penduduk perdesaan.

Perkembangan Konsumsi Pangan Olahan Terigu

Perkembangan dan laj u konsumsi t erigu dan pangan olahan t erigu rat a-rat a penduduk Indonesia dari t ahun 1993 sampai dengan t ahun 2005 disaj ikan pada Gambar 2 dan Tabel 3. Sebagaimana konsumsi t erigu, konsumsi pangan olahan t erigu pada umumnya j uga mengalami kenaikan dari t ahun 1993 sampai t ahun 1996 t et api kemudian mengalami penu- runan dari t ahun 1996 ke t ahun 1999 akibat krisis ekonomi, kemudian menaik kembali dari t ahun 1999 ke t ahun 2002. Meskipun demikian, kondisi t ersebut t idak t erj adi pada produk makanan gorengan dan makanan ringan anak, yait u masing-masing mengalami laj u konsumsi 3. 0 dan 9. 3%/ t ahun (Tabel 3).

(4)

anak yang cenderung meningkat meski pada masa krisis ekonomi kemungkinan disebabkan oleh inovasi produk yang semakin beragam dari segi cit arasa dan kemasan, disukai, iklan at au promosi yang gencar, sert a harga yang t erj angkau.

Dari gambar 2 j uga t erlihat bahwa pa- ngan olahan t erigu yang paling banyak dikon- sumsi pada set iap t ahun pengamat an (kecuali t ahun 1993) secara bert urut -t urut adalah ma- kanan gorangan (>7 g/ kap/ hari), mie inst an (>4 g/ kap/ hari), dan kue basah (>3 g/ kap/ hari). Hal ini menunj ukkan bahwa ket iga j enis makanan t ersebut merupakan makanan yang digemari penduduk Indonesia.

Dilihat dari segi perkembangannya, ma- kanan gorengan dan kue basah memiliki laj u peningkat an konsumsi yang rendah, yakni ma- sing-masing 2. 8%/ t ahun dan 0. 3%/ t ahun. Lain halnya dengan mie inst an, produk ini meng- alami perkembangan yang sangat pesat , (rat a-rat a 17. 0%/ t ahun), t erut ama t erj adi dalam ku- run t ahun 1993-1996 yang mencapai 65. 3%/ t ahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya inovasi cit arasa produk dan perkem- bangan j umlah produsen yang menyebabkan permint aan dan konsumsi produk mie inst an meningkat pesat (Tabel 3).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Terigu M ie Basah M ie Inst an M akaroni Roti Tawar Roti M anis Kue Kering/ Biskuit

Kue Basah M akanan Gorengan

M ie Bakso M akanan Ringan

anak

1993 1996 1999 2002 2005

Gambar 2. Perkembangan Konsumsi Terigu dan Berbagai Pangan Olahan Terigu (g/ kap/ hari) Penduduk Indonesia (rat a-rat a desa dan kot a) t ahun 1993 – 2005

Tabel 3. Laj u Perkembangan Tahunan (dal am persen) Konsumsi Terigu dan Pangan Olahan Terigu Penduduk Indonesia (Rat a-rat a Perkot aan dan Perdesaan)

Jenis pangan Rentang tahun

1993-1996 1996-1999 1999-2002 2002-2005 Rata-rata

Terigu 7. 1 -5. 9 19. 3 7. 4 7. 0

Mie Basah 0 -8. 3 7. 1 3. 3 0. 7

Mie Inst an 653. 3 -3. 1 14. 9 14. 9 170. 0

Makaroni 0 -15. 6 30. 8 -9. 5 1. 9

Rot i Tawar -4. 4 -16. 7 16. 6 -2. 3 -1. 7

Rot i Manis 0 -10. 1 13. 8 11. 3 5. 0

Kue Kering/ Biskuit -8. 5 -1. 3 14. 9 10. 2 3. 8

Kue Basah 0 -4. 9 11. 6 -5. 8 0. 3

Makan Gorengan 0 3. 0 5. 2 0. 2 2. 8

Mie Bakso 0 -1. 7 4. 7 1. 8 1. 6

(5)

Pangan lain yang memiliki laj u perkem- bangan t inggi adalah makanan ringan anak yang mengalami laj u rat a-rat a 14. 6%/ t ahun (Tabel 3). Hal ini besar kemungkinan akibat dari perkembangan ilmu dan t eknologi peng- olahan pangan yang menawarkan berbagai j e- nis produk makanan ringan dengan berbagai j enis dan cit arasa yang banyak digemari masyarakat , t erut ama anak-anak.

