• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso? 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Bagaimana mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso? 2"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Bondowoso (Perspektif Ekonomi Islam).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan sumber pendapatan dari daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat membantu dalam memikul sebagian beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso. Penerimaan dari Pendapatan Asli daerah sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 pasal 157 yang terdiridari pajak daerah. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah (Pemda) melalui kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah.

Fokus penelitian Bagaimana kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso? sedangkan sub fokus masalah 1. Bagaimana mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penarikan retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso? 3.Bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap retribusi pasar di kabupaten Bondowoso?

Tujuan penelitian Untuk mendiskripsikan kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Untuk mendiskripsikan bagaimana mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bondowoso. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat penarikan retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bondowoso. Untuk mendiskripsikan pandangan ekonomi Islam dalam masalah kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, maka dalam pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumen. Adapun analisis datanya menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan melakukan pengecekan keabsahan data melalui beberapa sumber.

Hasil penelitian dari peneliti ini adalah Retribusi pasar di daerah Bondowoso berkontribusi sebagai sumber pendapatan daerah, karena retribusi pasar ini merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup besar dibandingkan dengan retribusi lainnya seperti retribusi pariwisata. Retibusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Di pasar tradisional Bondowoso yang dikelola oleh pemerintah daerah, pemungutan dilakukan petugas pasar setiap hari. Para petugas penarik retribusi pasar secara langsung mendatangi para pedagang yang ada di pasar tersebut, jadi para pedagang tidak perlu repot untuk mendatangi kantor pasar untuk membayar retribusi.faktor pendukung penarikan retribusi pasar adalah yang pertama pastinya dari faktor sumber daya manusia (SDM) petugas itu sendiri, faktor pendukung lainnya yaitu sarana dan prasarana di pasar tersebut seperti

(2)

retribusi pasar tapi pada akhirnya pedagang tersebut tetap saja tidak membayar, faktor penghambat lainnya juga datang dari faktor eksternal seperti cuaca.

Kontribusi retribusi pasar termasuk kedalam dharibah. Dharibah sendiri diperbolehkan alasan utamanya adalah untuk kemaslahatan umat, karena dana pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai berbagai pengeluaran, yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul kemudharatan, sedangkan mencegah kemudharatan adalah juga suatu kewajiban.

(3)

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materiil, spiritual, melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai dengan asas keadilan sosial. Masalah keuangan merupakan hal vital dan mendasar yang digunakan sebagai modal pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di daerah berusaha menghimpun dana sebanyak-banyaknya untuk pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan daerah.

Mengingat Indonesia sebagai Negara dan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah membutuhkan suatu sistem pembangunan daerah yang lebih efektif. Menghadapi kondisi yang demikian, maka pemerintah memberikan otonomi pada pemerintah daerah yang dimaksudkan agar daerah tersebut mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri. Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintah daerah agar dapat membiayai pembangunan daerah.

Dengan pemberian otonomi kepada daerah, maka memungkinkan kepada daerah yang bersangutan mengatur dan mengurus rumah tangganya

(4)

sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaran pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan otonomi daerah yang optimal, maka diperlukan dana yang cukup. Sebagian dana tersebut diusahakan oleh daerah sendiri, yaitu berupa Pendapatan Asli Daerah yang harus mencukupi bagi kepentingan rumah tangganya sendiri. Suatu daerah yang mempunyai Pendapatan Asli Daerah yang cukup, akan dengan mudah menyelenggarakan urusan rumah tangganya dan kemakmuran rakyat juga akan tercipta. Untuk mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dalam rangka perwujudan otonomi daerah dilakukan upaya untuk peningkatan jumlah penerimaan retribusi daerah.

Bagaimana juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan sumber pendapatan dari daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat membantu dalam memikul sebagian beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso. Penerimaan dari Pendapatan Asli daerah sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157 yang terdiri dari:

1. Pajak Daerah.

Menurut Mardiamso : “Pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah (Pemda) melalui kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah”.1

1Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, (Yogyakarta: Andi Offset. 2002), 93.

(5)

2. Retribusi Daerah.

Menurut Syamsi : “Retribusi merupakan iuran dari masyarakat tertentu (individu yang bersangkutan) yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjukkan secara langsung dan pelaksanaan”.2

Dengan kata lain, retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmati secara langsung. Dari definisi di atas dapat di ikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :3 3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan pos penerimaan PAD yang selain dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMN atau laba hasil perusahaan milik daerah yang sah.

Misalnya penerimaan keuangan oleh Pemerintah Daerah yang berupa penjualan asset dan jasa giro.

Selain dengan undang-undang No. 12 Tahun 1984 tentang Pemerintah Daerah yang termasuk dalam lain-lain usaha daerah antara lain:

a. Pinjaman

b. Subsidi, uang derma/waris dari seorang penduduk, pendapatan, undian, dan sebagainya.

2Ibnu Syamsi, Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1994), 221.

3Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. 2007), 171.

(6)

c. Macam-macam penjualan barang-barang milik daerah sendiri, menyewa barang-barang dan sebagainya.

Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di wilayah Propinsi Jawa Timur terus menggali potensi-potensi keuangan daerah agar dapat meningkatkan penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya adalah Retribusi Daerah. Di antara bermacam-macam Retribusi Daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar, dimana retribusi pasar memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pengelolaan dan perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam mengelola pasar berpengaruh sekali terhadap penerimaan retribusi pasar. Dengan perhatian yang lebih tentunya tidak menutup kemungkinan retribusi pasasr dapat menyumbang PAD yang lebih besar. Berikut ini adalah perkembangan penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Bondowoso.

Tabel penerimaan retribusi pasar di kabupaten Bondowoso tahun 2012-2014.

No Tahun Anggaran Realisasi Penerimaan

1 2012 Rp. 937.875.000 Rp. 1.019.964.175

2 2013 Rp. 955.725.000 Rp. 1.167.916.125

3 2014 Rp. 1.000.027.075 Rp. 1.485.299.777 Sumber: data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan.

Dari data tersebut terlihat bahwa dari tahun 2012 s/d 2014 penerimaan retribusi pasar Kabupaten Bondowoso mengalami

(7)

peningkatan. Dari tahun 2012 retribusi pasar mengalami over target sebesar Rp. 82.089.175, tahun 2013 sebesar Rp. 212.191.125 dan pada tahun 2014 sebesar Rp. 328.224.777. Dari kurun waktu tersebut total retribusi pasar menyumbang PAD sebesar Rp. 622.505.077. Hal ini menunjukkan bahwa retribusi pasar berpotensi dalam menyumbang pendapatan asli daerah. Dengan pemberdayaan pedagang lewat penguatan paguyuban asosiasi pedagang peningkatan pendapatan dari tarif retribusi akan tercapai. Selain itu efisisensi pasar juga sangat menentukan pendapatan retribusi dan juga penguatan. Dampak dari retribusi pasar tersebut ialah berpengaruh terhadap perkembangan daerah Bondowoso, karena retribusi menjadi faktor yang sangat sentral dalam perkembangan daerah itu sendiri, mulai dari pembangunan hingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Di setiap pasar pasti terjadi transaksi setiap hari atau pada hari-hari tertentu dan bagi para pihak yang melakukan transaksi tersebut dipungut biaya karena menggunakan pasar sebagai tempat transaksi. Setiap pedagang di pasar, wajib memberikan retribusi pasar kepada pihak yang berwenang untuk mengurusi retribusi pasar. Dalam hal ini,semua pedagang baik itu yang menjual barang yang di perbolehkan dalam Islam atau dilarang, wajib hukumnya untuk membayar retribusi pasar. Lantas bagaimana jika ada pedagang yang menjual barang yang dilarang dalam Islam, seperti daging babi atau semacamnya juga membayar retribusi pasar yang selanjutnya retribusi itu sendiri akan disalurkan oleh pemerintah

(8)

daerah untuk perkembangan daerah Bondowoso. Peneliti melakukan penelitian di kabupaten Bondowoso dengan alasan karena masyarakat Bondowoso mayoritas adalah Muslim dengan perilaku berdasarkan Islam.

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah perlu dilakukan karena bertujuan untuk mencegah kekaburan di dalam menafsirkan apa yang terkandung di dalam penelitian sekaligus digunakan sebagai landasan dalam langkah berikutnya. Di dalam penulisan karya ilmiah, perumusan masalah merupakan hal yang prinsipil dalam rangka menentukan atau memperoleh jawaban masalah yang diberikan. berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Fokus Masalah

Bagaimana kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di kabupaten Bondowoso ?

2. Sub Fokus Masalah

a. Bagaimana mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso ?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penarikan retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso ?

c. Bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang retribusi pasar di Kabupaten Bondowoso ?

(9)

C. Tujuan Penelitian

Agar diperoleh data yang benar-benar diperlukan dan diharapkan dalam penelitian maka peneliti sebelumnya telah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.

Adapun tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan mekanisme retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bondowoso.

b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penarikan retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bondowoso.

c. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pandangan ekonomi Islam dalam masalah kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pihak-pihak yang berkompeten

(10)

dengan permasalahan yang diangkat,serta dapat memperkaya wawasan pengetahuan dan keilmuan tentang kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dalam sudut pandang ekonomi Islam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan menjadi penelitian ilmiah yang dapat dijadikan laporan serta tugas akhir Strata 1 (satu) Muamalah serta dapat diijadikan referensi untuk kajian-kajian keilmuan selanjutnya.

b. Bagi Almamater IAIN Jember, dapat menjadi koleksi kajian tentang kontribusi retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dalam sudut pandang ekonomi Islam.

E. Definisi Istilah

Penegasan judul merupakan suatu langkah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan memberikan arahan agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam menginterpretasikan maksud dari penelitian tersebut. Secara formalitas penegasan istilah dalam judul dipandang perlu karena mengarahkan jalannya penelitian.

Adapun definisi istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

(11)

1. Kontribusi

Kontribusi adalah uang iuran (kepada perkumpulan dsb), sumbangan.4. Dalam pengertian lain, retribusi dapat diartikan sebagai pungutan uang oleh pemerintah sebagai balas jasa.5 Kontribusi juga dapat diartikan sebagai bentuk bantuan nyata berupa uang terhadap suatu kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumya.6

2. Retribusi Pasar

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan usaha.7

Pasar menurut ilmu ekonomi adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.8

3. Perspektif Ekonomi Islam

Dalam kamus ilmiah popular, perspektif diartikan sebagai pengharapan atau tinjauan.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata ekonomi berarti ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan).9

4Depdiknas, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 2007), 592

5Meity Taqdir Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011), 455.

6http://pengertiandefinisi.com/konsep-dan-pengertian-kontribusi/

7Setu Setiawan, perpajakan Indonesia, (Malang: UMM Press. 2009), 293.

8www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar

9Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 251.

(12)

Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman, yang artinya selamat. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mencakup semua dimensi kehidupan manusia, yaitu aqidah, akhlak dan syariah yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.10

4. Kontribusi Retribusi Pasar dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bondowoso (pespektif ekonomi Islam)

Menurut penulis, pengertian judul skripsi ini adalah tinjauan dari segi ekonomi Islam tentang sumbangan dari pungutan atau pajak pasar atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah setempat untuk kepentingan pribadi atau badan usaha.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan untuk memberikan gambaran secara global tentang isi dari suatu bab ke bab yang lain yang dijadikan sebagai rujukan sehingga akan lebih mudah untuk menanggapi isinya. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dari bab satu hingga bab terakhir.

BAB I: Pendahuluan merupakan dasar atau pijakan dalam penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian kepustakaan, manfaat penelitian, definisi istilah, metode dan prosedur penelitian serta sistematika pembahasan. Fungsi bab ini adalah untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai pembahasan dalam skripsi.

10Ibid, 376.

(13)

BAB II: Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori.

Pada penelitian terdahulu yang menjadi salah satu referensi peneliti, kemudian pada kajian teori dijelaskan tentang pembahasan teori.

BAB III: Pada bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data dan yang terakhir adalah tahap-tahap penelitian.

BAB IV: Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan “kontribusi retribusi pasar terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) di daerah Bondowoso (studi analisis dalam perspektif ekonomi Islam).

BAB V: Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merangkum semua pembahasan yang telah diuraikan pada beberapa bab sebelumnya, dan tentang saran-saran yang direkomendasikan mengacu atau bersumber dari temuan peneliti, pembahasan, dan kesimpulan akhir hasil penelitian.

(14)

A. Penelitian Terdahulu

Masalah yang terkait dengan retribusi pasar sebenarnya sudah banyak dibahas dan diteliti, akan tetapi permasalahan yang diteliti tersebut berbeda sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan. Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang sama, serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan review terhadap kajian yang pernah ada. Tema yang penulis angkat pada skripsi ini adalah tentang retribusi pasar. Berikut ini penulis paparkan beberapa penelitian yang membahas tema ini, antara lain:

1. Skripsi dari Tri Wahyuni, alumnus fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007 yang berjudul “STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA”. Adapun rumusan masalahnya yaitu apa sajakah potensi Pariwisata yang ada di Banjarnegara? Bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Banjarnegara dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ? kendala apa saja yang dihadapi Dinas pariwisata dan kebudayaan dalam pengembangan potensi Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara? . Hasil dari penelitian Tri Wahyuni adalah, pertama potensi yang ada di Banjarnegara yaitu potensi alam, non alam,

(15)

minat khusus, serta atraksi seni dan budaya. Kedua upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam mengembangkan potensi pariwisata adalah membantu bupati dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintah Kabupaten bidang Perencanaan, Pengelolaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata, sarana, jasa dan pemasaran pariwisata dan kebudayaan serta pelaksanaan urusan ketatausahaan. Ketiga yaitu kendala yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam pengembangan potensi pariwisata yaitu dari masyarakat dan juga dana sebagai faktor pendukung pengembangan pariwisata juga menjadi kendala dalam pengembangan potensi pariwisata serta persaingan antar Kabupaten juga menjadi kendala dalam pengembangan potensi pariwisata yang ada di Banjarnegara. Untuk persamaannya, peneliti Tri wahyuni dan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang retribusi untuk peningkatan pendapatan asli daerah sedangkan perbedaannya adalah peneliti Tri Wahyuni memfokuskan tujuan penelitiannya pada pariwisata,sedangkan pada peneliti ini memfokuskan tujuan penelitiannya tentang retribusi pasar dalam peningkatan pendapatan daerah ditinjau dari segi ekonomi Islam.

2. Skripsi dari Astrid Anandita Dyah Pratiwi, alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang angkatan 2009 yang berjudul

“PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (Studi di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Magetan)” . Dari skripsi tersebut, dapat diketahui

(16)

bahwa persamaan Astrid Anandita Dyah Pratiwi dan peneliti sama-sama membahas tentang retribusi pasar, sedangkan perbedaannya dengan peneliti adalah, Astrid Anandita Dyah Pratiwi membahas tentang pelaksanaannya dalam pemungutan retribusi daerah, sedangkan peneliti membahas tentang retribusi tersebut dalam perspektif ekonomi Islam.

B. Kajian Teori

1. Pendapatan daerah a. Pengertian

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

b. Sumber – Sumber Pendapatan Asli Daerah 1) Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai pennyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah1

2) Retribusi Daerah

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

1Kesit Bambang Prakosa, Pajak dan Retribusi Daerah, (Yogyakarta : UII Press, 2003), 2.

(17)

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.2

Beberapa unsur yang melekat pada retribusi sama dengan unsur yang melekat pada pajak, yaitu retribusi dipungut oleh pemerintah (pusat dan daerah), retribusi dipungut berdasarkan undang-undang, pemungutan retribusi dapat dipaksakan meskipun tidak seketat unsur paksaan pada pajak, dan hasil pemungutan digunakan untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan.

Perlu ditegaskan, unsur paksaan yang tidak terlalu ketat mengandung arti bahwa pemungutan retribusi memiliki kekuatan hukum memaksa si penanggung untuk membayar dan terdapat ancaman sanksi bagi yang tidak melaksanakannya. Tetapi, sanksi tersebut cenderung bersifat ekonomis. Sebagai contoh, retribusi parkir, jika si penanggung tidak membayar maka kendaraan tidak dapat meninggalkan area parkir hingga dilunasinya retribusi tersebut. Contoh lain adalah retribusi pasar, yaitu ketika seorang pedagang menolak membayar retribusi yang telah ditetapkan, maka ia tidak diizinkan oleh pengelola pasar untuk berjualan di pasar tersebut.3

2Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2008), 61.

3Daru Anondo, PERPAJAKAN DI INDONESIA, (Jember: STAIN Jember Press. 2013), 7.

(18)

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan hasil yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan yang terpisah dari pengelolaan APBD.

4) Lain Lain PAD yang Sah

Merupakan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2. Retribusi secara umum a. Pengertian retribusi

Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis- jenis tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tersebut dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu Jasa Umum, Jasa Usaha dan Perizinan Tertentu.

Jasa yang diselenggarakan oleh badan usaha milik daerah bukan merupakan objek retribusi. Jasa yang telah dikelola secara khususoleh suatu badan usaha milik daerah tidak merupakan objek retribusi, tetapi sebagai penerimaan badan usaha milik daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila badan usaha milik daerah memanfaatkan jasa atau perizinan tertentu yang diberikan oleh

(19)

pemerintah daerah, maka badan usaha milik daerah wajib membayar retribusi.4

b. Cara penghitungan retribusi

Besarnya retribusi yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara tingkat penggunaan jasa dan tarif retribusi. Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jasa dan tarif retribusi.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditentukan sebagai berikut:

1) Untuk retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Penetapan tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Disamping itu, tetap memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.

2) Untuk retribusi jasa usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan oleh daerah sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.

4Deddy Supriady Bratakusumah, Dadang Solihin, OTONOMI Penyelenggaraan Pemerintahan DAERAH, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 284.

(20)

3) Untuk retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberi izin yang bersangkutan. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan sedemikian rupa sehingga hasil retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan. Untuk pemberian izin bangunan, misalnya dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan, dan biaya pengawasan.

c. Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah

Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. Artinya, seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun bukan berarti bahwa pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak bekerja sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien.

Kegiatan pemungutan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan penagihan retribusi.

Retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah atau dokumen lain yang dipersamakan, antara lain berupa karcis masuk, kupon, dan kartu langganan.

(21)

Bila wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat tagihan retribusi daerah.

d. Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Atas kelebihan pembayaran pajak atau retribusi, wajib pajak atau wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada kepada daerah. Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran pajak, harus memberikan keputusan. Kepala daerah sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan pembayaran pajak harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Apabila jangka waktu tersebut telah dilampaui dan kepala daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran pajak atau retribusi dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama satu bulan.

Apabila wajib pajak atau wajib retribusi mempunyai utang pajak atau utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran pajak atau retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak atau utang retribusi tersebut. Pengembalian kelebihan

(22)

pembayaran pajak atau retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak diterbitkannyasurat ketetapan pajak daerahlebih bayar atau Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar.

Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 bulan, kepala daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak atau retribusi. Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau retribusi dihitung dari batas waktu 2 bulan sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar sampai dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan.

e. Kadaluwarsa Penagihan

Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. Saat kadaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk member kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi. Kadaluwarsa penagihan retribusi tertangguh apabila:

1) Diterbitkan surat teguran. Dalam hal ini kadaluwarsapenagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat teguran tersebut.

(23)

2) Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun maupun tidak langsung, pengakuan utang retribusi secara langsung adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada pemerintah daerah. sedangkan pengakuan utang secara tidak langsung adalah wajib retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang retribusi kepada pemerintah daerah.

f. Pengertian Retribusi Pasar

Apabila kita berbicara mengenai pasar, maka dalam pengertian ini terkait istilah-istilah konsumen/ pembeli atau permintaan dan produsen/ penjualan atau penawaran, serta produk berupa barang atau jasa yang dipasarkan. Dengan keterkaitan ini, ada ahli yang menyatakan pasar adalah hubungan atau pertemuan antara konsumen atau pembeli dengan produsen atau penjual dari suatu produk tertentu. Di samping itu, ada pula yang menyatakan pasar merupakan pertemuan atau hubungan antara permintaan dan penawaran. Ada juga yang menyatakan pasar merupakan seluruh pembeli atau konsumen potensial.5

Retribusi pasar menurut Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001, adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa

5Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 97.

(24)

pelataran dan los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang.6

Retribusi pasar merupakan salah satu Retribusi Daerah yang termasuk dalam jenis Retribusi Jasa Usaha. Oleh karena itu dalam retribusi pasar, prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi pasar didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagai pengganti biaya pengelolaan, biaya penyelenggaraan, biaya kebersihan dan biaya administrasi.

g. Klasifikasi Retribusi pasar

Klasifikasi retribusi pasar menurut Goedhart adalah sebagai berikut:

1) Menurut sifat prestasi negara

Retribusi pasar adalah retribusi untuk penggunaan berbagai bangunan. Pedagang sebagai pembayaran retribusi pasar prestasi dari pemerintah daerah berupa penggunaan bangunan pasar maupun fasilitas lain yang disediakan oleh pemerintah.

2) Menurut cara menentukan jumlah pungutan

Retribusi pasar, variabel jumlah pungutan tersebut tergantung dari kelas pasar, luas kios, golongan dagang serta tempat berdagang.

3) Menurut cara pembayaran

Retribusi pasar termasuk retribusi kontan. Pemakai jasa bukan kios menggunakan sistem pembayaran harian/ mingguan.

6http://padyangantaxcenter.blogspot.com/2013/05/pengertian-retribusipasar.html#.U_1poM6__Dc

(25)

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar 1) Subyek dan obyek retribusi pasar

2) Tarif retribusi

3) Sistem pemungutan retribusi yang meliputi: prinsip keadilan, prinsip kepastian, prinsip kelayakan dan prinsip ekonomi.

i. Potensi

Untuk menghitung potensi retribusi pasar perlu mengetahui komponen yang membentuk potensi dari pada pasar itu sendiri, komponen potensi pasar yaitu luas pasar (kios, los, dasaran, tenda), tariff yang dipungut, dan periode pemungutanj.

Permasalahan yang sering terjadi dalam menggali potensi pasar adalah kurang optimalnya penanganan di dalam pengelolahan data guna mendapatkan potensi yang optimal. Di dalam perhitungan akurasi nilai potensi yang sesuai dengan kondisi lapangan sangat terkait dengan kelengkapan atau terjadinya variabel-variabel untuk menghitung potensi retribusi yang optimal. Untuk mendapatkan potensi yang maksimal dan realistis perlu diadakan pendataan, pemantauan lapangan, dan pengkajian yang cermat.

j. Obyek Retribusi pasar.

Obyek retribusi pasar adalah Penyediaan fasilitas pasar/tempat (Kios, Los, front Toko, dan Pelataran) pada pasar yang disediakan oleh pemerintah daerah, setiap kegiatan membongkar muatan hasil bumi,

(26)

laut, ternak, dan barang dagangan lainnya pada radius 200 meter dari pasar, keramaian pasar, dan biaya balik nama pemakai.

k. Subyek Retribusi Pasar

Subyek retribusi pasar adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ memanfaatkan/ menikmati jasa pelayanan penyediaan fasilitas pasar. Yang dimaksud dengan badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk Usaha lainnya.

3. Sumber- sumber pendapatan negara menurut Islam.

Sumber-sumber pendapatan Negara dan jenis pengeluaran Negara telah ditentukan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Dengan demikian, Ulil Amri tidak perlu lagi membuat jenis penerimaan dan pengeluaran yang baru.

Kalau diklasifikasikan berdasarkan tujuan penggunaannya, pendapatan Negara dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: 1.

Pendapatan Tidak Resmi Negara dan 2. Pendapatan resmi Negara.7

Pendapatan tidak resmi Negara, yang terdiri dari ghanimah dan shadaqah. Pendapatan tidak resmi ini disebut demikian karena diperuntukkan hanya untuk manfaat tertentu. Meskipun Negara

7Gusfahmi, PAJAK Menurut SYARIAH, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007). 84

(27)

bertanggung jawab atas pengumpulannya (amil), namun Negara wajib mengeluarkan hanya untuk tujuan pendapatan tersebut dipungut (tujuan sedekah dan ghanimah).

Pendapatan resmi Negara, yang terangkum dalam satu kesatuan nama fay’I, terdiri dari jizyah, kharaj, ‘ushr-bea cukai. Maksud pendapatan resmi (disebut juga pendapatan penuh) disini adalah pendapatan dimana Negara berhak membelanjakannya untuk kepentingan seluruh penduduk (kepentingan umum), seperti keamanan, transportasi, pendidikan dan sebagainya. Sumber-sumber pendapatan Negara menurut Islam diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Ghanimah

1) Pengertian Ghanimah

Menurut Sa’id Hawwa, ghanimah adalah harta yang diperoleh kaum Muslimin dari musuh melalui peperangan dan kekerasan dengan mengerahkan pasukan, kuda-kuda dan unta perang yang memunculkan rasa takut dalam hati kaum musyrikin.

Ia disebut ghanimah jika diperoleh dengan melakukan tindakan- tindakan kemiliteran seperti menembak atau mengepung. Harta yang diambil kaum Muslimin tanpa peperangan dan tanpa kekerasan tidak disebut ghanimah, melainkan fay’i.

Ghanimah ini merupakan sumber pendapatan utama negara Islam periode awal. Dasarnya adalah perintah Allah Swt. Dalam QS. Al-Anfal [8]: 41, yang turun di Badar (usai Perang Badar),

(28)

pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriyah, sebagaimana diriwayatkan oleh Said bin Zubair dari Ibn Abbas, di mana pada saat itu para sahabat berselisih tentang pembagian ghanimah.





































































Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang (ghanimah), maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal [8]: 41)

2) Subjek Ghanimah

Subjek (wajib pajak) dari ghanimah ini jelas adalah kaum kafir, yang diperangi oleh pasukan Muslim secara kemiliteran, yang berada di daerah dar al-harb. Orang kafir yang berada dalam wilayah kekuasaan Islam(al-dzimmi) bukanlah subjk dari ghanimah ini, melainkan mereka wajib membayar fay’idalam bentuk jizyah dan kharaj. Orang dzimmi haram diperangi, malah harus dilindungi. Oleh sebab itu, ghanimah ini hanya diperoleh tatkala adanya ekspansi wilayah Islam melalui peperangan.

(29)

3) Obyek Ghanimah

Bentuknya bisa barang bergerak seperti barang perhiasaan serta persenjataan yang dirampas dari tangan mereka. Ada juga binatang ternak berupa onta, seperti onta milik suku Quraisy yang membawa pembekalan logistic dan barang dagangan, harta Yahudi bani Qainuqa’ karena mereka menghianati perjanjian dengan Rasulullah Saw, bisa juga harta yang tak bergerak seperti tanah.

b. Zakat

1) Pengertian Zakat

Zakat berasal dari kata zaka yang bermakna (menumbuhkan), al-ziadah (menambah), al- barakah (memberkatkan), dan al-thathhir (menyucikan).

Zakat adalah rukun Islam ketiga. Diwajibkan di Madinah pada tahun kedua Hijriyah. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa perintah ini diwajibkan bersamaan dengan perintah kewajiban shalat ketika Nabi masih berada di Mekkah. Peintah memungutnya ditujukan oleh Allah Swt. Kepada setiap ulil amri.



































Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al- Taubah [9]: 103)

(30)

Zakat menurut bahasa artinya adalah “berkembang” atau

“pensucian”. Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu. Seseorang yang telah mengeluarkan zakat, berarti dia telah membersihkan diri, jiwa dan hartanya. Dia telah membersihkan jiwanya dari penyakit kikir (bakhil) dan membersihkan hartanya dari hak orang lain yang ada dalam hartanya itu. Orang yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari penyakit dengki, iri hati terhadap orang yang mempunyai harta.8

2) Subjek (Wajib) Zakat a) Muslim

Zakat menurut hadits, termasuk rukun Islam. Oleh sebab itu, subjeknya pastilah umat Islam. Ayat-ayat tentang zakatpun, umumnya didahului oleh perintah shalat, yang memperlihatkan bahwa subjek zakat adalah orang Islam.

b) Orang Kaya

Menurut Al-Qur’an surat at-Taubah [9]: 103, zakat harus dipungut oleh pemerintah, yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya yang ada pada harta orang-orang kaya. Oleh karenanya, pemungutan zakat

8M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II). (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.1997). 1.

(31)

dilakukan dari orang kaya dan pelaksanaanya mutlak ditangani oleh pemerintah melalui satu lembaga khusus (amil zakat) yang memiliki sistem manajemen yang fungsional dan profesional.

c) Obyek Zakat

Obyek zakat dari ayat di atas jelas adalah harta (amwal). Zakat sebagai pembayaran tahunan (haul) kecuali atas hasil pertanian, diwajibkan bagi kaum Muslim yang kaya atas kekayaan mereka. Ia ditetapkan atas bentuk-bentuk kekayaan yang memiliki kemampuan untuk berkembang dari sisi nilainya (emas, perak) atau dapat menghasilkan kekayaan lebih lanjut, seperti ternak, produksi pertanian, dan barang dagangan.

c. ‘Ushr

1) Pengertian ‘Ushr

Dikalangan ahli fiqih, sepersepuluh (‘ushr) memiliki dua arti. Pertama, sepersepuluh dari lahan pertanian yang disirami dengan air hujan. Ini termasuk zakat yang diambil dari seorang muslim dan didistribusikan sebagaimana distribusi zakat. Kedua, sepersepuluh diambil dari pedagang-pedagang kafir yang memasuki wilayah Islam dengan membawa barang dagangan.

Yang dimaksud dengan ‘Ushr sebagai sedekah adalah pengertian

(32)

pertama. Muhammad Sharif Chaudhry dalam bukunya Fundamentals of Islamic Economic System mengatakan :9

‘Ushr berarti sepersepuluh. Ini merupakan suatu pajak atas hasil pertanian. ‘Ushr sering juga digunakan dalam pengertian sedekah dan zakat, sebab tidak ada garis tegas antara zakat dan ‘Ushr di dalam Fiqh. Istilah ‘Ushr tidak ditemukan di dalam Alqur’an, tetapi dua ayat (QS. Al-Baqarah [2]:267 dan QS. Al-An’am [6]:141) diambil sebagai acuan dan ayat ini diajukan kepada penguasa. Firman Allah Swt:





























































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(Qs. Al-Baqarah: 267)

2) Subjek ‘Ushr

‘Ushr diwajibkan hanya ketika ada hasil yang nyata, tanahnya adalah tanah ‘ushr dan pemiliknya adalah orang Islam.

Pemilik mungkin adalah orang dewasa atau anak-anak, laki-laki atau seorang perempuan, seorang budak atau suatu instansi, namun

‘ushr harus bayar. Bahkan tanah yang diwaqafkan tetap diperlakukan sebagai tanah ‘ushr jika pemilik tanah telah menanami sendiri tanah itu, ia akan dibebankan ke ‘ushr. Jika

9Gusfahmi, PAJAK Menurut SYARIAH, 113

(33)

tanah telah diberikan atau disewakan oleh pemilik dan telah ditanami oleh penyewa, penyewa akan membayar ‘ushr, sebab ia adalah pemilik dari hasil. Manakala tanah diberikan kepada penyewa atas dasar bagi hasil, ‘ushr akan dibayar oleh tuan tanah jika benih telah disediakan oleh pemilik. Jika benih disediakan oleh penyewa, pemilik tanah dan penyewa berdua akan membayar ‘ushr menurut bagian saham mereka di dalam hasil itu. Jika tanah disewa atau disewakan untuk seorang Zimmi, ‘ushr akan dibayar oleh orang Islam pemiliknya, sebab dengan menyewakan tanah kepada non-Muslim, ia tel melepaskan status haknya atas tanah ‘ushr.

‘Ushr dipungut atas hasil produksi tanah pertanian. Konsep

‘ushr atas hasil tanah dikembangkan oleh ahli hukum Islam dan sarjana di dalam buku-buku fiqih. Negeri yang berada dalam wilayah kekuasaan Islam, seperti Makkah, Madinah, Ta’if, Hijaz, Yaman dan wilayah Arab lainnya adalah termasuk dalam tanah

‘ushr. Negeri yang diwariskan oleh Imam kepada kaum Muslim, tanah yang diperoleh oleh orang Muslim dari negeri dengan status Al-Swad dan lain-lain, adalah juga termasuk tanah ‘ushr.

3) Objek “Ushr

Untuk kepentingan penentuan ‘ushr, ahli hukum menggolongkan hasil pertanian dalam dua kategori: Pertama, hasil pertanian sayuran dan jagung dan yang kedua, kebun menghasilkan seperti buah-buahan, madu, dan lain-lain. Dalam pandangan Imam

(34)

Abu Hanifah, ‘ushr dapat diminta atas semua hasil pertanian seperti jagung, makanan hewan dan sayur-mayur. Namun Imam Syafi’I, Imam Malik dan Imam Abu Yusuf mempunyai pendapat bahwa tidak ada ‘ushr pada hasil tanah yang tidak bisa disimpan atau terukur. Dengan demikian, ‘ushr tidak dapat dipungut atas makanan hewan dan sayur-mayur. Sepanjang itu termasuk hasil perkebunan, Imam Abu Hanifah memasukkannya sebagai sebuah

‘ushr, sedang Imam Syafi’I berpendapat bahwa ‘ushr itu dapat dibebankan hanya atas biji dan buah anggur saja. Jika tanaman panenan binasa karena pencurian atau bencana alam, maka tidak ada ‘ushr. Jika pemilik mendapatkan ganti-rugi atas binasanya panen tersebut, maka ia wajib membayar ‘ushr sebanyak ganti rugi itu.

d. Jizyah

1) Pengertian Jizyah

Istilalah jizyah dari kata jaza’ yang berarti kompensasi.

Dalam terminology keuangan Islam, istilah tersebut digunakan untuk beban yang diambil dari penduduk non-Muslim (ahl al- dzimmah) yang ada di Negara Islam sebagai biaya perlindungan yang diberikan kepada mereka atas kehidupan dan kekayaan serta kebebasan untuk menjalankan agama mereka. Disamping itu, mereka dibebaskan pula dari kewajiban militer dan diberi keamanan nasional.

(35)

Dengan kata lain, jizyah adalah kewajiban keuangan atas penduduk non-Muslim di negara Islam sebagai pengganti biaya perlindungan atas hidup dan property dan kebebasan untuk menjalani agama mereka masing-masing. Jadi istilah jizyah tersebut diambil sebagai akibat kekufuran mereka. Oleh karena itu, jizyah tersebut tidak gugur, kecuali apabila mereka memeluk agama Islam. Dasar perintahnya adalah QS. At-Taubah [9]: 29





























































Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

2) Subjek Jizyah

Berdasarkan QS. Al-Taubah [9]: 29 di atas: “perangilah orang-orang yang tidak beriman”, maka jizyah diambil dari kalangan ahli kitab, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka secara prinsip tidak diterima dari mereka kecuali mereka masuk Islam atau diperangi. Tidak boleh mengakui kesyirikan mereka dan tidak terima jizyah mereka. Namun orang Majusi, Rasulullah

(36)

SAW. bersabda: “Perlakukanlah mereka sebagaimana perlakuan terhadap ahli kitab” (HR. Malik dari Abdurrahman bin Auf).

Jadi jizyah tersebut dikenakan atas diri setiap orang kafir, bukan atas harta mereka. Jizyah juga tidak gugur dari mereka, sekalipun mereka ikut terlibat dalam peperangan. Sekali itu, jizyah tidak diambil, selain dari orang yang mampu membayarnya dan tidak dari kaum selain pria. Jizyah sebagai pajak individu (kepala) hanya dipungut dari orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membayar. Ia tidak dipungut dari fakir miskin dan buta yang tidak memiliki keterampilan atau pekerjaan, dan para rahib. Namun jika orang buta dan rahib itu kaya, maka jizyah boleh dipungut dari mereka.

Menurut Abu Yusuf, mereka itu (yang dikenakan jizyah) adalah terdiri dari semua ahli syirik dari kalangan Majusi, para penyembah berhala, penyembah api dan batu, serta kaum atheis, kecuali orang-orang murtad dan para penyembah berhala dari bangsa Arab. Sebab hukum yang berlaku bagi mereka adalah ditawari untuk masuk Islam. Jika masuk Islam, maka mereka seperti kaum Muslimin yang lain. Tetapi jika tidak mau, maka kaum laki-laki mereka akan dibunuh, kaum wanita dan anak- anaknya ditawan.

(37)

Jizyah hanya dikenakan kepada ahlu dzimmah (orang-orang kafir yang tinggal di negeri Islam) yang mengelola tanah-tanah yang ditaklukan kaum Muslimin.

3) Objek Jizyah

Objek dari jizyah ini adalah jiwa (diri) kaum kafir karena kekafirannya. Oleh sebab itu, ia tidak dikenakan terhadap kaum Muslimin. Jadi semacam pajak kepala pada zaman sekarang.

Mereka membayar sesuai dengan kondisi (misalnya jenis pekerjaan) mereka, dan tidak melihat banyaknya harta mereka.

e. Kharaj

1) Pengertian Kharaj

Secara harfiah, kharaj berarti kontrak, sewa menyewa atau menyerahkan. Dalam terminilogi keuangan Islam, kharaj adalah pajak atas tanah atau hasil tanah, dimana para pengelola wilayah taklukan harus membayar kepada negara Islam. Para penyewa ini memahami tanah untuk pembayaran tertentu dan memelihara sisa hasil panennya untuk diri mereka sendiri. Jadi, kharaj ibarat penyewa atau pemegang kontrak atas tanah atau pengelola yang membayar pajak kepada pemiliknya. Apabila jizyah ditetapkan berdasarkan nash Alqur’an, maka kharaj ditetapkan berdasarkan

(38)

ijtihad.10 Kharaj (pajak) dalam bahasa Arab adalah kata lain dari sewa dan hasil. Sebagaimana firman Allah SWT:





















Artinya: “Atau kamu meminta upah kepada mereka?, maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki Yang Paling Baik.”(Qs. Al-Mu’minun:

72)

Ada perbedaan antara kata al-kharju dengan al-kharaj. Al- kharju (upah) diterapkan kepada orang, sedangkan al-kharaj (pajak) diterapkan kepada tanah. Kharaj adalah hak yang diberikan Allah SWT kepada kaum Muslim dari orang-orang musyrik yang tergolong ke dalam kelompok pendapatan negara fay’I yang diwajibkan setelah menunggu satu tahun.

2) Subjek Kharaj

Dari sisi subjek (wajib pajaknya), kharaj dikenakan atas orang kafir dan juga Muslim (karena membeli tanah kharajiyah).

Apabila orang kafir yang mengelola tanah kharaj masuk Islam,, maka ia tetap dikenai kharaj sebagaimana keadaan sebelumnya.

Seorang Muslim boleh membeli tanah kharaj dari seorang kafir dzimmi dan dia tetap dikenakan kharaj (menurut madzhab syafi’i).

Jika seorang kafir masuk Islam, maka tanah itu tetap menjadi miliknya, dan mereka wajib membayar 10% dari hasil buminya sebagai zakat, bukan sebagai kharaj. Said Hawwa menjelaskan :

10Ibid. 126

(39)

“Umar mengatakan bahwa membayar kharaj bagi kaum Muslim adalah suatu kehinaan. Kharaj (pajak penghasilan) yang telah dikenakan terhadap orang kafir dzimmi, maka apabila tanah kharaj berpindah tangan dari mereka kepada orang-orang Muslim berarti ikut berpindah pula pajak penghasilannya. Berarti pula, seorang Muslim pada waktu itu wajib menunaikan pajak penghasilan sebagaimana seorang kafir dzimmi dan ini adalah satu bentuk kehinaan yang Allah telah menyelamatkannya dari kehinaan ini”.11

Namun pendapat larangan di atas diperbolehkan oleh sebagian sahabat dan tabi’in, seperti Abdullah Ibn Mas’ud, Muhammad Ibn Sirrin dan Umar Ibn Abdul Aziz. Mereka berpendapat bahwa kehinaan yang dimaksud dalam surat Al- Taubah [9]: 29 itu adalah atas kepala (orangnya) bukan atas tanahnya. Oleh karena itu, tidak ada kehinaan dalam menunaikan pajak penghasilan dari tanah kharaj. Dengan begitu, tidak ada larangan untuk membelinya.

3) Objek Kharaj

Kharaj dikenakan pada tanah(pajak tetap) dan hasil tanah (pajak proporsional) yang terutama ditaklukan oleh kekuatan senjata, terlepas apakah si pemilik itu seorang yang di bawah umur, seorang dewasa, seorang bebas, budak, Muslim ataupun non- Muslim. Kharaj dikenakan atas seluruh tanah di daerah yang ditaklukan dan tidak dibagikan kepada anggota pasukan perang, oleh negara dibiarkan dimiliki oleh pemilik awal atau dialokasikan kepada petani non-Muslim dari mana saja.

11Ibid. 127.

(40)

f. Waqaf

Waqaf atau Waqf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam. Oleh karena itu, tempat parkir disebut maufiq karena di situlah berhentinya kendaraan. Demikian juga padang Arafah disebut juga maufiq di mana para jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis Syariah, waqaf sering kali diartikan sebagai aset yang di alokasikan untuk kemanfaatan umat di mana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum.

Secara admisnistratif, waqaf dikelola oleh nadzir yang merupakan pengemban amanah waqif (yang member waqaf). Contoh yang paling klasik dari waqaf adalah tanah.

Hubungan antara makna harfiyah dan makna teknis terkait dengan adanya “keabadian” unsure pokok (substansi) di mana ia harus berhenti, tidak boleh dijual atau dialihtangankan kepada selain kepentingan umat yang diamanahkan oleh waqif kepada nadzir waqaf.

Praktif waqaf yang produktif sudah dimulai sejak zaman sahabat Nabi Muhammad Saw. Sahabat mewaqafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil hasilnya, dan hasilnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.

Umar Ibn Khattab r.a juga pernah mewaqafkan sebidang tanahnya di Khaibar, kemudian menyedekahkan kepada fakir miskin, hamba sahaya, ibnu sabil dan kepada para tamu. Waqaf ini kemudian

(41)

diikuti oleh kaum Muslimin pada umunya selama berabad-abad.

Sebagai landasan waqaf disebutkan dalam Al-Qur’an :

































Artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Ali Imran [3]:

92).

g. Fay’i

Fay’i berarti mengembalikan sesuatu. Dalam terminologi hukum fay’i menunjukkan seluruh harta yang didapat dari musuh tanpa peperangan. Istilah fay’i (oleh sarjana awal) digunakan untuk seluruh harta yang diperoleh dari musuh, baik harta tak bergerak seperti tanah dan pajak yang dikenakan dan pada tanah tersebut (kharaj), pajak kepala (jizyah) dan bea cukai (‘ushr) yang dikenakan dari para pedagang non-Muslim. Fay’i disebut pendapatan penuh negara karena negara memiliki otoritas penuh dalam menentukan kegunaan pendapatan tersebut, yaitu untuk kebaikan umum masyarakat. Harta fay’i ini oleh Al-Ghazali, dinamakan dengan amwal al-mashahih, yaitu pendapatan untuk kesejahteraan publik.

Dari sudut pandang pajak, seluruh tanah yang berada di bawah kekuasaan Muslim dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu tanah

‘usyr dan tanah fay’i. Pajak atas tanah ‘usyr tidak dianggap kharaj, melainkan dianggap sebagai zakat dan ia diperuntukkan untuk tujuan

(42)

amal tertentu. Di sisi lain, pendapatan dari tanah fay’i disebut kharaj dan digunakan untuk pembiayaan umum negara. Jadi ada perbedaan perlakuan antara keduanya, meskipun sama-sama pajak atas tanah.

Tetapi yang jelas, seluruh tanah yang berada di bawah kekuasaan Islam, baik melalui penaklukan secara paksa (anwah) atau tanpa peperangan atau perjanjian damai (shulh), merupakan tanah fay’i.

h. Sedekah

1) Pengertian Sedekah

Sedekah berasal dari kata shadaqa, yang berarti benar. Ia adalah pembenaran (pembuktian) dari syahadat (keimanan) kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan materi. Menurut istilah agama, pengertian sedekah sering disamakan dengan pengertian infaq, termasuk di dalamnya hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja jika infaq berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki pengertian yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan non materi.

Menurut Ibn Taimiyah, yang dimaksud dengan sedekah adalah zakat yang dikenakan atas harta kekayaan Muslim tertentu.

Termasuk di dalamnya zakat hasil panenan, yaitu sepersepuluh (‘ushr) atau separuh dari sepersepuluh (nisful-‘ushr) yang dipungut dari hasil panen biji-bijian dan buah-buahan; juga zakat atas binatang ternak, seperti onta, domba, sapi; zakat atas barang dagangan dan zakat atas dua logam mulia, yaitu emas dan perak.

(43)

2) Sedekah dalam Pengertian PemberianSunnah

Makna sedekah di sini, yaitu pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima sedekah, tanpa disertai imbalan. Sedekah seperti ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Bisa juga menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tak dapat terlaksana kecuali dengan sedekah, maka sedekah menjadi wajib hukumnya.

3) Sedekah dalam Pengertian Sesuatu yang Ma’ruf (Benar dalam Pandangan Syara’)

Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Musli bahwa nabi Saw bersabda “kullu ma’rufin shadaqah”, artinya “setiap kebijakan, adalah sedekah”. Berdasarkan hadits ini, maka mencegah diridari perbuatan maksiat adalah sedekah, memberi nafkah kepada keluarga adalah sedekah, beramar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah, menumpahkan syahwat kepada istri adalah sedekah, dan tersenyum kepada sesama Muslim pun adalah juga sedekah.

Arti sedekah yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al-Jurjani dalam kitab (at-Ta’rifat). Menurut beliau, “sedekah

(44)

adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari Allah Swt”. Pemberian di sini dapat diartikan secara luas, baik pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa suatu sikap atau perbuatan baik.

4. Pengertian Pajak Menurut Syariat.

Pajak menurut syariah, secara etimologi pajak berasal dari bahasa arab disebut dengan istilah dharibah, yang artinya mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan.

Secara bahasa maupun tradisi, dharibah dalam penggunaannya memang mempunyai banyak arti, namun para ulama memakai dharibah untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan bahwa jizyah dan kharaj dipungut secara dharibah, yakni secara wajib. Bahkan sebagian ulama menyebut kharaj merupakan dharibah.

Jadi, dharibah adalah harta yang dipungut secara wajib oleh negara untuk selain jizyah dan kharaj, sekalipun keduanya secara awam bisa dikategorikan dharibah. Ada tiga ulama yang memberikan definsi tentang pajak, yaitu:12

a. Yusuf Qardhawi berpendapat

Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnyauntuk membiayai

12Ibid. 31

(45)

pengeluaran-pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisasikan sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh negara.

b. Gazi Inayah berpendapat:

Pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan ketentuan si pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.

c. Abdul Qadim Zallum berpendapat:

Pajak adalah harta yang diwajibkan Alloh SWT kepada kaum muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta

5. Karakteristik Pajak (Dharibah) Menurut Syariat

Ada beberapa ketentuan tentang pajak (dharibah) menurut syariat Islam, yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam) yaitu:

a. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinu, hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika di baitulmal sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan.

Berbeda dengan zakat, yang tetap dipungut, sekalipun tidak ada lagi

(46)

pihak yang membutuhkan (mustahiq). Sedangkan pajak menurut non Islam adalah abadi (selamanya)

b. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi kaum muslim dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih.

Sedangkan pajak menurut non-Islam ditujukan untuk seluruh warga tanpa membedakan agama.

c. Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslim dan tidak dipungut dari non-Muslim. Sebab pajak (dharibah) dipungut untuk membiayai keperluan yang menjadi kewajiban bagi kaum Muslim, yang tidak menjadi kewajiban non-Muslim. Sedangkan teori pajak non-Islam tidak membedakan Muslim dan non-Muslim dengan alasan tidak boleh diskriminasi.

d. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum Muslim yang kaya, tidak dipungut dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang memiliki kelebihan harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya bagi dirinyadan keluarganya menurut kelayakan kelayakan masyarakat sekitar. Dalam pajak non-Islam, kadangkala dipungut atas orang miskin, seperti pajak bumi dan bangunan atau PPN yang tidak mengenal siapa subyeknya, melainkan melihat obyek (barang atau jasa) yang dikonsumsi.

e. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan yang diperlukan, tidak boleh lebih.

(47)

f. Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan. Menurut teori non-Islam, tidak akan dihapus karean hanya itulah sumber pendapatan.13

13http://almanhaj.or.id/content/2437/slash/0/pajak-dalam-islam/

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Metode Reward dan Punishment dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa” telahh diujikan ddalam sidang Munaqosyah Fakultas Agama Islam

4.3 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik dan bentuk kepala antara laki-laki dan perempuan etnik. Melayu dan India

Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.” Oleh karena itu, dengan terciptanya suatu disiplin kerja yang

Data hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh melalui uji hipotesis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada materi bahan kimia

Alhamdulillahirobbil’alamiin segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

Menampilkan ketentuan berdasarkan lama gangguan tanah 0,5 detik tegangan langkah maksimum diizinkan diperoleh tegangan 3140 volt, dalam perhitungan penelitian ini

Karakter massa air pada lapisan permukaan dan massa air Northern Subtropical Lower Water (NSLW) pada lapisan termoklin memperlihatkan perbedaan yang jelas antara kedua pengukuran

Mikroorganisme yang berperan pada reaktor MFCs dapat berasal dari sampah sayur pasar maupun dari air yang digunakan sebagai campuran bahan untuk membentuk slurry