• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh

Aprilia Lusyi Wulandari

NIM B12 003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii

Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

Diajukan Oleh :

Aprilia Lusyi Wulandari NIM B12 003

Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juli 2015

Pembimbing

Ernawati, SST., M.Kes NIK. 200886033

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :

Aprilia Lusyi Wulandari NIM B12 003

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan

Pada tanggal Juli 2015

Penguji I Penguji II

Riadini Wahyu Utami, SST Ernawati, SST., M.Kes

NIK. 201189094 NIK. 200886033

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Mengetahui, Ka.Prodi D III Kebidanan

(4)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul ”Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya

Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Ernawati, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Drs H. Mulyono, M.M, Kepala Sekolah MTsN Gondangrejo Karanganyar yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh responden Kelas VIII yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner dalam penulisan KaryaTulis Ilmiah ini.

7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

(5)

v

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2015

(6)

vi Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015

Aprilia Lusyi Wulandari B12 003

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

xiii + 44 halaman + 16 lampiran + 6 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa di mana banyak terjadi perubahan fisik sebagai akibat mulai berfungsinya kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan pertumbuhan organ seks. Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 siswa dan siswi tentang timbulnya seks sekunder didapatkan 6 siswa menanggapi negatif tentang perkembangan seks sekunder dan 4 siswa menanggapi dengan positif tentang perkembangan seks sekunder

Tujuan : Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap positif dan sikap negatif

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di MTsN Gondangrejo Karanganyar pada bulan Juni 2015. Sampel penelitian yaitu 30 siswa laki-laki dan 46 siswi perempuan. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat.

Hasil Penelitian : sikap remaja perempuan dalam menghadapi timbulnya seks sekunder sikap positif sebanyak 16 responden (34,8%) dan sikap negatif sebanyak 30 responden (65,2%) dan sikap remaja laki-laki dalam menghadapi timbulnya seks sekunder sikap positif sebanyak 12 responden (40%) dan sikap negatif sebanyak 18 responden (60%).

Kesimpulan : Mayoritas Sikap Remaja perempuan dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap negatif dan sikap remaja perempuan sikap negative. Faktor penghambat yaitu informasi dan faktor pendorong lembaga pendidikan.

Kata Kunci : sikap, seks sekunder

(7)

vii

MOTTO

1. Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah sama sekali (Arthur Hughclough)

2. Jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 153)

3. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas alva Edison)

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati Karya Tulis Ilmiah ini penulis memoersembahkan :

1. Terimakasih dan syujud syukur kepada Allah SWT atas kesabaran dan kemudahan sehingga KTI ini bisa terselesaikan.

2. Terimakasih untuk kedua orang tuaku, bapak Dalimin,ibu Sugiyanti, dan adikku tersayang Ramadhan Fadil Oktavian serta keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan cinta kasih yang tidak terhingga.

3. Terimakasih kepada pembimbingku ibu Tresia Umarianti, SST.,M.kes yang telah sabar menjadi PA saya dan terimakasih untuk acc askeb.

4. Terimakasih kepada pembimbingku ibu Anisaul Khoiryah, SST.,M.kes dan ibu Ernawati SST.,M.kes atas bimbingan dalam pembuatan proposal dan KTI.

(8)

viii

BIODATA

Nama : Aprilia Lusyi Wulandari Tempat / Tanggal Lahir : Sragen 30 April 1994 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Metep, RT 11 RW 04 Tenggak Sidoharjo Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN

(9)

ix

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27

(10)

x

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

I. Etika Penelitian ... 36

J. Jadwal Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

B. Hasil Penelitian ... 37

C. Pembahasan ... 39

D. Keterbatasan Penelitian ... 42

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner untuk Remaja Laki-laki ... 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner untuk Remaja perempuan ... 30

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ... 38

Tabel 4.2. Sikap Remaja perempuan dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar ... 38

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 12. Hasil Uji Validitas

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Hasil Penelitian Lampiran 15. Dokumentasi

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Sesuai dengan dengan proporsi remaja dunia di mana jumlah remaja

diperkirakan 1,2 milyar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis

dan sosial. Masuknya berbagai informasi yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut etika dan moral menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan (Depkes RI, 2007).

(15)

2

Kepekaan emosi biasanya meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja didominasi oleh peran emosi, kepekaan emosi remaja yang meningkat biasanya akan mempengaruhi perilakunya (Depkes RI, 2007).

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya seorang individu dari masa anak-anak sampai dewasa, remaja mengalami permasalahan - permasalahan yang terus kerap datang. Tingkah laku itu bisa disebut juga sebagai kenakalan remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpaling ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya (Pasaribu, 2013).

Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Anak mulai menaruh minat besar terhadap keadaan dirinya. Hal ini dilakukan untuk memupuk harga diri dan eksistensi dirinya selaku remaja (Suryani dan Widyasih, 2010).

(16)

siswa tidak mengetahui tentang perkembangan seks sekunder. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengambil judul penelitian “Gambaran Sikap

Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN

Gondangrejo Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap positif. b. Mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder

di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap negatif. c. Mengetahui faktor pengahmabat dan pendorong sikap remaja dalam

(17)

4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu khususnya kesehatan reproduksi remaja.

2. Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh di bangku kuliah sebagai pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.

3. Bagi Institusi a. Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya atau dan sebagai bahan bacaan untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya kesehatan reproduksi remaja.

b. MTs N Gondanrejo Karanganyar

Dapat digunakan sebagai masukan pada MTs N Gondanrejo Karanganyar dalam upaya menstimulasi sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran.

4. Bagi responden

(18)

E. Keaslian Penelitian

1. Febriani (2012), dari STIKes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dengan judul ”Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perkembangan Seks Sekunder Dengan Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Perkembangan Seks Sekunder di SMP N 1 Bojong

Kabupaten Pekalongan”. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 56,5% siswi mempunyai pengetahuan cukup tentang seks sekunder dan 55,6% remaja mempunyai sikap kurang dalam menghadapi perkembangan seks sekunder. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square, diperoleh value 0,016 (< 0,05) berarti terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang perkembangan seks sekunder dengan sikap remaja putri dalam menghadapi perkembangan seks sekunder. 2. Windari (2014), dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

“Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Perubahan Sekunder Masa

Pubertas pada Siswi Kelas VIII di SMP N 4 Karanganyar”. Jenis

penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel sebanyak 32 responden. Teknik pengambilan sampel dengan sample random sampling. Analisis data dengan menggunakan analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sebanyak 8 responden (25%) tingkat pengetahuan baik, 16 responden (50%) tingkat pengetahuan cukup, dan 8 responden (25%) tingkat pengetahuan kurang.

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sikap

a. Pengertian

Ahli psikolog Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932) dan Charles Osgood menyatakan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut Menurut Chave, Bogardus dan LaPierre (tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian) mengemukakan sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2011), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

b. Sifat sikap

Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu:

(20)

2) Sikap negatif yaitu terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghidari, membenci tidak menyukai obyek tertentu.

c. Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2009), dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah, yaitu :

1) Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses komplek dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus.

2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

(21)

8

berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pemebntukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

4) Media Massa

(22)

kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan makan tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

6) Pengaruh Faktor Emosional

(23)

10

segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

d. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2011), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (obyek).

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah salah satu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudara, dan sebagainya), untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah salah satu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

(24)

Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

e. Cara Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut:

Positif : Bila skor T responden > nilai rata-rata Negatif : Bilan skor T < nilai rata-rata

Menurut Azwar (2009), faktor yang dianggap sangat berperan dalam mengarahkan sikap kepada bentuk yang dikehendaki yaitu faktor eksternal, yaitu faktor yan ada di luar individu yang dengan sengaja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap manusia sehingga dengan sadar atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor ini pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut persuasi untuk mengubah sikap.

Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide fikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi diantara komponen sikap individu atau diantara sikap dan perilakunya sehingga mengganggu kestabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan. Pendekatan tradisional dalam persuasi pada umumnya meliputi beberapa unsur yaitu sumber

(source) sebagai komunikator yang membawa pesan (massage–

(25)

12

(audience). Peran kesemua unsur dalam komunikasi persuasif ini ditelaah melalui studi dan riset sehingga melahirkan konsep dan teori mengenai strategi persuasi dalam usaha pengubahan sikap manusia. 2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).

Masa remaja merupakan salah periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007). b. Batasan Remaja

Menurut Depkes RI (2007), masa remaja dibedakan dalam : 1) Masa remaja awal : 10 – 13 tahun

2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun

(26)

sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescence

yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007). c. Aspek perkembangan pada masa remaja

Aspek perkembangan remaja meliputi: 1) Perkembangan fisk

Menurut Notoatmodjo (2011), perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh diatandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Antara remaja putra dan putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10 – 13,5 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi apda usia 9 – 15 tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama melalui wer drem atau mimpi basah. Sedang pada remaja putri pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada (mammae).

2) Perkembangan kognitif

(27)

14

Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya.

Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif.

3) Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Penc arian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.

3. Seks Sekunder Remaja

a. Pengertian Seks Sekunder remaja

Menurut Sarwono (2007), seks sekunder yaitu tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita.

b. Penyebab

(28)

yang dinamakan kelenjar eksokrin (ekso = luar) karena menyalurkan zat yang diproduksinya langsung ke luar tubuh. Di samping itu terdapat kelenjar-kelenjar endokrin (endo = dalam) yang mengeluarkan zat-zat yang tidak disalurkan ke luar tubuh, melainkan disalurkan ke dalam darah. Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar-kelenjar endokrin dinamakan hormon, beberapa hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak berpengaruh pada seksualita, yaitu:

1) Pada remaja laki-laki

a) Hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan terutama pada masa remaja. Hormon ini merangsang tulang-tulang panjang, antara lain tulang tangan dan kaki. Sehingga tulang bertambah panjang dan anak yang bersangkutan bertambah tinggi.

(29)

16

2) Pada remaja perempuan

a) Hormon progesteron bertugas untuk mematangkan dan mepersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron inilah yang mengembangkan lanjut menjadi janin.

b) Hormon pengendali pada wanita yang mempengaruhi indung telur (ovarium) untuk memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesteron. Dalam kedaaan hamil hormon pengendali wanita ini juga berfungsi untuk mengatur haid menjadi berlebihan (karena wanita yang bersangkutan tidak haid) dan dibuang ke dalam air seni.

c) Hormon estrogen yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seorang remaja wanita (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus). Hormon ini juga mengatur daur siklus haid. Hormon ini diproduksi antara usia awal remaja sampai usia berhentinya haid (lebih kurang 45 tahun).

(30)

c. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Remaja

Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu: genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang (Depkes RI, 2007).

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula (Depkes RI, 2007).

1) Pada Remaja laki-laki

Menurut Narendra (2008), perubahan pada tubuh yang terjadi pada permulaan pubertas sebagai akibat pengaruh androgen testes dan adrenal atau estrogen ovarim disebut sebagai cirri sekunder, yaitu a) Tumbuh rambut seksual yaitu :

(31)

18

(2) Rambut muka (kira-kira 1 tahun kemudian : bibir atas, menyebar ke tengah pipi atas, di bawah bibir, dagu dan rambut dada.

b) Pertumbuhan Tulang

Masa pubertas, sebuah testes biasanya mempunyai volume kurang dari 4 ml dan diameter tidak lebih dari 2,5 cm. dengan terjadinya proliferasi dan tubulus seminiferus (Narendra, 2002).

Perubahan pada laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang (Depkes RI, 2007).

Menurut Punsalan (2010), perubahan sekunder pada laki-laki, yaitu :

(1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang (2) Tangan dan kaki bertambah besar

(3) Pundak dan dada bertambah besar dan membidang (4) Otot menguat dan tumbuh jakun

(32)

(6) Tumbuh rambut-rambut di ketiak sekitar muka dan sekitar kemaluan

(7) Penis dan buah zakar membesar (8) Suara menjadi besar

(10) Keringat bertambah banyak (11) kulit dan rambut mulai berminyak. 2) Pada remaja perempuan

Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Pertubuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, di mana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia (12 – 13) tahun. Tumbuhnya rambut badan bervariasi luas. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun (Depkes RI, 2007).

Menurut Punsalan (2010), perubahan sekunder pada perempuan, yaitu

(33)

20

c) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina d) Panggul mulai melebar

e) Tangan dan kaki bertambah besar

f) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar g) Vagina mengeluarkan cairan

h) Keringat bertambah banyak i) Kulit dan rambut mulai berminyak j) Pantat bertambah lebih besar.

Menurut Depkes (2007), perubahan fisik remaja putri, yaitu a) Pinggul melebar

b) Pertumbuhan rahim dan vagina c) Menstruasi awal

d) Pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak e) Payudara membesar

f) Pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat) g) Pertambahan berat badan dan tinggi badan d. Dampak

Menurut Depkes RI (2007), dampak yang ditimbulkan dari perubahan seks sekunder pada remaja, yaitu:

1) Masa remaja awal: 10 – 13 tahun

a) Cemas terhadap penampilan badan yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness)

(34)

c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungan.

e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebaya.

f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/ kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebaya.

g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandang sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Masa remaja tengah: 14 – 16 tahun

1. Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

2. Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

3. Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

(35)

22

5. Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

6. Membangun nilai, norma dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga. 7. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas

berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

8. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

9. Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Masa remaja akhir: 17 – 19 tahun

a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama

b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga berdampak mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

(36)

e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tua. f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak

(37)

24

F. Kerangka Teori

Gambar 2.2Kerangka Teori

Sumber: Depkes RI (2007), Kumalasari dan Andhiantoro (2010), Azwar (2009) Remaja Perubahan Seks

Sekunder

1. Pengertian 2. Sifat sikap

3. Pembentukan sikap 4. Tingkatan sikap 5. Cara pengukuran sikap

Sikap

(38)

G. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Vaiabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Positif

Negatif Sikap remaja dalam

menghadapi timbulnya seks sekunder

Faktor yang mempengaruhi Sikap

1. Pengalaman Pribadi 2. Pengaruh Orang Lain yang

Dianggap Penting 3. Pengaruh Kebudayaan 4. Media Massa

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

(39)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini menggambarkan sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di MTsN Gondangrejo Karanganyar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di MTsN Gondangrejo Karanganyar.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

(40)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok, masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi, 2012). Populasi yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar terdiri dari Kelas A sebanyak 40 siswa, kelas B sebanyak 40 siswa, kelas C sebanyak 40 siswa, kelas D sebanyak 39 siswa, kelas E sebanyak 40 siswa, kelas F sebanyak 40 siswa dan kelas G sebanyak 40 siswa, kelas H sebanyak 24 siswa sehingga populasi sebanyak 303 siswa.

2. Sampel

(41)

28

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik simple random sampling atau acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian pengambilan sampel dengan dengan mengundi anggota populasi.

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder.

E. Definisi Operasional

(42)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).

Kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner

tertutup adalah daftar pernyataan di mana sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Untuk variabel sikap diukur dengan menggunakan

(43)

30

(S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 (Wawan dan Dewi, 2011).

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner untuk Remaja Laki-laki

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah Item

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner untuk Remaja Perempuan

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah Item

3. Tanda 14,17, 9,10,11,12,13,15, 16,18*

10

4. Dampak 20,21,23,25, 19,22,24, 7

8 17 25

Ket: *) = item tidak valid

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data. Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan MTs N 1 Karanganyar pada tanggal dengan 1 April 2015 terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan. Menurut Riwidikdo (2013), uji coba validitas dan reliabilitas minimal dilakukan terhadap 30 responden.

