• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Team Group Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Team Group Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecakapan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan masyarakat,

bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003). Orientasi pendidikan sendiri

adalah mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu kompetensi

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Seperti yang terlampir dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menjelaskan

bahwa standar proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada

pengembangan ketiga ranah (sikap, pengetahuan dan keterampilan) secara

utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan

dengan ranah lainnya sehingga melahirkan kualitas peserta didik yang

mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Penjelasan tersebut sejalan dengan penjelasan yang tertuang

dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor

81A Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum bahwa kegiatan

pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan

pada peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi,

kemampuan baik dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk hidup, bermasyarakat dan bernegara.

Globalisasi akan memunculkan permasalahan dalam bidang

pendidikan, sehingga perlu adanya perubahan paradigma dalam

pendidikan di Indonesia. perubahan paradigma yang diharapkan adalah

dalam konteks pemilihan strategi pembelajaran dalam proses belajar

(2)

terlebih lagi dalam merancang strategi pembelajaran yang mampu

mengembangkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peserta

didik.

Kita tahu bahwa terdapat berbagai mata pelajaran yang

dikembangkan dari SD hingga kejenjang pendidikan selanjutnya. Salah

satu mata pelajaran tersebut adalah matematika. Dalam KTSP (Depdiknas

2006) matematika dinyatakan sebagai ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempumyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pernyataan

tersebut selaras dengan pendapat Davis (Simanjuntak, 1993) yang

mendefinisikan matematika sebagai suatu pokok pengajaran yang

mempunyai pengaruh besar dalam bidang studi yang lain.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)

Memeahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisiem,

dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada

pola dan sifat,melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas

keadaan atau masalah.

Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat tercapai dengan

perencanaan pembelajaran yang baik, sejalan dengan tujuan matematika

tersebut, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

bahwa pembelajaran matematika harus memenuhi kecakapan atau

kemahiran belajar matematika, yaitu: 1) memahami konsep; 2) memiliki

kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memiliki

(3)

masalah; 4) memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya

dalam kehidupan (Depdiknas, 2006).

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan memiliki

keseuaian dengan karakteristik matematika adalah model pembelajaran

kooperatif, pembelajaran kooperatif sendiri mengacu kepada pembelajaran

yang dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk bisa

saling membantu dan memahami materi pelajaran (Slavin dalam Heruman,

2007).

Terdapat banyak sekali tipe dalam pembelajaran kooperatif,

diantaranya adalah Group Investigation (GI), GI dikembangkan oleh

Slhomo Sharan dan Yael Sharan adalah model pembelajaran kooperatif

yang cukup kompleks karena adanya pembetian topik atau subtopik yang

berbeda disetiap kelompok. Akan tetapi katakter belajar dengan GI sangat

cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan study proyek

terintegrasi (slavin dalam Rusman, 2012). Study ini mengarah pada

kegiatan perolehan, analisis, dan sintesisinformasi dalam upaya untuk

memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran lain yang memiliki

karakter hampir sama engan GI adalah Team Group Tournament (TGT).

TGT sendiri dikembangkan oleh David Devries dan Keith Edwards adalah

model pembelajaran yang memiliki karakter dengan adanya games yang

dirancang dalam pembelajaran kelompok yang menumbuhkan tanggung

jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Topik dalam

model pembelajaran ini disajikan dalm bentuk soal yang nantinya akan

diselesaikan dalam permainan berkelompok. Selain itu karakter khas TGT

adalah terdapat tournament yang muncul dari gabungan setiap games.

Meskipun kedua model pembelajaran tersebut memiliki karakter

yang cocok untuk belajar matematika, akan tetapi penggunaanya dalam

pembelajaran masih cukup jarang. Guru cenderung kurang memberi

variasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pernyataan ini

didukung dengan hasil wawancara dengan guru kelas di SDN 3 Sindurejo

(4)

menyampaikan materi dan selanjutnya memberikan beberapa tugas berupa

pengerjaan soal di LKS. Selain itu masih banyak siswa yang merasa

kesulitan belajar terlebih dalam mata pelajaran matematika. Pernyataan ini

didapat melalui tanya jawab terhadap beberapa siswa yang mengatakan

matematika adalah mata pelajaran sulit karena terlalu banyak menghitung.

Penelitian tentang penggunaan model GI dan TGT juga dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, untuk model GI diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Siti Lestari Dwi tahun 2012, data dari penelitian ini

menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan model GI mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat

dari siklus I 60% sampai dengan siklus III menjadi 100%. Sehingga dari

data penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pada

hasil belajar siswa dengan menggunakan model belajar Kooperatif tipe GI.

