BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Perilaku
2.1.1 Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing.
Menurut Notoadmodjo (2007) yang dikutip dari penelitian Skiner perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon.
Skiner membedakan ada dua respon:
1. Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini
juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan
2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job deskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka pertugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert bahaviour atau unobservabel behaviour, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku Terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
praktik (practice). Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru
minum obat secara teratur, dan sebagainya.
2.1.2 Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoadmodjo, 2007).
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behaviour).
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau
masyarakatnya.
2.1.3 Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan
sering merupakan faktor yang dominan yang yang mewarnai perilaku seseorang.
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan kesehatan,
ketiga domain tersebut dimodifikasi menjadi: 1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil ‟tahu‟ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadapa stimulus.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan
yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi ( Application)
Alplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk kseluruhan yang baru.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-krietia yang
telah ada.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2003)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan ,lepas pekerjaan itu
benara atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Praktik atau tindakan mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (Perception)
2. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
atau indikator praktik tingkat tingkat dua. 3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.2. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 2.2.1 Keselamatan Kerja
Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang
bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.
Tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan, menjamin keselamatan setiap orang yang berada di
2.2.2 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha
preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum
(Anonim, 2009).
2.2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja, baik secara fisik maupun psikososial dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi kerja bertujuan untuk (Depkes RI,
1994):
a. Memelihara meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
2.3 Petani Padi
Petani padi adalah petani yang bekerja di sawah mulai dari persiapan lahan sampai panen (Depkes RI, 1994).
Kesehatan kerja petani pada hakekatnya tergantung hubungan interaktif
antara tiga komponen yang mempengaruhi performa kerja mereka. Ketiga komponen tersebut adalah kapasitas kerja, beban kerja dan beban tambahan yang
berasal dari lingkungan kerja.
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang petani untuk melaksanakan pekerjaanya. Kapasitas kerja ini termasuk : tingkat kesehatan, gizi para petani,
keterampilan mencangkul dan yang lainnya. Sedangkan beban kerja petani antara lain mencangkul membajak dan yang lainnya. Beban tambahan sendiri adalah
beban yang berasal dari lingkungan seperti suhu udara, sinar matahari dan yang lainnya.
Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi bahaya
dibidang pertanian ini adalah keserasian antara alat yang digunakan dengan postur tubuh petani Indonesia (faktor ergonomik).
2.3.1. Klasifikasi Pertanian dan Petani 2.3.1.1. Klasifikasi Pertanian
Pertanian sering digolongkan menurut keperluan tertentu, sering tumpah tindih, sering berbeda di lain daerah. Tanaman kentang di Indonesia masuk dalam
Namun demikian dapat dihimpun klasifikasi pertanian sebanyak 11 macam penggolongan pertanian. Penggolongan itu adalah sebagai berikut:
1. Pertanian dalam arti sempit dan luas
Pertanian dalam arti sempit adalah bercocok tanam, jadi hanya kegiatan usaha tanaman. Dalam arti luas pertanian meliputi bercocok tanam, kehutanan,
perikanan dan peternakan.
2. Pertanian Rakyat dan Perkebunan
Perbedaan pertanian rakyat dengan perkebunan terutama terletak dalam luas areal dan manajemennya. Pertanian rakyat termasuk perkebunan rakyat dalam areal lebih sempit dan manajemen sederhana. Menurut pemilikannya perkebunan dibagi
menjadi perkebunan BUMN, perkebunan Swasta Asing, perkebunan Swasta Nasional, Joint venture, dan PIR.
3. Pertanian Tanaman Makanan dan Perdagangan
Penggolongan ini cukup lemah, sebagai contoh tanaman padi adalah bahan untuk makanan, tetapi juga dapat diperdagangkan. Dalam kehidupan praktis yang
dimaksud dengan tanaman perdagangan secara umum komoditinya bukan untuk sebagai bahan makanan. Tanaman makanan terdiri atas: tanaman serealia,
kacangan dan umbian.
4. Pertanian Hortikultur dan non-Hortikultur
Hortikultur terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan. Hasil
5. Pertanian Tanaman Semusim dan Tanaman Keras
Tanaman semusim sering disebut tanaman muda atau tanaman tahunan atau
annual crop. Contoh annual crop adalah padi, jagung, pisang, cabe, kentang,
kacangan, dan sebagainya. Tanaman semusim ini dapat dibagi dua yaitu: a. Sekali tanam sekali panen seperti padi, jagung.
b. Sekali tanam beberapa kali panen seperti cabe, tomat arcis, buncis dan sebagainya.
Tanaman Keras atau perenial crop adalah tanaman yang berumur panjang dan dapat berbuah atau panen berkali-kali. Contohnya: karet, kelapa sawit, coklat, duren, mangga, asam gelugur, duku dan sebagainya.
6. Pertanian Subsisten dan Perusahaan
Pertanian subsisten adalah pertanian yang seluruh hasilnya digunakan atau
dikonsumsi sendiri oleh produsennya. Contoh: padi, jagung, ternak ayam yang dipelihara bertujuan untuk konsumsi sendiri, tidak ada maksud untuk dijual ke pasar. Pertanian subsisten secara murni pada saat ini dapat dikatakan sudah
langka, hanya terdapat di daerah-daerah yang terisolasi seperti di Nias. Kalau hasil pertanian itu hanya cukup untuk dimakan maka disebut subsistence level of living,
dan kondisi ini sama dengan petani miskin.
Pertanian perusahaan atau commercial adalah pertanian yang hasilnya bertujuan dijual ke pasar. Bukan harus semua hasil padi seorang petani dijual ke
7. Pertanian Generatif dan Ekstraktif
Pertanian generatif adalah pertanian yang telah dilakukan di dalamnya
pemeliharaan/perlakuan pada proses produksinya. Petani terlibat dalam pemupukan, dalam pembrantasan hama/penyakit, dalam pemilihan benih/bibit. Pertanian ekstraktif (sammel- wirtshaft) adalah usaha pertanian yang hanya
mengumpulkan hasil, misalnya pengambilan rotan di hutan, penebangan kayu hutan, pengambilan gubal gaharu di hutan, penangkapan ikan di laut. Bila rotan
atau gaharu sudah dibudidayakan maka dia berubah menjadi pertanian generafif. 8. Pertanian Lahan Sawah dan Lahan Kering
Lahan sawah adalah lahan yang pada saat-saat tertentu digenangi air untuk
ditanami, kalau terus-menerus tergenang air disebut kolam atau tambak. Berdasarkan sumber airnya sawah dibagi menjadi:
a. Sawah irigasi (teknis dan setengah teknis), tadah hujan, rawa, paluh dan sebagainya. Pengaliran/pemberian air ke lahan sawah disebut irigasi, boleh juga dengan sprinkle, pembuangan air keluar dari sawah disebut drainasi.
b. Lahan kering adalah lahan yang senantiasa diusahakan kering, lahan kering sering disebut lahan darat, tegalan, huma atau ladang. Usaha-usaha
perkebunan pada umumnya terdapat di lahan kering. 9. Pertanian Modern dan Tradisionil
Pertanian intensif dan ekstensif berkonotasi terhadap jumlah nilai input per hektar,
pertanian modern dan tradiosionil berkonotasi terhadap tingkat penggunaan teknologi. Pertanian modern menggunakan teknologi lebih tinggi daripada
menguntungkan daripada pertanian tradisionil. Pertanian modern di Sumatera Utara belum tentu modern bagi petani di USA. Pertanian modern dapat
menimbulkan pengangguran di pedesaan di Indonesia. 10. Pertanian Spesialisasi dan Diversifikasi
Pertanian spesialisasi disebut juga pertanaman sejenis atau monokulture pada
usaha tanaman. Spesialisai berarti mengusahakan khusus satu jenis tanaman, atau satu jenis ternak atau satu jenis ikan. Pertanian diversifikasi disebut juga pertanian
campuran. Diversifikasi dalam arti sempit mengusahakan berbagai jenis tanaman atau berbagai jenis ternak atau ikan.
Untuk usaha tanaman saja, sejalan dengan pengertian diversifikasi terdapat
beberapa istilah khusus yakni:
a. Tumpang gilir (multiple cropping),
b. Tumpang sari (inter cropping), c. Bersisipan (relay cropping), d. Bergiliran (squential planting).
11. Pertanian Intensif dan Ekstensif
Intensif atau ekstensifnya suatu usaha pertanian dapat ditunjukkan dalam waktu
yang sama atau berbeda, antar daerah, antar jenis tanaman/ usaha. Indikator menunjukkan intesif atau ekstensif adalah ratio atau perbandingan dari jumlah penggunaan nilai input per satuan luas, bukan hanya bergantung luas areal saja.
2.3.1.2. Klasifikasi Petani
a. Petani tradisionil atau petani modern. b. Petani sawah atau petani darat.
c. Petani spesialisasi atau petani diversifikasi. Menurut jenis usahanya adalah:
a. Petani padi bila dia mengusahakan tanaman padi.
b. Petani padi dan jagung, dia menanam padi dan jagung. c. Petani/pekebun karet, dia mengusahakan tanaman karet.
d. Petani ikan mas, dia mengusahakan/memelihara ikan mas. e. Peternak sapi perah, dia memelihara sapi perah, dan lain-lain.
2.3.2. Bahan Baku dan Peralatan Petani Padi
Bahan baku utama yang digunakan oleh petani padi dalam proses
produksinya adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1994): a. Bibit
b. Pestisida
c. Herbisida d. Pupuk
Dalam melaksanakan budidaya padi, petani menggunakan berbagai alat yang berguna sepanjang proses kerja. Ada beberapa alat yang digunakan antara lain (Sujatmoko, 2011):
1. Bajak atau luku
Adalah alat yang biasa digunakan petani untuk mengolah tanah mereka sebelum
Bentuk bajak sendiri biasanya berupa kayu berbentuk segitiga dengan disambungkan ke hewan-hewan untuk menarik bajak tersebut. Hewan yang
dipakai untuk membajak sendiri biasanya yaitu hewan-hewan yang jinak tapi kuat. Seperti halnya sapi dan kerbau. Hingga saat ini bajak atau luku ini masih banyak digunakan oleh petani untuk mengolah tanah mereka. Walaupun tidak
sedikit pula petani yang sudah beralih menggunakan teknologi yang lebih modern yaitu traktor.
2. Cangkul atau Pacul
Adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses
pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sehingga masa ini
untuk menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah. Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat. Cangkul
atau Pacul merupakan gabungan dari bawak dan pacul itu sendiri. Bawak merupakan bagian kepala atau bagian atas dari cangkul. Sedangkan pada bagian
landepan atau bagian bawahnya sering kita sebut dengan pacul juga. Pada bagian kepala terdapat lubang yang berfungsi untuk dipasangi garan pacul atau sering disebut doran. Dengan dipasangnya doran akan mempermudah dalam
menggunakan alat cangkul ini. 3. Sabit Padi
padi yang sudah siap panen. Alat ini sangatlah ringan dan mudah sekali untuk digunakan. Alat ini mirip dengan arit, tapi ukurannya lebih kecil dan lebih tipis.
Alat ini juga menggunakan garan sebagai pegangannnya. Sehingga dapat mempermudah dalam penggunaannya. Sabit padi ini ada yang terbuat dari besi biasa dan ada juga yang terbuat dari besi baja. Hal ini tergantung dari permintaan
dari para petani itu sendiri. Di bandingkan dengan menggunakan ani-ani, dengan menggunakan alat ini para petani bisa lebih cepat dalam proses pemanenan padi.
4. Arit Babatan
Adalah alat yang biasa digunakan untuk memanen padi. Arit ini mempunyai
bentuk yang tipis dan sangatlah ringan untuk di bawa. Dengan bentuk yang tipis ini maka arit ini akan sangat mudah sekali untuk memanen padi dalam skala yang
besar. Arit babatan ini termasuk teknologi baru untuk memanen padi. Tidak seperti teknologi sebelumnya dimana petani menggunakan ani-ani yang harus membutuhkan waktu yang lama untuk memanen padi, dengan arit babatan ini
petani bisa memanen padi mereka dengan mudahnya dan dalam waktu yang cepat. Walaupun bentuknya tipis akan tetapi arit babatan ini terbuat dari besi baja
yang kuat sehingga dapat digunakan dalam kurun waktu yang lama dan juga kualitas yang terjamin pula tentunya.
5. Garuk dan Garpu
Adalah alat pertanian yang digunakan untuk meratakan pupuk di sawah dan terutama adalah pupuk kandang. Bagi para petani yang mempunyai ternak sapi
bekas yang di pande hingga menjadi alat seperti tiga jari ini. Untuk bentuk dari alat ini yaitu berupa 3 jari besi dengan lubang corong pada bagian atasnya
sebagai tempat untuk dipasangi garan sebagai pegangannya. Kedua alat ini pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama secara keseluruhan. Yang membedakan diantara keduanya hanyalah bentuknya saja. Garuk mempunyai corong untuk
wadah garan menghadap ke atas. Sedangkan garpu mempunyai corong untuk wadah garan yang sejajar dangan 3 jari besi tadi.
6. Ungkal
Adalah batu yang berfungsi untuk mengasah alat-alat pertanian seperti arit, kampak dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar alat-alat tersebut bisa lebih
tajam. Ungkal ini terbuat dari sejenis batu kapur gandik yang sangat cocok untuk mengasah alat-alat pertanian. Ungkal yang berukuran besar sangat cocok untuk
mengasah arit jenis apapun. Sedangkan ungkal yang berukuran kecil ini biasanya digunakan untuk mengasah tatah dan pisau. Dengan ungkal ini alat pertanian akan tetap terjaga ketajamannya.
2.3.3. Proses Kerja Petani Padi
Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam budi daya padi sawah diantaranya yaitu : persiapan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan pestisida dan panen (Depkes RI, 1994).
1. Persiapan Lahan
Pada proses ini tanah terlebih dahulu dilakukan pembajakan dan pengairan
selama beberapa hari. Bagi sawah yang petaknya kecil-kecil biasanya hanya dicangkul. Pembajakan yang menggunakan kerbau pada sawah yang cukup besar.
Bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan biasanya masih besar-besar itu kemudian didiamkan selama beberapa hari lalu disikat (digaru).
Pekerjaan ini biasanya dibantu dengan pencangkulan untuk mertakan
penyikatan. Penyikatan dilakukan sedemikian rupa sampai tanah sawah benar-benar halus dan siap untuk ditanami. Selesai disikat, sawah kemudian dibiarkan
beberapa hari lalu dialiri air secukupnya. Bagi petak-petak yang besar, dibuat garis-garis lurus saling tegak lurus sehingga membentuk kotak-kotak seperti lantai (ubin) yang pada sudut-sudutnya nanti bibit padi ditanamkan. Pekerjaan
mempersiapkan lahan ini umumnya dilakukan pada pagi dan siang hari sampai sore hari. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul dan bajak yang ditarik dengan
kerbau atau kuda (pada petani yang lebih modern menggunakan traktor). 2. Penanaman
Padi dari persamaian yang telah dianggap cukup umurnya, kemudian
dicabut dan diikat kira-kira sebesar 2 (dua) genggaman jari tangan. Sebelum ditanami, ujung daun padi dipotong dulu sampai tingginya 20-30 cm. Proses
penanaman padi dilakukan dengan mundur (karena itu disebut tandur artinya menata sambil mundur), agar padi yang sudah ditanam tidak terinjak. Penanaman ini biasanya dilakukan dengan tangan secara beramai-ramai. Peralatan yang
digunakan adalah topi dan pakaian kerja. 3. Penyiangan
biasa dilakukan 2-3 kali selama penanaman padi, tergantung pada banyaknya rumput-rumput liar.
4. Pemupukan
Pada proses ini pupuk disebarkan di atas lahan yang ditanam dan disiangi. Penyebaran pupuk ini biasanya dilakukan dengan tangan yang tidak menggunakan
alat pelindung (sarung tangan). 5. Penyemprotan Pestisida
Sebelum proses ini dilaksanakan dilakukan persiapan untuk mencampur dan memasukkan pestisida ke dalam tabung penyemprot. Pencampuran pestisida kadang-kadang dilakukan disembarang tempat di dekat makanan atau minuman
atau diselokan yang airnya mengalir. Selain itu penyemprotan dilakukan di atas lahan yang ada. Pekerjaan menyemprot ini biasanya dilakukan dengan secara
sederhana tanpa menggunakan alat-alat pelindung dan belum memperhatikan kaidah penyemprotan yang sesuai dengan kaidah kesehatan. Tujuan penyemprotan ini untuk mencegah dan membasmi hama yang mungkin
menyerang padi. 6. Panen
Setelah menunggu beberapa lama dan dianggap padi telah cukup tua untuk dipanen, maka para petani akan menuai padinya. Alat-alat yang digunakan adalah sabit dan topi. Padi yang telah dituai kemudian akan diangkut untuk dikeringkan.
Setelah itu dilakukan perontokan gabah. Pada petani tradisional, perontokan ini dilakukan dengan memukul-mukulkan padi. Sedangkan para petani yang lebih
2.3.4. Potensi Bahaya dan Akibatnya Pada Petani Padi (Depkes RI, 1994) 1) Persiapan Lahan
Potensi bahaya pada tahap ini adalah:
a. Kecelakaan karena bekerja dengan cangkul dan bajak yang kurang hati-hati.
b. Panas dari sengatan matahari.
c. Infeksi parasit, karena bekerja tanpa menggunakan alat pelindung
seperti sarung tangan dan sepatu. d. Infeksi bakteri.
e. Ketidakserasian antara sikap dan alat kerja (masalah ergonomi).
Akibat yang mungkin terjadi antara lain: a. Luka karena benda tajam dan tumpul
b. Kelelahan dan dehidrasi serta luka bakar c. Cacingan (ascariasis)
d. Diare.
2) Penanaman
Potensi bahaya yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah:
a. Panas karena sinar matahari.
b. Serangan parasit karena bekerja tanpa sepatu dan sarung tangan. c. Serangan bakteri karena bekerja tanpa sepatu dan sarung tangan.
d. Masalah ergonomi karena membungkuk. Akibat yang mungkin terjadi antara lain:
c. Diare.
d. Nyeri otot dan sakit pinggang.
3) Penyiangan
Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Panas karena sengatan matahari.
b. Infeksi parasit. c. Infeksi bakteri.
d. Masalah ergonomi.
Akibat yang ditimbulkan antara lain: a. Kelelahan dan dehidrasi.
b. Ascariasis (cacingan). c. Diare.
d. Nyeri otot dan sakit pinggang. 4) Pemupukan
Potensi bahaya yang mungkin terjadi pada tahap ini:
a. Pemaparan pupuk (kontak langsung antara pupuk dengan tangan). b. Tekanan panas karena sengatan matahari.
c. Infeksi parasit. d. Infeksi bakteri.
Akibat yang ditimbulkan antara lain:
a. Radang kulit (pada tangan).
b. Keracunan (muntah-muntah, pusing dan mual).
e. Diare.
5) Penyemprotan Pestisida
Potensi bahaya yang mungkin terjadi sebagai berikut: a. Pemaparan pestisida.
b. Infeksi parasit.
c. Infeksi bakteri.
Akibat yang ditimbulkan antara lain:
a. Mual, muntah-muntah dan pusing.
b. Radang kulit, gangguan saluran pernapasan. c. Ascariasis (cacingan).
d. Diare. 6) Panen
Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Kecelakaan karena penggunaan sabit yang kurang hati-hati. b. Infeksi parasit.
c. Infeksi bakteri.
d. Masalah ergonomi karena mengangkut hasil panen dengan sikap
tubuh yang kurang baik.
e. Tekanan panas karena sengatan sinar matahari langsung.
f. Kebisingan dan getaran nada proses perontokan gabah yang
menggunakan mesin dan perontok padi. Akibat yang ditimbulkan antara lain:
c. Diare.
d. Nyeri otot dan sakit pinggang.
e. Kelelahan dan dehidrasi.
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan sebagai variabel independen (bebas).
Sedangkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai variabel dependen (terikat).
Petani Padi Pengetahuan Sikap Tindakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
-Potensi Bahaya Berdasarkan Proses Kerja
-Persiapan lahan -Penanaman -Penyiangan -Pemupukan