ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYUNDUL BOLA (HEADING) MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VI DI
SDN 1 BAKUNG BANDAR LAMPUNG Oleh
Seprendy Eko Nugroho
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar menyundul bola (heading) melalui alat bantu. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kaji tindak (Class room Action Research), yaitu putaran bersepiral (Self Reflective Spiral) yang dirancang secara : (a) Rencana, (b) Pelaksanaan, (c) Observasi, (d) Refleksi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, di setiap siklusnya dilakukan tindakan yang berbeda. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki – laki dan 14 siswa perempuan pada kelas VI SD Negeri 1 Bakung, Bandar Lampung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing siklus terdapat peningkatan, yaitu siklus pertama siswa memperoleh RK 44, 14 yang memperoleh RK ada 12 siswa (37,5 %). Dilanjutkan ke siklus kedua siswa yang memperoleh RK 61,32 yang memperoleh RK ada 20 siswa (62,5 %). Dan dilanjutkan ke siklus ketiga siswa yang memperoleh RK 73,14 yang memperoleh RK ada 24 siswa (75 %).
Simpulan yang dapat di ambil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bantuan alat bantu (bola karet) dapat meningkatkan keterampilan menyundul bola (heading) pada siswa kelas VI A SD Negeri 1 Bakung Teluk Betung Barat Bandar Lampung.
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYUNDUL BOLA (HEADING) MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VI DI
SDN 1 BAKUNG BANDAR LAMPUNG
Oleh
SEPRENDY EKO NUGROHO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Seprendy Eko Nugroho, lahir di Hanau Brak pada tanggal 11 September 1988 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Suyadi, S.Pd. dan Ibu Indawati.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Taman Kanak-kanak (TK) Taman Siswa yang selesai pada tahun 1994, Sekolah Dasar Swasta (SDS) Tri Bhakti dan selesai pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 3 B.Lampung selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 B.Lampung selesai tahun 2006.
MOTO
“ Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan – pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat – akibat yang jelek dari kesalahan – kesalahan
yang dilakukan “ (QS Al Baqarah,160)
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dibalas pahalanya tanpa perhitungan (QS. Az-Zumar:10)
“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi
kesalahan lagi”. (Seprendy Eko Nugroho)
PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan ke pada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan
kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda Suyadi, S.Pd dan Ibunda Indawati,
adik-adik yang kusayangi (Dendy Mahesa Putra, M.Diaz Widhi Satya),
dan Wike Yudiastara, A.Md. Kep yang tercinta yang slalu mendampingiku dan
mendukungku sampai saat ini
serta seluruh keluarga, sahabat dan teman yang telah
membantu & mendoakan,
selalu mengharapkan
hal yang terbaik
”untukku”.
SANWACANA
Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menyundul Bola (Heading) Melalui Alat Bantu Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri 1 Bakung B.Lampung” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap
dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs. Suranto, M.Kes selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.
6. Kepala SD Negeri 1 Bakung B.Lampung beserta dewan guru yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses
perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses
terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 2015 Penulis
DAFTAR ISI
B. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... 10
C. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran ... 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Teknik Dasar Heading dalam sepak bola ... 40
1. Deskripsi Hasil PTK Keterampilan Menyundul Bola ... 43
2. Instrumen Penilaian ... 55
3. Kisi-kisi Tes Keterampilan Menyundul Bola ... 56
4. Program Latihan ... 58
5. Hasil Tes Awal Keterampilan Menyundul Bola ... 62
6. Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menyundul Bola ... ... 63
7. Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menyundul Bola ... 64
8. Hasil Tes Siklus III Keterampilan Menyundul Bola ... 65
10. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Siklus I ... 66
11. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus I Ke Siklus II ... 67
12. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus II Ke Siklus III ... 68
13. Hasil Peningkatan Keterampilan Menyundul Bola Pada Setiap Siklus... 69
14. Hasil Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pada Setiap Siklus ... 70
15. Deskripsi Hasil PTK Keterampilan Menyundul Bola ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
12. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus II Ke Nilai Tes Siklus III ... 68
13. Hasil Peningkatan Keterampilan Menyundul Bola Pada Setiap Siklus 69 14. Hasil Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pada Setiap Siklus .... 70
15. Deskripsi Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas ... 71
16. Gambar Grafik Histogram Rata-rata dari Hasil Tes Mengoper Bola .. 72
17. Gambar Grafik Histogram Ketuntasan Belajar dari Hasil Tes Menyundul Bola ... 72
18. Gambar grafik Peningkatan Hasil Tes Menyundul Bola dari Tes Awal Hingga Siklus Ke Tiga ... 73
19. Hasil Presentase Keterampilan Menyundul Bola Dari Tes Awal Hingga Siklus Ketiga ... 74
20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Awal ... 76
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kesatu ... 79
22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua ... 82
23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Ketiga ... 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 : Menyundul Bola (Heading) ... 24
Gambar 2 : Bola Karet ... 27
Gambar 3 : Siklus yang akan dilakukan dalam penelitian adaptasi ... 34
Gambar 4 : Mengoper bola yang digulirkan rekannya ... 36
Gambar 5 : Menyundul bola (heading) ke dinding ... 37
Gambar 6 : Menyundul bola (heading) dengan rekannya... ... 39
Gambar 7 : Perbandingan Rata-rata Kelas dari Temuan Awal hingga Siklus Ketiga ... 72
Gambar 8 : Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar dari Tes Awal hingga Siklus Ketiga ... 73
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via gerak insani
(human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja
mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur
pembentukan yang mencakup kemampuan fisik , intelektual, emosional, sosial
dan moral-spiritual.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik
melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani,
kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan
dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan
pancasila.
Karena pendidikan jasmani dan kesehatan dipandang sangat strategis dalam
pembinaan kualitas fisik manusia Indonesia, maka dalam Garis Besar Haluan
2
bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang arahnya pada
peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan mental masyarakat.
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,
penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),
membantu siswa memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara
melakukan gerak secara aman, efisien, dan efektif sehingga menghargai
manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup dan pembiasaan pola
hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta
perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani
diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar
permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam; aktivitas
ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door).
Salah satu tujuan pendidikan jasmani disekolah adalah mengembangkan
keterampilan gerak untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak,
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanganya( Rusli Lutan:1997).
Dalam perkembangannya melalui suatu pembinaan yang sistematis dan teratur.
Proses pembelajaran harus sejalan dengan kematangan siswa dalam usia
maupun fisik perlu dibedakan antara setiap umur yaitu dari masa balita,
anak-anak, masa remaja, dewasa dan masa tua.
Dengan demikian tahap perkembagan anak dalam hal ini usia siswa SDN 1
Kelas VI Bakung merupakan proses belajar menguasai gerak dasar menyundul
mempelajari gerak kelanjutannya akan lebih mudah untuk diarahkan guna
mempelajari gerak dasar yang lebih tinggi dalam hal ini mempelajari
bentuk-bentuk gerakan suatu cabang olahraga.
Pada saat melakukan observasi di lapangan, penulis mendapat informasi dari
guru mata pelajaran penjaskes bahwa siswa kelas VI SDN 1 Bakung
mempunyai masalah dalam penguasaan menyundul bola pada saat
pengambilan nilai dalam pelajaran sepakbola. Bola yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut adalah bola yang sebenarnya untuk bermain sepakbola
dengan jumlah bola 4 buah dan anak sering mengeluh ketika menggunakan
bola yang standar merasa sakit kepalanya dan kurangnya sarana prasarana
dalam pembelajaran materi sepak bola gerak dasar menyundul bola.
Akibatnya hasil belajar siswa di SD tersebut belum mencapai tingkat
keberhasilan yang diharapkan. Dengan melihat setiap hasil pembelajaran gerak
dasar sepak bola menyundul bola disekolah tersebut masih rendah, adapun
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari rata-rata 70 sebanyak 75%,
sedangkan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 sebanyak 25%. Dari
keseluruhan kelas VI memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam
melakukan teknik dasar sepak bola menyundul bola, belum terlihat adanya
modifikasi pembelajaran penjaskes gerak dasar menyundul bola dan
pembelajaran penjas gerak dasar menyundul bola kurang efektif. Uraian diatas
4
Sebagai seorang guru, sering sekali kita dihadapkan terhadap beragamnya
karakteristik siswa dalam suatu kelas. Karakteristik siswa itu antara lain adalah
jenis kelamin, postur tubuh, hobi, sifat, model pembelajaran. Hal ini yang
terjadi pada pembelajaran gerak dasar sepak bola menyundul bola pada siswa
kelas VI SD Negeri 1 Bakung ketika menggunakan alat permainan dengan
menggunakan bola yang standar untuk pemain sepak bola. Peranan dan Fungsi
guru penjas yang baik apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif serta
selektif dalam menentukan metode dan penggunaan alat penunjang
pelaksanaan proses belajar mengajar yang cocok, fleksibel, ekonomis dan
disukai anak didiknya apabila memakai alat tersebut saat proses kegiatan
belajar mengajar.
Dalam menentukan alat penunjang keberhasilan terhadap tugas gerak yang
diberikan, kita harus memilih alat-alat yang mengarah pada pembentukan
gerakan yang kita harapkan tersebut. Yaitu dengan alat yang sederhana dan
fleksibel tetapi disenangi oleh anak didik. Dalam penelitian ini penulis
mencoba menerapkan suatu cara penyampaian belajar sepak bola gerak dasar
menyundul bola menggunakan modifikasi alat permainan (bola karet). Penulis
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau kolaborasi
partisipatris sebagai solusinya.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
2. Dalam pembelajaran penjaskes gerak dasar menyundul bola kelas VI SD
Negeri 1 Bakung belum terlihat adanya modifikasi alat.
3. Pembelajaran penjas gerak dasar menyundul bola di SD Negeri 1 Bakung
kurang efektif.
C.Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada masalah
Peningkatan gerak dasar menyundul bola pada siswa kelas VI SD Negeri 1
Bakung Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan proses pembelajaran dan mengetahui apakah dengan
modifikasi alat permainan ( bola karet) dapat meningkatkan gerak dasar
menyundul bola pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Bakung.
2. Meningkatkan efektifitas pembelajaran gerak dasar menyundul bola pada
siswa kelas VI SD Negeri 1 Bakung.
E.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, identifikasi
masalah dan permasalahan, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
6
efektivitas pembelajaran sehingga memperbaiki keterampilan menyundul bola
pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Bakung Bandar Lampung ?”.
F.Kegunaan penelitian
1. Siswa
Meningkatkan pengetahuan siswa dalam upaya meningkatkan dasar gerak
menyundul bola. Dapat memberikan kontribusi dalam upaya
mengembangkan pedagogi olahraga terutama dalam proses pembelajaran
gerak dasar menggunakan modifakasi alat sehingga dapat memberikan
peningkatan gerak dasar menyundul bola.
2. Guru Penjas
Hasil penelitian ini sebagai sumbangan dalam meningkatkan pembelajaran
penjaskes khususnya pelajaran sepakbola dan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak
dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah
keberhasilan pembelajaran.
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai
penggunaan modifikasi alat permaianan (bola karet) untuk meningkatkan
4. Program studi
Sebagai solusi untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran Penjas.
G.Batasan Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian, maka
peneliti membatasi makna dalam istilah yang dipergunakan. Adapun makna
dalam istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya adalah usaha untuk mencapai suatu yang di maksud, KBBI
(1990:995).
2. Peningkatan adalah sebuah peroses atau cara untung meningkatkan usaha
atau kegiatan, KBBI (1990:951).
3. Gerak dasar adalah Gerak dasar adalah suatu bentuk gerakan yang
menuntun kepada ketrampilan yang sifatnya kompleks. Gerak dasar tersebut
meliputi gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipilatif. Suharsimi
Arikunto (2008:123).
4. Menyundul adalah menanduk bola untuk mengoper kepada rekannya atau
mencetak gol. (Luxbacher.J.A, 2002).
5. Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara
penggunaan, dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya, Lutan
(1998:2)
6. Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi lengkung atau kulit
8
H.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Objek dan Subyek:
1. Tempat penelitian
Di lapangan SD Negeri 1 Bakung Bandar Lampung
2.
Objek penelitian yang diamati adalah pembelajaran gerak dasar menyundulbola dengan menggunakan modifikasi bola.
3. Subyek penelitian yang diamati adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Bakung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Hakekat Pendidikan Jasmani
Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda
pelaksanaannya dari pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani
adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani dengan berpartisipasi dalam
aktivitas fisik, siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan,
mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan generik serta
nilai dan sikap positif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan
pendidikan jasmani. Samsudin, (2008:21).
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via aktivitas jasmani,
permainan dan cabang olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai
tujuan pendidikan. tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup
aspek fisikal, intelektuan, emosional, sosial dan moral (Rusli Lutan, 1997).
Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif
sama dengan pendidikan lainnya dalam ranah pembelajaran, yaitu sama-sama
mengembangkan tiga ranah utama: psikomotor, afektif dan kognitif. Namun
demikian, ada satu kekhasan dan keunikan dari program penjaskes yang tidak
10
psikomotor, yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan
kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya. Samsudin,
(2008:21)
Aktivitas jasmani harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik
peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa
manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman,
efisien, dan afektif setiap siswa (Samsudin, 2008 : 2).
B.Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk
bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi
karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak
menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikanpun lebih
mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah dan lingkungan
luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan yang buruk
membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan itu semakin
diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk sehingga
beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).
Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani menyediakan
ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai
minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani
anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan
gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu
keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar
keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.
C.Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaaan.
Menurut Dimyati Mudjiono (1999:42-50) membagi Prinsip-prinsip belajar
dalam 7 kategori, antara lain :
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga
12
2. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga dilimpahkan
oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri.
3. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati
secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya.
4. Pengulangan
Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan yang penting,
karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan
pengulangan-pengulangan supaya terjadi kesempurnaan dalam belajar.
5. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin di capai
tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu.Agar pada anak timbul motif
yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus
memiliki tantangan. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
6. Perbedaan individu
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran di sekolah.
D.Pengembangan Keterampilan Motorik
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara
efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas
koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan. Semakin
komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula koordinasi
dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk
dilakukan.Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan
cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai
dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan.
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular
dan diekspresikan dalam gerak tubuh yang dipelajari di dalam belajar gerak
adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha
untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu
dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh
secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang
dipelajari.
Suatu proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian
14
otak dan ingatan. Tugas utama dari proses pembelajaran motorik adalah
menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang
akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi
tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara
optimal dalam bentuk keterampilan. Menurut Lutan (1988:102) jadi belajar
motorik dapat menghasilkan perubahan yang relatif permanen, yaitu
Perubahan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik menurut
Lutan (1988:31) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : a) Tahap Kognitif, b)
Tahap Fiksasi, dan c) Tahap Otomatis.
a) Tahap Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan motorik. Dalam
tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang
akan dilakukan. Peserta didik harus memperoleh gambaran yang jelas baik
secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik
yang akan dipelajari agar dapat membuat rencana pelaksanaan yang tepat.
b) Tahap Fiksasi
Pada tahap ini, pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui
tahap praktik secara teratur agar perubahan perilaku gerak menjadi
permanen. Selama latihan, peserta didik membutuhkan semangat dan umpan
balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah. Lebih
sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan
secara keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga
penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat.
c) Tahap Otomatis
Setelah peserta didik melakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif
lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Secara fisiologis hal ini dapat
diartikan bahwa pada diri anak telah terjadi suatu kondisi reflek bersyarat,
yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat
efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang benar-benar
diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol terhadap
gerakan semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan cermat.
Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat
dilihat dari ciri-ciri khusus sebagai berikut:
1. Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama
gerakan terlihat nyata.
2. Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi yang
berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan gerakan.
3. Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang konstan.
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk
tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh
16
E.Bermain Sepakbola
Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua
kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.
Moeliono (1995:918). Bagi setiap pemain bebas mamainkan bola dengan
seluruh angota badan kecuali dengan lengan. Sedangkan bagi penjaga gawang
dalam memainkan bola bebas menggunakan semua anggota badannya. Seperti
dikemukakan Luxbacher (2004:2) bahwa kiper diperbolehkan untuk
mengontrol bola dengan tanganya di dalam daerah pinalti, pemain lainnya
tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan untuk mengontrol bola,
tetapi menggunakan kaki, tungkai atau kepala.
Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga permainan beregu atau tim.
Suatu tim akan dapat menyajikan permainan yang menarik apabila tim tersebut
memiliki kekompakan, artinya kerjasama antar pemain dalam satu tim tersebut
dapat berjalan lancar, hal ini dapat dilakukan apabila setiap pemain dapat
menguasai beberapa teknik dasar dalam permainan sepakbola. Adapun tehnik
dasar dalam permainan sepakbola dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Tehnik tanpa bola, 2) Tehnik dengan bola. Sukatamsi, (1984:34).
Permainan sepakbola dimainkan di lapangan berumput dan rata serta bentuk
lapangannya adalah empat persegi panjang. Pada kedua garis lebar lapangan di
tengah-tengahnya, masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling
berhadap-hadapan. Bola yang digunakan dalam permainan yaitu pada bagian
luarnya terbuat dari kulit dan bagian dalamnya terbuat dari karet yang berisi
Permainan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua orang
penjaga garis atau disebut asisten wasit. Tujuan dari masing-masing
kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke dalam gawang
lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan
untuk menjaga atau melindungi agar gawangnya tidak kemasukan bola.
Permainan sepakbola dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan
kedua diberi waktu istirahat, dan setelah waktu istirahat dilakukan pertukaran
tempat. Kesebelasan yang dinyatakan menang adalah kesebelasan yang sampai
akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke gawang
lawannya.Kerjasama dalam suatu tim merupakan suatu tuntutan dalam
permainan sepakbola untuk mencapai kemenangan. Tanpa kerjasama tim yang
baik maka tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan pun akan sulit.
Seorang pemain Sepakbola yang terampil dan sukses menurut Timo
Scheunemann (2005:17) bahwa faktor yang menentukan kesuksesan yaitu: a)
faktor genetic, b) faktor kedisiplinan, c) faktor latihan, dan d) faktor
keberuntungan. Beberapa anjuran bagi pelatih dalam mendidik pemain agar
kesuksesan dapat tercapai antara lain: a) canangkan pentingnya disiplin, b)
anjurkan makanmakanan yang bergizi, hidup sehat dan istirahat cukup, c)
jadilah contoh yang baik, d) luaskan wawasan anda sebagai pelatih (Neverstop
18
1. Gerak dasar bermain sepakbola
Gerak dasar adalah gerak yang perkembangannya sejalan dengan
pertumbuhan dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan
pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks.
Gerak dasar adalah suatu bentuk gerakan yang menuntun kepada
ketrampilan yang sifatnya kompleks. Gerak dasar tersebut meliputi gerak
lokomotor, nonlokomotor dan manipilatif. Arikunto (2008:123).
Gerak lokomotor adalah gerakan-gerakan yang mendahului kemampuan
berjalan (tengkurap, merangkak, berjalan, lari, melompat, menggelinding
dan memanjat). Gerak nonlokomotor yaitu gerakan-gerakan yang dinamis
didalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu. Gerak
manipulative yaitu gerakan-gerakan yang terkoordanisasikan seperti dalam
kegiatan bermain, menendang, melempar, naik sepeda dan sebagainya.
Arikunto (2008:123)
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara
efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas
koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan.
Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula
koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin
sulit juga untuk dilakukan.
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu
yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang
Lutan (1988) mendefinisikan gerak lokomotor adalah gerak yang digunakan
untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lari, lompat dan berguling.
Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan,
memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif
adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan
kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain, misalnya
menggiring bola basket dan shooting bola. Gerak dasar dalam lari gawang
adalah lokomotor kerena dilakukan dengan memendahkan tubuh dari satu
tempat ke tempat yang lain atau memproyekan ubuh ke atas.
Sepakbola adalah permainan beregu, namun penguasaan teknik-teknik dasar
secara individu yang baik sangat diperlukan. Dengan dikuasainya teknik
dasar dengan baik oleh setiap individu, taktik dan strategi permainan akan
dapat dijalankan dengan baik. Seluruh kegiatan dalam permainan sepakbola
dilakukan dengan gerakan-gerakan, baik gerakan dengan bola maupun
gerakan tanpa bola dari gerakan yang beraneka ragam tersebut dapat diambil
pengertian bahwa masalah teknik dasar semata-mata melibatkan orang
(pemain) dan bola. Pada saat permainan berlangsung, pemain yang
mengolah bola hanya seorang sedang yang lainya melakukan
gerakan-gerakan, baik selaku penyerang maupun bertahan.Sucipto dkk,
20
Menurut Sukatamsi (1984:34) teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua
golongan, yaitu teknik dasar dengan bola dan teknik dasar tanpa bola.
a) Gerak dasar dengan bola
Teknik dasar dengan bola yaitu semua gerakan yang dilakukan
menggunakan bola, yang terdiri dari:
1. Menendang bola
Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan
sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik
menendang dengan baik akan dapat bermain secara efisien. Tujuan
menendang bola adalah untuk mengumpan (passing), menembak ke
gawang (shooting on the goal), dan menyapu untuk menggagalkan
serangan lawan (sweeping).
2. Menghentikan bola
Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam
permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik
menendang bola. Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola
yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan,
mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing. Dilihat
dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan untuk
menghentikan bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki yang
biasanya digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian
3. Menggiring bola
Menggiring bola adalah seni menggunakan bagian-bagian kaki
menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil
berdiri. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang
terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan
dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan
untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk
mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat
permainan.
4. Gerak tipu dengan bola
Seorang pemain sambil menguasai bola berusaha melewati lawannya
dengan melakukan gerak yang tidak sebenarnya.
5. Merampas atau merebut bola
Merampas bola merupakan upaya untuk merebut bola dari penguasan
lawan. Merampas bola dapat dilakukan sambil berdiri (standing
tacling) dan sambil meluncur (sliding tackling).
6. Melempar bola
Melempar bola dilakukan apabila bola keluar dari garis samping
lapangan.
7. Gerak khusus penjaga gawang
Gerak khusus penjaga gawang yaitu sikap badan dalam siaga
22
8. Mengoper bola
Mengoper bola yaitu tendangan bola yang ditunjukkan pada rekayasa
baik itu bola mendatar maupun bola melambung.
9. Menyundul bola
Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan kepala.
Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk
mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan
atau membuang bola.
b) Gerak dasar tanpa bola
Gerak dasar tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa menggunakan
bola terdiri dari :
1. Lari cepat dan mengubah arah
Pemain sepakbola harus dapat mendadak dan segera lari dengan
kecepatan maksimal dapat mencapai bola. mengubah arah yaitu
dengan gerakan memperlambat langkah dengan memperkecil langkah
mengurangi kecepatan lari untuk menjaga keseimbangan badan.
2. Melompat dan meloncat
Dalam permainan sepakbola untuk memenangkan posisi, untuk
mengejar bola-bola lambung dan tinggi di udara digunakan teknik
melompat. Melompat dengan ancang-ancang (sikap berdiri).
3. Gerak tipu tanpa bola
Gerak tipu tanpa bola merupakan gerak tipu dengan menggunakan
merupakan gerak pura – pura dari badan yang oleh lawan dianggap
gerakan yang sebenarnya sehingga pemain lawan mengikutinya.
4. Gerakan khusus penjaga gawang
Gerakan khusus penjaga gawang pada umumnya merupakan sikap
menunggu dari gerakan pemain lawan.
Salah satu teknik dalam sepakbola yaitu teknik menggiring bola yang akan
dibahas dalam penelitian ini, karena menggiring bola sangat penting dalam
permainan sepakbola, “gunakanlah dribbling untuk untuk menciptakan ruang
di antara kamu dan pemain lawan sehingga kamu berada pada posisi yang
lebih baik untuk mengoper atau melakukan shooting”. (Danny Mielke, 2007:3).
F.Pengertian Menyundul bola (Heading)
Menyundul bola (heading) adalah salah satu teknik dasar sepakbola yang
menuntut skill yang tinggi untuk memenangkan bola-bola lambung di atas
kepala,baik untuk mengoper bola atau mencetak gol ke gawang lawan.
Kepandaian menyundul bola itu bearti akan memenangkan setiap permainan
bola melambung di atas kepala. (Abdoellah, 1981:424).
Menyundul bola dapat dilakukan dengan baik, jika setiap pemain sepakbola
mengetahui prinsip dasar menyundul bola yang benar. Menyundul bola harus
memakai dahi dan mata harus selalu terbuka jangan sekali-kali mata tertutup.
(Kosasih, 1993:233).
Menyundul bola merupakan gerakan dari seluruh anggota badan yaitu dari
24
leher, dan kepala, mata tetap terbuka. Bagian-bagian badan tersebut merupakan
rangkaian gerakan menyundul bola yang harus dikoordinasikan secara baik dan
harmonis. Penyundul bola yang baik memerlukan koordinasi yang baik antara
lengan, kaki, leher, dan kepala dan memerlukan latihan praktek. (Winddow &
Buckle, 1981:45)
Pada dasarnya menyundul bola adalah menyundul bola menggunakan kepala
bagian dahi dan mata selalu terbuka,jika menyundul bola menggunakan kepala
bagian lain maka akan terasa sakit. Tujuan menyundul bola antara lain untuk
mengoper atau mencetak gol..
Gambar 1. Menyundul Bola
Menyundul bola (heading) memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai berikut:
a) Untuk memenangkan bola lambung di udara.
b) Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan
Menyundul bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari suatu
daerah ke daerah lain pada saat permainan sedang berlangsung.
G.Alat Bantu
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pengajaran yang diharapkan.
Alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses
kegiatan belajar mengajar. Dengan alat pembelajaran guru dapat memberikan
contoh secara langsung tentang materi yang akan diberikan kepada siswa,
dengan tujuan materi tersebut agar mudah dipahami dan dimegerti oleh siswa.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
26
Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya
mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7), media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu
(peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran
yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika
yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau dipahami peserta
didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses
Menurut Amir Hamzah (1988: 110), penekanan alat bantu belajar terdapat pada
visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya
menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan
grafik), sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu
panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan
barang contoh).
H.Bola Karet
Bola karet merupakan alat bantu untuk memperbaiki teknik passing siswa.
Pemilihan alat bantu bola ini selain praktis dan mudah penggunaannya,
diharapkan alat bantu ini dapat menarik minat siswa agar tertarik dan
melakukan tugas gerak dengan baik.
Gambar 1. Modifikasi Bola Karet.
Penggunaan alat bantu di atas diharapkan dapat memotivasi anak melakukan
tugas gerak yang diberikan. Menurut Rusli Lutan (2002: 10) pembelajaran
Pendidikan Jasmani dikatakan berhasil apabila :
1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas gerak
28
2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif.
3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas.
4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
I. Kerangka Fikir
Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu cara penyampaian
belajar sepakbola teknik dasar menyundul bola atau heading menggunakan
alat bantu permainan (bola karet).
Alat bantu dalam permainan merupakan bagian dari inovasi yang dapat
dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif dalam hal ini
antara lain pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran.
Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bola karet yang relatif lebih ringan dan dan mudah. Hal ini dapat
memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar seperti
yang diharapkan, karena anak dapat mencoba secara berulang ulang melakukan
gerak dasar menyundul bola.
Walaupun bakat masing-masing orang memegang peranan penting, akan tetapi
hasil penguasaan psikomotor sebagian besar merupakan fungsi kebiasaan dan
keterampilan yang diperoleh ketika melakukan tugas tersebut. Dengan
demikian pembelajaran menyundul bola dengan menggunakan alat bantu dapat
mengefektifkan pembelajaran dan meningkatkan gerak dasar menyundul bola
J. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:07), bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap suatu masalah penelitian, oleh karena itu suatu hipotesis perlu diuji
guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang
menunjukan sebenarnya atau tidak”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, hipotesis adalah suatu
konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.
Maka hipotesis dalam penelitian ini, “ Melalui Alat Bantu Bola Karet Dapat
Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Sehingga Memperbaiki Keterampilan
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan strategi umum yang di anut dalam pengumpulan
data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang
dihadapi.
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan membutuhkan data-data yang valid,
agar isi dari penelitian bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk
mendapatkan data yang valid, hasil data yang diperoleh dalam penelitian harus
dianalisa dengan menggunakan metode penelitian yang logis dan rasional agar
tingkat validitas datayang bisa dipertanggung jawabkan. Metode penelitian
adalah “Cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian
data dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang
diharapkan. Untuk menggunakan suatu metode penelitian, peneliti harus
memperhatikan jenis ataupun karakteristik serta objek yang akan diteliti agar
Penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan dengan
metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman penelitian tindakan kelas
(Clas room action research)atau CAR. Dari namanya sudah menunjukkan isi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang sifatnya
dilakukan kolaborasi partisipastris karena dilakukan dikelas bersama guru kelas
juga., maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, yaitu:
1. Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menujukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukukan
dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus
kegiatan siswa.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang
kelas dalam penelitain, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam
bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa sekelas yang sama dari guru yang sama pula. Pada
penelitian tidakan ini berciri sebagai berikut: a) Praktis dan langsung relevan
untuk situasi actual, b). menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk
memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik,
c). dilakukan melalui putaran-putaran yang bersepiral Arikunto dkk, ( 2006:
32
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam PTK bukan
hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan
pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan. Tujuan
PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran,
mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan
menumbuhkan budaya akademik.
Menurut Kunandar (2011:67) Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan
berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan
pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu,
dan sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah
6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
Gambar 3 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins dalam Arikunto, 2007)
PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus
berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu: (a)
perencaaan tindakan (planning), (b) penerapan tindakan (action), (c) observasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, (d) refleksi dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
B.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Bakung Bandar
Lampung. Tahun pelajaran 2014/2015.Siswa kelas VI berjumlah 32 siswa
34
C.Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Nama sekolah : SD Negeri 1 Bakung Bandar Lampung
Alamat : Jalan Banten gang impres Bakung Bandar Lampung
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan
dengan 3 siklus.
D.Rancangan Penelitian Menyundul Bola (Heading)
1. Siklus Pertama
a. Rencana
1. Menyiapkan skenario pembelajaran berupa RPP yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti,penutup.
2. Menyiapkan skenario pembelajaran berupa RPP yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti,penutup.
3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
4. Mempersiapkan alat yang akan digunakan pada siklus pertama, yaitu penggunaan 6 bola karet.
5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi enam belas kelompok sesuai
Masing-masing kelompok berdiri di tempat awalan yang telah diberi
tanda.
2. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan, yaitu
menyundul bola dengan cara bola di layangkan oleh rekannya. Guru
memperbaiki keterampilan menyundul bola.
3. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru yaitu gerakan menyundul bola sebanyak 5 kali.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang
masih salah.
c. Observasi
1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan
untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan bola karet dapat berjalan dengan baik dan efektif
2. Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus pertama.
d. Refleksi
1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.
36
Gambar 3. Menyundul bola yang di layangkan rekannya
2 Siklus II
a. Rencana
1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
2. Menyiapkan instrumen penilaian menyundul bola..
3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
4. Mempersiapkan alat yang akan digunakan pada siklus kedua, yaitu
bola karet.
5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi sepuluh kelompok sesuai
dengan banyaknya bola. Masing-masing kelompok berdiri di depan
dinding.
2. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan, yaitu
melakukan heading pada dinding/tembok dengan jarak 2m. guna
3. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru sebanyak 10 kali.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang
masih salah.
c. Observasi
1.Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Obsevasi dilakukan
untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan bola karet dapat berjalan dengan baik dan efektif.
2.Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan.
d. Refleksi
1.Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.
2.Merumuskan rencana tindakan untuk siklus tiga jika dengan
pemberian siklus kedua nilai siswa belum tuntas.
38
3. Siklus III
a. Rencana
1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
2. Menyiapkan instrumen penilaian menyundul bola.
3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( handycam atau kamera).
4. Mempersiapkan bola karet yang digunakan pada siklus ketiga,
yaitu bola karet.
5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga.
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi enam belas kelompok sesuai
dengan banyaknya bola dan bambu rintangan yang telah disediakan.
Masing-masing kelompok berdiri di tempat awalan yang telah
diberi tanda.
2. Guru mendemonstrasikan bentuk latihan yang akan dilakukan, yaitu
menyundul bola dengan rekannya.
3. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh
guru.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan
gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang
c.Observasi
1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan
untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan bola karet dapat berjalan dengan baik dan efektif.
2. Setelah tindakan dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus ketiga.
d. Refleksi
Hasil observasi di simpulkan dan didiskusikan.
Gambar 5. Menyundul bola dengan rekannya
E.Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan penelitian
yang dilakukan pada tiap siklusnya. Alat berupa indikator dari peningkatan
40
Tabel 1. Format Penilaian Menyundul Bola (heading)
No Aspek Kriteria Penilaian Nilai Total
0 1
1 Sikap awal 1. Berdiri menghadap arah bola
2. Kaki berada di depan kaki yang lainnya
3. Sikap kedua lengan di depan dada
4. Mata selalu tetap terbuka
5. Pandangan terpusat pada bola
2 Sikap
pelaksanaan
1. Tekuk lutut dan punggung kaki agak condong kebelakang
2. Perkenaan bola tepat pada dahi
3 Gerak
lanjutan
1. Pindahkan berat badan ke depan mengikuti arah bola
(Roji, 2004:2)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian PTK ini adalah berupa lembar
observasi. Dengan lembar observasi kemampuan keterampilan anak diamati
secara keseluruhan dari posisi persiapan,pelaksanaan dan sikap akhir.
F.Teknik Analisis Data
Setelah tindakan dilakukan, maka hasil penilaian dianalisis guna melihat
prosentase kualitas hasil tindakan pada setiap siklus. Untuk menghitung
prosentase keberhasilan siswa digunakan rumus:
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan
f : Jumlah yang melakukan benar
n : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sedangkan untuk melihat tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan dapat
menggunakan rumus :
100%
X
X
-X
E
i i
n
×
=
(Goodwin dan Coates dalam Surisman, 1997)Keterangan :
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan
Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga
Xi : Rerata temuan awal
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penggunaan alat bantú bola karet pada siklus pertama dapat
memperbaiki keterampilan menyundul bola pada siswa kelas VI di SD
Negeri 1 Bakung.
2. Dengan penggunaan alat bantu bola karet pada siklus kedua dapat
memperbaiki keterampilan menyundul bola pada siswa kelas VI SD Negeri
1 Bakung.
3. Dengan penggunaan alat bantu bola karet pada siklus ketiga dapat
memperbaiki keterampilan menyundul bola pada siswa kelas VI SD Negeri
1 Bakung.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran yang lebih
bantu atau media, dengan tujuan memberdayakan siswa agar lebih banyak
bergerak dan memperbaiki konsep gerak yang dipelajari sehingga tercapai
efektivitas pembelajaran.
2. Pada penelitian pembelajaran keterampilan menyundul bola masih belum
tercapai ketuntasan belajar sebesar 100 % atau semua siswa belum mencapai
ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna menentukan tindakan
yang lebih tepat dan menarik agar dapat meningkatkan penguasaan
52
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Batty, Eric. 2007. Latihan Metode Baru Sepakbola Pertahanan. Bandung : CV Pionir Jaya.
Gifford, Clive. 2007. Keterampilan Sepakbola.Yogyakarta : PT Citra Aji Parama
Hamalik, Oemar.2004. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan.Jakarta : KONI Pusat.
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.
Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 1988. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Luxbacher, Joseph. 2004. Sepakbola Langkah – langkah Menuju Sukses.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Mielke, Danny. 2007. Dasar – Dasar Sepakbola.Bandung : Pakar Raya.
Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Mudjiono, Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran Jakarta. PT. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirjen Olahraga.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Scheunemann, Timo. 2008. Dasar – Dasar Sepakbola Modern untuk Pemain dan Pelatih.Malang : DIOMA.
Sneyers, Jozef. 1990. Sepakbola Remaja.Jakarta : PT. Rosda Jayaputra.
Sucipto. Dkk.1999/2000. Olahraga Pilihan:Sepakbola. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Sukatamsi. 1984. Sepak Bola. Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud