• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PUTIH SANITASI POKJA AMPL KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUKU PUTIH SANITASI POKJA AMPL KABUPATEN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUAPTEN HALMAHERA BARAT

2.1 Geografis, Adminstratif , dan Kondisi Fisik

Halmahera Barat adalah Kabupaten Maluku Utara (Kabupaten Induk) yang berubah nama setelah terjadi pemekaran berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2003 dan terletak dipulau Halmahera. Kabupaten yang memiliki luas wilayah 14.235.66 km² dengan luas daratan 2.612.24 km² dan laut seluas 11.623,42 km²,ini terletak antara 1º.48’ lintang utara sampai 0º.48’ lintang utara, serta 127º.16.0” bujur timur sampai 127.16” bujur timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Halmahera Barat, secara langsung :

- Sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Utara dan laut samudra pasifik.

- Sebelah selatan dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur.

- Sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Utara.

- Sebelah barat dibatasi oleh Laut Maluku.

Iklim

Kabupaten Halmahera Barat yang dikelilingi oleh lautan sebagaimana Kabupaten dan Kota lain di Provinsi Maluku Utara, dipengaruhi oleh iklim tropis dan iklim musim yang relative bervariasi, pada musim panas suhu rata-rata 28º - 650ºC dengan kelembaban nisbi rata-rata 84,3% – 90,2%, sedangkan kecepatan angin rata-rata mencapai 11 – 13,5 km/jam. Daerah ini memiliki musim penghujan antara bulan agustus sampai dengan desember.

Kondisi Topografi

wilayah Kabupaten Halmahera Barat memiliki sebagian besar pengunungan dan bukit-bukit dengan karakteristik 61,98% tanah curam, 26,25% tanah agak curam, 10,38% tanah landai dan 1,40% tanah datar.

Jenis Tanah

Tanah adalah hasil pelapukan dari batuan yang meliputi semua bahan yang terdapat pada permukaan kulit bumi dan bersifat lunak atau lepas sehingga mudah digusur, dicangkul, atau digali. Karakteristik tanah di Kabupaten Halmahera Barat menunjukan sifat – sifat yang berbeda mulai dari Kecamatan Jailolo Selatan di bagian selatan hingga Kecamatan Loloda Selatan di bagian utara Halmahera Barat yang dipengaruhi oleh proses – proses geologi dan iklim. Menurut jenis medianya dan proses geologi yang mempengaruhinya, jenis tanah pada Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari Jenis Tanah Alluvial, Latosol, Regosol, dan Podsolik Merah Kuning. Adapun sebaran dari masing – masing jenis tanah di daerah Kabupaten Halmahera Barat antara lain :

1. Jenis Tanah Alluvial terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan dan Jailolo Timur.

2. Jenis Tanah Latosol terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan, Jailolo Timur, Jailolo dan Loloda Selatan.

3. Jenis Tanah Regosol terdapat pada kecamatan Jailolo, Sahu, Sahu Timur, Ibu, Ibu Utara, Ibu Selatan, dan Loloda Selatan.

4. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning terdapat pada Kecamatan Loloda Selatan.

Kondisi hidrologi

(2)

faktor yang mempengaruhi keadaan hidrologi yaitu curah hujan, tipe iklim, dan sungai. Berdasarkan pola alirannya, maka sungai-sungai yang terdapat di Wilayah Kabupaten Halmahera Barat dapat di bagi dalam 2 (dua) kelompok. Kelompok yang pertama adalah sungai-sungai yang memiliki pola aliran sungai murni dendrik, sungai-sungai tersebut sebagian besar terdapat pada Kecamatan Ibu dan Kecamatan Sahu dengan luas daerah tangkapan ± 215.000 Ha. Sedangkan kelompok yang kedua adalah sungai yang memiliki pola aliran radial, sungai-sungai tersebut umumnya terdapat di Kecamatan Loloda, Jailolo, dan Jailolo Selatan. Pada musim kemarau sungai-sungai yang berada di daerah ini dapat mengalami kekeringan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur batuan pada daerah tangkapan yang bertekstur pasir (sandy) dan mudah larut dalam air. Pola aliran sungai-sungai di Kabupaten Halmahera Barat tersebut menghasilkan daya run-off hingga menciptakan tingkat erosi mencapai 0,13 ton/tahun. Lebih jelasnya mengenai rincian sungai-sungai di Kabupaten Halmahera Barat lihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Halmahera Barat