Sedangkan penelitian yang menggunakan model TGT diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Muchamad Subali 2010, yang menyatakan

adanya pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran TGT dengan siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran konvensional. Dari beberapa penelitian

tersebut peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian yang

menggunakan kedua model tersebut.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan TGT berbantuan media kartu pecahan

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV. Penggunaan media kartu

pecahan ini dipilih karena kartu pecahan sendiri mudah digunakan dan

dalam pembuatannya tidak terlalu rumit, disamping itu kartu pecahan juga

lebih mudah membuat siswa cepat mengingat materi yang akan

disampaikan, terlebih dalam mata pelajaran matematika terdapat materi

dalam bentuk simbol yang bermacam-macam, maka peneliti memilih

media kartu pecahan dengan harapan siswa mampu cepat memahami

materi yang nantinya akan dipelajari. Untuk sampel dalam penelitian ini

(5)

dipilihnya sampel tersebut karena peneliti berkeinginan untuk melihat

respon siswa ketikaa dilakukan pembelajaran menggunakan model GI dan

TGT, adakah perubahan yang terjadi terhadap potensi-potensi yang

dimiliki siswa di SD sampel. Selanjutnya hasil penelitian ini nantinya

diharapkan menjadi acuan bagi guru dalam memilih model pembelajaran

yang relevan dalam belajar di kelas.

1.2Batasan Masalah

Banyak hal yang mengakibatkan siswa mengalami masalah dalam

belajar matematika, diantaranya adalah kurang efektifnya model

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan masalah tersebut

peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Team Group Turnament

(TGT).

2. Hasil belajar dibatasi dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika yang mencangkup kompetensi pengetahuan, sikap dn

ketrampilan.

3. Pembelajaran matematika dibatasi dengan materi pecahan, yaitu

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan pada

Kompetensi Dasar 6.1 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan.

4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas IV SD.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dalam

penelitian ini, rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran

menggunakan model Group Investigation (GI) dan Team Group

Tournament (TGT) berbantuan media kartu pecahan terhadap hasil

(6)

2. Manakah hasil belajar yang lebih tinggi antara pembelajaran

menggunakan Group Investigation (GI) dan Team Group Tournament

(TGT) berbantuan media kartu pecahan pada mata pelajaran

Matematika kelas IV ?

1.4TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diungkap bahwa

tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara pembelajaran

yang menggunakan model Group Investigation (GI) dan Team Group

Tournament (TGT) berbantuan media kartu pecahan terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV.

2. Untuk mengetahui hasil belajar yang lebih tinggi antara pembelajaran

menggunakan model Group Investigation (GI) dan Team Group

Tournament (TGT) berbantuan media kartu pecahan pada mata

pelajaran Matematika kelas IV.

1.5MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam

pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah

wawasan dalam pengembangan IPTEK dalam ham

pemilihan model pembelajaran yang relevan di bidan

pendidikan Sekolah Dasar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

rujukan teoritis terkait penerapan model GI dengan model

(7)

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi

peneliti lain yang ingin mengkaji tentang hasil belajar

matematika pada siswa SD kelas IV.

1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi Guru

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan sebelum adanya penelitian agar guru berupaya

menerapkan pembelajaran yang menarik, kreatif, dan

inovatif.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pengalaman bagi guru agar dapat menerapkan model Group

Investigation (GI) dengan Team Group Tournament (TGT)

yang berbantuan dengan media mind map dalam

pembelajaran.

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

sumber informasi terkait model Group Investigation (GI)

dengan Team Group Tournament (TGT) berbantuan media

kartu pecahan, serta penerapannya dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah

c. Bagi Siswa

Model Group Investigation (GI) dengan Team Group

Tournament (TGT) berbantuan dengan media kartu pecahan

diharapkan mengurangi rasa bosan dalam kegiatan belajar dan

dapat meningkatkan hasil belajar kognitif khususnya dalam

pelajaran matematika.

(8)

Mendapatkan pengalaman menerapkan model pembelajaran Group Investigation

(GI) dengan Team Group Tournament (TGT) yang kelak dapat diterapkan saat

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 5 dan 7 halaman 52 dan 53 didapatkna hasil bahwa rata-rata upaya penanganan yang dilakukan baik oleh kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol didapatkan hasil

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi

Opini tersebut di dukung oleh teori menurut Perinansia (2003), bahwa seorang ibu dengan mempunyai anak pertama mungkin akan mengalami masalah ketika mengasuh

Dalam penelitian ini dilakukan penyuluhan dengan ceramah dan pemberian booklet pada ibu yang mempunyai balita untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit diare pada balita..

Profil baja I WF yang sudah dirubah menjadi balok baja kastilasi diperkaku pada badan dengan menambahkan pelat di bagian badannya untuk mengetahui seberapa jauh

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk

Dapat disimpulkan bahwa indikator dari pelaksanaan distribusi, yang terlaksana cukup baik yaitu untuk penetapan standar waktu penyaluran produk dan kondisi

Kelompok eksperimen terdiri dari 26 ibu hamil dengan intervensi pemberian Short Message Service dengan Gili- SMS® yang diberikan 3 kali yang berisi pengingat untuk