Dari Gambar 2 dan Tabel 3 t erlihat bah- wa pangan olahan t erigu yang mengalami peningkat an pesat dalam t iga t ahun t erakhir (dari 2002 sampai 2005) adalah makanan ri- ngan anak dan mie inst an. Kedua j enis pangan ini merupakan pangan yang pada umumnya diproduksi oleh indust ri pangan dalam skala cukup besar. Hal ini bisa j adi merupakan indi- kasi dari adanya perkembangan dalam t ekno- logi pengolahan pangan

Konsumsi Terigu dan Pangan Olahan Terigu Tahun 2005

Konsumsi t erigu dan pangan olahan t eri- gu rat a-rat a penduduk Indonesia di perkot aan dan perdesaan t ahun 2005 disaj ikan pada Tabel 4. Dari t abel t ersebut t erlihat bahwa konsumsi t erigu maupun pangan olahan t erigu penduduk di perkot aan lebih t inggi dibanding- kan perdesaan. Secara keseluruhan, rat a-rat a konsumsi t erigu dan pangan olahan t erigu pen- duduk perkot aan adalah 47. 7 g/ kap/ hari se- dangkan konsumsi di perdesaan adalah 36. 3 g/ kap/ hari dengan rat a-rat a (desa dan kot a) sebesar 41. 2 g/ kap/ hari. Konsumsi set iap j enis pangan olahan t erigu penduduk perkot aan le-

bih besar dibandingkan konsumsi penduduk perdesaan. Konsumsi yang t inggi pada pendu- duk perkot aan t ersebut kemungkinan disebab- kan oleh kemudahan akses penduduk perkot a- an t erhadap aneka pangan olahan t erigu, baik dari segi akses ekonomi maupun dari segi akses pasar.

Pangan olahan t erigu yang paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia pada t ahun 2005 baik di perkot aan maupun di perdesaan adalah makanan gorengan (rat a-rat a 9. 7 g/ kap / hari) dan mie inst an (rat a-rat a 9. 0 g/ kap/ hari). Berdasarkan wilayah, konsumsi kedua j enis pangan t ersebut j uga t inggi baik di per- kot aan maupun perdesaan, yait u masing-masing 10. 6 dan 9. 0 g/ kap/ hari (makanan go- rengan) dan 10. 7 dan 7. 6 gkap/ hari (mie inst an). Hal ini menunj ukkan bahwa pref erensi penduduk di perkot aan maupun di perdesaan t erhadap pangan olahan t erigu relat if sama.

Tingginya konsumsi makanan gorengan menunj ukkan bahwa makanan t radisional se- pert i pisang goreng, bakwan, ubi goreng dan sebagainya merupakan makanan yang digemari karena mudah diperoleh dan harga t erj angkau. Tingginya konsumsi mie inst an menunj ukkan gaya hidup serba prakt is yang t elah membuda- ya dan inovasi cit arasa produk yang semakin beragam. Sebagai makanan yang bisa disaj ikan dalam wakt u kurang dari 10 menit , mie inst an t elah menj adi menu sarapan at aupun makanan selingan yang diminat i masyarakat t erut ama di perkot aan.

Tabel 4. Konsumsi Terigu dan Pangan Olahan Berbasis Terigu Penduduk Indonesia di Pedesaan, Perkot aanTahun 2005 (g/ kap/ h).

Tahun Kota Desa Kota+Desa

Terigu 3. 9 4. 0 3. 9

Mie Basah 0. 7 0. 4 0. 6

Mie Inst an 10. 7 7. 6 9. 0

Makaroni 0. 2 0. 1 0. 2

Rot i Tawar 1. 5 0. 6 1. 0

Rot i Manis 3. 4 2. 6 2. 9

Kue Kering/ Biskuit 2. 4 1. 6 2. 0

Kue Basah 3. 8 3. 4 3. 5

Makan Gorengan 10. 6 9. 0 9. 7

Mie Bakso 4. 0 2. 1 3. 0

Makanan Ringan anak 6. 5 4. 8 5. 6

(6)

Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Pangan Olahan Terigu

Berdasarkan dat a t ahun 2002 (dat a yang lengkap diolah), pangan yang paling digemari penduduk Indonesia bert urut -t urut adalah makanan gorengan (49. 4%), mie inst an (48. 6%), mie bakso (44. 7%) dan kue basah (39. 3%) (Gambar 3). Hal t ersebut sebanding dengan t ingkat konsumsi penduduk at as makanan-makanan t ersebut (lihat Gambar 2).

Pangan olahan t erigu yang paling dige- mari penduduk perkot aan adalah mie bakso (58. 3%) dan mie inst an (57. 1%), sedangkan di perdesaan adalah makanan gorengan (45. 8%) dan mie inst an (41. 8%). Pangan yang rendah t ingkat konsumsinya, baik di pedesaan maupun di perkot aan adalah makaroni, yait u masing-masing dikonsumsi hanya oleh 1. 7% dan 2. 2% penduduk. Hal t ersebut kemungkinan karena j enis makanan dengan menggunakan bahan makaroni masih t erbat as (Gambar 4).

Makanan ringan anak (38.9%) Mie Bakso

(44.7%) Makanan

Gorengan (49.4%)

Kue Basah (39.3%)

Kue Kering (14.0%)

Roti Manis (27.8%)

Makaroni (1.9%) Roti Tawar

(9.7%)

Mie Instan (48.62%) Mie Basah

(2.2%) Tepung Terigu

(15.5%)

Gambar 3. Persent ase Penduduk Indonesia yang Mengkonsumsi Pangan Olahan Terigu t ahun 2002

Gambar 4. Persent ase Penduduk yang Mengkonsumsi Pangan Olahan Terigu menurut St rat a Wilayah Tempat Tinggal (Perdesaan dan Perkot aan)

0 10 20 30 40 50 60

%

desa kota

Tepung Terigu

Mie Basah

Mie Instan

Makaroni

Roti Tawar

Roti Manis

Kue Kering/Biskuit

Kue Basah

Makanan Gorengan

Mie Bakso

(7)

Tabel 5. Kont ribusi Gizi Mikro t erhadap AKG yang Berasal dari Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya

Zat gizi Konsumsi dari terigu %AKG*

Alami Fortifikasi Total

Besi (mg) 0. 49 2. 06 2. 6 9. 8

Sebagaimana t elah diungkapkan sebe- lumnya, sej ak t ahun 1999 pemerint ah melalui SK Ment eri Kesehat an dan SK Dirj en IKAH t ent ang SNI t epung t erigu (t ahun 2002), t elah mewaj ibkan (mandat or y) para produsen unt uk memf ort if ikasi t epung t erigu dengan beberapa j enis gizi mikro, yait u zat besi (50 ppm), seng (30 ppm), dan f olat (2 ppm).

Hingga saat ini hanya ada 5 pabrik peng- gilingan t erigu di Indonesia, yait u Bogasari (di Jakart a dan Surabaya), Berdikari Sari Ut ama (Uj ung Pandang), Pangan Mas Int i Persada (Cilacap), sert a Sriboga Rat uraya (Semarang). Tepung t erigu yang beredar di pasaran Indonesia merupakan produksi dari keempat produsen t ersebut . Kewaj iban f ort if ikasi t elah dilaksanakan oleh kelima pabrik penggilingan t epung t erigu dengan wakt u pelaksanaan yang bervariasi, yait u Bogasari Flour Mills-Jakart a pada bulan Januari 1999, Bogasari Flour Mills-Surabaya pada Februari 1999, Pangan Mas Int i Persada pada Mei 1999, Sriboga Rat uraya pada Juli 1999, dan Berdikari Flour Mills pada bulan Sept ember 1999. Dengan demikian, dapat di- asumsikan bahwa t erigu dan pangan olahan t erigu yang dikonsumsi pada t ahun 2005 (dan t ahun 2002) merupakan t erigu yang t elah di- f ort if ikasi besi, seng, dan f olat .

Dengan memperhit ungkan kandungan zat f ort if ikan minimal yang diwaj ibkan di at as dan kandungan zat gizi alami pada t epung t erigu (sebelum f ort if ikasi) sert a konsumsi t epung t e- rigu rat a-rat a penduduk Indonesia t ahun 2005 (Tabel 4, yait u 41. 2 g/ kap/ hari), maka dapat diket ahui kont ribusi konsumsi zat besi, seng dan f olat yang berasal dari t erigu dan pangan olahannya t erhadap Angka Kecukupan Gizi yang Dianj urkan (Tabel 5).

Dari t abel t ersebut t erlihat bahwa kon- sumsi t erigu pangan olahan t erigu memberikan kont ribusi t erhadap AKG zat besi, seng, dan f olat masing-masing 9. 8%, 14. 4%, dan 21. 5%.

KESIMPULAN

1. Konsumsi t epung t erigu penduduk Indone-sia dari t ahun 1993 sampai t ahun 1996 mengalami kenaikan pesat (dari 5. 5 men-j adi 17. 0 g/ kap/ hari), sedangkan dari t a-hun 1996 sampai t aa-hun 1999 mengalami penurunan (menj adi 15. 4 g/ kap/ hari). Ke- mudian meningkat kembali dari t ahun 1999 sampai t ahun 2002 (menj adi 21. 7 g/ kap/ hari), dan j uga dari t ahun 2002 sampai t a- hun 2005 (menj adi 27. 3 g/ kap/ hari).

2. Pola konsumsi pangan produk olahan t erigu di pedesaan relat if sama dengan di per- kot aan; perbedaannya adalah dalam kuan- t it as yang dikonsumsi. Konsumsi pangan produk olahan t erigu di perkot aan lebih t inggi dibanding di perdesaan.

3. Makanan gorengan olahan t erigu dan mie inst an merupakan pangan olahan t erigu yang paling banyak dikonsumsi penduduk, baik dilihat dari segi kuant it as yang dikon- sumsi (masing-masing 9. 6 dan 6. 4 g/ kap/ hari) maupun dilihat dari persent ase pen- duduk yang mengkonsumsinya (masing-masing 49. 4 % dan 48. 6%).

4. Diant ara berbagai j enis pangan olahan t e- rigu, makanan gorengan dan makanan ri- ngan anak merupakan produk pangan olah- an t erigu yang meningkat pesat pert um-buhan konsumsinya.

UCAPAN TERIMA KASIH

(8)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 1993. Pengeluaran unt uk Konsumsi Penduduk Indonesia 1993 : Survei Sosial Ekonomi Nasional. Biro Pusat St at ist ik, Jakart a.

BPS. 1996. Pengeluaran unt uk Konsumsi Penduduk Indonesia 1996 : Survei Sosial Ekonomi Nasional. Biro Pusat St at ist ik, Jakart a.

BPS. 1999. Pengeluaran unt uk Konsumsi Penduduk Indonesia 1999 : Survei Sosial Ekonomi Nasional. Badan Pusat St at ist ik, Jakart a.

Hardinsyah. 2002. Count ry Invesment Plan : Food Fort if icat ion in Indonesia. Bogor Agricult ural Universit y, Nat ional Fort if i- cat ion Commission, Direct orat e General of Public Healt h, Direct orat e General of Agro based Indust ry and Chemical, De-put y of Food Saf et y and Hazardous Sub-st ances, Asian Development Bank and t he Keyst one Cent er USA, Jakart a.

Hardinsyah. 2002. St rat egi Fort if ikasi Pangan. Prosiding Kongres PERSAGI, 8-11 Juli 2002. PERSAGI, Jakart a.

Lot f i M et al . , 1996. Micronut rient Fort if icat ion of Foods: Current pract ices, research, and opport unit ies. Int ernat ional Deve-lopment Research Cent re (IDRC)/ In-t ernaIn-t ional AgriculIn-t ure CenIn-t re (IAC), Ot t awa, Ont ario, Canada.

OMNI, ROCHE, USAID, 1996. Fort if icat ion Basics. OMNI, ROCHE, USAID, Canada.

Purnama P. Fort if ikasi Tepung Terigu di Indo-nesia dalam Hardinsyah, Amalia L dan Set iawan B. 2002. Fort if ikasi Tepung Terigu dan Minyak Goreng. Pusat St udi Kebij akan Pangan dan Gizi-IPB, Komisi Fort if ikasi Nasional dan ADB-Manila dan Keyst one Cent er-USA.

Gambar

Tabel 1. Faktor Konversi Terigu dari Pangan Olahan Terigu
Tabel 2. Laj u Tahunan Perkembangan Kon-
Tabel 3. Laj u Perkembangan Tahunan (dalam persen) Konsumsi Terigu dan Pangan
Tabel 4. Konsumsi Terigu dan Pangan Olahan Berbasis Terigu Penduduk Indonesia di Pedesaan, PerkotaanTahun 2005 (g/ kap/ h)
+2

Referensi

Dokumen terkait

TFAME production from Jatropha curcas Seed Oil via Calcium Oxide Catalyzed Transesterification and its Purification using Acid Activated Bentonite. 2 Orang Penulis ke

[r]

Hasil dari penelitian yaitu pemaparan jenis-jenis tindak tutur yang digunakan pada saat transaksi jual beli di pasar Johar Semarang yang meliputi tindak tutur

Optimalisasi lahan pada rusun Cigugur merupakan pemanfaatan lahan yang kosong agar dapat berfungsi dan dimanfaatkan secara optimal serta tidak menjadi ruang yang tidak

Dunia Baru, Takut Mati, dan Ini Bukan Mimpi karya Fira Basuki. Berikut ini adalah tabel acuan analisis struktur dalam kumpulan cerpen. Alamak! karya Fira Basuki. Tabel

Judul Usulan Program : Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni UMM sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi dan Daya Kompetisi

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19 UNTUK.. MENGEMBANGKAN POLA ASUH

G esture-gesture yang dilakukan mengandung makna yang harus dipahami oleh lawan bicara pada saat berkomunikasi, agar kita bisa memahami dan mengerti pemikiran orang