Nama Das Luas (KM2) Debit (M3/dtk)

Akediri 574 7,592

Akelamo 825 10,912

Kuala wadi besar 476 6,296

Ake Noe 200 2,645

Tahafo 91.429 12,093

Sumber : Hasil Penelitian PT Buah Bumi Bersama, 2000

Ada 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar yang ada di Kabupaten Halmahera Barat, yaitu sungai Akediri di Kecamatan Jailolo dengan luas 574 Km2 debit 7,592 M3/dtk, sungai Akelamo di Kecamatan Sahu Timur dengan dengan luas 825 Km2 debit 10,912 m3/dtk, sungai Kuala Wadi Besar Luas 476 Km2 debit 6.296 m3/dtk, sungai Ake Neo dengan Luas 200 Km2 debit 2.645 m3/dtk, dan Sungai Tahafo di Kecamatan Ibu dengan luas 91.429 Km2 debit 12.093 M3/dtk.

Administratif

(3)
(4)
(5)
(6)

Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah

(KM2) (%) Thd total

1 Jailolo 29 333.16 12.45

2 Jailolo Selatan 18 241.05 9.01

3 Jailolo Timur 6 239.19 8.94

4 Sahu 16 136.74 5.11

5 Sahu Timur 16 291.42 10.89

6 Ibu 13 192.20 7.18

7 Ibu Selatan 13 412.18 15.40

8 Ibu Utara 13 223.65 8.36

9 Loloda 22 606.04 22.65

Total 146 2,675.04 100.00

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2011

Dari 146 (seratus empat puluh enam) desa yang tersebar di Kabupaten Halmahera Barat, ada yang termasuk desa pesisir sebanyak 72 (tujuh puluh dua) desa dan yang bukan pesisir sebanyak 74 (tujuh puluh empat) desa. Kecamatan Jailolo dengan luas daratan 333,16 Km2 atau 0,128% terdiri dari 29 desa, kecamatan Jailolo Selatan dengan luas daratan 241.05 Km2 atau 0.092% terdiri dari 18 desa, kecamatan Jailolo Timur dengan luas daratan 239,19 Km2 atau 0,092% terdiri dari 6 desa, kecamtan Sahu dengan luas daratan 136,74 Km2 atau 0,052% terdiri dari 16 desa, Kecamatan Sahu Timur dengan luas daratan 291,42 Km2 atau 0,112% yang terdiri dari 16 desa, Kecamatan Ibu dengan luas daratan 192,20 Km2 atau 0,074% terdiri dari 13 desa, Kecamatan Ibu Selatan dengan luas daratan 412,18 Km2 atau 0,158% terdiri dari 13 desa, Kecamatan Ibu utara dengan luas daratan 223,65 Km2 atau 0,086% terdiri dari 13 desa, dan Kecamatan Loloda dengan luas daratan 606,04 Km2 atau 0,232% yang terdiri dari 22 desa.

2.1 Demografi

(7)

Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Tingkat Pertumbuhan

Tahun Tahun Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jailolo 28.205 29.249 30.292 31.336 32.379 33.423 7,149 7,414 7,678 7,943 8,207 8,472 1,044 2,087 3,131 4,174 5,218 6,262 Jailolo

Selatan 14.485 15.021 15.557 16.093 16.629 31.650 4,543 4,711 4,879 5,047 5,215 5,383 536 1,072 1,608 2,144 2,680 3,216 Jailolo Timur 3.498 3.627 3.757 3.886 4.016 7.643 958 993 1,029 1,064 1,100 1,135 129 259 388 518 647 777 Sahu 9.446 9.796 10.145 10.495 10.844 20.640 2,302 2,387 2,472 2,558 2,643 2,728 350 699 1.049 1,398 1,748 2,097 Sahu Timur 8.208 8.512 8.815 9.119 9.423 17.934 1,792 1,858 1,925 1,991 2,057 2,124 304 607 911 1,215 1,518 1,822 Ibu 9.577 9.931 10.286 10.640 10.994 20.926 1,866 1,935 2,004 2,073 2,142 2,211 354 709 1,063 1,417 1,772 2,126 Ibu Selatan 10.584 10.976 11.367 11.759 12.150 23.126 2,383 2,471 2,559 2,648 2,736 2,824 392 783 1,175 1,566 1,958 2,350 Ibu Utara 7.961 8.256 8.550 8.845 9.139 17.395 1,935 2,007 2,078 2,150 2,221 2,293 295 589 884 1,178 1,473 1,767 Loloda 10.881 11.284 11.686 12.089 12.491 23.775 2.557 2,652 2,746 2,841 2,935 3,030 403 805 1,208 1,610 2,013 2,416 Halmahera

Barat 102.845 106.650 110.456 114.261 118.066 196.511 25,485 26,428 27,371 28,314 29,257 30,200 3,805 7,611 11,416 15,221 19,026 22,832

Sumber : BPS Kabupaten Halmahera Barat

Pertumbahan penduduk di Kabupaten Halmahera Barat 3,7% setiap tahun, jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Barat tahun 2011 sebesar 102,845 jiwa akan meningkat menjadi 196,511 jiwa tahun 2016, dengan rincian pertumbuhan penduduk per kecamatan sebagai berikut ; Kecamatan Jailolo jumlah penduduk 28,205 jiwa tahun 2011 meingkat menjadi 33,432 jiwa tahun 2016, Kecamatan Jailolo Selatan jumlah penduduk sebesar 14,485 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 31,650 jiwa pada tahun 2016, Kecamatan Jailolo Timur jumlah penduduk sebesar 3,498 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 7,643 jiwa pada tahun 2016, Kecamatan Sahu jumlah penduduk 9,446 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 20,640 jiwa tahun 2016, Kecamatan Sahu Timur jumlah penduduk 8,208 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 17,934 jiwa pada tahun 2016, Kecamatan Ibu jumlah penduduk 9,577 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 20,926 jiwa tahun 2016, Kecamatan Ibu Selatan jumlah penduduk 10,584 Jiwa meningkat menjadi 23,126 jiwa pada tahun 2016, Kecamatan Ibu Utara jumlah penduduk 7,961 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 17,395 jiwa pada tahun 2016, dan Kecamatan Loloda jumlah penduduk 10, 881 meningkat menjadi 23,775 jiwa pada tahun 2016

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

Hasil survey keuangan di Kabupaten Halmahera Barat yang dilakukan pada beberapa SKPD terkait pembangunan sanitasi yaitu ; Badan Perencanaan pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Tata Kota/Kebersihan, dan Dinas PPKAD Kabupaten Halmahera Barat.

Aspek-aspek yang dibahas dalam survey dan studi APBD Kabupaten Halmahera Barat adalah; Aspek Kelembagaan, Aspek prioritas pendanaan, pekembangan pendapatan dan belanja daerah, besaran pendanaan sanitasi per tahun, besaran pendapatan dari layanan sanitasi, dan besaran pendanaan sanitasi per kapita.

(8)

Tabel 2.4 Ringkasan Realisasi APBD Kabupaten Halmahera Barat 5 Tahun terakhir

No Anggaran 2008 2009 2010 2011 2012

(a) (b) © (d) (e) (f) (g)

A Pendapatan

1 Pendapatan Asli Daerah 3.557.262.649,00 4.125.277.076,07 8.200.000.000,00 6.250.000.000,00 6.500.000.000,00

2 Dana Perimbangan (Transfer) 354.271.330.556,00 339.545.287.205,00 336.074.870.000,00 382.198.225.866,00 415.264.168.000,00

3 Lain-lain pendapatan yang sah

-11.239.135.746,00 27.756.646.400,00 48.421.292.000,00 30.247.515.000,00

Jumlah Pendapatan 357.828.593.205,00 354.909.700.027,07 372.031.516.400,00 436.869.517.866,00 452.011.683.000,00

B Belanja

1 Belanja tak langsung 163.020.514.753,00. 165.271.170.450,13 208.419.501.200,00 239.898.352.860,00 254.448.296.000,00

2 Belanja langsung 199.095.574.970,00 175.206.093.681,00 168.069.007.432,00 203.024.468.116,00 209.699.532.000,00

Jumlah Belanja 362.116.089.723,00 340.477.264.131,13 376.488.508.632,00 442.922.820.976,00 464.147.828.000,00

Surplus/Defisit Anggaran (4.287.496.518,00) 14.432.435.895,94 (4.456.992.232,00) (6.053.303.110,00) (12.136.145.000,00)

Sumber : Dinas PPKAD Kab. Halmahera Barat

Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk di Kabupaten Halmahera Barat 3 tahun terakhir

