• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /digilib/files/disk1/118

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Index of /digilib/files/disk1/118"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI WINONG KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh:

ARIF NADLIROH NIM. 0735 11024

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2011

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arif Nadliroh

NIM : 073511024

Jurusan/ Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 30 November 2011

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Judul : Analisis Faktor-Faktor Penghambat Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2010/2011

Penulis : Arif Nadliroh NIM : 073511024

Skripsi ini membahas tentang faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di MTsN Winong kabupaten Pati tahun ajaran 2010/2011. Kajian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai matematika di lingkungan madrasah ini. Padahal tidak demikian dengan mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Peringkat MTsN Winong di kecamatan Winong adalah teratas, hal ini dibuktikan dengan berbagai kemajuan yang dicapainya. Hal ini menjadi tambahan data untuk penulis bahwa sangat disayangkan kalau prestasi matematika di sekolah terbaik ini masih berada di bawah. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) apa yang menjadi faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011? (2) apa yang telah diusahakan oleh guru MTsN Winong untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011? (3) apa yang dapat dijadikan solusi atas hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika MTsN Winong tahun ajaran 2010/2011? Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan angket atau kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika di lingkungan MTsN Winong yang berjumlah enam orang. Angket yang digunakan dalam penelitian ini memuat beberapa faktor yang sangat memungkinkan untuk menjadi faktor penghambat pembelajaran matematika, yakni guru itu sendiri, peserta didik, proses pembelajaran, sarana prasarana, dan yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran.

Secara umum, hasil penelitian yang diperoleh adalah semua faktor berpotensi mempengaruhi ketidakberhasilan pembelajaran matematika. Namun, yang paling dominan berasal dari peserta didik yang sangat sedikit minat dan motivasinya dalam mempelajari matematika. Untuk mengatasi hambatan tersebut, guru di lingkungan MTsN Winong belum melakukan suatu tindakan nyata untuk sungguh-sungguh mengatasi hambatan tersebut. Yang ada hanyalah musyawarah kecil di sela-sela pergantian jam pelajaran.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahin

Alhamdulillah puji syukur atas segala limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad, nabi penerang zaman, beserta keluarga, sahabat, dan siapa pun yang mengikuti ajarannya.

Atas rida Allah SWT, atas bimbingan para dosen, atas doa ayah ibu, kakak, dan bantuan saudara, kawan, serta sahabat-sahabat tercinta akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penghambat Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2010/2011”.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu pendidikan pada program studi matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis sampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag. selaku dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

2. Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd. selaku kepala Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

3. Bapak Saminanto, S.Pd, M.Sc. selaku kepala Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

4. Ibu Lulu Choirunnisa, S.Si, M.Pd. dan Dr. Abdul Wahib, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan

(8)

6. Ibu Hj. Umi Hanik, S.Ag, M.Pd selaku kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong beserta staf yang bersedia untuk membantu dalam penelitian skripsi ini

7. Kawan-kawan Lembaga Pers Mahasiswa Edukasi yang telah membantu untuk selalu berpikir

8. Sahabat-sahabat PMII di lingkungan IAIN Walisongo yang telah mengenalkanku pada dunia luar

9. Segenap keluarga, yang telah memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini bisa tersusun

10.Semua pihak yang tidak tersebut, semua pihak yang turut membantu dalam mewujudkan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak lain karena keterbatasan penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritiknya untuk perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, 12 Desember 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN...iii

NOTA PEMBIMBING ...iv

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 6

B. Kerangka Teoritik ... 9

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 24

B. Tempat dan waktu penelitian ... 25

C. Sumber penelitian ... 25

D. Fokus penelitian ... 26

E. Teknik pengumpulan data penelitian ... 27

F. Teknik analisis data ... 30

BAB IV : ANALISIS TENTANG FAKTOR PRNGHAMBAT GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WINONG KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2010/2011 A. Gambaran umum MTsN Winong kabupaten Pati ... 34

(10)

C. Usaha yang telah ditempuh oleh guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011... 53 D. Solusi atas hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong tahun ajaran 2010/2011... 55 BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peranan pendidikan sangatlah urgent dalam meningkatkan kualitas bangsa. Semakin unggul pendidikan suatu bangsa, maka semakin majulah bangsa tersebut di kancah Internasional. Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan mengharuskan semua elemen yang terkait dengan pendidikan untuk selalu mengevaluasi, berbenah, dan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

Pendidikan yang disajikan dalam pembelajaran di sekolah harus didesain sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan maksimal. Peserta didik yang menjadi aktor utama dalam pembelajaran harus dilibatkan sebagai pribadi yang bebas. Bebas di sini diartikan bahwa peserta didik harus bebas untuk mempelajari suatu mata pelajaran, baik dari segi cara belajar maupun pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab oleh guru.

Kebebasan dalam belajar harus diterapkan di semua mata pelajaran tidak terkecuali pembelajaran matematika. Hal ini diperkuat dengan data bahwa belajar matematika tergolong sebagai belajar abstrak. Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpkir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang agama seperti tauhid.1

Matematika yang tergolong dalam mata pelajaran abstrak membutuhkan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dengan pembelajaran matematika tersebut, yakni guru, lingkungan sekolah, wali peserta didik, dan lingkungan bermain di rumah. Peran beberapa pihak

1

(12)

tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika, meskipun ada beberapa peran yang dominan.

Selain itu, dalam membahas keberhasilan pembelajaran matematika, yang harus diperhatikan kembali adalah terkait komponen pengajaran yakni tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik, tenaga kependidikan, perencanaan pengajaran dan evaluasi pengajaran. Masing-masing komponen tersebut harus berjalan atau dijalankan dengan maksimal. Tujuan pendidikan dan pengajaran harus disiapkan sebelum proses pembelajaran itu dimulai. Komponen selanjutnya yang harus diperhatikan adalah peserta didik. Sebagai aktor utama pembelajaran, peserta didik harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka siap dan mampu untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu guru sebagai tenaga kependidikan utama harus menjadi sosok yang mampu menerapkan keempat kompetensi guru yakni pedagogik, profesional, sosial, dan personal.

Untuk mengukur kelayakan komponen di atas, terdapat standar yang dapat dijadikan acuan sehingga suatu pembelajaran dikatakan efektif. Lebih lanjut beberapa komponen di atas diklasifikasikan dalam beberapa standar, yakni standar proses pembelajaran, standar tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana pendidikan, serta standar evaluasi pendidikan. Proses pembelajaran harus memenuhi beberapa standar tersebut sehingga pembelajaran dikatakan berhasil.

(13)

Tanggung jawab seperti itu harus tetap ditanamkan kepada setiap benak guru. Hal ini disebabkan guru lah yang mengetahui apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan peserta didik terkait mata pelajaran yang diampu, lebih-lebih terkait minat peserta didik untuk mempelajari matematika.

Selain dari pihak peserta didik, seorang guru juga dapat mengetahui hambatan itu dari dirinya sendiri sebagai seorang pendidik. Tugas guru sangat kompleks dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi pembelajaran. Banyak hal yang sering terlewatkan oleh seorang guru, lebih-lebih pada tahap persiapan. Jika persiapan saja masih belum maksimal, maka proses pembelajaran pun akan tidak maksimal. Banyak hal yang dapat dijadikan refleksi para pendidik untuk meningkatkan prestasi pembelajaran matematika.

Sisi lain yang dapat dilihat guru dalam pembelajaran adalah sarana prasarana. Sebagai pemegang peran sentral dalam suatu ruang kelas, seorang guru dapat merasakan, apakah sarana prasarana yang ada terkait pembelajaran matematika sudah memenuhi standar atau belum? Selain itu guru juga dapat melihat itu dari sikap peserta didik tersebut sudah merasa cukup atau tidak belajar dengan sarana prasarana yang ada. Selain dari faktor peserta didik , guru, dan sarana prasarana, masih banyak lagi faktor yang bisa diidentifikasi oleh guru demi keberhasilan proses belajar mengajar di kelas.

(14)

Dari data yang ada, peneliti melihat bahwa nilai matematika di sekolah di atas masih rendah dibandingkan dengan ketiga mata pelajaran yang sudah disebutkan tadi. Nilai yang ada tidaklah terlalu berbanding jauh, tapi hal demikian patut untuk diteliti dan dijadikan pelajaran bagi beberapa pihak terkait. Jika nilai mata pelajaran yang lain dapat lebih tinggi, mengapa matematika tidak?

Penguatan lain dari penelitian ini adalah ditemukannya peserta didik di MTsN Winong yang sebagian besar masih mengasumsikan matematika sebagai mata pelajaran mengerikan. Asumsi seperti ini tidak hanya ditemukan di sekolah tempat penelitian, namun di sekolah-sekolah lain juga hal ini masih menjadi hal yang wajar.

Dari data yang ada peneliti ingin meneliti apa saja yang menjadi penyebab hasil belajar matematika peserta didik di daerah penelitian tersebut masih rendah. Tentunya banyak sekali yang bisa dianalisis dari keadaan ini, yakni dari pihak murid, guru, sarana prasarana dan faktor lain. Sedemikian pentingnya tema ini untuk dibahas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian yang terkait faktor-faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika MTsN Winong kabupaten Pati tahun ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011? 2. Apa yang telah diusahakan oleh guru MTSN Winong untuk mengatasi

hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011?

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.

2. Untuk mengetahui usaha guru MTsN Winong dalam mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran matematika.

3. Untuk mengetahui dan merumuskan solusi atas penghambat pembelajaran matematika MTsN Winong

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi gambaran tentang faktor-faktor penghambat yang dialami guru MTsN Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. 2. Memberi gambaran tentang usaha yang telah dilakukan oleh guru

MTsN Winong dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika.

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

Dalam beberapa penelitian matematika, banyak disebutkan bahwa pembelajaran matematika masih menjadi hal yang sulit di mata sebagian besar peserta didik atau dalam kata lain masih menjadi momok. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa yang menyebabkan matematika menjadi momok? Pertanyaan yang demikian masih belum terjawab.

Menyikapi hal tersebut, seyogyanya semua permasalahan pembelajaran dikembalikan kepada guru. Hal itu dikarenakan gurulah yang paling mengetahui kondisi kelas, bagaimana keadaan peserta didik dalam mengikuti kelas, kemampuan guru itu sendiri, bahkan sarana prasarana yang ada. Hal ini sesuai dengan firman Allah:



Artinya: dan kami mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelalki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Q,S, an-Nahl/16:43)2

Menanggapi rangkaian masalah di atas, peneliti menilik beberapa penelitian, di antaranya yakni skripsi yang telah disusun oleh I Crede Ketut Sunarya, mahasiswa Universitas Jember dengan judul Analisis Faktor Penghambat bagi Guru Sekolah Menengah Pertama dalam

Meningkatkan Jenjang Pendidikan Formal di Kabupaten Tabanan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa penghambat yang ada sangatlah kompleks, namun yang paling dominan adalah terkait sarana prasarana.

2

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha

(17)

Hal ini dikarenakan masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana prasarana yang layak bagi pendidikan.

Penelitian di atas memiliki titik perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yakni dalam spesifikasinya. Penelitian yang peneliti usulkan memiliki spesifikasi dalam pembelajaran matematika.

Penelitian lain yang peneliti tilik yakni skripsi yang telah disusun oleh Subaidi, mahasiswa Universitas Negeri Malang dengan judul

Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Geografi SMA dan

MAN Kabupaten Sumenep dalam Mengimplementasikan KTSP.

(18)

Selanjutnya adalah faktor pendukung guru geografi dalam mengimplementasikan KTSP, yaitu latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang ajar, memiliki pengalaman mengajar yang cukup, pernah mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran Geografi yang sesuai dengan KTSP, beban mengajar di bawah ketentuan yang ditetapkan pemerintah, dan tidak memiliki jabatan selain mengajar.

Sedikit berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, yakni hanya melihat dari sudut penghambatnya saja terhadap pembelajaran yang berbeda pula yakni matematika.

Penelitian terakhir yang menjadi rujukan peneliti adalah skripsi yang telah disusun oleh Sumiyati, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Pelaksanaan KTSP Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta (Studi Kasus

Peran Profesional Guru dalam Pengembangan Kontent dalam

Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pembelajaran Tahun

2008/2009). Penelitian ini mendeskripsikan profesionalisme guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Yang menjadi referensi di sini adalah tentang profesionalisme guru dalam pembelajaran. Titik perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti angkat adalah spesifikasi dan mata pelajaran yang akan diteliti yakni mata pelajaran matematika.

(19)

B. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Sebelum mendefinisikan pembelajaran matematika, patut diketahui dulu masalah teori belajar. Hal ini dikarenakan, dari teori belajar akan diturunkan menjadi beberapa strategi dalam pembelajaran yang tentunya akan mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.

Beberapa teori belajar menurut ahli:3 a. Teori Bruner

Bruner sangat mendukung metode belajar dengan penemuan. Ia meyakini bahwa dalam mempelajari matematika seorang anak perlu secara langsung menggunakan bahan-bahan manipulatif. Bahan-bahan tersebut merupakan benda konkret yang dirancang khusus untuk siswa dalam usaha untuk memahami suatu konsep matematika.

b. Teori Jean Piaget

Ia meyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap, yaitu sensori motor, praoperasional, operasi konkret, dan operasi formal.

Intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi praktis (practical intelligence) yang berfaidah bagi anak berusia 0 – 2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai hal yang sedang ia perbuat. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan seperti di atas.

Selanjutnya yakni tahap pra operasional. Tahap ini terjadi dalam diri anak ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen. Artinya anak tersebut sudah memiliki

3

(20)

kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tidak dilihat dan didengar lagi. Jadi, eksistensi benda tersebut berbeda dengan periode sensori motor, tidak lagi bergantung pada pengamatannya belaka.

Tahap ketiga yakni operasi konkret. Selama tahap operasi konkret anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model abstrak. Pada tahap ini anak sudah berpikir logis, berpikirnya terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkret. Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu proses asimilasi dan akomodasi ke dalam struktur mental.

Tahap terakhir yakni tahap operasi formal. Dalam perkembangan kognitif tahap ini, seorang remaja telah memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan mampu berpikir hipotesis, yakni memikirkan sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sementara itu, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu agama, matematika, dan ilmu abstrak lainnya.4

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidiian dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

(21)

c. Teori Dewey

Dewey mengutamakan pada pengertian belajar bermakna. Artinya, anak didik yang belum siap jangan dipaksa belajar. Guru dan orang tua sebaiknya menunggu sampai anak didik siap belajar, atau guru dapat mengubah dan mengatur suasana belajar sehingga anak siap untuk belajar.

Dalam pembelajaran matematika pada dasarnya sama dengan pembelajaran mata pelajaran yang lain, namun selebihnya matematika mempunyai karakteristik tersendiri yakni:

a. Matematika Disajikan dalam Pola yang Ketat

Pola ketat yang dimaksud adalah matematika mempunyai jawaban-jawaban yang pasti, meski dapat ditempuh dalam berbagai cara. Pola ketat seperti itu mendorong peserta didik untuk teliti dalam mempelajari dan menyelesaikan soal matematika.

b. Matematika Berkembang dan Digunakan Lebih Luas dari pada Ilmu-Ilmu Lain

Matematika tidak berdiri sendiri, bahkan digunakan lebih luas di beberapa disiplin ilmu lain, seperti Fisika dan Kimia.

c. Matematika Lebih Terkonsentrasi pada Konsep5

Pembelajaran matematika harus ditekankan dalam dataran konsep. Jika konsep sudah dipahami, maka akan sangat mudah untuk mengerjakan soal dengan berbagai macam gaya. Oleh karenanya, pematangan konsep perlu ditekankan sebelum selanjutnya memberikan contoh kepada peserta didik.

Untuk keberhasilan suatu pembelajaran, kita harus tahu ragam belajar apa yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajari. Dalam pembelajaran, dikenal berbagai macam tipe sebagai berikut:6 a. Ragam Abstrak

5

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),

hlm. 20.

6

(22)

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang agama seperti tauhid.

b. Ragam Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Contoh: olahraga, menulis, musik, menari, dan sebagainya.

c. Ragam Sosial

Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah. Belajar sosial juga dapat diartikan sebagai belajar yang mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Contoh: pelajaran Agama dan PPKN.

d. Ragam Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.

(23)

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat).

f. Ragam Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.

g. Ragam Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain Bahasa dan Sastra, Kerajinan Tangan, Kesenian, dan Menggambar.

h. Ragam Pengetahuan

Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Contohnya yakni eksperimen terkait materi yang dipelajari, misalnya eksperimen materi Gerak dalam mata pelajaran Fisika.

Sesuai dengan macam-macam ragam belajar di atas, matematika lebih dominan menempati ragam belajar abstrak. Hal ini menjadi catatan bahwa matematika harus disajikan secara menarik dan suatu pendekatan yang nyata agar peserta didik mampu memahami isi dari matematika itu sendiri.

Pembelajaran adalah salah satu usaha dalam pendidikan untuk mencerdaskan anak didik, merekalah tujuan dari pembelajaran tersebut. Oleh karenanya, seperti apa pun pembelajaran didesain, maka harus memperhatikan peserta didik untuk tidak kehilangan kebebasannya.

Education is thus a fostering, a nurturing, a cultivating process.7

7

John Dewey, Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of

(24)

Cuplikan di atas berarti bahwa pendidikan adalah usaha membina, memelihara dan membudayakan peserta didik untuk belajar. Dengan demikian pendidikan harus disajikan sebagaimana kita memelihara dan membina, bukan dengan paksaan dan instruksi.

The process of Education finds its genesis and purpose in the child. The position isi n direct opposition to the tradisional approach to the Education. The tradisional school started with a body of organized subject matter and the sought to impose this corpus of learning on the student whether he desired it or not. The progressives reversed this mode by Putting the child at the focal point of the school. Yhen they sough to develop a curriculum and teaching method that stemmed from the student’s needs, interest, and initiative.8

Asal mula dari tujuan pendidikan adalah pada peserta didik. Keadaan ini merupakan wujud perlawanan langsung terhadap pendidikan dengan pendekatan tradisional. Sekolah tradisional dimulai dengan masing-masing anak didik untuk mengorganisasikan bahan pelajaran, apakah ia tertarik atau tidak. Sebaliknya progesivisme menempatkan peserta didik pada titik utama di sekolah. Mereka mencoba mengembangkan sebuah kurikulum dan metode pengajaran yang berasal dari kebutuhan siswa, minat, dan juga inisiatif.

8

George R. Kningt, Issues and Alternatives in Educational Philosophy, (Mechighan:

(25)

2. Standar Pembelajaran Efektif

Mata pelajaran matematika yang masuk dalam ragam belajar abstrak harus disajikan dengan baik, yakni dengan memperhatikan standar pembelajaran yang efektif. Berikut beberapa standar pembelajaran efektif:

a. Standar Proses Pembelajaran

Melakukan pembelajaran di kelas berarti membelajarkan siswa secara terkondisi. Peserta didik belajar dengan mendengar, menyimak, melihat, meniru apa-apa yang diinformasikan oleh guru atau fasilitator di depan kelas. Dengan belajar seperti ini peserta didik memiliki perilaku sesuai tujuan yang telah dirancang guru sebelumnya.9

Kemudian mengenai standar proses pembelajaran, disebutkan dalam peraturan pemerintah (PP). No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selanjutnya dipertegaskan dalam pasal 20 bahwa proses pembelajaran harus direncanakan dengan perencanaan yang meliputi tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Standar Tenaga Pendidik

Seorang guru sebagai pendidik di kelas harus memiliki standar tertentu. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung secara tepat. Meskipun seorang peserta didik harus aktif dalam kelas, tapi peranan guru sangatlah sentral.

9

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan ImplementasiKTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press,

(26)

Tenaga pendidik atau guru adalah penyampai atau pentransfer ilmu yang telah dimiliki oleh guru tersebut, dan dalam hal ini matematika. Al-Qur’an menegaskan hal serupa ketika Allah menyuruh nabi Muhammad untuk menyampaikan materi kepada umatnya. Sebagaimana yang terdapat pada firman Allah sebagai berikut:

Artinya: hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Maidah/5:67)10

Dalam PP. No. 19 tahun 2005, pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini harus memiliki empat kompetensi meliputi:11

1) Kompetensi pedagogik

Seorang guru harus mampu mendidik anak dalam lingkungan pendidikan yang mendukung. Selebihnya, meniru ungkapan yang ditulis oleh Max A Sobel dan Evan M.Maletsky bahwa:

Guru harus mengetahui perlengkapan mereka,

Guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar, Selain itu, guru harus mengetahui bagaimana mengajar secara menarik.12

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terhjemahnya, hlm.119.

11

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan ImplementasiKTSP, hlm. 80.

12

Max A. Sobel dan Evan M.Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta: Airlangga,

(27)

2) Kompetensi kepribadian

Seorang guru harus memiliki kepribadian baik yang patut dicontoh oleh anak didiknya.

3) Kompetensi profesional

Seorang guru harus mampu melakukan transfer of knowledge

atas bidang (mata pelajaran) yang dikuasainya. 4) Kompetensi sosial

Seorang guru harus mampu bersosialisasi dengan baik terhadap semua pihak, terlebih adalah peserta didik di kelas. c. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, dan perangkat pelajaran. Sedangkan prasarana adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan, seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, dan tata sekolah.13

Lebih lanjut dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah No. 19 TAHUN 2005 pasal 42 bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

13

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa,

(28)

berekreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.14

Kebutuhan akan sarana prasarana menjadi sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Lebih-lebih pada pembelajaran matematika yang sifatnya adalah abstrak. Oleh karenanya, standar sarana prasarana pendidikan matematika juga harus diperhatikan.

d. Standar Evaluasi Pendidikan

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, yang menjadi penilai adalah seorang guru. Hal ini dikarenakan guru adalah satu-satunya individu yang mengetahui tentang perkembangan peserta didik di kelas.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 58 ayat 1 bahwasannya evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.15

Secara umum, penilaian di kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru harus memiliki empat fungsi, yakni fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.16

1) Fungsi motivasi: penilaian harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya.

2) Fungsi belajar tuntas: jika suatu kemampuan belum dikuasai peserta didik, penilaian harus terus dilakukan untuk

14

Lihat Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

15

Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005, standar nasional pendidikan, (bandung: fokus media, 2005), hlm. 125

16

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi

(29)

mengetahui apakah semua atau sebagian besar peserta didik telah menguasai kemampuan tersebut.

3) Fungsi indikator efektifitas pengajaran: penilaian yang baik harus dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil.

4) Fungsi umpan balik: hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan guru itu sendiri.

Evaluasi dikatakan tepat jika memenuhi keempat fungsi di atas, tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai di lembar penilaian. Selebihnya, evaluasi yang standar harus dilakukan secara bulat dengan memperhatikan beberapa aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran.

Pernyataan di atas merujuk pada Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan Ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: (1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka? (2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? (3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara konkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?17

17

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), hlm.

(30)

Pembagian ketiga domain oleh S. Bloom dan kawan-kawan sangat patut diperhatikan oleh kalangan pendidik. Hal ini menjadi PR bersama dan dapat dilihat dari protes sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa pendidikan kita saat ini hanya mengutamakan aspek kognitif saja. Jika demikian, maka yang terjadi adalah peserta didik hanya akan menjadi anak yang pandai dalam menyelesaikan soal-soal di sekolah, tapi tidak cerdas dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan. Oleh karenanya ketiga domain atau ranah tadi harus diperhatikan oleh pendidik dalam evaluasinya.

Untuk mengaplikasikan evaluasi yang standar sesuai kriteria-kriteria di atas, maka perlu dilakukan langkah-langkah dalam evaluasi belajar, yaitu:18

1) Menyusun rencana evaluasi belajar

Tahapan dalam perencanaan adalah tahapan yang perlu dipersiapkan secara matang, karena jalannya evaluasi akan ditentukan oleh tahapan ini. Yang perlu direncanakan dalam tahap persiapan adalah:

a) Merumuskan tujuan diadakannya evaluasi

b) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi; misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif ataukah aspek psikomotorik

c) Memilih dan menentukan teknik dan pelaksanaan yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan teknik tes atau nontes, pelaksanaannya dengan observasi, wawancara atau menyebar angket?

d) Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.

18

(31)

e) Menentukan tolok ukur norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interprestasi terhadap data hasil evaluasi.

f) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi belajar tersebut akan dilaksanakan).

2) Menghimpun data

Menghimpun data adalah inti dari pelaksanaan evaluasi, yakni dengan melakukan tes jika yang dipakai adalah teknis tes. Menghimpun data juga dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi nontes seperti pengamatan, wawancara, maupun kuesioner.

3) Melakukan verifikasi data

Data yang telah dihimpun selanjutnya harus diverifikasi atau disaring. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang “baik” (yaitu data yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai dari individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah)

4) Mengolah dan menganalisis data

Dalam langkah ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi.

5) Memberikan interprestasi dan menarik kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri. 6) Tindak lanjut hasil evaluasi

(32)

akan sampai kepada pernyataan, yang menyatakan bahwa: “Saya tahu, bahwa ini begini dan itu begitu”. Apabila hal seperti itu terjadi, maka kegiatan evaluasi itu sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bagi evaluator.

3. Faktor-Faktor Penghambat dalam Proses Pembelajaran Matematika

Jika berbicara tentang faktor penghambat pembelajaran, maka tidak akan terlepas dari yang namanya komponen-komponen pengajaran. Pengajaran adalah suatu sistem, artinya, suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antar satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.19

Adapun komponen-komponen tersebut meliputi: a. tujuan pendidikan dan pengajaran

b. peserta didik atau siswa

c. tenaga kependidikan khususnya guru

Sesuai dengan profesionalismenya, guru akan menyebabkan kesulitan belajar jika:

1) guru tidak berkualitas

2) hubungan guru dan murid kurang baik

3) guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak 4) guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis

kesulitan belajar

5) metode yang digunakan guru tidak tepat20 d. perencanaan pengajaran

1) persiapan silabus, program tahunan (prota), program semester (promes), dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) strategi pembelajaran

19

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hlm. 77.

20

(33)

e. evaluasi pengajaran

Suatu evaluasi yang akan diterapkan kepada peserta didik harus disusun secara cermat. Instrumen evaluasi tersebut harus memenuhi syarat-syarat yakni, valid, andal, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair, dan praktis.21

Proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi antara komponen. Misalnya, komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen-komponen guru, metode/ media, perlengkapan/ perlatan, dan lingkungan kelas yang terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Komponen guru berinteraksi dengan komponen-komponen siswa, metode, media, peralatan, dan unsur tenaga kependidikan lainnya yang terarah dan berupaya mencapai tujuan pengajaran. Demikian seterusnya semua komponen pengajaran saling berhubungan.22

21

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), hlm.78.

22

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.23 Digunakan metode penelitian yang demikian karena kajian penelitian yang diteliti adalah untuk menemukan pemahaman obyek secara mendalam yakni faktor penghambat guru dalam pembelajaran matematika yang tidak dapat diperkirakan di awal penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.24 Studi kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui secara langsung faktor apa saja yang menjadi penghambat proses belajar mengajar matematika di MTsN Winong tahun ajaran 2010/2011.

Selain itu penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif jenis deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.25

Hasil studi kasus yang telah dijelaskan sebelumnya akan disajikan ke dalam deskripsi atau dalam penjelasan yang akan menggambarkan apa

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2008), hlm. 11

24

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja

Rosdakarya.2008), hlm.201.

25

(35)

adanya tentang faktor penghambat guru yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bulan Juli tahun 2011 di MTsN Winong kabupaten Pati. Alasan pemilihan waktu ini adalah karena yang akan diteliti adalah faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011. Tahun ajaran yang baru saja berakhir bulan Juni lalu akan tepat jika diteliti pada bulan Juli ini. Adapun rincian agenda penelitian adalah sebagai berikut:

no hari/ tanggal agenda tempat

1 Senin/11 Juli 2011 Meminta izin kepada kepala sekolah MTsN Winong sekaligus pra riset.

MTsN 3 Senin/25 Juli 2011 Dokumentasi sarana-prasarana,

perencanaan pengajaran, dan data hasil pembelajaran

MTsN Winong

4 Selasa/26 Juli 2011 Penarikan angket sekaligus wawancara dengan guru mapel matematika.

MTsN Winong

5 Rabu-Sabtu/27-30 Juli 2011

Pengambilan data ulang sesuai kebutuhan.

MTsN Winong

C. Sumber Penelitian

(36)

Yang menjadi sumber penelitian dalam penelitian ini adalah semua guru yang mengajar mata pelajaran matematika di MTsN Winong Kabupaten Pati. Hal ini dikarenakan fokus penelitian yang akan diteliti adalah faktor penghambat guru dalam proses pembelajaran matematika. Secara otomatis yang menjadi sumber utama adalah guru.

Sumber lain selain guru yakni data terkait sarana prasarana, dokumentasi perencanaan pengajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, Program Semester (PROMES), Program Tahunan (PROTA), dan dokumentasi hasil pembelajaran seperti data Ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan ujian nasional (UN).

D. Fokus Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini difokuskan pada faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Hal ini menyebabkan yang menjadi fokus adalah melihat faktor penghambat tersebut dari segi guru mata pelajaran matematika.

Jika berbicara tentang faktor penghambat pembelajaran, maka tidak akan terlepas dari yang namanya komponen-komponen pengajaran. Pengajaran adalah suatu sistem, artinya, suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antar satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapun komponen-komponen tersebut meliputi peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan atau guru, perencanaan pengajaran, dan evaluasi pengajaran.26 Namun, sekali lagi ditegaskan bahwa fokus penelitian ini adalah melihat faktor penghambat tersebut dari sudut pandang gurunya. Hal ini disebabkan bahwa guru atau tenaga pendidik adalah satu-satunya pribadi yang lebih mengerti kondisi kelas saat peserta didik mengikuti pelajaran.

26

(37)

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dipersiapkan sebelum penelitian dilaksanakan. Hal ini dikarenakan teknik yang tepat akan menghasilkan data yang tepat pula. Namun, jika tekniknya saja sudah tidak tepat maka data yang didapat pun tidak akan banyak berpengaruh pada penelitian yang diadakan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing metode pengumpulan data tadi akan digunakan untuk mendapatkan data yang berbeda-beda.

a. Angket atau Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.27

Dalam penelitian ini angket akan digunakan untuk memperoleh data dari guru terkait faktor penghambat guru yang terdiri dari guru itu sendiri, peserta didik, proses pembelajaran, sarana prasarana, dan evaluasi pengajaran.

Angket disusun secara tertutup dengan skala Likert. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini akan digunakan skala Likert dengan skala empat dari gradasi dari positif sampai negatif. Skala tersebut dapat berupa kata-kata:28

a. Tidak pernah b. Sering

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, hlm. 142

28

(38)

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Selain dengan jawaban pilihan ganda, angket penelitian ini juga dilengkapi dengan isian guna memperkuat jawaban responden atas jawaban pilihan ganda sebelumnya.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara. Wawancara atau yang sering disebut interview adalah interaksi dengan responden, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara tanya jawab untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dianggap sebagai data penelitian.29

Teknik wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data terkait faktor yang menghambat proses pembelajaran matematika, mulai dari faktor guru itu sendiri, peserta didik, proses pembelajaran, sarana prasarana, dan evaluasi pengajaran. Hampir sama dengan bahan pertanyaan di angket, namun yang menjadi titik perbedaan adalah peneliti dapat memperluas bahan pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan perkembangan jawaban guru. Selain itu sifat pertanyaan dalam wawancara lebih umum dari pada pertanyaan di angket.

Dalam penelitian ini, obyek wawancaranya adalah guru matematika yang terdiri dari enam orang. Guru menjadi subyek utama wawancara karena penelitian ini memang melihat faktor penghambat yang ada dari sudut pandang guru matematika.

Selain itu, kepala sekolah juga menjadi subyek wawancara. Hasil yang ingin didapat dari wawancara dengan kepala sekolah adalah terkait profil madrasah secara umum yakni meliputi letak geografis, sejarah berdiri, visi dan misi, sarana prasarana, keadaan guru dan keadaan peserta didik. Yang tak luput juga dari penelitian ini adalah profil pembelajaran yang ada di sana, khususnya matematika.

29

Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi, Teori Dan Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia,

(39)

subyek wawancara selanjutnya yakni ketua bagian tata usaha (kabag TU). Data yang akan diperoleh dari wawancara dengan kabag TU adalah terkait dokumentasi perencanaan pembelajaran dan dokumentasi nilai. Waka kurikulum juga menjadi subyek wawancara peneliti. Data yang akan diperoleh dari wawancara ini adalah terkait hal-hal yang menunjang atau perkembangan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri tersebut, terlebih pembelajaran matematika.

c. Observasi

Observation can be defined as sistematic noting and recording of events, behaviors, and artifacts (object) in the social setting chosen for study. The observational record is frequently referred to as field notes detailed, nonjudgmental, concrete descriptions of what has been observed.30

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa observasi adalah kegiatan mencatat secara sistematis dan merekam peristiwa, perilaku, dan artifak (objek) dalam setting sosial yang dipilih untuk penelitian. Catatan observasi sering disebut sebagai catatan lapangan rinci yang tidak menghakimi atau dalam kata lain observasi adalah deskripsi konkret dari apa yang telah diamati.

d. Dokumentasi

Teknik selanjutnya adalah dokumentasi yakni catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.31

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi akan digunakan untuk mendapatkan data terkait data guru mata pelajaran matematika MTsN Winong kabupaten Pati, data hasil Ujian Tengah Semester

30

Catherine Marshall, et.al Designing Qualitative Research, (United States of America:

Sage, 1999), hlm.107.

31

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

(40)

(UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran matematika, data hasil Ujian Nasional (UN) mata pelajaran matematika tahun 2011, data sarana prasarana terkait pembelajaran matematika, dan data perencanaan guru (silabus, PROTA, PROMES, dan RPP).

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Hasil Angket

Angket terdiri dari lima faktor yakni faktor dari guru, kegiatan pembelajaran, dari peserta didik, sarana prasarana, dan evaluasi . Untuk selanjutnya tiap-tiap faktor akan disajikan ke dalam beberapa pertanyaan.

Hasil angket akan dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi penghambat pembelajaran di MTsN Winong kabupaten Pati. Namun, selain itu dalam penelitian ini juga digunakan analisis dengan persentase. Persentase skor dapat diketahui dengan membaca isian yang ada di lembar instrumen.

Adapun analisis deskriptif dilakukan terhadap masing-masing faktor dengan teknik persentase sebagai berikut:

n: skor tiap faktor

N: jumlah skor seluruh faktor

Pada setiap poin pertanyaan diberikan skor dengan aturan sebagai berikut:

1) Skor 1 untuk jawaban “tidak”

2) Skor 2 untuk jawaban “kadang-kadang” 3) Skor 3 untuk jawaban “sering”

(41)

Ketentuan hasil persentase adalah:32

Persentase Faktor Tingkat Dominasi

0 % - 24 % Rendah

25 % - 49 % Cukup

50 % - 74 % Tinggi

75 % - 100 % Sangat tinggi

Analisis di atas dapat diartikan bahwa semakin tinggi persentase suatu pernyataan atau indikator, maka semakin besar pengaruhnya menjadi faktor penghambat yang harus segera disikapi.

2. Analisis Hasil Wawancara dan Dokumentasi

Dalam menganalisis data hasil wawancara dan dokumentasi dalam penelitian kualitatif deskriptif dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam menganalisis data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.33

Lebih lanjut kegiatan ini adalah menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan mengabstraksikan serta mentransformasikan data mentah yang ditulis pada catatan lapangan yang dibarengi dengan perekaman (recorder). Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi:

32

Zainal Arifin, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: alfabet,

2008), hlm. 97.

33

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2008), cet. 4,

(42)

1) Merangkum hasil wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan sebelumnya.

2) Memilah hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam artian, data yang tidak perlu dapat direduksi.

3) Hasil wawancara dan dokumentasi yang tersisa disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan.

b. Penyajian Data

Langkah berikutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.34

Penyajian data dalam penelitian ini meliputi:

1) Menyajikan hasil angket yang telah diisi oleh guru matematika MTsN Winong kabupaten Pati

2) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam melalui

recorder dan telah disalin dalam bentuk tulisan.

3) Menyajikan hasil dokumentasi mengenai data guru mata pelajaran matematika MTsN Winong kabupaten Pati, data hasil Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), serta Ujian Nasional (UN) mata pelajaran matematika, data sarana prasarana terkait pembelajaran matematika, dan data perencanaan guru (silabus, prota, promes, dan RPP).

Dari hasil penyajian data, baik dari hasil angket, wawancara ataupun dokumentasi dilakukan analisis. Lalu disimpulkan bahwa

34

(43)

ada data temuan dari ketiga data tadi, sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah yang dilakukan setelah penyajian data yakni menarik kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi merupakan sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.35

Bertolak dari pengertian di atas, penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan ketiga data yang diperoleh, yakni data dari angket, wawancara, dan dokumentasi. Hasil angket akan diperkuat dengan data wawancara dan lebih diperkuat dengan dokumentasi. Sehingga dari perbandingan tersebut dapat disimpulkan tentang Faktor-Faktor Penghambat Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2010/ 2011

35

(44)

BAB IV

ANALISIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WINONG KABUPATEN PATI

TAHUN AJARAN 2010/2011 A. Gambaran Umum MTsN Winong Kabupaten Pati

1. Letak Geografis

Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong terletak di Jl. Raya Winong-Pucakwangi Km 02, Winong Kabupaten Pati. Secara geografis madrasah ini terletak di daerah persawahan di tepi desa Pekalongan.

2. Sejarah Berdiri

MTsN Winong terletak di Jl. Raya Winong-Pucakwangi Km 02, Winong kab. Pati, persisnya di desa Pekalongan kec.Winong. Keberadaan MTsN Winong tidak terlepas dari sejarah berdirinya Pendidikan Guru Agama Darul Ma’la (PGA DARMA) yang beroperasi mulai tahun 1955. Oleh karena ada tuntutan perkembangan pendidikan, pada tahun 1979 PGA DARMA dipisah menjadi dua yaitu Madrasah Aliyah DARMA dan MTs DARMA.

Perkembangan MTsN pada dekade 1978 dipandang tidak merata antara kawasan Jawa Tengah bagian selatan dan Jawa Tengah bagian utara. Hal ini dikarenakan jumlah MTs Negeri di Jawa Tengah bagian selatan sangat banyak, sementara di bagian utara sangat jarang. Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama bermaksud merelokasi beberapa MTs Negeri dari wilayah selatan ke wilayah utara.

(45)

Sejak berdirinya MTsN Winong tahun 1980 sampai tahun 1983, operasional pendidikan masih dilaksanakan di lokasi yayasan DARMA sampai akhirnya MTsN Winong menempati lokasi baru bertempat di lapangan sepak bola desa Pekalongan atas perjuangan M. Samari (Kepala Desa), dan Soedarno (Camat Winong) serta tokoh-tokoh masyarakat di Kecamatan Winong.

Akhirnya pada Tahun 1991-1996 MTsN Winong berhasil menambah lokasi (tanah) di sebelah selatan Jalan raya Winong-Pucakwangi. Dan sampai saat ini MTsN Winong memiliki dua area yang cukup representatif di selatan dan utara Jalan raya Winong-Pucakwangi.

3. Visi dan Misi

Secara umum, visi dan misi MTsN Winong sebagai berikut: a. Visi :

Menuju Insan yang Cerdas, Berprestasi, dan Islami b. Misi :

1) Meningkatkan Kualitas Akademik Warga Madrasah.

2) Membina warga Madrasah menjadi pribadi yang Berakhlaq Al Karimah.

3) Membina disiplin dan sikap Kepemimpinan yang berkualitas. 4) Menumbuhkan semangat berprestasi yang kompetitif dan sportif. 5) Menumbuhkan semangat kerja sama yang dilandasi dengan

(46)

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di MTsN Winong meliputi tanah dan bangunan, ruang dan gedung, serta peralatan dan inventaris kantor. Data selengkapnya sebagai berikut:

a. Data Tanah dan Bangunan

1)Jumlah tanah yang dimiliki seluas 13.961 m2

2)Jumlah tanah yang telah bersertifikat seluas10.161 m2 3)Luas Bangunan seluruhnya 4.155,56 m2

b. Ruang dan Gedung

Tabel 1. Data ruang dan gedung di MTsN Winong

No Jenis Lo

kal m

2 Kondisi

Baik Rusak 1. Ruang Kelas 31 2.662,73 √

2. R. Kantor TU 1 79 √ 3. Ruang Kepala 1 21 √

4. Ruang Guru 2 72 √

5. Ruang Perpustakaan

1 140 √

6. R. Laboratorium 4 155 √ 7. R. Ketrampilan 1 100 √

8. Aula - -

9. Musholla 1 156 √

10. R. UKS - -

(47)

c. Data Peralatan dan Inventaris Kantor

Tabel 2. Data peralatan dan inventaris kantor MTsN Winong

No Jenis Unit Kondisi Kekurangan

Baik Sedang Rusak

1. Meubelair 528 Set √ - - -

2. Mesin Ketik 6 √ - - -

3. Telpon 1 √ - - -

4. Faximile - - - - -

5. Sumb. Air/PDAM 4 √ - - -

6. Komputer 39 √ - - 53

7. Kend. Roda 2 1 √ - - -

8. Kend. Roda 4 - - - - -

9. Peralatan Lab. 1 √ - - -

10. Sound System 1 - - - -

11. Sarana Olahraga 19 13 - 6 21

12. Sarana Kesenian 3 √ - - -

13. Peralatan UKS - - - - -

14. Peralatan Ketramp.

2 2 - - 18

(48)

d. Data Buku

Tabel 3. Data buku di MTsN Winong N memenuhi kebutuhan peserta didik. Namun yang menjadi permasalahan adalah buku-buku tersebut tidak terbitan terbaru. Hal ini menyebabkan penyesuaian peserta didik untuk mencari materi yang sesuai dengan pembahasan di kelasnya. Misal saja materi kelas VII yang ternyata disajikan di buku kelas VIII. Hal ini menyebabkan kebingungan peserta didik untuk menyesuaikan materi yang diajarkan dengan materi yang ada di buku.

5. Keadaan Guru

Tabel 4. Data keadaan guru di MTsN Winong

(49)

6. Geografi 1 1 1 1

(50)

3) Juara I Lomba Mapel Matematika Tk. Kabupaten Pati Tahun 2004;

4) Juara Umum Lomba Mapel MIPA dan Bahasa Tk. Kabupaten Tahun 2004;

5) Juara I Mapel IPA Tk. Propinsi Tahun 2004. b. Prestasi Olahraga dan Kesenian

Prestasi yang pernah diraih selama 3 tahun terakhir dari madrasah :

1) Juara 2 Lomba Gerak Jalan Putri Tk. Kabupaten Pati Tahun 2005;

2) Juara 3 Lari 10 K Tk. Kabupaten Pati Tahun 2005;

3) Juara Umum I Porseni VIII Pelajar MTs se-Jawa Tengah di Kab. Brebes Tahun 2005.

c. Prestasi lainnya

1) Juara II Lomba Prestasi Guru MTs Tk. Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004

2) Juara II Lomba Prestasi Guru MTs Tk. Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005

Dari sekian prestasi yang telah diraih oleh peserta didik MTsN Winong, ada beberapa catatan yang dikantongi oleh pengurus MTsN Winong terkait kekurangan dari peserta didik di lingkungan madrasah tersebut, di antaranya sebagai berikut:

a. Sifat mandiri peserta didik kurang, (perlu latihan dasar kepemimpinan) b. Sebagian peserta didik semangat belajar masih rendah (diberi motivasi

(51)

B. Faktor-Faktor Penghambat Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Tahun Ajaran 2010/2011

Guru adalah orang dewasa yang tengah bergelut di dalam dunia pendidikan, yakni dunia mencerdaskan kehidupan bangsa baik kecerdasan emosional, intelegensi, dan spiritual. Masing-masing kecerdasan itu ada dalam tanggung jawab seorang guru. Oleh karenanya, simbol guru pun mempunyai filosofi yang sangat mulia, yakni digugu lan ditiru.

Sama pentingnya juga dengan guru matematika. Mereka berpengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran matematika. Banyak sekali faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, misal saja faktor eksternal (lingkungan, tenaga pendidik), faktor internal (minat murid itu sendiri), dan masih banyak faktor lain.

Namun, meski banyak faktor yang mempengaruhi, pengaruh guru sebagai kendali utama di kelas sangatlah besar. Hal ini dikarenakan guru lebih mengerti kegiatan belajar siswa di kelas. Minat peserta didik juga akan terlihat oleh guru lewat cara belajar peserta didik itu sendiri, maupun respons saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Selain melihat faktor-faktor tadi, seorang guru pun mampu melihat faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di sekolah, yakni berupa sarana prasarana di sekolah. Apakah sarana prasarana terkait pembelajaran matematika di sana sudah memenuhi standar atau belum? Apakah sudah mengakomodir kebutuhan peserta didik atau belum?

(52)

kelas IX. Jumlah semua kelas di lingkungan madrasah ini ada 31 kelas. Suatu prestasi yang luar biasa di lingkungan kecamatan Winong.

Namun, di balik prestasi tersebut peneliti melihat ketidakberhasilan pembelajaran matematika di sana. Untuk merumuskan masalah ini tentunya tidak sederhana. Hal itu dikarenakan banyak sekali hal yang mempengaruhi keberhasilan maupun ketidakeberhasilan suatu perkara, begitu pula ketidakberhasilan pembelajaran matematika ini.

Dalam penelitian ini, salah satu metode yang peneliti gunakan adalah angket. Angket tersebut berisi beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data terkait faktor penghambat pembelajaran matematika, dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 5. Data hasil angket penelitian

Faktor Penghambat Dari Persentase

Guru 21,91%

Peserta didik 22,13%

Proses pembelajaran 17,23% Sarana prasarana 17,66% Evaluasi pembelajaran 21,06%

Dalam tabel di atas, disebutkan bahwa faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika adalah meliputi faktor dari guru, peserta didik, faktor proses pembelajaran, faktor sarana - prasarana, dan terakhir yakni faktor evaluasi belajar.

(53)

tidak cermat dalam merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi pembelajaran dengan baik maka hasilnya tidak akan maksimal.

Selanjutnya yakni faktor peserta didik. Secara umum, faktor dari peserta didik mendominasi faktor penghambat guru dalam pembelajaran, yakni sejumlah 22,13%. Hal ini terkait dengan minat peserta didik yang kurang untuk mempelajari matematika. Hal ini didukung dengan jawaban dari angket yang telah disebar bahwa peserta didik mengalami hambatan dalam motivasi belajar. Salah satu alasannya adalah karena kurangnya perhatian dari orang tua. Kelas yang besar juga menjadi hambatan bagi guru untuk memperhatikan peserta didik satu per satu.

Faktor ketiga yakni faktor proses pembelajaran dengan persentase 17,23%. Proses pembelajaran yang ada di lingkungan MTsN Winong masih tergolong sederhana kecuali di kelas imersi atau bilingual. Berdasarkan jawaban di angket, para guru mengaku bahwa proses pembelajaran di kelas hanya dengan metode ceramah dan penugasan. Jarang sekali digunakan metode yang variatif untuk membangkitkan minat peserta didik. Penghambat lain ketika proses pembelajaran berlangsung yakni terkait interaksi antara guru dan murid yang kurang baik. Contohnya yakni ceramah (penyampaian materi dari guru) yang tidak didengarkan dengan baik oleh peserta didik. Selain itu, kegaduhan di kelas saat KBM berlangsung juga sangat mengganggu konsentrasi guru dalam mengajar dan juga peserta didik lain yang ingin memperhatikan keterangan dari guru.

Selanjutnya yakni faktor sarana prasarana dengan persentase 17,66%. Sarana prasarana yang sangat kurang di lingkungan MTsN Winong adalah terkait alat peraga matematika. Hal ini sangat disayangkan karena pembelajaran matematika sangat membutuhkan alat peraga untuk membantu mengonkretkan materi matematika yang abstrak.

(54)

waktunya sangat sedikit. Selain itu, teknik evaluasi yang bervariasi pun masih menjadi kesulitan guru-guru di sana.

Dari beberapa faktor di atas dapat dilihat bahwa faktor penghambat dari peserta didik sangat mendominasi dengan persentase 22,13%. Selebihnya keterangan terkait sejauh mana faktor tersebut mempengaruhi sebagai berikut:

1. Faktor Guru (Tenaga Pendidik)

Gambar

Tabel 1. Data ruang dan gedung di MTsN Winong
Tabel 2. Data peralatan dan inventaris kantor MTsN Winong
Tabel 4. Data keadaan guru di MTsN Winong
Tabel 5. Data hasil angket penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Faktor untuk menganalisis pengembangan budidaya tambak udang vanname di Kabupaten Kendal meliputi faktor internal terdiri dari produksi tambak, manajemen tambak, sarana prasarana,

Arahan pengembangan ini di dukung dengan kelengkapan dari faktor ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai yang terdiri dari atribut faktor keberadaan air bersih,

Butir-butir angket digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam mempelajari instalasi penerangan listrik yang terdiri dari

Pemberdayaan komunitas adat terpencil melalui program pendidikan terdiri dari beberapa kegiatan yakni pembangunan fasilitas sarana dan prasarana, penyuluhan kepada ketua

Selanjutnya yang dimaksud dengan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,

“Faktor pendukung penarikan retribusi pasar yang pertama pastinya dari faktor SDM petugas itu sendiri, selanjutnya faktor pendukung lainnya yaitu sarana dan prasarana

Faktor-faktor yang mempengaruhi parti- sipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman terdiri dari pendapatan; ketersediaan sarana prasarana;

Faktor untuk menganalisis pengembangan budidaya tambak udang vanname di Kabupaten Kendal meliputi faktor internal terdiri dari produksi tambak, manajemen tambak, sarana prasarana,