• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Example Non-Examples Melalui Permainan Terka Gambar untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Example Non-Examples Melalui Permainan Terka Gambar untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mengutip dari beberapa pendapat pada ahli dalam bidang pendidikan yang dapat mendukung penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan kajian teori yang digunakan pada penelitian ini diantaranya; 1) hakikat Bahasa Indonesia yang mencakup pengertian Bahasa Indonesia, karakteristik Bahasa Indonesia, manfaat Bahasa Indonesia, ruang lingkup Bahasa Indonesia, materi bahasa Indonesia yang diharapkan; 2) pengertian belajar; 3) pengertian hasil belajar, hasil belajar yang diharapkan; 4) permainan terka gambar; 5) model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu model pembelajaran Example Non-Examples.

2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Penanaman Bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang Bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi dari SD sampai dengan pendidikan tertinggi. Dalam pendidikan guru berperan sangat penting untuk menanamkan pengetahuan Bahasa Indonesia.

(2)

Jadi belajar Bahasa Indonesia di sekolah merupakan pokok dari proses pendidikan formal. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lain.

2.1.1.1. Pengertian Bahasa Indonesia

Menurut (Depdikbud : 1) “Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain baik secara lisan atau tulisan”.

Menurut Santoso (2009:11) Bahasa adalah “alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia”.

Menurut (Depdiknas :1) Bahasa Indonesia adalah:

Arah pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia ialah agar para siswa terampil berbahasa Indonesia. Dari segi komponen bahasa, diharapkan agar para siswa siswa terampil dibidang pemahaman (menyimak dan membaca), terampil di bidang penggunaan (menulis dan berbicara) dan terampil dibidang komponen kebahasaan (kaidah- kaidah bahasa). Secara sederhana dari segi aspek bahasa dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ialah agar siswa memiliki kemampuan menyimak (mendengarkan, membaca, menulis dan berbicara dengan baik.

2.1.1.2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(3)

2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Mata pelajaran yang diajarkan di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain adalah;1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis dengan baik; 2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; 3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan bahasa Indonesia; 4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

2.1.1.4. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Menurut Santoso, dkk (2009: 15) Fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut; 1) alat untuk menjalankan administrasi negara, fungsi ini terlihat dalam surat–surat resmi, surat keputusan, peraturan dan perundang-undangan; 2) alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda; 3) sebagai wadah penampung kebudayaan karena semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan harus diajarkan dan diperdalam dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai medianya.

2.1.1.4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pengajaran bahasa Indonesia di SD meliputi beberapa ruang lingkup. Menurut Srinugraheni (2011:4) Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek – aspek sebagai antara lain; 1) mendengarkan; 2) berbicara; 3) membaca; 4) menulis.

(4)

dihadapi ialah dari aspek menulis, karena dalam bahasa tulis masih banyak siswa yang belum memahami tentang ejaan, misalnya penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca yang belum tepat dan belum lagi masalah bahasa tulis yang masih terbawa bahasa lisan yang merupakan bahasa daerah setempat maka penggunaan bahasa tulis yang benar perlu diajarkan pada siswa sejak masih kecil dan ingatanya masih bagus sehingga tertanam kemampuan menulis yang benar dan yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini dengan (KD siklus 1 yaitu 8.1 Mendiskripsikan tumbuhan atau binatang disekitar secara sederhana dengan bahasa tulis dan KD siklus II yaitu 8.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung pyang rapi).

2.1.2. Pengertian Belajar

Dalam pengertian secara umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuanya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada pembelajar. Demikian pengertian belajar menurut beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Cronbach dalam Riyanto (2012 : 5 “belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

Menurut Gagne dalam Riyanto (2012:5) “belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan”.

(5)

Menurut Sudjana dalam Musfiqon (2012:5)“belajar adalah proses aktif, proses mereaksi terhadap situasi yang ada di sekitas individu”.

Menurut Skiner dalam Sutikno (2013:1) “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman. Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungan baik sengaja maupun tidak sengaja. Perubahan yang semata-mata karena kesemata-matangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat adanya perubahan tingkah laku.

2.1.3. Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik memegang peranan penting dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Setiap mengikuti proses belajar mengajar di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal, sangat sulit diharapkan bias mendapatkan hasil belajar yang baik.

(6)

Menurut Hamailik dalam Rusman (2012:123) “Hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”.

Menurut Gagne dalam Suprihatiningrum (2014:37) “Hasil belajar adalah “kemampuan– kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa”.

Menurut Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2014:38) Hasil belajar adalah “suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu kapasitas (kemampuan) yang telah diperoleh”.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2014:6-7) Hasil belajar mencakup “kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai melalui tes oleh guru setelah memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan untuk mengukur keberhasilan yang ingin dicapai. Melihat tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari yang mana Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, kemampuan yang diharapkan ini adalah kemampuan dalam menguasai keempat keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempatnya ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Penggunaan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mana media ini dapat mengkonkritkan sesuatu yang abstrak, karena tingkat atau tahap berpikir anak SD masih dalam tahap berpikir konkrit. Terlebih bagi siswa kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) anak belum dapat memahami sesuatu yang tidak ada didepan matanya (abstrak).

(7)

meningkatkan minat, proses pembelajaran yang interaktif, semangat siswa serta hasil belajar Bahasa Indonesia yang dapat mencakup kemampuan berbahasa yang baik dan benar, yang sesuai dengan harapan dari pembelajaran Bahasa Indonesia.

2.1.4. Model Pembelajaran Example Non - Examples

Pembelajaran Example Non-Examples adalah salah satu contoh Model Pembelajaran yang menggunakan Media gambar dalam pembelajarannya. Manfaat media ini adalah untuk guru dapat membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media, diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai isi yang ada didalam gambar.

Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar, diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar Penggunaan model pembelajaran Example Non-Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.

(8)

materi yang sedang dibahas. Model Example Non-Examples menggunakan gambar yang dapat melalui proyektor ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada dibelakang dapat juga melihat dengan jelas.

Model pembelajaran Example Non-Examples yang biasanya digunakan dikelas tinggi, namun juga dapat digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah, seperti kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan dan kemampuan berikan interaksi ringan dengan siswa lainya.

Menurut Buehl dalam Huda (2013:235) strategi Example Non-Examples melibatkan siswa untuk: 1) menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih kompleks; 2) melakukan proses discovery yang bisa mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung terhadap contoh – contoh yang dipelajari; 3) mengeplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-examples yang mungkin masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

2.1.4.1. Langkah – langkah dari proses pembelajaran Example Non-Examples Menurut Slavin dalam Hamdayama (2014:99) Langkah – langkah dari proses pembelajaran Example Non-Examples yaitu sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar – gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui OHP atau LCD.

c. Guru memberikan petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas kerja siswa.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan memberikan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi

(9)

Menurut Agus Suprijono dalam Hamdayama (2014:100) langkah –langkah model pembelajaran Example Non-Examples ,di antaranya berikut ini:

a. Guru mempersiapkan gambar – gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan kompetensi dasar.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini, guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detail gambar dapat dipahami siswa. Selain itu, juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dan analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing –masing.

f. Mulai komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

g. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(10)

Berikut langkah-langkah atau implementasi model pembelajaran menggunakan model pembelajaran Example Non- Examples melalui permainan terka gambar pada siswa kelas 2 SD N Kopeng 02 kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015:

a. Guru mengajak siswa untuk melihat sekitar taman sekolah dan menemukan berbagai macam tumbuhan dan hewan yang mereka jumpai.

b. Guru membawa benda nyata dan membagikan gulungan kertas yang berisi gambar benda nyata dan bukan gambar dari benda nyata, siswa menebak gambar yang sesuai dengan benda nyata.

c. Siswa yang memperoleh gambar yang sesuai dengan benda nyata diminta maju kedepan untuk menyebutkan ciri-cirinya.

d. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai kemampuan hiterogen.

e. Guru meminta siswa berdiskusi dan mengerjakan lembar soal yang telah dibagikan.

f. Guru menyiapkan gambar pada kertas karton yang beserta beberapa gambar untuk dianalisis setiap kelompok yang jawabanya berbeda-beda.

g. Siswa diminta maju kedepan untuk menempelkan gambar pada papan tulis dengan gambar dan mebacakan hasil diskusinya serta berlatih menulis di papan tulis secara bergantian.

h. Dari hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

i. Siswa dan guru melakukan Tanya jawab bersama tentang materi yang telah dipelajari

(11)

2.1.4.2. Keuntungan dari Model Pembelajaran Example Non-Examples

Menurut Hamdayama (2014:101) ada beberapa keuntungan dari Model Pembelajaran Example Non-Examples antara lain: a) Siswa berangkat dari suatu definisi, yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks; b) Siswa terlibat dalam proses discovery, yang mendorong mereka menggabungkan konsep secara progresif lewat epngalaman dari Example Non-Examples; c) Siswa diberi suatu yang berlawanan untuk mengekplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian Non-Examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian Examples.

2.1.4.3. Kelebihan Model Pembelajaran Example Non-Examples

Menurut Hamdayama (2014:101) ada beberapa kebaikan model pembelajaran Example Non-Example antara lain: a) Siswa lebih kritis menganalisis gambar; b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

2.1.4.4. Kekurangan ModelPembelajaran Example Non-Examples

Menurut Hamdayama ( 2014: 101) ada beberapa kekurangan dari model pembelajaran Example Non–Examples antara lain: a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar; b) Memakan waktu yang cukup lama.

(12)

2.1.5. Pengertian Bermain

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain karena sesuai dengan tingkatan usia dini yang masih suka bermain, dengan bermain tidak menjadi tegang dan stres yang biasanya ditandai dengan tertawa dan menyenangkan.

Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2010: 35) bermain adalah “Dapat memberikan sumbangan kepada anak yang berpengaruh secara langsung terhadap semua area perkembangan anak”.

Menurut Irawati dalam Allen dalam Sujiono (2010: 35) bermain adalah “ suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan imajinasi dan anak merasa tanpa beban”.

Menurut Sujiono (2010:36) bermain kreatif adalah “seorang anak secara langsung melibatkan dirinya dalam sebuah kegiatan atau bermain yang mengharuskan mereka untuk berpikir dalam cara yang tidak mempertimbangkan norma serta memusatkan diri pada sesuatu dalam permainan.

Dari beberapa pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa bermain adalah Kegiatan yang dilakukan yang memerlukan pemikiran untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan suasana yang senang dan gembira.

Menurut Sujiono (2010:36) fungsi bermain antara lain: a) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan kordinasinya; b) mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain melakukan eksplorasi terhadap segala hal yang ada dilingkunganya; c) menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian yang tinggi.

2.1.6. Terka Gambar

(13)

Menurut Hamdyana (2014:98) gambar adalah “salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya”.

Dari pengertian diatas sehingga dengan berbantu permainan terka gambar dapat menarik minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran dan bisa membuat siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar dengan melihat gambar sebagai petunjuk objek yang dipelajari.

2.1.7. Hakikat Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang–lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang mudah dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca secara langsung lambang- lambang grafik tersebut. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan seseorang. Berikut pengertian menulis menurut para ahli:

Menurut Nurjamal,dkk (2011:4) ”Menulis merupakan keterampilan puncak seseorang untuk asli berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks, menulis juga juga merupakan media untuk menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan”.

Menurut Santoso ( 2009: 14) “ Menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan”.

(14)

harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang mudah ke yang sukar hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga. dari pengertian di atas dalam penelitian ini termasuk menulisa permulaan dengan memperhatikan mekanisme penulisan seperti penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan. Keterampilan menulis juga menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan.

Menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat sederhana. Menulis tentu hanya dengan beberapa kalimat sederhana bukan suatu karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan dengan pembelajaran terpimpin.

Contoh: Jeruk.

Jeruk berbentuk bulat.

Isinya kuning.

Rasanya manis dan asam.

Jeruk banyak dijual di pasar.

