TUGAS MAKALAH MANDIRI
PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI
PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN
JAMAK
OLEH :
HULAIMI
NIM. 15.1.13.11.0.032
MAHASISWA PROGRAM DMS
S1 KEDUA NON PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pendidikan yang dilakukan
Tidak jarang kita jumpai adanya guru yang bingung karena materi yang disampaikan tidak dapat diterima siswa dengan baik. Meskipun sang guru telah bersusah payah untuk menyampaikan materi dengan sejelas-jelasnya tetapi hasilnya masih saja kurang memuaskan. Guru yang putus asa akan mengeluh bahkan bisa sampai jengkel kepada murid-muridnya. Ada guru yang sampai hati membentak dan bahkan mengatakan ‘bodoh’ kepada muridnya.
Kenyataan seperti ini seringkali menghantui perasaan sang guru, dimana sebenarnya permasalahannya berangkat dari ketidak fahaman guru tentang pembelajaran itu sendiri, tentang karakteristik anak didik, perkembangan kejiwaan yang terjadi pada anak didik, strategi-strategi yang perlu dipergunakan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi. Sehingga pada daasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Untuk itu diperlukan suatu system pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang bisa untuk mengasah kemampuan peserta didik yang telah dibekali oleh Allah berupa kecerdasan/intelegensi yang beragam.
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.1
Berangkat dari masalah ini maka penulis merasa perlu untuk mengangkatnya menjadi sebuah kajian ilmiah berupa makalah dengan judul “Pembelajaran Holistik Anak
1 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April
Usia Dini Melalui Pendekatan Multiple Intelegence/Kecerdasan Jamak”
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka bisa di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran holistic? 2. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini?
3. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan jamak?
4. Apa strategi pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan jamak pada anak usia dini?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui maksud dari pembelajaran holistic. 2. Mengetahui hakikat anak usia dini.
3. Mengetahui maksud dari kecerdasan jamak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Holistik
1. Pengertian Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.2
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
2. Teori-teori tentang pembelajaran holistic
Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan
2http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20
ini ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI (somatis, auditori, visual dan intelektual). Dengan pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah prinsip pokok
dalam belajar, yakni:
1 – Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran 2 – Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. 3 – Kerjasama membantu proses belajar.
4 – Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5 – Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri. 6 – Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7 – Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Sekarang, marilah kita simak pokok-pokok pikiran Meier, bagaimana prinsip kegiatan belajar berdasarkan prinsip SAVI itu.
Pertama, belajar somatis, belajar dengan bergerak dan berbuat. Apa sajakah yang dapat dilakukan? Jawabnya ialah:
Membuat model dalam suatu proses.
Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.
Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya dan merefleksikannya.
Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fsik.
Menjalankan belajar aktif (simulasi,permainan belajar,dan lain-lain)
Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan, menggambar dan membicarakan apa yang dipelajari.
Mewawancarai orang di luar kelas.
Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar dan berbicara. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan?
Membaca keras dari bahan sumber.
Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
Membuat rekaman suara sendiri.
Menceritakan buku yang dibaca.
Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan menjelaskan apa yang dilakukan.
Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.
Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat, mengamati, memperhatikan. Apa sajakah kegiatan dalam pendekatan ini?
* Mengamati gambar dan memaknainya. * Memperhatikan grafk atau membuatnya. * Melihat benda tiga dimensi.
* Menonton video, flm. * Kreasi pictogram * Pengamatan lapangan * Dekorasi warna-warni
Keempat, belajar intelektual (I), kegiatan mencipta, merenungkan, memaknai, memecahkan masalah. Ada sejumlah kegiatan terkait dengan pendekatan ini, antara lain:
* Pemecahan masalah
* Menganalisis pengalaman, kasus * Mengerjakan rencana strategis * Melahirkan gagasan kreatif
* Menciptakan model mental
* Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan. * Menciptakan makna pribadi
* Meramalkan implikasi suatu gagasan3.
B. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut4
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak5. Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang
3 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam
11:32
4(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough6 sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik. 4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. 7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. 10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
C. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini
Terbuka.1.12-Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. 7adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. 3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
D. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono, pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.8
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi9. Pembelajaran untuk
anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada
8Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. 138
9Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan
usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya.10
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya. E. Kecerdasan Jamak
Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak. Cara merangsang Kecerdasan Jamak.
1. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
2. Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll. 3. Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati
gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
4. Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
5. Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada
6. Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
7. Melatih kecerdasan emosi intra- personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
8. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.11
Melewati rentangan waktu, jenis kecerdasan bertambah dengan jenis kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshall (Yuliani & Bambang, 2010) beranggapan bahwa kecerdasan spiritual
11
http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan -jamak.html
dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang labih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Berhubungan dengan kecerdasan spiritual bagi anak usia dini, Gutama dalam Yuliani & Bambang (2010:63) menuliskan bahwa “kecerdasan spiritual adalah ekspresi pemikiran yang muncul dari dalam kalbu seseorang. Bagi anak, kesadaran ini memacu mereka untuk menemukan dan mengembangkan bakat bawaan, energi, dan hasratnya serta sebagai sumber motivasi yang memiliki kekuatan luar biasa”
dengan cara yang paling mudah menurut minat dan kecenderungan potensi kecerdasan anak.12
F. Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
Kecerdasan jamak untuk anak usia dini disebutkan oleh Elis komalasari & Siti Khodijah dalam blognya sebagai berikut:
Gardner & Krechevsky (2013) dalam tulisannya mengenai “Munculnya dan Pemeliharaan Kecerdasan Majemuk pada Masa Balita: Pendekatan Proyek Spektrum” mengemukakan bahwa kemungkinan bakat luar biasa anak-anak yang dapt dikenali di usia muda dan bahwa profl kemampuan yang ditunjukan oleh anak-anak prasekolah dapat dengan jelas dibedakan satu dari yang lain. Gardner, dkk mengungkapkan beberapa hasil temuan mengenai implikasi pendidikan dan pendekatan spectrum untuk penilaian yang menyebutkan bahwa kemampuan orang belajar dan syaraf menawarkan dukungan baru untuk pandangan majemuk mengenai kemampuan orang belajar dan menyarankan bahwa pikiran diorganisasikan dalam wilayah fungsi yang secara relatif terpisah.
Menurut Gardner (2013) kecerdasan didasarkan paling sedikitnya dari potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang
saling mempengaruhi. Pada bayi, kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam berbagai sistem simbol, seperti bahasa yang dipakai untuk berbicara. Pendidikan pada suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti yang telah diwakili sepanjang waktu dalam berbagai sistem mode budaya.
dihargai, menggunakan kombinasi kecerdasan yang relevan. Gardner, dkk menyiapkan beragam area, antara lain:
1. Sudut ilmu pengetahuan
Tempat berbagai spesimen biologi dibawa untuk diteliti dan dibandingkan dengan material lain, area ini menuntut kemampuan indera dan juga kekuatan analitik logika
2. Sudut bercerita
Tempat siswa menceritakan dongeng khayalan menggunakan perangkat peralatan sandiwara yang membangkitkan ingatan mereka, mempunyai peluang untuk mendesain rangkaian gambar yang bercerita, area ini membangkitkan bakat linguistik, dramatik dan khayalan.
3. Sudut bangunan
Tempat siswa dapat membangun model dari ruang kelas dan memanipulasi foto berukuran kecil dari siswa dan guru dalam ruang; area ini menggunakan kecerdasan ruang, gerakan badan dan pribadi.
anak-anak yang tidak menunjukan ketertarikannya didorong untuk mencoba material atau pendekatan alternatif. Guru siap mengamati ketertarikan dan bakat anak selama kurun waktu setahun, dan tidak ada penilaian khusus yanng diperlukan. Namun untuk bidang pemikiran dan kerajinan tangan, kelas spectrum menyediakan permainan atau aktiftas spesifk yang memungkinkan penetapan kecerdasan anak secara tepat di area tersebut.13
G. Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan
Kecerdasan Jamak
Pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan jamak dalam pendidikan anak usia dini sangat penting terutama untuk mengenali perbedaan individu anak didik. Implikasi teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu mengenali modalitas kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap anak. Sehingga dengan strategi dan pendekatan yang bervariasi maka diharapkan anak dapat tergali modalitas yang menjadi gaya dan cara belajar anak sehingga minat dan bakat anak dapat dikenali sejak dini. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam belajar. Hal
13http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April
ini dapat membantu anak mengenali diri dan kecenderungannya sehingga modalitas minat anak dapat berkembang secara optimal. Hal ini dapat pula membantu orang tua dalam mengarahkan anak khususnya dalam meraih cita-cita anak sesuai dengan minatnya
Multiple intelligence/ Kecerdasan Jamak adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda yang konkret maupun hal-hal yang abstrak. Bagi Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus.
Beberapa materi program yang dapat mengembangkan kecerdasan majemuk akan dipaparkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 1
Kecerdasan
Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
Pengenalan pola
Eksperimen di alam
Memperkaya pengalaman
berinteraksi dengan konsep matematika
Games penuh strategi dan eksperimen
Visual Spasial Menggambar dan melukisMencorat-coret
Membuat prakarya
Mengunjungi berbagai tempat
Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
Menagtur dan merancang
Kecerdasan
Intrapersonal Menciptakan citra diri positifMenciptakan suasana yang
mendukung pengembangan kemampuan interpersonal dan penghargaan diri anak
Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
menggambar diri sendiri dari sudut pandang anak
Membayangkan diri di masa datang
Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh dalam cerita
Memberi kesempatan pada anak untuk memainkan alat musik dan bernyanyi
Mengembangkan pemahaman anak tenatng musik
Memberikan stimulus-stimulus ringan pada anak agar lebih termotivasi pada bidang musik
Memberikan pengalaman empiris yang praktis, seperti memberikan
penghargaan terhadap karya anak, misalnya membuat pentas seni.
Kecerdasan Natural
Melakukan kegiatan sains permulaan, ilmu botani, gejala-gejala alam atau
hubunagn antara benda-benda hidup dan tak hidup yang ada di lingkungan sekitar
Karya wisata ke kebun binatang
Jalan-jalan di alam terbuka
Melihat keluar jendela
Tanaman sebagai dekorasi
Ekostudi, ekologi yang diintegrasikan ke dalam setiap bagian pelajaran di sekolah
Spiritual kepada Sang Pencipta
Membiasakan diri untuk bersikap sesuai ajaran agama, seperti memberi salam, mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan agama yang dianut,
mengembangkan sikap dermawan, membangun sikap toleransi terhadap sesama
· Memberikan teladan yang baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui serita atau dongeng
· Mengamati berbagai buki kebesaran Sang Pencipta14
14 Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulan beberapa hal diantaranya:
1. Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan.
2. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut
3. Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak.
Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam belajar.
B. Saran-saran
1. Pembelajaran holistic hendaknya perlu diperdalam oleh semua kalangan pendidik untuk bisa lebih mengoptimalkan pembelajaran terutama para pendidik usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
http://ippank47.blogspot.com/2011/05/
makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam 11:32
http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah .html
diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58
http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/
kecerdasan-jamak.html diakses 22 April 2014 Jam 12.43
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.