1. Uji Validitas

(44)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas menggunakan rumus product moment dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0. Menurut Hidayat (2011), rumus product moment yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf

signifikan 0,05. Setelah dilakukan uji validitas kuesioner sikap pada siswa laki-laki dari 25 pernyataan didapatkan 2 pernyataan tidak valid yaitu nomor 9 dan 14, sedang untuk pernyataan untuk siswi perempuan didapatkan 2 pernyatan tidak valid yaitu nomor 5 dan 18, untuk selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam instrumen penelitian dikarenakan sudah terwakili oleh pernyataan yang valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

(45)

32

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus

Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

ú

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70)

(Riwidikdo, 2013). Setelah dilakuka uji reliabilitas untuk instrumen sikap laki-laki didapatkan nilai alpha cronbach’ssebesar0,815 > 0,70 dan untuk instrumen sikap perempuna didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,797 > 0,7, sehingga instrumen layak dan dapat dipercaya sebagai kuesioner penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

(46)

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di MTsN Gondangrejo Karanganyar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder berupa data jumlah siswa yang diperoleh dari tata usaha.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012), adalah:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

(47)

34

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau soffware komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

2. Analisis Data

(48)

sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di MTsN Gondangrejo Karanganyar.

Menurut Azwar (2009), untuk menghitung sikap maka digunakan dengan skor T, rumus skor T, yaitu :

x = skor responden skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

x = mean skor kelompok

S = deviasi standar pada kelompok

Dikatakan sikap Positif : bila Skor T responden > nilai rata-rata Dikatakan sikap Negatif : bila skor T < nilai rata-rata

(Azwar, 2009)

Menurut Silalahi (2012), untuk mendapatkan distribusi frekuensi variabel sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di MTsN Gondangrejo Karanganyar digunakan rumus prosentase, yaitu:

fi

P = ––– x 100%

n

P = Prosentase

(49)

36

I. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi : 1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

J. Jadwal Penelitian

(50)

37

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar yang beralamat di Jl Solo – Purwodadi KM 12. Kepala sekolah MTs Negeri I Sumberlawang Sragen Bapak Drs. H. Mulyono, M.M. Jumlah kelas di MTsN Gondangrejo Karanganyar terdapat 3 kelas yaitu kelas VII, VIII dan kelas IX yang masing masing kelas dibagi menjadi 8 kelas yaitu A, B, C, D, E, F, G dan H.

Fasilitas yang ada di MTsN Gondangrejo Karanganyar antara lain perpustakaan, laboratorium komputer, bahasa, biologi, kimia, fisika, koperasi, UKS dan masjid. Untuk menunjang pelajaran di luar jam pembelajaran MTs Gondangrejo Karanganyar menyelenggarakan kegiatan Pramuka dan PMR. Dalam usaha menunjang prestasi siswa-siswi MTsN Gondangrejo Karanganyar yang berminat untuk meningkatkan dalam bidang olah raga dan kesenian MTsN Gondangrejo Karanganyar memberikan ekstra kurikuler.

B. Hasil Penelitian

Sebelum mengetahui Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar

(51)

38

a. Mean dan Standar Deviasi

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar

54,8 5,7 53,5 5,5

b. Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar

1) Sikap siswa perempuan

Berdasarkan mean dan standar deviasi dapat dikategorikan sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dapat diliht pada tabel di bawah berikut:

Tabel 4.2. Sikap Remaja perempuan dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo

(52)

Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap negatif.

2) Sikap remaja laki-laki

Tabel 4.3 Sikap Remaja laki-laki dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar

No Sikap remaja Gondangrejo Karanganyar sikap positif sebanyak 12 responden (40%) dan sikap negatif sebanyak 18 responden (60%). Mayoritas sikap laki-laki dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dengan sikap negatif

C. Pembahasan

(53)

40

Menurut Azwar (2009), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut Menurut Chave, Bogardus dan LaPierre (tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian) mengemukakan sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini sikap remaja perempuan dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap negatif sebanyak 18 responden (60%) dan remaja laki-laki dan sikap negatif sebanyak 30 responden (65,2%). Faktor yang mempengaruhi sikap remaja salah satunya yaitu informasi. Dikarenakan siswa di MTsN Gondangrejo Karanganyar belum pernah mendapatkan informasi kesehatan reproduksi atau penyuluhan tentang timbulnya seks sekunder dan kurang aktif mencari informasi di media

(54)

sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberikan dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenaka keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan makan tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Dalam hal ini informasi menjadi faktor penghambat sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar.

Sikap remaja perempuan dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap positif sebanyak 12 responden (40%) dan sikap remaja laki-laki dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap positif sebanyak 16 responden (34,8%)

(55)

42

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan makan tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Dalam hal ini lembaga pendidikan menjadi faktor pendorong sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Kendala dalam penelitian ini adalah pada saat pengisian kuesioner siswi kurang sungguh-sungguh dan banyak yang menyontek dari teman lain, sehingga berpengaruh pada jawaban sikap.

(56)

43

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian gambaran sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder

di kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar”. Sikap responden dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar Sikap remaja laki-laki sikap positif sebanyak 16 responden (34,8%) dan sikap remaja perempuan positif sebanyak 12 responden (40%)

2. Sikap Remaja perempuan dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dan sikap negatif sebanyak 18 responden (60%) dan sikap negatif sebanyak 30 responden (65,2%). 3. faktor penghambat sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks

(57)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu: 1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa untuk lebih meningkatkan sikap yang baik dengan banyak membaca artikel-artikel maupun buku tentang kesehatan reproduksi khususnya timbulnya seks sekunder.

2. Bagi Institusi

a. Institusi Pendidikan

Sebaikanya institusi lebih banyak menambah referensi tentang kesehatan reproduksi khususnya timbulnya seks sekunder.

b. Bagi MTsN Gondangrejo Karanganyar

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan siswa dengan bekerja sama dengan instansi kesehatan terkait untuk pelaksanaan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang MTsN Gondangrejo Karanganyar.

3. Peneliti selanjutnya

(58)
(59)

Gambar

Gambar 2.2 Sumber: Depkes RI (2007), Kumalasari dan Andhiantoro (2010), Azwar (2009) Kerangka Teori
Gambar 2.3. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Santoso (2015) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Internal Berbasis COSO dan

Dengan menggunakan metode presentasi ini sangat dirasakan akan lebih memicu dan memberikan rangsang terhadap siswa untuk aktif karena akan adanya keterpaksaan

Budiawan, T.,1988, “Pengaruh Kurkuminoid dari Temulawak terhadap Kadar SGOT, SGPT, dan Che Darah Kelinci pada Keadaan Hepatotoksik”, Jurnal Farmasi FMIPA UNPAD, Bandung.. Freeman

Surat pengantar dibuat untuk mengantarkan SPT Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pajak lain tetapi melaporkan SPT ke KPP Pratama Cakung Satu sehingga SPT tersebut harus

Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran bahwa tangga darurat di dapatkan bahwa untuk gedung SMK (2), dan gedung SMK (3) ada kesesuaian dengan peraturan yang ada

Berdasarkan kerangka berfikir seperti tersebut diatas, maka dapat diajukan model pembelajaran kooperatif type STAD, dimana kunci dari tipe ini adalah interdepensi (saling

Gambar 3.96 Rancangan Layar Transaksi Laporan Absensi Siswa per Term...456. Gambar 3.97 Rancangan Layar Transaksi Laporan Absensi Siswa

Significant differences on obstacles among firms that are in different stages of life cycle are found, which firms in maturity and stability stage tend to experience