KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 1
BAB VI
Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Kabupaten/Kota
KABUPATEN
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 1
BAB VI
Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Kabupaten/Kota
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor
penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana
dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas
dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor
yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan
sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan
demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga
komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1
Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi
seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi
tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan
banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 2 akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah
tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah
berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah
kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang
Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1)
Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara
lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan
RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan
Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan
terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat
terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak
3 seksi.
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 3 4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN
2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan
adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan
kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,
serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat
dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah
dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini
memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi
birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 4 Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri
dari sembilan program, yaitu:
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,
sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka
reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan
oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan
tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan
e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja
organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan
pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 5 Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat
dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk
itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta
Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam
pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 6 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang
PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target
pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2,
dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan
yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya
yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab
dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan
dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang
bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan
perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi
masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD
Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah
standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di
dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air
minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 7 aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar
kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur
melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan
Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan
perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang
Cipta Karya.
Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan
pemerintah pada bidang/subbidang CiptaKarya maka diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanankelembagaan.
11. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan
ProgramReformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman
ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani
bidang Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi
yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang
Cipta Karya saat ini.
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 8
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 9 12. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana
merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas
kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah
menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam
melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan,
perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan
kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk
masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan
hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam
keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas
dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi
program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program
dankegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di
dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah
Kabupaten/kota, khususnyamenyangkut tupoksi dari masing-masing instansi
pemerintah bidang keciptakaryaan.Dengan mengacu pada tabel berikut,
dapat dicantumkan penjabaran peran masingmasinginstansi dalam
pembangunan bidang Cipta Karya.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja,
perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan
kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan
tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan
tugasnya. Dengan mengisi table berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP
Bidang Cipta Karya di daerah.
13. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen
SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi
Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga
kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang
menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019 Ir. John Kusoy, MT BAPELITBANGDA Ketua S-2 Dosen Fakultas
Teknik Unsrat
BAPELITBANGDA Sekretaris S-1
Ir. Michael
Lengkong BAPELITBANGDA Kabid. Fispra S-1
Kasie…. S-1
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian
ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah
kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
6.2.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan
keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis
deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur
organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat
kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 11 6.2.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta
karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam
proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban
adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah
menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi
terkait Bidang Cipta Karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti
ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua
sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan
permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan
bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang
dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat
kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan
perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta
Karya?
6.2.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui
permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab
adalah sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi
jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang
Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat
kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 12 6.3 Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang
keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab
sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT
Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis
SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan
kelembagaan.
Berdasarkan analisa SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal),
kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelemba
organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta
Karya.
Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor
analisis SWOT, yaitu sebagai berikut.
- Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 13 - Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang
dimiliki organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak
dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.
- Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki
kelemahankelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang
yang ada.
- Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka
diperlukan upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk
meminimalisir ancamanancaman yang berpotensi untuk melemahkan
kinerja dari organisasi.
6.4
Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah
kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka
dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan
organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan
sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat
dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
6.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu
pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan
tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada
analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan
dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda,
serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka
mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan
organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah,
khususnya bidang Cipta Karya.
6.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu
pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana,
pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan
program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 14 6.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan
mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier
setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi.
Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai
hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan
jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui
pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam
rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta KaryaKementerian PU yang dapat menjadi
referensi dipaparkan pada tabel 8.6
Tabel 7.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya
6.5
Perda Kabupaten Minahasa
Dokumen RTBL
Peraturan
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1996 tentang Pedoman
Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005, tentang Pelaksanaan UU
No. 28 tahun 2002.
c. Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa No 24 Tahun 2004 tentang
RTRW Kabupaten Minahasa.
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB VI | 15 Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa
a. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2004 tetang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Minahasa
b. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah
c. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah;
d. Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah, Lembaga Teknis
Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja;
e. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tetang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Minahasa Tahun
2008-2013;
f. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan