• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Semnas STKIP 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Semnas STKIP 2014"

Copied!
515
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Dengan Senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ini akhirnya dapat diselesaikan. Seminar Nasional Pendidikan Matematika merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung tiap tahun. Kegiatan ini merupakan sebuah wadah bagi pendidik, peneliti dan pemerhati pendidikan matematika untuk mendifusikan kajian ilmiah serta untuk meningkatkan kerjasama diantara peserta.

Persoalan budaya dan karakter bangsa belakangan ini menjadi sorotan masyarakat. Keprihatinan terkait berbagai aspek kehidupan diungkap dan dibahas di media massa, Selain itu, para pemuka masyarakat, ahli, pengamat pendidikan, dan pengamat sosial mengangkat persoalan budaya dan karakter bangsa pada berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, perilaku kekerasan dan perusakan, kejahatan seksual, pola hidup yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat. Berbagai alternatif penyelesaian telah diajukan seperti peraturan, undang-undang, dan penegakan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi atau mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa seperti itu adalah pendidikan. Oleh karena itu, Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2014 mengambil tema ―Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Matematika Untuk Menunjang Optimalnya Hardskill dan Softskill Siswa‖ yang diselenggarakan di Kampus STKIP Siliwangi pada tanggal 27 Nopember 2014.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi atas penyelenggaraan Seminar Nasional Pendidikan Matematika ini sehingga berhasil dengan baik, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Bapak Ketua STKIP Siliwangi beserta jajarannya, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika, Steering Committee serta semua panitia yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

(4)

ii

SAMBUTAN KETUA PANITIA

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP SILIWANGI BANDUNG

Assalamu’alaikum wr wb,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak, Ibu, dan Saudara/I peserta seminar yang berbahagia.

Dengan senantiasa mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah SWT karena telah mempertemukan kita pada acara Seminar Nasional Pendidikan Matematika di STKIP Siliwangi Bandung dalam keadaan sehat wal‘afiat semoga seminar ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi kita semua, Amiin.

Seminar Nasional Pendidikan Matematika dengan tema, ―Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Matematika Untuk Menunjang Optimalnya Hardskill dan Softskill Siswa‖, bertujuan untuk : 1) memberikan pemahaman kepada kita tentang arti pentingnya Kurikulum 2013 dan bagaimana mengintegrasikan dalam pembelajaran matematika untuk menunjang optimalnya hardskill dan softskill siswa; 2) mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian dalam lingkup matematika dan pendidikan matematika, dan 3) membangun kesinambungan antara lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dalam mengembangkan dan mengaplikasikan karakter dalam pembelajaran matematika menuju masyarakat Indonesia yang bernafaskan Iman, Ilmu, dan Ikhsan. Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi kegiatan tahunan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi.

Panitia seminar mengundang dua narasumber sebagai pembicara utama, kedua orang tersebut adalah Bapak Prof. Wono Setia Budhi, Ph.D., dan Ibu Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo. Kedua narasumber tersebut akan menyampaikan makalahnya dalam setiap sesi yang berbeda, selain makalah dari kedua pembicara utama, panitia menerima 60 makalah dari pemakalah berbagai propinsi untuk dipresentasikan dalam sesi paralel. Seminar ini juga dihadiri oleh peserta pendengar yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Guru dan Praktisi dunia pendidikan.

Seminar ini terselenggara berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ketua STKIP Siliwangi beserta Jajarannya, Bapak Ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, Bapak/Ibu Pengurus Organisasi Profesi Indo-MS yang telah membantu menjadikan seminar ini sebagai agenda resmi kegiatan seminar yang ada di Indo-MS sehingga seminar ini dapat menjadi fasilitator bagi para anggota Indo-MS dalam mempublikasikan karya-karya ilmiah baik hasil penelitian maupun kajian teori pada bidang matematika. Selain itu, kami atas nama panitia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kehilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.

Akhirnya, kami berharap seminar ini dapat memberikan manfaat bagi kita yang hadir disini khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i KATA SAMBUTAN ... ii DAFTAR ISI ... iii

PEMBICARA UTAMA

PENDIDIKAN TERBALIK DI MATEMATIKA

Oleh : Wono Setya Budhi ... 1 MENGEMBANGKAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL MATEMATIKA SISWA SEKOLAH

MENENGAH MELALUI BERAGAM PEMBELAJARAN BERNUANSA PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

Oleh : Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo ... 3

PENDIDIKAN MATEMATIKA

EKSPLORASI SOFT SKILL NASIONALISME SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HEURISTIK DENGAN PENDEKATAN SILANG BUDAYA

Oleh : Heris Hendriana ... 17 PENGARUH PENERAPAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA SMP

Oleh : Asep Ikin Sugandi ... 23

MENGEMBANGKAN RETENSI KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Oleh : Wahyu Hidayat ... 32 STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : M. Afrilianto, Tina Rosyana ... 45

ANALISIS KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI ALJABAR SEKOLAH DAN DISPOSISI MATEMATIS GURU SEKOLAH DASAR

Oleh : Didi Suhaedi, Tia Purniati ... 54 INTEGRASI MATEMATIKA DAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh: Samsul Maarif ... 58

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP

Oleh: Julita ... 68

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEAs UNTUK MENGEMBANGKAN RETENSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SMA

Oleh: Hamidah ... 74 IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL KOOPERATIF PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA IV UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA

Oleh: Nelly Fitriani ... 81 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

(6)

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI MATEMATIS MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh: R. Bambang Aryan Soekisno, Yaya S. Kusumah, Jozua Sabandar, Darhim ... 92 ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MODEL

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SE-JAKARTA SELATAN

Oleh: Huri Suhendri, Sudiyah Anawati, Nurhayati ... 101

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE KUMON DENGAN METODE KUANTUM

Oleh: Jaka Wijaya Kusumah ... 107 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI

KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG

Oleh: Siti Chotimah ... 113 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CONNECTING, REFLECTING, ORGANIZING, AND

EXTENDING (CORE) DALAM PENCAPAIAN DAN PENINGKATAN SELF-REGULATED LEARNING (SRL) SISWA

Oleh: Yumiati ... 120 ANALISIS KORELASI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA SMPN 3 LURAGUNG, KUNINGAN-JAWA BARAT

Oleh: Risqi Rahman, Krisna Satrio Perbowo... 128 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG

Oleh: Siti Chotimah... 133 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP SWASTA DI

KOTA CIMAHI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN IMPROVE

Oleh: Risma Amelia... 140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh: Adi Nurjaman ... 149 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN TUGAS MIND MAP (PETA

PIKIRAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh: Devi Nurul Yuspriyati ... 157 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

Oleh: Eka Senjayawati ... 164 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN DISPOSISI

MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN ANALOGI

Oleh: Adi Nurjaman ... 171 PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN

KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP

Oleh: Indah Puspita Sari ... 179 PENERAPAN MEDIA KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

Oleh: Eva Dwi Minarti ... 184 IMPLEMENTASI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES

MATEMATIKA SEKOLAH TERHADAP CALON PENDIDIK

(7)

v

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Oleh: Indah Puspita Sari ... 199 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATTIK SISWA SMA MELALUI

GAME ADOBE FLASH CS 4

Oleh: Martin Bernard ... 205 MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF E – LEARNING BERBASIS WEB UNTUK

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MAHASISWA S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIK RUANG

Oleh: Abi Suwito, Ervin Oktavianingtyas ... 214 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

Oleh: Gida Kadarisma... 217 TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA MTs ASY SYIFA KELAS IX

BERDASARKAN TEORI PIAGET

Oleh: Harry Dwi Putra... 224 APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DAN MENGENAL SOFTWARE AUTOGRAPH

Oleh: Ida Nuraida ... 231 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Oleh: Anik Yuliani ... 241 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA MTs DI KOTA CIMAHI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh: Ratni Purwasih ... 247 STRATEGI STUDENT CENTERED LEARNING TIPE COLLABORATIVE LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA SERTA KORELASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA PERKULIAHAN

STATISTIKA

Oleh: Sri Tirto Madawistama ... 257 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Oleh: In In Supianti ... 265 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

Oleh: Ida Nuraida ... 276 MODEL PEMBELAJARAN SAVI YANG BERORIENTASI PADA PAKEM

Oleh: Mega Nur Prabawati ... 285

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KURIKULUM 2013 TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SMP

Oleh: Ika Wahyu Anita ... 295 PENERAPAN STRATEGI KNOWLEGDE SHARING DALAM MENINGKATKAN

SELF-DEVELOPMENT SISWA DI SMA

(8)

vi

SESI MAHASISWA

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Oleh : Indri Herdiman ... 309 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh : Nurismayanti ... 316

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI JARING-JARING KUBUS DAN BALOK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

Oleh : Maman Suryatman ... 323 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

Oleh : Wawan Setiawan ... 331

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA MATERI PROGRAM LINEAR SISWA MADRASAH ALIYAH

Oleh : Ricky Ekaristy Purwadi ... 339

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING

Oleh : Suharsono ... 345

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING)

Oleh : Mila Miliatiningsih ... 352

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh : Maryam... .

358

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Wilda Rahayu ... 362

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MATEMATIK REALISTIC INDONESIA (PMRI)

Oleh : Irman ... 369

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA MADRASAH TSANAWIYAH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Nurjaman ... 376

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIK SISWA PADA MATERI INTEGRAL MELALUI PEMBELAJARAN LANGSUNG-TAK LANGSUNG

Oleh : Sidik Tamsil ... 383

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

(9)

vii

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI BENTUK ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN ICT PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1

Oleh : Agus Dedi ... 399

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIK SERTA MINAT MEMBACA SISWA SMP MELALUI STRATEGI SQ3R

Oleh : Cicih Aesih …... 412 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Oleh : Aris Rohmana ... 418

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : Muhammad Abul Anwar Hakim ... 426

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

Oleh : Desi Rahmawati ... 432

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL MATEMATIK SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Sunardi ... 440

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC-OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

Oleh : Iis Roisyatul Umah ... 447

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : Dwi Candra Kusuma ... 452

PEMBELAJARANMANAJEMEN DIRI DENGAN SELF REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN BILANGAN BULAT

SISWA SMP

Oleh : Harti Wijayanti ... 459

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA PAPAN TAKUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT SISWA SMP

Oleh : Eko Suharyanto ... 466

PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

Oleh : Yana Cahya Kirana ... 473

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERFIKIR KREATIF SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIC

OLeh : Irfan Zaini Husen ... 478

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(10)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP KPK DAN FPB SISWA KELAS IV SDN LANUMA HUSEIN S.1 BANDUNG

(11)

i

PEMBICARA

UTAMA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014

(12)
(13)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 1

PENDIDIKAN TERBALIK DI MATEMATIKA

Wono Setya Budhi

Jurusan Matematika, Institut Teknologi Bandung wono@math.itb.ac.id

ABSTRAK

Pada abad dua puluh dan sebelumnya, informasi pembelajaran hanya dimiliki oleh guru atau dosen saja. Informasi tambahan mengenai materi sangat sulit diketemukan, baik dalam bentuk cetakan maupun media yang lain. Siswa maupun mahasiswa belajar dari keterangan dosen atau guru, dan memperdalam pemahaman hanya dengan membaca catatan kuliah. Khusus untuk matematika, biasanya hanya rumus saja yang ditulis di papan tulis, jarang yang disertai penjelasan bahasa percakapan ( bahasa Indonesia). Sehingga banyak orang beranggapan bahwa matematika itu hanya berkaitan dengan rumus, angka dan bentuk saja.

Lebih dari itu, pembelajaran dengan cara di atas, saat datang pada saat interaksi berlangsung, siswa ataupun mahasiswa tidak mepersiapkan sesuatu tentang topik yang akan dibahas. Dengan waktu yang relatif singkat, pembelajar harus mampu memahami materi yang diberikan secara lisan. Pembelajaran seperti ini hanya dapat diikuti oleh siswa yang kemampuannya harus lebih dari rata-rata. Sebaliknya guru yang harus mempersiapkan pertemuan tersebut dan siswa sangat pasif untuk melakukan interaksi.

Saat sekarang keadaan sudah berubah sama sekali. Materi dalam bentuk cetakan sudah tersedia di mana-mana. Demikian pula dengan materi dalam media yang lain, misalkan dalam bentuk pdf, html, video, bahkan dapat diperoleh secara bebas tanpa dipungut biaya. Apakah cara yang sudah berabad-abad tersebut harus dilakukan terus-menerus tanpa ada perubahan. Bisakah kita memanfaatkan waktu pertemuan siswa-guru, mahasiswa-dosen dapat digunakan untuk melakukan interaksi dengan kualitas lebih baik? Pada seminar ini akan dibahas dan diusulkan suatu model pembelajaran yang memanfaatkan keadaan terakhir ini. Pembelajaran seperti ini akan saya sebut sebagai pembelajaran terbalik.

(14)
(15)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 3

MENGEMBANGKAN

HARD SKILL

DAN

SOF T SKILL

MATEMATIKA

SISWA SEKOLAH MENENGAH MELALUI BERAGAM PEMBELAJARAN

BERNUANSA PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi, 2014

A.

Pendahuluan

Penelitian merupakan komponen yang paling krusial dalam Tridarma Perguruan Tinggi

yang harus dilakukan dosen. Dalam rangka memberi kesempatan kepada dosen PTN

dan PTS, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI menawarkan

sejumlah skim penelitian kepada dosen PTN dan PTS untuk bersaing memperoleh dana

penelitian yang memadai agar dosen dapat melaksanakan penelitian yang bermutu.

Dalam rangka memenuhi RENSTRA STKIP Siliwangi Bandung dalam bidang

penelitian yaitu melaksanakan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah (artikel) yang

bermutu dan layak dimuat dalam jurnal nasional dan atau internasional, kami Tim

peneliti STKIP Siliwangi Bandung turut berpartisipasi dalam memperoleh dana

Penelitian Hibah Pascasarjana tahun 2013/2014.

Kurikulum Matematika Sekolah Menengah (KTSP, 2006, Kurikulum Matematika,

2013) mengamanatkan bahwa pengembangan kemampuan matematika yang merupakan

hard skill

matematika dan keterampilan sosial dan aspek afektif lainnya sebagai

komponen

soft skill

matematika seyogyanya dilaksanakan secara bersamaan dan

seimbang. Amanat tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan stusi pengembangan

hard skill

dan

soft skill

matematika melalui beragam pendekatan pembelajaran inovatif

yang bernuansa pendidikan nilai dan karakter.

Beberapa hal yang mendukung perlunta penelitian ini dilaksanakan diantaranya adalah:

a) Beberapa jenis

hard skill

dan

soft skill

matematika memang sesuai dengan tujuan

Pendidikan Nasional dan tujuan Pembelajaran matematika, dan sesuai dengan Visi

bidang studi matematika; b) Pendapat sejumlah pakar tentang pentingnya beragam

hard

skill

dan

soft skill

matematik (Aswandi, 2010, Baron dan Strenberg, (Editor, ), Berman,

2011, Costa,. (Ed.), 2001. Cotton, 1991, Glazer, 2000, Ghozi, 2010, Hassoubah, 2004,

Meissner, 2006, Munandar, 1977, Sauri, 2010, Schafersman, 1991, Sriraman, 2004,

Starko, 1995, Sumarmo, 2012, Supriadi, 2000, Williams, 2002); c) Beberapa studi

melaporkan keunggulan pembelajaran inovatif dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional dalam mengembangkan beragam

hard skill

matematika pada siswa SMA

(Mulyana, 2008, Permana, 2010, Sugandi, 2010, Sumarmo, Hidayat, Zulkarnaen,

Hamidah, Sariningsih, 2012, Sumaryati, 2012) dan juga pada siswa SMP (Hendriana,

2009, Herman, 2006, Ratnaningsih, 2007, Rohaeti, 2007, Qohar, 2010).

Berdasarkan rasional pentingnya pengembangan

hard skill

dan

soft skill

matematika,

(16)

4 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

B.

Latar Belakang Masalah

C.

Disain dan Prosedur Penelitian

Penelitian Hibah Pascasarjana ini merupakan eksperimen dengan disain pretes-postes

kelompok kontrol (4 penelitian) dan postes kelompok kontrol (2 penelitian).

Masing-masing penelitian bertujuan mengembangkan

hard skill

dan

soft skill

matematik

(17)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 5

D.

Hasil Penelitian dan Luaran

Penelitian Hibah Pascasarjana ini melibatkan 6 orang mahasiswa S2 Pendidikan

Matematika STKIP Siliwangi. Kegiatan penelitian tahun pertama dilakukan pada

tahun 2013/2014 dan menghasilkan luaran berikut.

1.

Enam buah tesis magister pendidikan matematika pada program Pascasarjana

(18)

6 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

2.

Enam perangkat pembelajaran matematika dan instrument berkenaan dengan

hard

skill

dan

soft skill

matematika sesuai dengan tema tesis anggota peneliti mahasiswa

yang bersangkutan, seperti tercantum pada Tabel 2.

3.

Beberapa contoh instrument penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1)

Contoh butir Pemecahan Masalah Matematik siswa SMP (Rahmat, 2014)

Diketahui bentuk atap sebuah rumah terdiri atas sepasang trapesium sama kaki dan

sepasang segitiga sama kaki, panjang sisi sejajar atap yang berbentuk trapesium adalah

5 m dan 3 m dan panjang alas atap yang berbentuk segitiga adalah 7 m. Kedua jenis

bangun atap mempunyai tinggi sama yaitu 4 m.

a.

Buatlah sketsa atap rumah di atas.

b.

Atap akan ditutup dengan genting berbentuk persegi panjang berukuran 30 cm x

45 cm. Tentukan banyak genteng minimum yang harus disediakan untuk menutup

seluruh atap.

c.

Andaikan harga 1buah genteng Rp. 1.500,00, hitunglah biaya untuk membeli

(19)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 7

2)

Contoh Butir Tes Berpikir Kritis Matematik siswa SMA (Jayadipura, 2014)

3)

Contoh Butir Tes Berpikir Kreatif Matematik siswa SMA (Budiyono, 2014)

Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola merah dan 8 bola putih yang identik. Diambil 2

buah bola secara acak sekaligus.

a)

Manakan yang mempunyai peluang lebih besar dari peristiwa bola yang diambil:

b)

Keduanya berwarna merah, keduanya berwarna putih, atau satu bola merah dan

satu bola putih. Bagaimana cara menghitungnya? Konsep apa yang digunakan?

c)

Tuliskan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kombinasi k unsure n

unsure dari informasi di atas.

4)

Contoh Butir Tes Berpikir Kritis Matematik siswa SMA (Sudiyasa, 2014)

Dalam suatu cerdas cermat matematika, suatu tim terdiri dari 3 siswa. Pada satu SMA

terdapat 4 siswa unggulan dari kelas satu, 3 siswa unggulan dari kelas dua, dan 2 siswa

unggulan dari kelas 3. Guru Pembina siswa di SMA tersebut akan menyiapkan 2 tim

yang siswanya dipilih secara acak.

a)

Tukiskan asumsi yang mendasari pemilihan tiap anggota tim. Mengapa demikian?

b)

Siswa perempuan atau siswa laki-laki yang mempunyai peluang besar untuk

menjadi salah satu anggota tim? Mengapa?

c)

Tim A terdiri dari 2 siswa kelas satu, san seorang siswa dari kelas 3. Tim B semua

anggotanya dari kelas 2.

Tim mana yang berpeluang lebih besar untuk dibentuk? Jelaskan.

5)

Contoh Butir Tes Penalaran Analogi Matematik Sisw SMP (Rosliawati, 2014)

(20)

8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

6)

Contoh Butir Soal Koneksi Matematik Siswa SMP (Rahmat, 2014)

Misalkan diberikan satu persegi dengan panjang sisinya a cm, persegi panjang serupa

diletakan tepat disebelah kanan persegi pertama dengan satu sisinya berimpit. Proses

tersebut dilanjutkan dengan persegi ketiga dan seterusnya sampai persegi ke-n.

a)

Ilustrasikan situasi di atas dalam bentuk gambar.

b)

Susun model matematika untuk menentukan keliling dan luas hubungan geometri

yang terjadi dari 2 persegi, 3 persegi, 4 persegi, dan n-persegi.

c)

Tuliskan konsep yang termuat dalam masalah di atas disertai dengan penjelasan

singkat.

7)

Contoh Butir Soal Penalaran Proporsional Siswa SMP (Rosliawati, 2014)

Bu Ani membuat beberapa kue berbentuk lingkaran. Kue jenis pertama berdiameter

1,5 cm dan dijual dengan harga Rp 500,00 per buah. Kue jenis kedua berdiameter 3

cm dan dijual dengan harga Rp1.500,00 per buah. Kue jenis ketiga berdiameter 4,5 cm

dan dijual dengan harga Rp 2.500,00. Bu Ani membuat kue sampai yang berdiameter

7,5 cm.

a)

Tuliskan pasangan diameter kue dan harganya mulai dari yang terkecil sampai

yang terbesar. Tuliskan pula konsep matematikanya masalah di atas.

b)

Tentukan harga kue yang berdiameter 7,5 cm dan jelaskan cara menghitungnya.

c)

Tentukan ukuran dan harga kue sebelum kue berukuran 7,5 cm.

8)

Contoh Butir Soal Komunikasi Matematik Siswa SMP (Haerudin, 2014)

Sebuah taman berbentuk lingkaran berjari-jari 12,5 m. Di sekeliling taman terdapat

kolam dengan lebar 1,5 m. Di Tepi luar kolam dipasang pancuran masing-masing

berjarak 5 m,

a)

Buatlah sketsa gambar situasi di atas.

b)

Susun kalimat matematika untuk menghitung banyaknya pancuran yang dipasang

dan selesaikan.

(21)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 9

10)

Contoh Butir Skala Kemandirian Belajar (Budiyanto, 2014)

(22)

10 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

4.

Beberapa artikel berkenaan dengan

hard skill

dan

soft skill

matematika yang

merupakan bagian dari tesis peneliti mahasiswa seperti pada Tabel 3

Tabel 3

(23)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 11

Tabel 4

(24)
(25)
(26)

14 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Kesimpulan:

Pada empat studi,

hard skills

matematik siswa pada pos-tes dan N-Gain masing-masing

pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan koneksi dan berpikir

kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong cukup dan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir logis matematik siswa pada kedua kelas

pembelajaran masih tergolong kurang. Pada dua studi, kemampuan berpikir kritisdan

kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong sedang dan pada kelas kontrol

tergolong kurang. Pada ke enam studi, tidak terdapat perbedaan

soft skills

matematik siswa

antara kela eksperimen dengan kelas kontrol dan semuanya tergolong cukup baik. Pada

tiap studi terdapat asosiasi menengah antara kedua

hard skills

dan antara

hard skills

dan

soft skills

masing-masing. Selain itu pada empat studi ditemukan siswa menunjukkan

persepsi yang tergolong cukup baik terhadap pembelajaran inovatif yang mereka terima.

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi, (2010). ―Membangun Bangsa melalui Pendidikan Berbasis Karakter‖,

Pendidikan Karakter, Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai

. Vol. 2.

No. 2. Juli 2010.

Baron, J. B. dan Sternberg, R. J. (1978)

Teaching Thinking Skill

. New York: W.H.

Freeman and Company

Berman, S. (2001) ―Thinking in context: Teaching for Open

-mindeness and Critical

Understan

ding‖ dalam A. L. Costa,. (Ed.) (2001).

Developing Minds

.

A Resource

Book for Teaching Thinking

. 3 rd Edition. Association for Supervision and

Curriculum Development. Virginia USA

Budiyanto, A. M. (2014).

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Kreatif

Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

. Thesis at Post Graduate Study, Siliwangi School of Teascher Training

and Education, Bandung. In progess.

Costa, A. L. ―Habits of Mind‖ dalam A. L. Costa (Ed.) (2001).

Developing Minds

.

A Resource Book for Teaching Thinking

. 3 rd Edition. Association for Supervision

and Curriculum Development. Virginia USA

Costa A. L. dan Garmston R. J. ―Five Human Passion: The Origin of Effective Thinking‖

dalam A. L. Costa,. (Ed.) (2001).

Developing Minds. A Resource Book for Teaching

Thingking. 3 rd Edition. Association for Supervision and Curriculum Development.

Virginia USA

Cotton, K. (1991).

Teaching Thinking Skills

. [Online] Tersedia

http://www.nwrel.Org/Sc

Pd/Sirs/6/Cu11.html. [30

April 2006]

Glazer, E. (2000).

Technology Enhanced Learning Environments that are Conducive to

Critical Thinking in Mathematics: Implications for Research about Critical Thinking on the World Wide Web.

[On

Line].

Tersedia:

http://www.lonestar.texas.net/~mseifert/crit2.html. [24 April 2006]

Ghozi, A. (2010).

Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam

Pembelajaran.

Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar

Guru Bahasa Perancis tanggal 24 Oktober s.d 6 November 2010

Haerudin (2014).

Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik serta

Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui pendekatan Somatis, Auditori, Visual, Intelektual

. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung.

Hassoubah, Z. I. (2004).

Developing Creative & Critical ThinkingSkills.

Cara berpikir

(27)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 15

Hendriana H. (2013)

Membangun Kepercayaan Diri Siswa melalui Pembelajaran

matematika Humani

s. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika, di STKIP Siliwangi Bandung. Tanggal 31 Agustus 2013

Herman, T. (2006).

Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan

Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajar an Berbasis Masala.

Disertai pada sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak

dipublikasi.

Jayadipura, Y. (2014).

Mengembangkan Kemampuan BerpikirKritis dan Kreatif Matematis

serta Kemendirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Konstektual.

Program

Pascasarjana STKIP Bandung.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayan. (2013). Kurikulum Sekolah Menengah tahun

2013.

Meissener, H. (2006).

Creativity and Mathematics Education

[Online]. Tersedia:

www.math.ecnu.cn/earcome3/sym1/sym104.pdf [2

Februari 2007]

Mulyana, T. (2008).

Pembelajaran Analitik Sintetik untuk MeningkatkanKemampuan

Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.

Desertasi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Munandar, U. (1977).

Creativity and Education.

Disertasi Doktor

.

Fakultas Psikologi UI:

tidak diterbitkan

NCTM. (1989).

Curriculum and Evalution Standarsfor school Mathematics.

Reston

,

Virginia, NCTM. INC.

NCTM [National Council of Teacher of Mathematics] (2000).

Principles and standards for

school Mathematics.

Reston, Virginis: NCTM.

Permana, Y. (2010).

Kemampuan pemahaman dan Komunikasi serta Disposisi Matematik

Eksperimen terhadap Siswa SMA melalui Model-Eliciting Activities

. Disertasi pada

sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010).

Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian

Belajar Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching

. Disertasion at the Post Graduate

Program of Indonesia University of Education. Unpulished.

Rachmat, U. S. (2014)

Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah

Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative.

Tesis pada Universitas Pendidikan

Indonesia, tidak dipublikasikan

Ratnaningsih, N. (2007).

Pengaruh pembelajaran Konstektual terhadap kemampuan

Berpikir Kritis dan kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas

. Disertasi

pada sekolah Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Rohaeti, E. E. (2008).

Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa sekolah menengah Pertama

. Disertai Sekolah pasca Sarjana UPI Bandung : tidak

diterbitkan

Rosliawati, Iis, S.E. (2014)

Mengembangan kemampuam Penalaran dan Komunikasi serta

Disposisi Matematik Siswa SMP melalui pembelajaran Berbasih masalah

. Program

Pasca Sarjana STKIP Siliwang Bandung.

Sauri, S. (2010). Membangun Karakter Bangsa melalui pembinaan Profesianilisme Guru

berbasis Pendidikan Nilai.

Jurnal Pendidikan Karakter

Vol. 2, No. 2

Schafersman, S. D. (1991)

An Intoduction to Critical Thinking.

[Online]. Tersedia:

File://C:\

Documents and Setting\Home\My Documentsa\An Introduction to

Critical Thinking. [20 September 2005].

Starko, A. J. (1995).

Creativity in the Classroom (School of Courious Delight). USA.
(28)

16 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Sugandi, A. I. (2010) Mengembangkan Kemauan berfikir tingkat tinggi Siswa SMA

melalui pembelajaran bebasis masa

lah dengan setting belajar Kooperatif JIGSAW

.

Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2012).

Bahan ajar Perkuliahan Proses berpikir Matematik. Program

Magister Pendidikan Matematika STKIP Bandung

. Publikasi terbatas

Sumarmo, U. Hidayat, W., Zulkarnaen, R., Hamidah, Sariningsih, R. (2012,b) Kemampuan

dan disposisi Berpikir Logis, Kritis, Kreatif dan Kreatif Matematis; Eksperiman

terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi

Think-Talk-Write

‖. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 17 No.1, 17

-33 April

Sumaryati, E. (2012).

Pendekatan Induktif-Deduktif disertai strategi

Think-pair-Square-Share untuk meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA

. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Tidak dipublikasikan

Sriraman, B. (2004) ―The Characteristic of mathematical Creativity‖.

The Mathematics Educator Journal

. Vol. 14. No. 1 . 19-34

Supriadi, D. (2000).

Perkembangan Kreativitas dan peranan faktor -faktor.
(29)

MATEMATIKA

PENDIDIKAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014

(30)
(31)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 17

EKSPLORASI SOFT SKILL NASIONALISME SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HEURISTIK

DENGAN PENDEKATAN SILANG BUDAYA

Heris Hendriana

STKIP Siliwangi herishen@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan soft skills nasionalisme siswa melalui pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya. Subjek penelitian terdiri dari 81 siswa di salah satu SMP di kota Cimahi, dimana 40 orang siswa memperoleh pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan 41 siswa lainnya memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa diberi skala sikap untuk mengukur nasinalismenya dan skala sikap untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan sikap nasionalisme siswa yang yang mendapat pembelajaran matematika heuristic lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran biasa, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya pada umumnya positif.

Kata Kunci: Heuristik, Pendekatan Silang Budaya, Soft Skill Nasionalisme

1.

Pendahuluan

Perkembangan pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi memerlukan penguasaan ilmu yang dapat melatih berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Untuk itu diperlukan suatu perubahan paradigma dalam dunia pendidikan diantaranya orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.Purwanto (1990:51) menyatakan bahwa supaya pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dengan baik, maka guru perlu memberikan:

a. Pengetahuan siap yakni pengetahuan yang sewaktu-waktu siap untuk dipergunakan.

b. Pengertian yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak.

c. Latihan kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan siswa berpikir secara teratur dan skematis.

d. Soal-soal yang mendorong siswa untuk berpikir.

(32)

18 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Pendekatan silang budaya merupakan pembelajaran yang mengintegraikan sistem tingkah laku yang tergantung pada sistem makna dan sistem nilai kebudayaan suatu bangsa. Pendekatan ini menekankan pertumbuhan, perubahan, perkembangan dan kesinambungan yang menunjukkan kebudayaan sebagai sarana komunikasi yang dinamis dan bersinergi dengan kebutuhan masyarakat informatif. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi sains tentang pola-pola berpikir seseorang yang diperlukan dalam pertukaran kebutuhan informasi dunia yang masih mencitrakan ciri pluralistik kebudayaan masyarakat penggunanya.

2.

Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya

Heuristik arti harfiahnya menurut Yusuf (2002) adalah membantu untuk menemukan. Dalam dunia pendidikan, metode heuristic artinya satu sistem dalam pendidikan di mana siswa dilatih untuk menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.Teknik pencarian heuristik (heuristic searching)merupakan suatu strategi untuk melakukanproses pencarian ruang keadaan (state space)suatu problema secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjangjalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar, dan mengesampingkan usaha yangbodoh dan memboroskan waktu.Heuristik juga merupakan sebuah teknik yang mengembangkan efisiensi dalam proses pencarian,namun dengan kemungkinan mengorbankankelengkapan (completeness).

Untuk dapat menerapkanheuristik tersebutdengan baik dalam suatu domain tertentu,diperlukan suatu fungsi heuristic.Fungsi heuristik inidigunakanuntukmengevaluasi keadaan-keadaan problema individual dan menentukan seberapa jauh hal tersebutdapat digunakan untuk mendapatkan solusiyang diinginkan. Ada beberapa jenis Heuristic Sea rching diantaranya:

a. Generate and Test. Heuristik jenis bangkitkan dan uji (generate and test)merupakan pendekatan yang paling sederhanadari semua pendekatan yang akan dibicarakan. Metode generate and test ini kurang efisienuntuk masalah yang besar atau kompleks.

b. Hill Climbing. Heuristik Hill climbing (mendaki bukit) merupakan salahsatu variasi metode buat dan uji (generate and test) dimana umpan balik yang berasal dariprosedur uji digunakan untuk memutuskan arahgerak dalam ruang pencarian (search).Dalam prosedur buat dan uji yang murni, responfungsi uji hanyalah ya atau tidak.Dalam prosedur Hill Climbing, fungsi ujidikombinasikan dengan fungsi heuristic yangmenyediakan pengukuran kedekatan suatukeadaan yang diberikan dengan tujuan (goal).

c. Best First Search. Pencarian terbaik pertama (Best First Search) merupakan suatu cara yang menggabungkan keuntungan atau kelebihan dari pencarian Breadth-First Search dan Depth-First Search.

Dalam dunia pendidikan, heuristic merupakan suatu strategi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan penyelesaian masalah tergolong kemampuan tingkat tinggi. Gagne (Ruseffendi, 1988: 169) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan tahap belajar yang paling tinggi dan lebih kompleks. Pemecahan masalah tidak sekedar mengaplikasikan suatu algoritma namun memuat pemahaman dan aktivitas intelektual yang bukan berupa kegiatan rutin.

(33)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 19

konteks yang berkaitan dengan budaya yang sudah dikenal siswanya, akan membuat siswa tidak merasa masalah itu sebagai sesuatu yang datang tiba-tiba.

Dengan mengacu pada pandangan konstrukstivisme, jika siswa merasa bahwa masalah itu bagian dari dirinya maka ia akan terdorong untuk mencari cara tersendiri untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut. Pencarian itu merupakan inti pembelajaran konstrukstivis. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif siswa ditentukan oleh manipulasi dan interaksi anak dengan lingkungannnya. Pengetahuannya datang dari tindakannya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan diskusi membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya membuat pemikiran menjadi lebih logis.

Salah satu hal yang bisa dieksplor dalam diri siswa adalah pengetahuan budaya dari negaranya serta negara lainyang dikenal dengan pendekatan silang budaya. Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan budaya negaranya dan budaya Negara lain yang mendorongnya untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang efektif dan efisien dalam memecahkan masalahnya, sehingga menjadi sarana untuk mengkomunikasikan sains dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Penggunaan teknologi dan komunikasi ini menjadi penting baginya untuk lebih mengembangkan daya pikirnya secara lebih optimal.

Pendekatan silang budaya menurut Wurianto (2002) merupakan suatu cara pemahaman budaya sebagai keseluruhan respons kelompok manusia terhadap lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan setelah melalui rentangan proses interaksi sosial. Pokok-pokok yang terpenting adalah kebutuhan dan tujuan mempelajari budaya, lingkungan target budaya, dan interaksi sosial yang diinginkan. Dasar pemahaman yang digunakan adalah masing-masing sub etnitas budaya itu mewarisi pikiran, perasaan, makna, tanda budaya dan simbol-simbol.

Pendekatan silang budaya merupakan pencitraan budaya suatu bangsa untuk membangun citra diri yang didasarkan pada yang dimilikinya dibandingkan dengan berdasar kesejatidirian. Dengan demikian upaya membangun citra diri ini lebih diandalkan pada pemilikan (to have). Apabila sikap demikian menjadi suatu mentalitas dalam kehidupan trend setters suatu bangsa , maka selanjutnya dapat digambarkan dampaknya secara sosial. Mempelajari kebudayaanbangsa lain dengan pendekatan silang budaya berarti menjadikan kebudayaan sebagai sistem realittas (system of reality) dan sistem makna (system of meaning). Oleh karena itu bagi bangsa lain pendekatan ini berarti menggali kebudayaan suatu bangsa dengan menggunakan pola-pola empatik. Pola ini digunakan untuk pemahaman kemajemukan suatu bangsa baik secara genetis maupun kultural.

Konsep pendekatan silang budaya sebagai pencitraan budaya merupakan suatu konsep yang menurut Ki Hajar dewantara disebut ‗tri-kon‘ yaitu konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi. Konsentrisitas menekankan pada suatu inti atau sentrum yaitu dengan melihat dari mana perkembangan suatu budaya mulai digerakkan. Kontinuitas menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu yang menunjukkan bagaimana suatu kebudayaan dipelajari orang asing. Konvergensi menunjukkan gerak kebudayaan dalam ruang dimana kebudayaan tersebut bersama dengan kebudayaan lain menuju kebudayaan yang bernilai informative dan global. Lebih lanjut melalui pendekatan silang budaya maka menuntut rasa kearifan suatu bangsa dalam mempelajari kebudayaan bangsa lain yang dilandasi oleh masalah mengenai:

a. Hakikat dan sifat hidup manusia suatu bangsa b. Hakikat karya manusia suatu bangsa

c. Hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu d. Hakikat hubungan manusia dengan alamnya

(34)

20 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

belajar matematika sehingga membuat persepsinya terhadap pembelajaran yang dilakukan menjadi positif.

3. Metode Penelitian

Di dalam penelitian kuasi eksperimen ini terdapat dua kelas yang mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas yang satu terdiri dari dari 40 orang siswa merupakan kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan kelas yang satunya lagi yang terdiri dari 41 orang siswa memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran kepada seluruh siswa diberikan skala sikap untuk melihat tingkat nasionalismenya dan peningkatannya. Pada akhir pembelajaran siswa di kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya juga memperoleh angket untuk melihat persepsi mereka terhadap pembelajaran yang dilakukan. Sehingga pada akhirnya dapat dideskripsikan bagaimana perningkatan soft skills nasionalisme siswa dan persepsi siswa terhadap pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan soft skills siswa untuk kemudian dikembangkan dengan hard skills-nya secara bersamaan dan seimbang.

4.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

[image:34.595.55.543.370.478.2]

Setelah kedua kelompok siswa memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya serta pembelajaran biasa, soft skill nasionalisme siswa dapat dideskrpsikan sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Soft Skill dan Persepsi pada kedua kelompok Siswa

Variabel Dat Stat

Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya

Pembelajaran Biasa

N Pretes % Poste

s % G N

Prete s %

Poste

s % G

Soft skills

nasionalisme � 40

32,91 11,8 87,63 84,4 0,97

41 32,77 11,08 66,77 63,1 0,63

s 3,12 - 3,17 - - 3,09 - 2,91 - -

Persepsi �

40 - - 97,89 78,8 - -

s - - 5,96 - -

Dari Tabel 1 di atas bahwa rata-rata pretest kelas yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan silang budaya dengan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa tidak terlalu jauh berbeda yaitu 32,91 dan 32,77. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig = 0, 476 lebih besar dari α= 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan siang budaya dengan yang menggunakan pembelajaran biasa. Berarti sebelum pembelajaran dialkukan soft skill nasionalisme mereka sama.

Dari hasil post test soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic silang budaya meningkat lebih tinggi dari yang menggunakan pembelajaran biasa yaitu 87,63 dan 66, 7 atau rata-rata gainnya 0,97 dan 0,63. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig= 0,000 dan sig=0,03 untuk gainnya, keduanya ebih kecil α= 0,05 artinya pencapaian dan peningkatan soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

(35)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 21

Ausubel (Trianto, 2007:25) bisa membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi dengan menggunakan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Ausubel (Ruseffendi, 1991: 172) menyatakan bahwa belajar bermakna ialah belajar yang untuk memahami apa yang sudah diperolehnya itu dikaitkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya itu lebih mengerti.

Dengan membuat siswa lebih memahami materi karena diantarkan dengan materi budaya maka hal ini sejalan dengan Teori gestalt bahwa dalam menyajikan suatu konsep, pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan pengertian. Teori Gestalt yang sering pula disebut dengan field theory atau insight full learning (Purwanto, 1990:101) menyatakan bahwa belajar bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Belajar terjadi jika ada pengertian. Pengertian atau insight muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain kemudian dipahami sangkut pautnya dan dimengerti maknanya. Selanjutnya teori ini juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur dan menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.

Keberagaman kebudayaan beserta keunikannya yang menyiratkan kekhasan masing-masing budaya merupakan potensi bagi pengembangan pembelajaran di sekolah. Pendekatan multikultural (Rohidi, 2002) didesain dengan menekankan pentingnya pluralisme sosial, keberagaman budaya, etnik dan kontekstualisme. Berdasarkan pendekatan ini pembelajaran dipandang sebagai intervensi sosial dan budaya, sehingga pada saat mengajar guru tidak hanya mempertentangkan tetapi secara konsisten menyadari bias sosial budayanya. Melalui pendekatan ini pula penggunaan pendidikan disarankan tanggap budaya, yang secara lebih tegas dapat menunjukkan perbedaan etnik dan sosio budaya di kelas, masyarakat, nasional dan internasional.

Dari tabel 1 dengan rata-rata 97,89 atau perolehan 78,8% juga terlihat bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya pada umumny positif karena membuat pembelajaran berlndaskan konstruktivisme dimana:

1) Guru memulainya dengan memperbaiki sikap negatif yang mungkin mereka miliki terhadap pluralisme sosial, keagamaan dan etnis.

2) Guru dan siswa melakukan analisa situasi agar akrab dengan masyarakat. 3) Guru dan siswa memilih materi yang relevan dan sekaligus menarik

4) Guru dan siswa bersama-sama menyelidiki persoalan yang berkaitan dengan materi yang dipilih. Dalam hal ini disarankan mengidentifikasi persoalan sosial yang berkaitan dengan agama , suku, kehidupan ekonomi, kemampuan, mental serta fisik. Dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru dan siswa bisa juga berselancar di dunia maya untuk studi komparatif terhadap persoalan dan solusi yang bisa dikemukakan di dunia internasional.

5.

Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1. Pencapaian dan peningkatan soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

(36)

22 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 5.2. Rekomendasi

Untuk itu direkomendasikan:

1) Dalam pembelajaran matermatika hendaknya selalu diawali dengan masalah yang kontekstual dengan kehidupan siswa diantaranya dengan mengenalkan beragam kebudayaan Negara kita dengan Negara lain, sehingga selain membuat siswa lebih memamahmi materi matematika juga menambah wawasannya tentang budaya tersebut.

2) Selalu ditekankan kepada siswa bahwa pelajaran matematika adalah ratu dan pelayan ilmu sehingga bisa luwes memasukkan berbagai pluralisme budaya dan perkembangan informasi terkini sehingga pembelajaran bisa mengikuti perkembangan zaman. Sehingga siswa bisa menyadari bahwa banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan matematika, dan dengan mengintegrasikan materi budaya membuat pelajaran matematika lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Banks, J.A (1993). ‖Multicultural Education: Historical Development, Dimentions and Practice‖. In Review of Research Education, vol. 19, edited by L. Darling-Hammond. Washington, DC: American Educational Research Assosiaciation.

Banks, J.A. (1994). Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston: Allyn and Boston.Bennett,C. & Spalding,E. 1992. ―Teaching the Social Studies: Multiple Approaches for Multiple Perspectives‖. In Theory and Reseach in Social Education. XX:3(263-292) Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. Hamisphere: The Parmer

Press.

Hendra (2007). Komunikasi. [Online]. Tersedia:

http://indonesia.siutao.com/tetesan/komunikasi.php. (12 Desember 2008)

Purwanto, N (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. [4]

Rohidi, T.R (2002). Pendidikan Seni Multikultural. [Online]. Tersedia: http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/23/kha2.htm (19 Februari 2009)

Ruseffendi, E.T (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Tim MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: JICA.Tim (2003). Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d- (11Desember 2008).

Tim Bochalas (2008). Membangun Komunikasi yang Efektif. [Online]. Tersedia: http://bocahalas.lingkungan.org/?p=19

Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wurianto, A.B(2002). Pendekatan Silang Budaya sebagai Pencitraaan Budaya Indonesia melalui Pengajaran BIPA. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/ArifBudiWurianto.doc - (13 Februari 2009)

Yusup, P.M (2002). Teori dan Penemuan Ilmiah dalam Lingkungan Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kelembagaan Informasi termasuk Perpustakaan. Jakarta:Kompas

Zainudin, R.B. (2008). Pembelajaran Berbasis Multikultur sebagai Gerakan Pembaharuan dalam

Pendidikan. [Online].Tersedia:

(37)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 23

PENGARUH PENERAPAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT

TINGGI SISWA SMP

Asep Ikin Sugandi

STKIP Siliwangi asepikinsugandi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Artikel ini melaporkan hasil temuan suatu kuasi eksperimen dengan disain tes akhir kelompok kontrol untuk menelaah pengaruh pembelajaran Kontekstual dengan, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Studi ini melibatkan 282 siswa dari tiga SMP level rendah, menengah, dan tinggi di kota Cimahi. Instrumen penelitian terdiri dari satu set tes yaitu satu set soal kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Penelitian menemukan bahwa pembelajaran Kontekstual memberikan pengaruh terbesar dibandingkan dengan pengaruh pembelajaran konvensional, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap pencapaian kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Ditemukan pula bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan level sekolah dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan level kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi, Pembelajaran Konstektual

1. Pendahuluan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi (KBMTT) merupakan hal yang penting dalam pendidikan matematika, perlu dilatihkan pada siswa dari mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Siswa perlu dibekali keterampilan seperti itu supaya siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi secara kritis dan kreatif. Pentingnya Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi (KBMTT) dilatihkan kepada siswa, didukung oleh tujuan pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2002, 2004, 2005).

Tujuan pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematik dan ilmu pengetahuan lainnya. Tujuan kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Kemudian ditegaskan pula oleh Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 1) bahwa peserta didik dari mulai sekolah dasar perlu dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama. Secara rinci dikemukakan bahwa pembelajaran matematika selain menekankan penguasaan konsep, tujuan lainnya adalah:

(38)

24 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan-kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkankemampuan agar dapat menyampaikan informasi/pendapat atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Pengembangan kemampuan berpikir, khususnya yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi, perlu mendapat perhatian serius karena sejumlah hasil studi seperti Henningsen dan Stein, 1997; Peterson, 1988; Mullis, dkk (Suryadi, 2004 : 17) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya masih berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifar prosedural. Lebih lanjut penelitian ini menjelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika belum berfokus pada pengembangan penalaran matematik siswa. Secara umum pembelajaran matematik masih terdiri atas rangkaian kegiatan berikut : awal pembelajaran dimulai dengan sajian masalah oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi penyelesaian masalah tersebut, dan terakhir guru meminta siswa untuk melakukan latihan penyelesaian soal. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan capaian prestasi siswa yang tinggi. Sebagai contoh, pembelajaran matematika di Jepang dan Korea yang lebih menekankan pada aspek penalaran dan pemecahan masalah telah mampu menghasilkan siswa berprestasi tinggi dalam matematika yang dilakukan oleh TIMSS.

Hasil penelitian Mullis, dkk (Suryadi, 2004 : 19) memperlihatkan bukti lebih jelas bahwa soal-soal matematika tidak rutin yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada umumnya tidak berhasil dijawab dengan benar oleh sampel siswa Indonesia. Untuk penyelesaian soal-soal seperti itu, prestasi siswa Indonesia berada jauh di bawah rata-rata internasional.

Temuan mengenai Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi (KBMTT) yang masih rendah, aktivitas siswa yang kurang memuaskan, mendorong para peneliti mencari alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu alternatif tersebut adalah diadakannya penelitian mengenai penerapan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar baik secara mental, fisik mapun sosial. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang diprediksi dapat efektif dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi (KBMTT), aktivitas siswa dalam belajar dan kemandirian belajar adalah Pembelajaran Kontektual.

Alasan mengapa memilih Pembelajaran Kontekstual diantaranya dengan menyajikan masalah kontekstual pada awal pembelajaran merupakan salah satu stimulus dan pemicu siswa untuk berpikir. Pada keadaan ini, masalah bertindak sebagai kendaraan proses belajar untuk mencapai tujuan. Konsep pembelajaran seperti itu, dapat memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi, investigasi dan pemecahan masalah. Sabandar (2005: 2) mengemukakan bahwa situasi pemecahan masalah merupakan suatu tahapan di mana ketika individu dihadapkan kepada suatu masalah ia tidak serta merta mampu menemukan solusinya, bahkan dalam proses penyelesaiannya ia masih mengalami kebuntuan. Pada saat itulah terjadi konflik kognitif yang tidak menutup kemungkinan memaksa siswa untuk berpikir matematika tingkat tinggi.

(39)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 25

konjektur dan menjustifikasinya, menyelesaikan masalah, dan menemukan aturan umum. Hal-hal tersebut merupakan ciri dari kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi

Mengingat matematika adalah ilmu yang terstruktur maka untuk menguasai suatu konsep matematika diperlukan penguasaan konsep dasar matematika lainnya, maka kemampuan kognitif awal siswa yang dinyatakan dalam tingkat kemampuan awal siswa(TKAS) terhadap matematika memegang peranan yang sangat penting untuk penguasaan konsep baru matematika.

Selain faktor TKAS, faktor level sekolah (Tinggi, Sedang dan Rendah) perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan Kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi Hal ini dilakukan supaya terwakili sekolah yang ada baik segi kualitas maupun dari segi kemampuan siswa.

Selain itu penentuan level sekolah didasarkan kepada fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Fasilitas tersebut antara lain gedung, alat pelajaran baik yang dipakai oleh guru pada waktu mengelola pembelajaran, maupun yang dipakai oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Oleh karena itu untuk menciptakan proses pembelajaran yang mampu mengoptimalkan potensi siswa, faktor level sekolah perlu menjadi salah satu bahan pertimbangan.

Memperhatikan uraian di atas, penulis tedorong untuk melakukan penelitian yang memfokuskan pada penerapan model pembelajaran kontektual dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir matematis tingkat tingg siswa Sekolah Menengah Atas ditinjau dari level sekolah dan pengetahuan awal siswa

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara komprehensif pencapaian perbedaan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa ditinjau dari pengguanan pendekatan pembelajaran, level sekolah dan Tingkat Kemampuan Awal Siswa

3.

Metode dan Disain Penelitian

Metode dalam Penelitian ini adalah Kuasi Eksperimen karena adanya manipulasi perlakuan dan

pengambilan sampel berdasarkan data yang ada, sedangkan disain penelitiannya sebagai berikut :

O X O

O O

Keterangan :

X : Pembelajaran Kontekstual

O : Tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi

(40)

26 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 4.

Hasil dan Pembahasan

[image:40.595.100.477.130.488.2]

Hasil penelitian disdajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 1

Deskripsi Kemampuan Bepikir Matematik Tingkat Tinggi Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan TKAS

TKAS

Level Sekola

h

PendekatanPembelajaran

Total

PK KV

Sd n Sd n Sd N

Tinggi

Tinggi 53,17 4,28 12 48,72 6,03 11 51,04 5,56 23

Sedang 44,14 3,48 7 50,33 3,26 6 47,00 4,56 13

Rendah 46,33 1,73 9 39,43 1,40 7 43,31 3,86 16 Subtota

l 48,71 5,21 28 46,42 6,33 24 47,65 5,81 52

Sedang

Tinggi 47,20 5,71 20 45,17 6,02 23 46,11 5,89 43

Sedang 42,81 4,44 26 44,24 5,39 25 43,51 4,93 51

Rendah 41,52 1,69 21 35,12 1,92 24 38,11 3,69 45 Subtota

l 43,72 4,82 67 41,50 6,55 72 42,57 5,87 139

Rendah

Tinggi 44,00 5,32 9 44,12 7,12 8 44,06 6,02 17

Sedang 42,57 5,38 7 45,00 3,62 8 43,87 4,53 15

Rendah 35,80 3,70 10 30,11 1,26 9 33,10 4,01 19 Subtota

l 40,46 5,95 26 39,36 8,33 25 39,92 7,16 51

Total

Tinggi 48,24 6,17 41 45,90 6,33 42 47,06 6,32 83

Sedang 43,00 4,38 40 45,33 5,19 39 44,15 4,91 79

Rendah 41,17 4,34 40 34,75 3,43 40 37,96 5,06 80

Total 44,17 5,84 121 42,03 7,25 121 43,10 6,66 242

SkorMaksimum 64

Untuk melihat apakah pendekatan pembelajaran dan level sekolah memberi pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi serta untuk melihat ada tidaknya interaksi antara level sekolah dan pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi maka digunakan Anova dua jalur. Hasil pengolahan data dengan menggunakan Anova dua jalur disajikan pada Tabel 2

Tabel 2

Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Kemampuan Befrikir Matematik Tingkat Tinggi dengan Faktor Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran

Sumber Jumlah Kuadrat

dk Rata-rata Kuadrat

F Sign Ho

P 1954,05 2 977,02 37,06 0,00 Tolak LS 5976,90 2 2988,45 113,36 0,00 Tolak Interaksi 443,80 4 110,95 4,209 0,02 Tolak

(41)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 27

kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi maka digunakan Anova dua jalur. Hasil pengolahan data dengan menggunakan Anova dua jalur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi dengan Faktor Pendekatan dan TKAS

Sumber Jumlah Kuadrat

dk Rata-rata Kuadrat

F Sign Ho

P 1294,52 2 647,26 19,11 0,00 Tolak KA 3474,48 2 1737,24 51,29 0,00 Tolak Interaksi 251,65 4 62,92 1,86 0,12 Terima

Dari Tabel 1, 2 dan 3 didapat hasil sebagai berikut :

1) Secara keseluruhan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi (KBMTT) siswa termasuk kategori sedang (43,10 dari 64). Ditinjau dari pembelajaran, siswa pada PK (44,17) mencapai KBMTT lebih baik dari siswa pada KV (43,03).Temuan ini menunjukkan pembelajaran PK lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran KV dalam mengembangkan KBMTT.

2) Pada tiap jenis pembelajaran, makin tinggi level sekolah ditemukan makin tinggi pula KBMTT siswa; 48,24, 43,00, 41,17, pada PK; dan 45,90, 43,00, 34,75, pada KV). Temuan tersebut menunjukkan bahwa level sekolah memberikan peran yang baik terhadap pencapaian KBMTT siswa. Demikian pula secara keseluruhan (44,71, 39,30, 33,50), pada tiap level sekolah (49,01, 44,74, 39,13)dan tiap jenis pembelajaran (46,33, 41,52, 35,80 pada PK, dan 39,43, 35, 12, 30,11 pada KV) makin tinggi kemampuan awal (TKAS) makin tinggi pula KBMTT siswa. Temuan tersebut menunjukkan bahwa TKAS berperan baik terhadap pencapaian KBMTT siswa. Namun ditinjau pada tiap level sekolah dan level kemampuan awal matematika siswa, ditemukan bahwa siswa dengan pembelajaran PK lebih baik dari siswa yang memperoleh KV. Temuan ini menunjukkan bahwa PK memberikan pengaruh yang paling besar dibanding

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Soft Skill dan Persepsi pada kedua kelompok Siswa Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya
Tabel 1 Deskripsi Kemampuan Bepikir Matematik Tingkat Tinggi Berdasarkan
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Pencapaian Konsep
Tabel 4.2 Langkah-Langkah Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.69 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik ……… Tabel 4.70 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Komunikasi dan.

Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Kemampuan penalaran matematik siswa yang belajar dengan pendekatan.. pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah dalam mengembangkan kemampuan penalaran khususnya analogi matematik siswa sebaiknya dapat juga mengembangkan

“Terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan strategi

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan penalaran, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan investigasi dengan strategi pembelajaran

“Terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan strategi