9 3.1 Penelitian Terdahulu
Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya :
1. Muh.Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka ( 2007 )
2. Barbara Gunawan ( 2007 )
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang hubungan positif antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan kinerja keuangan. Topik yang diangkat dalam penelitian terdahulu adalah tentang kinerja keuangan. Variabel-variabel yang digunakan adalah laporan keuangan, dependen variable, independen variable, enabling variable, control variable. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan kinerja keuangan dalam artian besar kecilnya ABC ternyata tidak mempengaruhi. Pokok dalam penulisan ini adalah apakah hubungan antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan relatif kinerja keuangan dipengaruhi oleh faktor yang diidentifikasi spesifik. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian meneliti tentang hubungan positif antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan kinerja keuangan, sedangkan penelitian ini menganalisis pengaruh pelakuan akuntansi pendapatan air dan pengukuran serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PDAM di Kabupaten Klungkung.
3. Salman Jumaili dan Gudono ( 2006 )
kualitas terhadap kepuasan pelanggan, hubungan antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan dan hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa Kinerja kualitas juga akan berhubungan positif dengan meningkatnya kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk yang dihasilkan. Peningkatan kinerja kualitas sendiri sebagai ukuran non-keuangan dan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi akan produk pada akhirnya berhubungan positif dalam meningkatkan kinerja keuangan sebagai ukuran keuangan yang didasarkan pada meningkatnya tingkat pertumbuhan penjualan, laba perusahaan. Pokok dalam penulisan ini adalah apakah ada hubungan faktor-faktor sistem pengendalian manajemen (quality goal, quality feedback, dan quality incentive) terhadap kinerja kualitas, hubungan dari kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan dan kinerja keuangan, dan hubungan kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian meneliti pengaruh pengendalian manajemen terhadap kinerja kualitas, sedangkan penelitian ini menganalisis pengaruh pelakuan akuntansi pendapatan air dan pengukuran serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PDAM di Kabupaten Klungkung.
4. Susi ( 2005 )
tentang kinerja keuangan. Variabel-variabel yang digunakan adalah laporan keuangan, EPS, Cash flows, value measures. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa lingkungan kinerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Pokok dalam penulisan ini adalah apakah lingkungan kinerja berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian meneliti pengaruh kinerja-kinerja yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia, sedangkan penelitian ini menganalisis pengaruh pelakuan akuntansi pendapatan air dan pengukuran serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PDAM di Kabupaten Klungkung.
5. Ronny Prabowo dan Yayuk Ariyani ( 2005 )
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan dan hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian meneliti peningkatan pendapatan dengan tingakatan lebih tinggi daripada peningkatan biaya atau pengurangan biaya mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan penelitian ini menganalisis pengaruh pelakuan akuntansi pendapatan air dan pengukuran serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PDAM di Kabupaten Klungkung.
6. Iskandar Itan dan Akhmad Syakhroza ( 2003 )
7. Eddy Rismanda Sembiring ( 2003 )
3.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Akuntasi
Warren dkk (2005:10) menjelaskan bahwa: “secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”. Littleton (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan: “tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil (prestasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi.”
Accounting Principle Board Statement No. 4 (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif. American Institute of Certified Public Accountant (Muhammad, 2002:11) mendefinisikan sebagai berikut: “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”
2.2.2 Standar Akuntansi
adalah proses perumusan atau formulasi standar akuntansi. Standar akuntansi merupakan hasil penetapan standar. Menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah.
Standar akuntansi dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang layak serta memiliki daya banding sehingga dapat menyajikan informasi yang bernilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi merupakan landasan atau petunjuk bagi mereka untuk melakukan praktek atau kegiatan di bidang akuntansi, agar laporan keuangan lebih berguna dan tidak menyesatkan. Hal ini diperjelas oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan.
International Accounting Standards Committee (IASC) dalam Standar Akuntansi Keuangan ini menjelaskan bahwa :
“. . . Accounting Standards and procedures relating to the preparation and presentation of financial statements. It believes that further harmonisation can best best be pursued by focusing on finacial statements that are prepared for the purpose of providing information that is useful in making economic decisions”.
2.2.3 Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum Berdasarkan SAK (2009)
1. Rerangka Prinsip Akuntansi Konvensional yang berlaku umum. 2. Rerangka Prinsip akuntansi Syariah yang berlaku umum.
Menurut Kieso ( 2008 : 43 ) adapun prinsip-prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi adalah:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang modal dan biaya. Seluruh biaya yg dikeluarkan berupa bahan alat/ tenaga kerja untuk memperoeh aktiva tetap contoh berupa jaringan.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
besarnya pendapatan yang sudah benar-benar menjadi hak kita meskipun belum kita terima selama periode berjalan.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakukan terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.
5. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena melalui laporan keuanganlah kita dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan tersebut. Apabila informasi yang disajikan tidak lengkap, maka laporan keuangan tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.
perusahaan, sehingga dengan menggunakan prinsip dan konsep akuntansi maka pencatatan dan penilaian harta, hutang, modal, penghasilan dan biaya-biaya yang terjadi benar-benar mencerminkan kelayakan.
2.2.4 Pengertian Perlakuan Akuntansi
Menurut Suwardjono (2006 : 43) perlakuan akuntansi adalah “Tindakan yang dikenakan terhadap suatu obyek yang bersifat financial yang meliputi pengukuran (measurement) dan penilaian (valuation), pengakuan (recognition) dan penyajian (presentation)”. Dengan demikian perlakuan akuntansi meliputi tahap- tahap sebagai berikut:
1. Pengukuran dan Penilaian
Merupakan penentuan jumlah rupiah suatu transaksi yang akan dicatat. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang dicatat pertama kali untuk suatu transaksi. Sedangkan penilaian lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang harus ditetapkan untuk tiap pos laporan pada tanggal laporan.
2. Pengakuan
Merupakan proses pembentukan atau pencatatan suatu pos yang memenuhi definisi suatu unsur di dalam laporan keuangan. 3. Pengungkapan
4. Penyajian
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar.
Pengertian Akuntansi menurut The Committee on Terminology of The American Institute of Certified Public Accountant yang di sadur oleh Ahmed Riahi- Belkaoui (2000 : 37) adalah sebagai berikut: “Akuntansi adalah seni, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut”.
Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 yang di sadur oleh Sofyan Syafri Harahap (2002:4) mengartikan akuntansi adalah sebagai berikut : “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksud untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif”.
sebagai informasi yang dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai bahan dalam mengambil keputusan selanjutnya.
2.2.5 Perlakuan Akuntansi Pendapatan
Penerapan perlakuan akuntansi pendapatan yang dilakukan oleh PDAM dengan menggunakan metode accrual basis sudah sesuai dengan dasar akuntansi berdasarkan Pedoman Akuntansi dari Menteri Otonomi Daerah (OTDA) Nomor 8 Tahun 2008, dan sudah sesuai dengan penerapan perlakuan akuntansi pandapatan menurut SAK Nomor 1 mengenai dasar akrual point 19 dan 20, SAK Nomor 23 tentang pendapatan.
2.2.6 Pengertian Laporan Keuangan
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004: 17) Laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
2.2.7 Tujuan Laporan Keuangan.
Pada dasarnya akuntansi yang hasil akhirnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi mengenai suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan di dalam mengambil keputusan ekonomi. Hal ini ditegaskan dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:3), bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.2.8 Manfaat Laporan Keuangan
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1 tujuan dan manfaat laporan keuangan adalah:
1. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam membuat keputusan lain yg sejenis secara rasional.
2. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yg akan datang yg berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.
3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.
4. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu utk membantu menaksir prospek perusahaan.
Berbagai manfaat laporan keuangan oleh masing-masing pihak, yaitu: 1. Manfaat informasi keuangan bagi intern
2. Manfaat informasi keuangan bagi pihak ekstern a. Kepentingan Pemegang Saham/Pemilik
Dalam kaitannya dengan pemilik (pemegang saham) laporan keuangan dapat memberikan gambaran seberapa besar pertumbuhan dana atau investasi yang ditanamkan dalam perusahaan dan meramalkan pendapatan yang akan diterima serta mengetahui kestabilan perusahaan sehingga dengan informasi yang dimiliki tersebut pemilik dapat mengambil keputusan-keputusan, tindakan-tindakan serta kebijaksanaan modal yang diinvestasikan dalam prusahaan.
b. Kepentingan Pemerintah
Pemerintah menganggap perusahaan daerah sebagai kesatuan usaha yang vital dengan tugas sebagai pelayanan kepada masyarakat.
c. Kepentingan Karyawan
2.2.9 Pengertian Pendapatan
Pendapatan menurut IAI dalam PSAK No.23 (2009:23.2) “Pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari penanaman modal “.
Menurut SAK (2009 : 23.3) pendapatan dari penjualan barang harus diakui sebagai pendapatan bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikkan barang kepada pembeli.
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang di hubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut.
5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Dilihat dari sifatnya, ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk mengetahui konsep pendapatan. George J. Staubus (Tuanakotta, 2000 : 237), memberikan dua pendekatan terhadap konsep revenue, yaitu:
1. Pendekatan Pertama
Pendekatan ini memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) dari assets yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan.
2. Pendekatan Kedua
Pendekatan ini memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dan transport dari barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen.
Konsep revenue Patton dan Littleton (Suwardjono, 2006 : 149) dikemukakan bahwa pendapatan dianggap sebagai produk perusahaan. Besarnya pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aktiva baru yang diterima dari pelanggan (konsumen). Laba akan timbul bilamana jumlah rupiah aktiva yang menunjukkan pendapatan melebihi jumlah rupiah total biaya yang dibebankan. Konsep ini dikenal sebagai product of enterprice.
Pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain) biasanya diakui apabila : 1. Direalisasikan atau dapat direalisasikan.
2. Telah dihasilkan melalui penyelesaian sebagian besar kegiatan yang harus dilakukan dalam proses memperoleh pendapatan.
1. Saat Penjualan (Point of Sale)
Pendapatan dari penjualan barang biasanya ditentukan dengan metode saat penjualan, dimana pendapatan direalisasikan pada saat hak pemillikan berpindah kepihak pembeli. Pada saat penjualan, harga jual telah disepakati, pembeli mendapatkan hak pemilikan atas barang tersebut, dan penjual mempunyai klaim yang sah terhadap pembeli. 2. Penerimaan Pembayaran (Receipt of Payment)
Pada kriteria ini pendapatan baru dikatakan direalisasikan pada saat uang kas telah diterima, tidak peduli kapan dilakukan penjualannya. Cara ini diterima sebagai metode yang wajar untuk menentukan waktu serta pendapatan dari jasa perorangan dan bukanlah metode yang tepat untuk mengukur pendapatan dari penjualan barang.
3. Metode Cicilan (Installment Method)
4. Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion)
Biasanya untuk perusahaan yang mengerjakan suatu proyek yang memerlukan beberapa tahun untuk menyelesaikan kontrak tertentu. Menurut kriteria saat penjualan (point of sale), baik pendapatan maupun biaya yang berkaitan dengan proyek tersebut tidak akan diakui sampai proyek tersebut seluruhnya selesai.
2.2.10 Sumber Pendapatan.
Jumlah rupiah aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Menurut Suwardjono (2006: 151) bagian penting proses penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan pengukuran pendapatan. Kenaikan jumlah rupiah aktiva dapat terjadi dari :
1. Transaksi modal atau pendanaan (financing) yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang obligasi (kreditur) dan pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat-surat berharga atau penjualan anak perusahaan atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan atau penemuan. 4. Revaluasi aktiva
Kelima sumber kenaikan aktiva diatas hanyalah butir terakhir yang harus diakui sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana disebutkan dalam butir dua.
2.2.11 Pelaporan Pendapatan.
Menurut Hendriksen (2001 : 165) pelaporan pendapatan menuntut tidak hanya pernyataan bahwa perusahaan itu telah memproduksi nilai ekonomis dalam bentuk barang dan jasa, tetapi juga pengukuran nilai itu sendiri. Produk atau jasa dapat diukur baik dengan uang atau ekuivalen uang yang diharapkan akan diterima untuk produk itu pada suatu saat dikemudian hari.
Istilah realisasi pendapatan digunakan oleh akuntan untuk menetapkan kaidah bagi penetapan saat pelaporan pendapatan. Realisasi menggambarkan pelaporan pendapatan bila pertukaran telah terjadi artinya barang atau jasa harus telah diserahkan kepada pelanggan atau klien, dan bersamaan dengan itu menimbulkan kenaikan penerimaan kas atau tagihan kas atau aktiva lainnya. Pelaporan pendapatan sesudah atau sebelum saat penjualan umumnya dipandang pengecualian kaedah realisasi.
1. Pelaporan pendapatan atas dasar kemajuan produksi.
dalam pembuatan kapal, lokomotif atau alat-alat berat lainnya atau juga dalam pembangunan gedung, jalan raya, bendungan, galangan kapal, dan sebagainya. Dalam bidang usaha ini hal yang umum terjadi adalah bahwa pembuatan atau pembangunan produk yang dihasilkan sering memakan waktu yang cukup panjang. Yang sering terjadi adalah bahwa pendapatan diakui sebesar harga kontrak dalam periode saat produk tersebut diserahkan kepada pemesannya. Hal ini akan mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara volume pendapatan dan volume kegiatan produksi dalam tiap periode. Karena itu praktik yang koservatif menyetujui penghimpunan dan pengakuan laba yang menyetujui penghimpunan dan pengakuan laba atau rugi untuk proyek-proyek konstruksi jangka panjang atas dasar persentase penyelesaian. Hal ini dilakukan karena laba periodik dengan wabah penandingan periode waktu ingin tetap dipertahankan. Persentase penyelesaian di sini lebih berarti sebagai hubungan antara akumulasi biaya yang telah terjadi sampai tanggal tertentu dengan taksiran total biaya sampai pekerjaan selesai dan diterima pemesan.
2. Pelaporan pendapatan pada saat penyelesaian produk.
Kriteria atau laporan pendapatan pada saat penyelesaian produksi adalah :
a. Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga yang stabil. b. Biaya pemasaran tidak besar.
Contoh umum yang memenuhi kriteria ini adalah, emas perak. Komoditi lainnya misalnya logam berharga lainnya dan komoditi pertanian, dapat juga memenuhi kriteria di atas jika tersedia pasar untuk komoditi itu dengan harga pasar yang dapat ditentukan.
3. Pelaporan pendapatan pada saat penjualan
Sudah menjadi ketentuan umum selama bertahun-tahun untuk melaporkan pendapatan pada saat penjualan. Ketentuan ini didukung alasan sebagai berikut :
a. Harga produk sekarang sudah pasti.
b. Produk telah berada di luar perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikannya, yaitu pertukaran telah terjadi.
c. Untuk sebagian besar perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonomi perusahaan.
d. Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau perolehan produk dan biaya pelepasan sekarang telah terjadi atau sekarang sudah dapat ditentukan.
1. Adanya bukti bahwa pembeli benar-benar ingin membeli dan penjual benar- benar ingin menjual.
4. Pelaporan pendapatan sesudah penjualan
Penundaan pelaporan pendapatan sesudah saat penjualan dapat dibenarkan jika salah satu dari kriteria berikut dipenuhi :
a. Jika tidak mungkin mengukur aktiva yang diterima dalam pertukaran dengan tingkat ketepatan yang layak.
b. Jika tambahan beban yang material yang secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut adalah mungkin dan jika biaya ini tidak dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan yang layak.
2.2.12 Matching Pendapatan dan Biaya.
Dasar utama dalam menyusun konsep matching pendapatan dan biaya yang layak adalah bahwa semua biaya harus homogen dan mempunyai tingkatan yang sama. Dengan kata lain biaya tidak akan dikompensasikan melalui pendapatan dengan cara dipilih-pilih. Ini didasarkan pada asumsi bahwa jika lebih dari satu faktor dianggap penting untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu maka tidak diperbolehkan mengadakan ranking atau tingkatan-tingkatan yang akan menghilangkan atau mengurangi pengaruh dari suatu faktor tertentu.
Macthing adalah biaya harus diakui pada saat pendapatan yang berhubungan dengan biaya tersebut diakui. Ahmed Riahi dan Belkaoui (2000 : 181) mengertikan matching pendapatan dan biaya adalah bahwa pendapatan harus diakui dalam periode yang sama dengan pengakuan biaya yang bersangkutan.
Konsep matching diperlukan karena :
1. Penentuan income secara berkala, misalnya : kwartalan, semesteran atau tahunan.
2. Transaksi mengenai revenue dan transaksi mengenai expense dilaporkan secara terpisah
3. Saat penggunaan barang dan jasa biasanya tidak bersamaan dengan saat penjualan.
2.2.13 Pengertian Kinerja
kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Sedangkan menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2007 : 134) mengemukakan bahwa “Penilaian kinerja merupakan suatu usaha untuk mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan atau operasi yang menjadi tanggunngjawab suatu unit atau bagian dalam organisasi badan-badan usaha”.
Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
2.2.14 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001 : 489) tujuan suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Sedangkan manfaat dari penilaian kinerja Menurut Mulyadi (2001 : 489) adalah untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
3. Mengindentifikasian kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2.15 Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Pelaksanaan penilaian kinerja keuangan PDAM didasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 47 Tahun 1999 tanggal 31 Maret 1999. Untuk jenis dan cara pelaksanaan perhitungan/pembandingan adalah sebagai berikut :
1. Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif Laba Sebelum Pajak X 100%
Aktiva Produktif
Ratio ini menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investasi ( pemegang saham ).
2. Rasio Laba Terhadap Penjualan Laba Sebelum Pajak X 100% Penjualan
Ratio ini menggambarkan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
Skor penilaian : < 0% = 1 > 0% - 5% = 2 > 5% - 14% = 3 > 14% - 20% = 4 > 20% = 5
3. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Hutang Lancar Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Ratio ini menggambarkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
4. Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Ratio ini menggambarkan bagian setiap rupiah modal yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
Skor Penilaian : > 1,0 = 1 > 0,8 – 1,0 = 2 > 0,7 - 0,8 = 3 > 0,5 – 0,7 = 4 < 0,5 = 5
5. Rasio Total Aktiva Terhadap Total Hutang Total Aktiva
Total hutang
Ratio ini menggambarkan kemampuan untuk membayar hutang dengan aktiva yang dimiliki.
6. Rasio Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi. Biaya Operasi X 100%
Pendapatan Operasi
Ratio ini menggambarkan keuntungan dari penjualan untuk membayar porsi pengeluaran operasional.
Skor Penilaian : > 1,0 = 1 > 0,85 – 1,00 = 2 > 0,65 – 0,85 = 3 > 0,50 – 0,65 = 4 > 0,50 = 5
7. Rasio Laba Operasi Sebelum Penyusutan Terhadap Angsuran Pokok dan Bunga Jatuh Tempo
Laba Operasi Sebelum Penyusutan (Bunga+Angsuran Pokok) Jt. Tempo
Ratio ini menggambarkan besarnya keuntungan untuk membayar bunga pokok angsuran.
> 2,0 = 5
8. Rasio Aktiva Produktif Terhadap Penjualan Air Aktiva Produktif
Penjualan Air
Ratio ini untuk menilai jumlah penjualan yang dihasilkan yang ditanamkan dalam aktiva.
Skor Penilaian : >8,00 = 1 >6,00 – 8,00 = 2 >4,00 – 6,00 = 3 >2,00 – 4,00 = 4 < 2,00 = 5
9. Jangka Waktu Penagihan Piutang
Piutang Usaha
Jumlah Penjualan Per Hari
Ratio ini untuk menilai efisiensi jumlah tagihan yang akan diterima terhadap porsi penjualan.
>150 – 180 = 4 > 180 = 5
10.Efektivitas Penagihan
Rekening Tertagih X 100% Penjualan Air
Ratio ini untuk menilai efektifitas penagihan piutang yang diterima terhadap penjualan.
3.3 Kerangka Pemikiran
Rasio Laba Terhadap Penjualan Air Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif Rasio Biaya Operasi Terhadap Pendapatan
Operasi
Rasio Laba Operasi Sebelum Penyusutan
Terhadap Angsuran Pokok dan Bunga Jatuh
Tempo
Rasio Aktiva Produktif Terhadap Penjualan
Air
Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap
Ekuitas
Rasio Aktiva Lancar Terhadap Hutang
Lancar
Rasio Total Aktiva Terhadap Total Hutang
Efektifitas Penagihan
Jangka Waktu Penagihan Piutang
1. Baik Sekali
Klungkung pada tahun 2010
3.4 Proposisi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berfokus kepada pengaruh perlakuan
akuntansi khususnya jasa pemeliharaan instalasi pada Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Klungkung yang nantinya akan berdampak
pada kinerja keuangan perusahaan daerah air minum. Untuk melakukan
analisis pengaruh tersebut, peneliti menggunakan teori-teori pada Standar
Akuntansi Keuangan dengan membandingkan perlakuan akuntansi
pendapatan air PDAM dan melakukan perhitungan rasio untuk