(15)

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian dilakukan oleh Abdul Kurniawan (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Example Non–Examples dalam Meningkatkan Motivasi belajar dan hasil belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengeahuan Alam siswa kelas 4 Semester 2 di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2010/2011” Hasil Penelitian dengan kesimpulan penggunaan model pembelajaran Example Non–Examples dapat meningkat motivasi belajar dan hasil belajar. Persamaan antara penelitian di atas tersebut adalah siklus I menggunakan gamabar yang berwarna dan siklus II tidak menggunakan gambar yang berwarna, namun perbedaannnya adalah dalam mata pelajaran saya menggunakan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Hasil penelitian yang lain yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Riamayani (2012) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Example Non–Examples terhadap hasil belajar siswa pada materi Pelestarian Lingkungan Hidup dikelas XI SMA Negeri 10 Medan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Example Non – Examples pada materi Lingkungan Hidup meningkat dari siklus 1 sebesar 54,92 % menjadi 63,25 %, pada siklus II dan 70,33 %, peningkatan siklus I ke silkus II sebesar 8,33 % dan silkus II ke silkus III sebesar 7,9 %.

(16)

aktivitas tersebut dapat dilihat selama pembelajaran berlangsung berupa siswa melakukan kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar yang terlaksana di dalam kelas pada umumnya dapat menimbulkan rasa bosan siswa ketika pembelajaran yang dilaksanakan berkesan terlalu psosedural. Artinya guru melaksanakan pembelajaran secara sistematis sementara keadaan seperti ini umumnya tidak diinginkan siswa. Sehingga dapat menyebabkan ketidaktertarikan siswa untuk membaca materi pembelajaran, terlebih lagi model pembelajaran yang belum tepat digunakan dalam proses belajar mengajar. Jika kondisi pembelajaran dalam kelas sebagaimana uraian di atas, maka guru ada baiknya melakukan upaya untuk mengubah model pembelajaran yang digunakan. Karena bukan tidak mungkin keadaan belajar siswa sebagaimana uraian diatas salah satunya disebabkan karena model pembelajaran yang belum sesuai keadaan belajar siswa dalam kelas.

(17)
(18)

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti rumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

a. Penerapan Model Pembelajaran Example Non-Examples melalui Permainan Terka Gambar akan dapat meningkatkan Proses Pembelajaran meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa Bahasa Indonesia Siswa Kelas 2 SD N Kopeng 02 secara signifikan minimal 10% dengan menerapkan langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non-Examples melalui permainan terka gambar sebagai berikut:

1. Siswa dibagikan benda nyata.

2. Siswa dibagikan gulungan kertas yang salah satunya terdapat gambar dari benda nyata tersebut.

3. Siswa yang mendapat gambar yang sesuai benda nyata lalu maju kedepan.

4. Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.

5. Berdiskusi kelompok 4-5 orang siswa dalam satu kelompok lalu dari hasil analisis gambar tersebut dicatat pada kertas kerja siswa.

6. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya.

7. Dari hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Gambar

gambar tersebut dicatat pada kertas kerja siswa.
gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan
gambar benda nyata dan bukan gambar dari benda nyata, siswa menebak
gambar yang tersedia

Referensi

Dokumen terkait

Dengan nilai maksimum dan minimum proporsi penduduk pada masing-masing kelompok umur sebagai berikut, pada kelompok umur 1 (0 - 4 tahun), proporsi populasi penduduk yang paling

Diketahui, ibu dalam masa persalinan, saat dipimpin meneran oleh bidan, maka tahapanB. persalinan yang benar, sesuai dengan teori

Parameter yang akan diukur dan diamati meliputi tinggi air jatuh (head), tegangan dan arus listrik yang dihasilkan dari generator, jumlah keluarga yang dilayani oleh

Terbukti pada saat Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda, pada tahun 1942 terjadi petempuran seru di laut Jawa yang membawa keunggulan Jepang, selain itu

Saat ini, integrasi sosial yang dibangun jemaat GPIB Pniel pasca konflik telah. berhasil, yang dilakukan dengan cara mengubah strategi kehadiran, bukan

[r]

Bubun Saepudin, 2014 PENGARUH LATIHAN SIMULASI TERHADAP PENIGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BOLA BASKET DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN Universitas

Kata tarbiyah berasal dari kata ﱠبَر atau اَبَر didalam al- Quran disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan,