• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Histologi - Ekspresi Imunohistokimia Interferon Gamma dan Interleukin-4 pada tumor-tumor jinak dan ganas epitel ovarium tipe Serosum dan Musinosum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Histologi - Ekspresi Imunohistokimia Interferon Gamma dan Interleukin-4 pada tumor-tumor jinak dan ganas epitel ovarium tipe Serosum dan Musinosum"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang

berlokasi pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di

belakang ligamen dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak

dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium

mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5 cm.

1,2,3,11,13,17

Gambar 1. Anatomi ovarium 11

(2)

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi

macam-macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma

ovarium dibagi dalam region kortikal dan medulari, tapi batas keduanya tidak

jelas. Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblas, biasanya tersusun

berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan

dikelilingi oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti

miofibroblastik dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan

desmin.2,3,10,13,19,

Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat

kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di

luar korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu

folikel grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama

ovulasi.2,3,5,10,12,13

Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri

dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epitel yang

mengelilingi pembuluh darah dan pembuluh saraf.2,3,11,12

Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu : (1). Menyimpan ovum (telur) yang

dilepaskan satu setiap bulan, (2). Memproduksi hormon estrogen dan progesteron.

Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar membentuk

pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke nodus

paraaorta, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada

(3)

2.2 Epidemiologi

Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium

sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima

penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 ditemukan

25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka

kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. Tingginya angka

kematian oleh karena tumor ganas epitel ovarium disebabkan oleh karena tidak

timbulnya gejala pada stadium awal sehingga seringkali terdeteksi setelah stadium

lanjut.

Tumor ganas epitel ovarium sering mengenai wanita usia di atas 40 tahun,

rata-rata terdiagnosa pada usia 58 tahun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun

sekitar 40% dan tergantung pada stadium. Bervariasinya epidemiologi akan

2,8

Gambar 3. Skema siklus ovulasi 5

(4)

meningkatkan faktor resiko obstetrik, endokrin, dan ginekologi menimbulkan

kesulitan, dan tidak menghasilkan kesimpulan (Runnebaum dan Stickeler, 2001).5

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab dari tumor epitel ovarium saat ini belum diketahui secara pasti,

namun ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan tumor epitel ovarium

antara lain: (1). Usia : biasanya mengenai wanita usia di atas 40 tahun, (2).

Nullipara, (3). Hubungan kekeluargaan, (4). Kontrasepsi oral, (5). Mutasi gen :

memegang peranan penting dalam perkembangan tumor, (6). Makanan, (7).

Faktor lingkungan : radiasi, asbestosis, infeksi virus.

Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada

2/3 familial atau 5% secara keseluruhan,yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada

kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13.

Walaupun BRCA1 dan BRCA2 tidak menunjukkan kesamaan rangkaian, tetapi

memiliki fungsi yang sama dan berinteraksi dengan kompleks multiprotein yang

sama. Keduanya berfungsi sebagai penekan tumor, dan apabila kehilangan fungsi

dapat menyebabkan terjadinya resiko keganasan. Fungsi dari kedua gen tersebut

dalam memproteksi genom dari kerusakan dengan penghentian siklus sel dan

perbaikan DNA belum sepenuhnya diketahui. Adanya mutasi dan delesi BRCA1

yang bersifat herediter pada 85% menyebabkan terjadinya peningkatan resiko

untuk terjadinya kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan

1,2,3,11,18,24

2.4 Patogenesis

(5)

kearah karsinoma, cenderung high grade, mitotik yang banyak, dan mempunyai

prognosis yang buruk.4,8,10,14,18

Mutasi gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan BRCA2 yang

berlokasi pada kromosom 13q, meningkatkan kerentanan terjadinya karsinoma

ovarium. Mutasi gen BRCA1 terjadi pada sekitar 5% pada penderita karsinoma

ovarium yang berusia kurang dari 70 tahun. Resiko karsinoma ovarium karena

mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 adalah 20%-60% pada penderita berusia 70 tahun.

Sebagian besar peristiwa ini terjadi pada penderita Cystadenocarcinomas

Serosa.1,4,8,10,18

2.5 Gejala Klinis

Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kanker ovarium yang

terdeteksi pada stadium awal. Umumnya lebih dari 60% penderita setelah berada

pada stadium lanjut. Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala : (1).

penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan,

dan gangguan motilitas usus, (2). pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan

dalam rongga abdomen, (3). perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan

pelvis, (4). menstruasi tidak teratur, (5). perasaan lelah, (6). keluarnya cairan

abnormal melalui vagina (vaginal discharge), (7).nyeri saat berhubungan seksual,

(8). penurunan berat badan.

Semakin dini tumor ganas ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan

harapan hidup yang semakin baik. Metode pemeriksaan yang sekarang ini

1,21

(6)

digunakan sebagai skrining karsinoma ovarium adalah : (1). pemeriksaan pelvik

dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan

ukuran yang abnormal,meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat

mendeteksi stadium dini karsinoma ovarium, (2). ultrasonografi (USG), (3).

penanda tumor CA-125.15,17,,24,25

2.7 Klasifikasi

Klasifikasi WHO untuk karsinoma ovarium berdasarkan jenis sel berasal.

Karsinoma ovarium dibagi ke dalam tiga komponen : (1). Epitel permukaan

ovarium yang berasal dari epitel selomik atau epitel endometrium ektopik. Epitel

ini akan meningkatkan epitel mullerian selama perkembangan embrionik. Ini

berasal dari tuba falopi (sel kolumnar serosa yang bersilia), lapisan endometrium

(sel kolumnar tanpa silia), atau kelenjar endoserviks (sel musinosum tanpa silia);

(2). Sel germinal, yang bermigrasi ke ovarium dan (3). Stroma ovarium, termasuk

seks kord. Disamping itu tumor ovarium bisa juga berasal dari metastase tumor

(7)

Tabel 2.1 Klasifikasi tumor epitel ovarium berdasarkan histologi menurut WHO.

WHO histological classification of tumours of the ovary

Surface epithelial-stromal tumours

Adenofibroma, cystadenofibroma

Benign

Mucinous cystic tumour with mural nodules

(8)

2.9 Stadium Tumor Ovarium berdasarkan klinis dapat dibagi atas 4 stadium menurut FIGO (tabel 2.3).16,17,18

Stadium

Keterangan

I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan ataupun pada bilasan cairan di rongga ovarium.

IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan ascites ataupun pada bilasan cairan rongga peritoneum

II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvik

IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum

IIB Tumor meluas ke jaringan / organ pelvik lainnya tanpa sel tumor di cairan ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritonem

IIC Perluasan ke pelvik (IIA atau IIB) denagan sel tumor di cairan ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga peritoneum di luar pelvik dengan atau metastase kelenjar getah bening regional IIIA Metastase mikroskopik di luar pelvik

IIIB Metastase makroskopik di luar pelvik dengan besar lesi metastase ≤ 2 cm IIIC Metastase makroskopik di luar pelvik dengan besar lesi metastase >2 cm dan atau metastase ke kelenjar getah bening

(9)

2.10 Berdasarkan gambaran histopatologi dari struktur kelenjar, gambaran inti, dan mitotik ditentukan grading tumor epitel ovarium seperti yang tertera pada tabel (2.4).

Struktur kelenjar

12

Tabel 2.4 Grading tumor epitel ovarium

Gambaran inti Mitotik

Glandular -1 Relatif uniform,

vesicular, N/C ratio < 2:1=1

<10 lpb

Papillary -2 Bervariasi, kromatin

kasar, bergumpal

10-24 lpb

Solid –3 Inti membesar N/C ratio meningkat, anak inti

Prognosa dari tumor epitel ovarium bervariasi. Angka ketahanan hidup 5

tahun bisa mencapai 90% pada semua keganasan pada ovarium jika tumor masih

di dalam ovarium. Tetapi hanya 50% jika tumor sudah menyebar ke luar pelvis.1,4

2.12 Penatalaksanaan

Saat ini penatalaksanaan dari tumor ovarium adalah dengan operasi dan

kemoterapi, terutama kombinasi penggunaan paclitaxel dan agen platinum dan

setidaknya 70% dari pasien yang diobati dengan kombinasi di atas dapat

memberikan hasil yang baik. Pemberian obat intraperitoneal secara substansial

meningkatkan kelangsungan hidup penderita dan juga dapat mentoleransi efek

(10)

2.13 Klasifikasi tumor jinak dan ganas epitel ovarium tipe serosum dan musinosum

Tumor ovarium ini merupakan suatu neoplasma yang berasal dari sel-sel yang

menyusun ovarium yaitu sel epitel, sel germinal dan sel stromal. Sebanyak 80%

tumor ovarium berasal dari sel epitel dan sebanyak 90% merupakan keganasan

dari semua tumor ovarium.1,2

2.13.1 Tumor serosum

Merupakan tumor jinak yang terdiri dari epitel menyerupai tuba falopi atau

epitel permukaan ovarium.

2.13.1.1 Tumor jinak serosum

Tumor ini merupakan kista dengan dinding yang tipis dan biasanya dijumpai

pada daerah korteks. Dijumpai sebanyak 16% dari semua tumor epitel ovarium

dan dijumpai terutama pada orang dewasa usia dekade keempat sampai keenam

kehidupan, walaupun dapat juga dijumpai pada usia lebih muda ataupun lebih tua.

Tumor ini bilateral pada wanita yang lebih tua. Secara klinis, biasanya dijumpai

gejala sakit, perdarahan pervaginam, dan pembesaran abdomen, walau umumnya

tumor ini tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara tidak sengaja pada saat

dilakukan ultrasonografi. Gambaran makroskopis, tumor jinak serosum

bentuknya bulat atau ovoid, lapisan serosum tampak licin dan berkilat. Ukuran

tumor 1-10 cm, tetapi kadang mencapai 30 cm, berupa lesi berbentuk kistik

unilokular atau multilokular. Rongga kistik biasanya berisi cairan serous jernih.

Ke dalam rongga kistik, tampak tonjolan polipoid atau papilar. Gambaran

histopatologi, tumor jinak serosum dilapisi oleh epitel menyerupai tuba falopi

(11)

2.13.1.2 Tumor ganas serosum

Merupakan suatu tumor invasif dari epitel ovarium mulai dari tumor

berdiferensiasi baik sampai berdiferensiasi buruk dengan inti yang atipik. Tumor

ini biasanya dijumpai pada usia dekade ke-enam dari kehidupan dan sebagian

kasus dujumpai bilateral. Sepertiga kasus dijumpai pada stsium 1. Gambaran

makroskopis, tumor ganas serosa berukuran lebih dari 20 cm. Pada tumor

berdiferensiasi baik biasanya dijumpai massa yang padat, kistik, dengan papil

yang lunak, adanya nekrosis serta perdarahan. Pada yang berdiferensiasi buruk,

bentuknya padat, rapuh, berupa massa multinodular dengan nekrosis dan

perdarahan. Gambaran histopatologi, tumor ini mempunyai gambaran yang

bervariasi dari bentuk glandular, papilar sampai solid. Pada yang bentuk papilar

umumnya dijumpai sel-sel yang banyak dengan percabangan yang tidak teratur.

Pada tumor yang berdiferensiasi buruk terdiri dari sel-sel membentuk papil kecil

atau clusters, yang dipisahkan oleh stroma yang terdiri dari hialin atau miksoid.

Kadang dijumpai psammoma bodies dengan jumlah yang bervariasi. Stroma

Gambar 6. Makroskopis kistadenoma serosum. Pada pemotongan tampak kista multilokular dengan dinding kista yang licin.1

(12)

dijumpai sedikit atau desmoplastik. Tumor ganas serosum biasanya positif dengan

sitokeratin 7 dan juga positif dengan EMA,CAM5.2, AE1/AE3, B72,3, dan Leu

M1. Pada tumor ini CA 125 meningkat pada 85% kasus dan negatif dengan

sitokeratin 20 dan calretinin. Metastasis luas sering dijumpai dengan ketahanan

hidup 5 tahun hanya 10-20%. Diagnosa banding tumor ini antara lain

endometroid, clear cell carcinoma.

1,2,3,14,21,22

2.13.2 Tumor Musinosum

Merupakan tumor ovarium yang mengandung musin. Pada beberapa tumor

dijumpai sel-sel goblet.

2.13.2.1 Tumor jinak musinosum

Tumor ini terdiri dari epitel menyerupai epitel endoserviks atau

gastrointestinal. Gambaran makroskopis, biasanya besar, unilateral, berupa massa

kistik multilokular atau unilokular yang mengandung air atau musin. Gambaran

histopatologi, tumor jinak musinosum terdiri dari kistadenoma, kistadenofibroma,

Gambar 8. Makroskopis kistadenokarsinoma serosum. Pada pemotongan tampak kista multilokular.1

(13)

dan adenofibroma, yang mengandung kelenjar dan kista yang dilapisi oleh epitel

kolumnar. Letak inti di basal dengan sedikit atipik. Kistadenoma yang

mengeluarkan musin dengan atau tanpa reaksi stroma.tumor ini jarang bilateral.

2.13.2.2 Tumor ganas musinosum

1,2,3,5,6

Merupakan suatu tumor ganas epitel ovarium berdiferensiasi lebih baik,

terdiri dari epitel yang menyerupai epitel endoserviks atau intestinal. Pada

beberapa tumor dapat dijumpai sel-sel goblet. Insidensi 15-25% dari seluruh kasus

neoplasma pada ovarium dan 20% adalah ganas. Tumor ini berinvasi ke stroma

ovarium. Secara makroskopis, tumor ini biasanya besar, unilateral, permukaan

halus, dan massa kistik multilokular atau unilokular yang mengandung cairan

encer atau cairan musin. Biasanya tumor ini bilateral 5% dari semua kasus. Pada

pemotongan dijumpai area perdarahan, daerah nekrotik, bagian padat atau papilar,

dan pada beberapa tumor predominan solid. Gambaran histopatologi, diasumsikan

tampak area kelenjar back to back yang dilapisi oleh sel-sel ganas dengan yang

menginvasi ke daerah stroma yang sedikit atau desmoplastik. Bentuk kelenjar

infiltratif, tubulus, dan sel-sel membentuk sarang-sarang. Pemeriksaan

Gambar 10. Makroskopis kistadenoma musinosum.1

(14)

imunohistokimia untuk tumor ini memberi tampilan positif terhadap sitokeratin 7

dan 20, DPC4 (nuclear transcription factor inactivated in some pancreatic

carcinoma), MUC5AC (gastric mucin gene). Tumor ini didiagnosa banding

dengan dengan metastatic mucinous carcinoma.

2.14 Interferon gamma (IFN-γ)

IFN-γ merupakan suatu sitokin yang mempunyai aktifitas biologis secara

konvensional yang berhubungan dengan mekanisme sitostatik/sitotoksik dan anti

tumor yang diperantarai oleh sel respon imun adaptif. IFN-γ juga suatu

pro-inflamatori hubungannya dengan tumor merupakan sitokin yang mempunyai

aktifitas anti proliferatif. Terakhir ini dinyatakan bahwa dengan penghambatan

IFN-γ/reseptor IFN-γ merupakan terapi target untuk jenis-jenis keganasan.

1,2,3,8,14,15,22

IFN-γ dihasilkan secara dominan oleh sel NK (Natural Killer) merupakan

bagian dari respon imun bawaan dan juga dihasilkan oleh CD4 T-Helper1.

Penghambatan jalur resptor IFN-γ dapat menjadi bagian dari terapi baru untuk

suatu keganasan Secara klinis telah digunakan untuk mengobati berbagai macam

penyakit berbahaya, dengan hasil dan efek yang beragam. Beberapa literatur

32

Gambar 12. Tumor ganas musinosum, tampak proliferasi kelenjar

(15)

mengatakan bahwa IFN-γ memiliki aktifitas terapeutik pada pasien kanker

ovarium.

26,29,32,35,38

Gambar 14. Jalur resmi IFN-γ/JAK/STAT. Pengikatan interferon dimer ke domein ekstraseluler dari reseptor subunit IFN-γR1 mengarah ke keterlibatan dari subunit IFN-γR2, yang menyebabkan JAK1 dan JAK2 untuk cross-phosphorylate satu sama lain dan subunit reseptor. Paralel STAT1 homodimers kemudian direkrut ke reseptor, dan fosforilasi mereka mengubah homodimers menjadi konfigurasi antiparalel. Reorientasi STAT1 homodimers translokasi ke nukleus, di mana mereka mengikat ke situs GAS pada gen respon primer, termasuk IRF1. IRF1 kemudian mengaktifkan sejumlah besar gen respon sekunder, yang melaksanakan berbagai fungsi imunomodulator. Para SOCS protein berfungsi sebagai regulator negatif utama dari jalur IFN-γ dengan menghambat fosforilasi JAKSs dan STAT1. Defosforilasi dan asetilasi STAT1 homodimers mengembalikan mereka ke konfigurasi paralel dan menyebabkan mereka keluar dari inti. HAT, asetiltransferase histon.

(16)

2.15 Interleukin-4 (IL-4)

IL-4 adalah sitokin T-Helper 2 merupakan sitokin penting yang mengatur

beberapa fungsi biologis dan mempunyai peran penting terhadap IgG, IgA, dan

MHC kelas II. IgG, IgE, dan ekspresi MHC kelas II. IL-4 berpartisipasi dalam

regulasi kekebalan tunbuh pada berbagai tingkat. Perannya dalam mengatur

diferensiasi sel T sangat penting selama respon imun. IL-4 mempunyai peran

penting dengan mempromosikan diferensiasi sel Th2 dan menghambat

diferensiasi sel Th1. IL-4 juga mampu melindungi sel-sel limfoid dari apoptosis.30

IL-4 merupakan sitokin penting yang tampaknya mempunyai kerja yang

paradoks. Tumor-tumor yang secara genetik diubah untuk menghasilkan IL-4

akan dirusak, sedangkan tumor-tumor parental akan tumbuh progresif. Namun

beberapa penelitian menunjukkan bahwa IL-4 mengandung molekul yang

merangsang pertumbuhan tumor. IL-4 meninggi pada beberapa penderita

kanker.39

Efek IL-4 terhadap kanker lebih kompleks, dimana mesin sinyal IL-4 dapat

mempromosikan resistensinya terhadap terapi anti tumor, dengan memainkan

perannya sebagai anti apoptosis. Argumen ini jelas menunjukkan pentingnya IL-4

dalam perkembangan beberapa penyakit. 25,28,29,30,32,33,36

(17)

2.16 Kerangka Teori Penelitian

Tumor jinak dan ganas epitel ovarium tipe serosum dan musinosum

IFN-γ IL-4

Sel NK CD4-Th1

CD4-Th2

Sel Tumor

Anti tumor

Tampilan IFN-γ dan IL-4 pada sel tumor

Protumor

Gambar

Gambar 1. Anatomi ovarium 11
Gambar 3. Skema siklus ovulasi 5
Gambar 6. Makroskopis kistadenoma serosum. Pada pemotongan tampak kista multilokular dengan dinding kista yang licin.1
Gambar 9. Mikroskopis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi sumberdaya perikanan kakap merah di Pantai Selatan Tasikmalaya, meliputi hubungan antara

Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti: pencurian... uang pembayaran piutang

[r]

Dari data-data yang diperoleh penulis berdasarkan analisis Balanced Scorecard dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini dapat dilihat

[r]

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga pokok produksi menurut perusahaan dan metode full costing, sehingga dapat

Metode yang digunakan oleh Perusahaan dan metode Cost-plus pricing menggunakan informasi biaya yang sama ( BBB, BTKL, BOP, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya pemasaran ),

Keenam sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun 2013 ‒ 2018, yaitu ” Melanjutkan Pembangunan Kota Palembang