N

2 Pembangunan turab/talud/bronjong 500.000.000,00 650.650.000,00 666.500.000,00

3 Pembangunan got/parit - 3.542.000.000,00 5.000.000.000,0

0 4 Pembangunan sarana dan prasarana air

bersih 1.615.130.000,00 1.868.065.000,00

2.103.408.000,0 0

5 Belanja modal konstruksi rehab

sedang/berat - -

-6 Shering pemasangan jaringan pipa air

bersih - 150.000.000,00

-7 RHL pengembangan sarana dan

prasarana - 88.018.940,00

-8 Pengadaan bibit kayu dan MPTS - 11.789.350,00

-9 Pengadaan sumur bor lengkap instalasi

PPI tuada 50.000.000,00 -

(9)

B Persampahan

1 Penyediaan peralatan pengangkutan

Kebersihan - 435.500.000,00

-2 Pemeliharaan RTH - 90.000.000,00

-3 Penyediaan sarana dan prasarana

pengelolaan sampah 288.000.000,00 898.700.000,00 165.000.000,00

4 Konservasi sumber daya air - 87.475.000,00

-5 Pembuatan taman kota - - 676.480.000,00

6 Pemeliharaan taman kota - - 125.000.000,00

7 Peningkatan pelayanan kebersihan dan

penataan taman kota - - 52.750.000,00

8 Pengembangan data dan informasi

lingkungan 30.000.000,00 -

-9 Peningkatan organisasi kebersihan dan

damkar 25.000.000,00 -

-10 Pengelolaan kebersihan berbasis

masyarakat 25.000.000 -

-11

Pengkayaan kawasan hutan, rehabilitasi mangrove, pembangunan embun air dan sarana prasarana pengamanan hutan

96.366.000,00 -

-12 Penataan RTH - - 110.025.000,00

Jumlah 464.366.000,00 1.511.675.000,00 1.129.255.000,0

D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi,

komunikasi, pendampingan - -

-E Total Belanja Modal sanitasi (A s/d D) 3.506.306.000,00 10.696.988.290,0

0

10.541.254.000, 00 F Total Belanja Modal Sanitasi APBD murni

(bukan pendampingan) - -

-G Total Belanja APBD 376.488.508.632,00 442.922.820.976,

00

464.147.828.00 0,00 H Proposi Belanja modal sanitasi terhadap

belanja total (9:10x100%) 0,9%

-I Jumlah Penduduk 100.424 -

-J Belanja modal sanitasi per penduduk (E:I) 34.915 -

(10)

Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Halmahera Barat 5 Tahun Terakhir

Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah (IRFD)

2008 1,0034

2009 0,911

2010 0,911

Sumber : Data www djpk depkeu.go.id

Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah Kabupaten Halmahera Barat 5 tahun terakhir

No Deskripsi 2008 2009 2010

(a) (b) © (d) (e)

1 PDRB harga konstann (struktur perekonomian) (Rp)

20.,611.61 216.478.46 227.767.85

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten Halbar(Rp)

2.120.488 2.206.292 2.274.244

3 Upah Minimum Provinsi (Rp) - - 960.498

4 Inflasi (%) 136.92 149.94 159.77

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,16 4,77 5,22

Sumber data RPJMD

2.4 Tata Ruang Wilayah

2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera Barat

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Barat, meliputi kebijakan perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan kebijakan pengendalian ruang.

A. Kebijakan Perencanaan Ruang

Kebijakan perencanaan ruang disusun dalam rangka mewujudkan perencanaan ruang yang berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan. Kebijakan perencanaan ruang, terdiri atas:

1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan kaidah penataan ruang.

2. RTRW Kabupaten ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam hal RTRW Kabupaten tidak mampu untuk mengakomodasikan dinamika perkembangan yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal, perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, serta ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas wilayah provinsi berdasarkan undang-undang.

(11)

 Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang dengan perencanaan sektoral dan wilayah;

 Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara rencana ruang provinsi, dengan rencana ruang kabupaten yang berdekatan lokasinya. 3. RTRW kabupaten perlu ditindaklanjuti ke dalam rencana yang lebih

terperinci. Kebijakan ini bertujuan untuk merinci arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRW kabupaten.

4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara provinsi dengan Kabupaten dan antar Kabupaten.

B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang

a. Kebijakan Pengembangan Wilayah

Kebijakan pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini

kesenjangan antarwilayah perkotaan dan pedesaan. Kebijakan

pengembangan wilayah terdiri atas:

1. Pembagian 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) : WP Jailolo, WP Sidongoli, WP Tongute ternate dan WP Kedi. WP dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan dan merealisasikan rencana tata ruang.

2. Keterkaitan fungsional antar WP dan antar pusat-pusat pengembangan (PKL 1, PKL 2 dan PKL 3).

Keterkaitan fungsional antar WP dan antar pusat-pusat pengembangan dilakukan dalam rangka meningkatkan fungsi antar WP, meliputi :

 Kawasan yang terletak di bagian tengah selatan kabupaten, mencakup WP Jailolo, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya.

 Kawasan yang terletak di bagian tengah utara dan selatan kabupaten, mencakup WP Tongute ternate dan WP Sidongoli, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya.

 Kawasan yang terletak di bagian utara kabupaten, meliputi WP Kedi, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya.

b. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan struktur ruang wilayah Halmahera Barat bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya alam. Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari :

(12)

2. Mengembangkan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya.

3. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dan tengah untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan, serta mengembangkan secara terbatas sistem kota-kota di wilayah utara yang memiliki kendala fisik.

4. Penataan dan pengembangan sistem infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota-kota di Kabupaten Halmahera Barat.

5. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara di beberapa kawasan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang pertahanan keamanan.

6. Mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan distribusi penduduk.

c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan strategi pengembangan pola ruang, meliputi : 1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi :

a. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%; b. Menjaga kualitas kawasan lindung.

2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi :

a. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas pertanian guna menjaga ketahanan pangan Halmahera Barat;

b. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan;

c. Mengoptimalkan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah-wilayah yang belum berkembang karena adanya kendala fisik dan prasarana.

C. Kebijakan Pengendalian Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang adalah terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.

(13)

a. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan perijinan, arahan peraturan zonasi, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

b. Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang.

c. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan Kabupaten dalam pelaksanaannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan RTRW.

Pemberian ijin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan umum secara luas, terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Gubernur.

(14)
(15)

Dari peta diatas dapat dijelaskan bahwa daerah yang menjadi Pusat Kegiatan Lokal I (PKL I) atau Orde II adalah Jailolo, Pusat Kegiatan Lokal II (PKL II) adalah Togute Ternate dan Sidangoli, dan Pusat Kegiatan Lokal III (PKL III) adalah Duang, Talaga, Campaka dan Bobaneigo.

2.4.2 Pola Ruang Kawasan Bencana

Berdasarkan kondisi fisik wilayah dan analisis kerawanan bencana yang telah dilakukan, sedikitnya terdapat 5 (lima) jenis bencana yang rawan terjadi di daerah Jailolo dan sekitarnya, yaitu : Gempa Bumi, Tsunami, Tanah Longsor, Banjir dan Gunung Berapi.

A. Gempabumi dan Tsunami

Seluruh daerah di Jailolo dan sekitarnya rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Sampai saat ini para ahli belum bisa menentukan kapan terjadinya bencana alam gempa bumi dan tsunami, namun masyarakat perlu mengetahuinya sehingga kelak waspada atas terjadinya bencana alam yang hebat tersebut.

Daerah Jailolo dan sekitarnya mempunyai jalur gempa yang unik, karena secara umum daerah ini merupakan bagian dari lempeng mikrokontinen Pulau Halmahera, sesar yang terbentuk merupakan hasil terjadinya subdaksi antara mega lempeng dengan mikrolempeng, tumbukan mega lempeng maupun patahan-patahan yang menjadi akibat dari tekanan yang menekan blok Halmahera. Secara umum jalur gempa di daerah Jailolo dan sekitarnya adalah memanjang Utara-Selatan.

Di sentral daerah Jailolo dan sekitarnya memanjang jalur gempa yang hampir sejajar dengan yang disebutkan sebelumnya, merupakan hasil tumbukan mega lempeng tektonik Eurasia dengan Indo-Australia. Di samping sebagai generator, gempa tumbukan itu juga secara geologis membentuk paras/ rona daerah Jailolo dan sekitarnya yang kaya dengan mineral logam itu.

Akibat proses saling menekan antara mega lempeng tektonik dan mikrolempeng itu, kemudian gempa itu membentuk beberapa sesar yang relatif kecil. Semua generator gempa itu melintas di daerah Jailolo sebelum saling bertemu di daerah Halmahera. Di daerah itu tentu sangat rawan terhadap gempa-gempa yang terjadi di sepanjang generator-generator itu. Minimal daerah itu akan digoyang oleh getaran gempa-gempa yang terjadi, walau sangat mungkin akan lebih sering tidak dirasakan masyarakat, tetapi alat seismograf akan tetap mencatatnya.

B. Gerakan Tanah (longsor)

(16)

baik berupa kerusakan lingkungan maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda maupun korban jiwa manusia. Permasalahan bencana gerakan tanah menjadi semakin kompleks, mengingat pertambahan penduduk yang tinggi khususnya di pedesaan akan menyebabkan berkembangnya pemukiman, diantaranya akan sampai merambat ke daerah perbukitan, yang pada dasarnya merupakan wilayah yang rawan bencana gerakan tanah.

Kategori Longsor Menengah :Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Kategori Longsor Tinggi : Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali

Kondisi geografis daerah Jailolo dan sekitarnya yang berbukit dan bergunung-gunung juga rawan longsor. Potensi longsor menengah-tinggi tersebar hampir disebagian besar daerah Jailolo dan sekitarnya memanjang dengan arah Utara – Selatan, terutama pada daerah-daerah dengan morfologi bergunung-gunung dengan kemiringan lereng > 40%.

C. Banjir

Karakteristik bencana banjir : Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau singkat. Genangan bisa sesaat, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dan datangnyapun bisa cepat atau perlahan-lahan. Kecepatan datang secara perlahan – lahan atau langsung, bisa menjadi banjir bandang, bahkan dalam kondisi tertentu akibat daya rusak air yang besar bisa berupa banjir air bercampur lumpur, batu besar dan kecil serta benda lainnya. Pola banjirnya musiman. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk.

Mengenal dan menghadapi Banjir : Untuk daerah-daerah di sekitar sungai-sungai yang besar perlu dilihat tanda-tanda hujan (misalnya awan mendung tebal) di daerah hulunya. Karena sering terjadi, daerah tersebut tidak hujan, lalu tiba-tiba terjadi banjir (banjir kiriman). Di daerah dataran tinggi dengan kemiringan dasar sungai terjal (curam) maka banjir akan datang secara mendadak (instan) dengan daya rusak yang besar. Istilah populer banjir bandang.

(17)
(18)

Pola pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Barat sebagian besar wilayah di Kabupaten Halmahera Barat dikelilingi oleh hutan, baik itu hutan produksi tetap, produksi terbatas maupun hutan produksi yang dapat dikonversi. Sebagian wilayah di Kabupaten Halmahera Barat yaitu di Kecamatan Jailolo Selatan, Kecamatan Jailolo Timur, kecamatan Ibu Selatan, dan Kecamatan Jailolo di manfaatkan sebagai kawasan pertanian, dan sebagian wilayah dimanfaatkan sebagai permukiman penduduk dan kegiatan lainnya.

2.5 Sosial dan Budaya

Pendidikan adalah salah satu sector yang memegang peranan penting dalam pembangunan, pendidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya kualitas generasi mendatang yang handal untuk mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan Kabupaten Halmahera Barat pada khususnya. Jumlah sarana pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/Sederajat), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/Sederajat) yang ada di Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 149 sekolah yang tersebar di Sembilan (9) kecamatan, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD/sederajat) sebanyak 171 , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/Sederajat) sebanyak 54, dan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/Sederajat) sebanyak 24. Gambaran umum mengenai fasilitas pendidikan di kabupaten Halmahera barat dapat dilihat pada tabel 2.8 .

Tabel 2.8 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2011

Nama Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Negeri Swasta

SD SLTP SLTA SMK SD SLTP SLTA SMK

Jailolo 27 5 1 1 7 6 2 2

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Barat

(19)

termasuk fasilitas penerangan, bahan bakar dan pemeliharaan, pakaian termasuk alas kaki, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, perawatan pribadi, dan transportasi. Dengan lain pengertian batas minimum yang dibutuhkan untuk hidup tidak miskin diperoleh dari penjumlahan nilai pengeluaran makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nilai pengeluaran untuk non makanan.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan secara umum dapat diidentifikasi ke dalam bentuk faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik (misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan), tingkat intelektual yang rendah (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi), sikap mental emosional (misalnya malas, mudah menyerah, putus asa,temperamental), social psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stres, kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan), kurang ketrampilan (misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja) dan kurang modal (misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan, dan modal kerja). Faktor eksternal meliputi terbatasnya pelayanan sosial dasar, terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal, belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil, budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan, kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana.

Secara ekonomis perkembangan kondisi kemiskinan di suatu daerah merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin membaiknya kondisi kemiskinan yang ada maka dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Di Kabupaten Habar hingga saat ini data tentang jumlah penduduk miskin, sebesar 18.559 keluarga miskin yang tersebar di 9 (Sembilan) kecamatan berdasarkan Jamkesmas dan Jamkesda, lebih jelas dapat dilihat ditabel berikut ini:

Tabel 2.9 Jumlah keluarga miskin per kecamatan No Kecamatan KK Miskin

1 Loloda 1,634 607 2,241

2 Ibu Utara 881 318 1,199

3 Ibu 1,024 370 1,394

4 Ibu Selatan 1,300 506 1,806

5 Sahu Timur 695 551 1,246

6 Sahu 791 1,130 1,921

7 Jailolo Timur 817 470 1,287

8 Jailolo 3,170 1,596 4,766

9 Jailolo Selatan 1,004 1,695 2,699

T o t a l 11,316 1,695 18,559

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2012

(20)

Ibu Selatan 1.806 KK, Kecamatan Sahu Timur 1.246 KK, Kecamatan Sahu 1.921 KK, Kecamatan Jailolo Timur 1.287 KK, Kecamatan Jailolo 4.766 KK, dan Kecamatan Jailolo Selatan 2.699 KK. Jumlah KK Miskin yang terbesar ada di Kecamatan jailolo sebanyak 4.766 KK dan yang terkecil berada di Kecamatan Ibu Utara sebesar 1.199 KK.

Tabel 2.10 Jumlah rumah per kecamatan

Nama Puskesmas Nama Kecamatan Jumlah Rumah

Golago Kusuma Sahu Timur 747

Sahu Sahu 2.081

Duono Ibu Utara 1.573

Bobaneigo Jailolo timur 301

Kedi Loloda 2.488

Sidangoli Jailolo Selatan 3611

Talaga Ibu Selatan 2.070

Jailolo Jailolo 5.903

Akelamo Sahu Timur 835

Ibu Ibu 1.783

Total 21.392

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2012

Dari table diatas dapat dilihat bahwa data perumahan diambil dari data rumah yang ada di puskesmas yang tersebar di 9 kecamatan, Jumlah rumah permanen dan semi permanen di kabupaten halmahera barat sebanyak 21.392 rumah dengan penyebaran yang tidak merata di Sembilan kecamatan, jumlah rumah terbanyak ada di kecamatan jailolo sebanyak 5.903 rumah dan yang sedikit ada di kecamatan jailolo timur sebanyak 301 rumah.

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah

(21)
(22)

Lanjutan : Gambar 2.1

Keterangan:

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang masuk dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang langsung terkait dengan pembangunan sanitasi di Kabupaten Halmahera Barat adalah sebagai berikut :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Halmahera Barat 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat

3. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat

4. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Halmahera Barat

5. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Kabupaten Halmahera Barat 6. Kantor Tata Kota dan Kebesihan Kabupaten Halmahera Barat.

7. PDAM Kabupaten Halmahera Barat

8. DPPKAD Kabupaten Halmahera Barat

Gambar

Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai  di Kabupaten Halmahera BaratNama DasLuas (KM2)
Tabel 2.2  Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa
Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun
Tabel 2.4 Ringkasan Realisasi APBD Kabupaten Halmahera Barat 5 Tahun terakhir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila

Bencana alam yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini telah menimbulkan berbagai macam dampak fisik, sosial, dan ekonomi yang sangat merugikan

Dengan melihat kondisi yang demikian maka sejak tahun 2009 Pemerintah kabupaten Wonosobo berupaya untuk mengelola air limbah ini melalui program Sanitasi

Berdasarkan kondisi tersebut maka Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai kewajiban untuk mengambil suatu tindakan yang lebih kongkrit dengan ikut melaksanakan kebijakan nasional

Arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana longsor merupakan bentuk penataan ruang wilayah dengan mengutamakan pertimbangan pada kondisi fisik dasar wilayah

Berpedoman dengan Dokumen Tana Toraja Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan data mengenai kondisi sanitasi kabupaten dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku

Untuk mengetahui kondisi pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Tulang 

Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang ini, yaitu untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi