• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015

di Kabupaten Asmat

1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 yang dibentuk dari 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak.

2. Metode baru penghitungan IPM dimulai pada tahun 2014, merujuk pada perubahan metode hitung yang sudah dilakukan oleh UNDP sejak tahun 2010 3. IPM metode lama menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup

saat lahir (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan

PDB Per Kapita. IPM metode baru menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Per Kapita.

4. IPM Kabupaten Asmat pada tahun 2015 sebesar 46,62; lebih rendah dari rata-rata IPM yang dicapai Provinsi Papua (57,25). berdasarkan nilai secara nominal, IPM Asmat dan IPM Propinsi Papua tergolong dalam pencapaian IPM rendah (IPM < 60).

5. Pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat pada tahun 2015 sebesar 1,53 persen. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi untuk wilayah Papua Selatan dan kelima tertinggi se-Propinsi Papua setelah Kabupaten Puncak (3,59 persen), Pegunungan Bintang (3,12 persen), Lanny Jaya (2,08 persen) dan Intan Jaya (1,93 persen).

6. Pada level kabupaten/ kota, IPM tertinggi dicapai oleh Kota Jayapura yaitu sebesar 78,05 dan yang terendah adalah Kabupaten Nduga yaitu sebesar 25,40.

1. PENJELASAN UMUM

Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga berfokus pada pembangunan manusianya.

(2)

Manusia sebagai tujuan akhir pembangunan sudah seharusnya memiliki pilihan yang luas dalam hidup untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik.

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s choices). Perluasan pilihan yang dimaknai sebagai kebebasan/peluang/kesempatan yang dimiliki oleh setiap penduduk untuk mengembangkan dirinya dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan manusia yang sebenar-benarnya terlihat dari gambaran atau potret asli yang ditemukan di lapangan dan sudah barang tentu, nilainya lebih mahal dari sekedar “tulisan-tulisan di atas kertas”.

Sampai saat ini, pembangunan manusia masih menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Permasalahannya adalah adakah ukuran yang setidaknya dapat menjadi proksi untuk mendapatkan “potret asli” pembangunan? Jawabannya adalah dengan menggunakan sebuah ukuran yang objektif sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan logis. Ukuran yang dimaksud adalah Indeks Pembangunan Manusia atau yang akrab dikenal dari akronimnya, IPM. Indeks ini dapat menguraikan bagaimana hasil-hasil pembangunan dapat diakses oleh penduduk untuk memperoleh hak-haknya dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan, pendapatan dan sebagainya. Hak-hak yang dimaksud, sederhananya saja, semisal bagaimana penduduk dapat menikmati umur panjang dengan kondisi tubuh yang sehat, bagaimana penduduk dapat menikmati kehidupan yang produktif yang dibangun melalui kesempatan melanjutkan pendidikan dan bagaimana meningkatkan kemampuan ekonomi dari sisi peningkatan daya beli.

2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU

Mulai tahun 2014, Indonesia mulai melakukan penghitungan IPM dengan metode baru seperti rekomendasi UNDP. Sebagai informasi, IPM metode lama menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) sebagai indikator aspek kesehatan; Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagai indikator aspek pendidikan; dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (berdasarkan PDB per Kapita) sebagai indikator aspek kesejahteraan.

(3)

Pada IPM metode baru, indikator AMH tidak lagi digunakan karena tidak lagi relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh. Hal ini disebabkan karena AMH pada sebagian besar daerah di Indonesia, seperti di Pulau Jawa dan Sumatra sudah sangat tinggi. Oleh karena itu, AMH sudah kurang sensitif dan kurang fair jika digunakan dalam perbandingan tingkat capaian kualitas pendidikan antar daerah. Oleh karena itu, indikator AMH diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) yang dianggap lebih menggambarkan perbandingan capaian kualitas pendidikan antar daerah. Dengan demikian, kedua indikator ini, yaitu RLS dan HLS digunakan dalam penghitungan IPM sebagai indikator penting bagi aspek pendidikan.

Dalam penghitungan IPM metode baru, pengeluaran menggunakan Pengeluaran Per Kapita sebagai proksi untuk PNB per kapita yang diperoleh dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Selanjutnya, dari sisi teknis, penghitungan rata-rata untuk ketiga aspek/komponen penyusun IPM metode baru menggunakan rata-rata geometrik yang secara akademis lebih dapat mengakomodir efek/pengaruh nilai kritis terhadap rata-rata keseluruhan dibanding penggunaan metode rata-rata aritmetik.

3. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN ASMAT TAHUN 2015

Secara umum, IPM Kabupaten Asmat berada di bawah rata-rata IPM Propinsi Papua. Grafik 1 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Asmat dan komponen-komponennya berada di bawah IPM Propinsi Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Asmat saat ini masih berada di bawah rata-rata Propinsi Papua.

(4)

Kendati berada di bawah rata-rata propinsi, selama lima tahun terahir, angka IPM Asmat terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, IPM Asmat sebesar 44,58 dan seterusnya pada tahun 2015, IPM Asmat menjadi 46,62 (meningkat sebesar 2,04 poin). Besaran angka IPM secara nominal tidak secara mutlak mencerminkan keberhasilan pembangunan

dalam suatu periode pemerintahan. Rendahnya angka IPM secara nominal bisa saja

diakibatkan oleh historical data yang sedari awal IPMnya sudah rendah sehingga kenaikan tidak dapat secara drastis dilakukan. Oleh karena itu, keberhasilan periode pemerintahan justru lebih baik dilihat dari bagaimana tingkat kemampuan suatu daerah dalam meningkatkan laju pertumbuhan IPM.

4. LAJU PERTUMBUHAN IPM KABUPATEN ASMAT TAHUN 2015

Peningkatan nilai IPM Asmat secara nominal terjadi seiring dengan capaian pertumbuhan positif yang ditunjukkan selama lima tahun terakhir. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan IPM tertinggi di Kabupaten Asmat terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 2,03 persen. Pertumbuhan IPM tertinggi selanjutnya terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 1,53 persen meski pertumbuhannya sempat melambat selama tahun 2010-2014.

Pertumbuhan IPM Propinsi Papua justru berfluktuasi selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan IPM tertinggi Propinsi Papua terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 1,25 persen lalu melambat hingga tahun 2015 (0,88 persen). Perkembangan pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua dapat dilihat dari Grafik 2 berikut:

(5)

Ada satu fenomena yang menarik ketika berbicara mengenai laju pertumbuhan IPM. Fenomena yang dimaksud adalah Kabupaten Asmat, pada tahun 2015 memiliki pertumbuhan IPM yang cukup laju dan melampaui rata-rata pertumbuhan kabupaten/kota se-Propinsi Papua (laju pertumbuhan IPM Asmat hampir dua kalinya rata-rata Propinsi Papua. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan Kabupaten Asmat untuk meningkatkan capaian IPM ke kondisi ideal masih lebih cepat dibandingkan rata-rata kabupaten/kota lainnya di Propinsi Papua. Laju pertumbuhan IPM Asmat tertinggi untuk wilayah Papua Selatan dan kelima tertinggi untuk Papua secara keseluruhan. Jika laju pertumbuhan dapat terus dipertahankan secara konsisten, maka IPM Kabupaten Asmat akan dapat melampaui IPM kabupaten/kota lainnya.

5. INDIKATOR-INDIKATOR PENYUSUN IPM Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) didefinisikan sebagai perkiraan banyaknya tahun (umur) yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH penduduk Kabupaten Asmat menunjukkan adanya peningkatan, yaitu dari 55,00 tahun pada tahun 2014 menjadi 55,50 tahun pada tahun 2015. Peningkatan ini mengindikasikan adanya perbaikan kualitas hidup di masyarakat dari aspek kesehatan.

Berikut disajikan grafik perkembangan AHH Kabupaten Asmat selama lima tahun terakhir:

(6)

Sebagaimana diketahui, AHH dihitung secara matematis dari Angka Kematian Bayi (AKB) sehingga AKB secara langsung dapat memengaruhi AHH. Penurunan kematian bayi akan langsung berdampak terhadap meningkatnya AHH. Oleh karena itu, pada prakteknya, usaha pemerintah untuk meningkatkan AHH dapat ditempuh dengan menekan laju kematian bayi. Program-program pemerintah terkait kesehatan bayi (mulai dari saat kehamilan, penolong persalinan, neo natal sampai bayi berumur satu tahun) perlu semakin digiatkan. Program-program kesehatan seperti imunisasi berkala, sosialisasi (transfer pengetahuan kepada ibu-ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan, pola pengasuhan bayi, kebutuhan asupan gizi) juga penting diperhatikan.

Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

Dimensi pendidikan dijelaskan oleh Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. HLS menjelaskan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu (mulai umur 7 tahun ke atas) di masa yang akan datang. Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Asmat terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir.

Meningkatnya Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Asmat menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Pada tahun 2015, HLS meningkat menjadi 7,57 tahun dari yang sebelumnya, sebesar 7,29 tahun. Maksud dari angka ini adalah anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 7,57 tahun. Hal ini juga berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga ke jenjang kelas II-Semester I Sekolah Menengah Pertama.

Peningkatan juga terjadi untuk indikator Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), yaitu dari 4,34 tahun pada tahun 2014 menjadi 4,38 tahun pada tahun 2015 (meningkat sebesar 0,04 tahun). Hal ini mengandung pengertian bahwa rata-rata lama sekolah pendidikan formal yang sudah dijalani oleh penduduk usia 25 tahun ke atas (dengan asumsi pada usia 25 tahun, pendidikan sudah selesai) adalah 4,38 tahun atau secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas menempuh pendidikan sampai di kelas 4 Sekolah Dasar (SD).

(7)

Perkembangan HLS dan RLS Kabupaten Asmat selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 4 berikut:

Grafik 4. HLS dan RLS Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015

Intervensi pemerintah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan HLS adalah dengan meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yaitu dengan menjaga APS menurut jenjang pendidikan agar tetap tinggi karena HLS ini dihitung langsung dari APS menurut jenjang pendidikan yang dimulai dari umur 7 tahun (usia awal pendidikan dasar formal).

Untuk meningkatkan IPM dari sisi RLS, intervensi yang dilakukan adalah perencanaan dan pelaksanaan program yang dapat menumbuhkembangkan kesadaran untuk terus bersekolah. Di sisi lain, mereka yang sedang bersekolah pun harus tetap dijaga agar jangan sampai putus sekolah sehingga ke depannya dapat terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pengeluaran Per Kapita

Pada dimensi berikutnya, aspek standar hidup layak diukur dengan menggunakan nilai Pengeluaran Per Kapita riil yang telah disesuaikan yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP).

(8)

Pada tahun sebelumnya, nilai pengeluaran riil disesuaikan adalah sebesar Rp 5.485.000 per kapita per tahun dan meningkat menjadi Rp 5.533.000 per kapita per tahun pada tahun 2015. Dengan kata lain, secara rata-rata, pengeluaran per penduduk (termasuk mereka yang masih bayi) adalah sebesar Rp 461.083 rupiah per bulan. Berikut disajikan grafik peningkatan pengeluaran riil disesuaikan (PPD) selama lima tahun terakhir:

Grafik 5. Pengeluaran Riil Per Kapita Kabupaten Asmat Tahun 2011-2015

Untuk meningkatkan IPM dari sisi Pengeluaran Per Kapita Per Tahun/peningkatan daya beli masyarakat tentunya tidaklah mudah. Intervensi sesaat yang belum tentu berkelanjutan, bukan ukuran keberhasilan pembangunan dari proses yang sistemik dan multidimensional seperti yang dimaksud oleh IPM. Daya beli masyarakat bukan dipandang dari satu titik waktu saja melainkan suatu proses yang efeknya dapat dirasakan secara berkesinambungan. Meningkatkan kemampuan daya beli tentu saja akan terkait dengan bagaimana meningkatkan kemampuan ekonomi rumahtangga, terutama rumahtangga yang berada di bawah garis kemiskinan.

IPM beserta indikator penyusunnya mengalami pertumbuhan yang positif selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2015, dari keempat indikator pembentuknya, Harapan Lama Sekolah (HLS) memiliki pertumbuhan yang tertinggi, yaitu sebesar 3,91 persen.

(9)

Pertumbuhan HLS yang cukup besar ini menempatkan Kabupaten Asmat berada pada posisi kelima se-Propinsi Papua dengan pertumbuhan HLS tertinggi atau posisi pertama untuk wilayah Papua Selatan (pertumbuhan HLS berada di atas Kabupaten Merauke, Mappi dan Boven Digoel). Pertumbuhan indikator IPM Asmat terbesar selanjutnya berturut-turut adalah RLS (0,92 persen), AHH (0,91 persen) dan Pengeluaran Per Kapita (0,88 persen).

(10)

Tabel 1. Rangkuman IPM Kab/Kota se-Propinsi Papua Tahun 2015

Kab/Kota

AHH HLS RLS Pengeluaran Per

Kapita (Ribu Rupiah) IPM

Pertumbuhan

IPM (%) Rank IPM

Merauke 66.50 12.47 8.24 9952.62 67.75 0.63 5 Jayawijaya 58.29 10.82 4.59 7067.97 54.18 1.51 15 Jayapura 66.32 13.79 9.48 9622.44 70.04 0.71 4 Nabire 67.44 10.62 9.47 8725.39 66.49 0.36 6 Yapen Waropen 68.67 11.51 8.80 7319.93 65.28 0.61 7 Biak Namfor 67.86 13.44 9.83 9603.09 70.85 0.75 3 Paniai 65.45 10.31 3.76 6161.49 54.20 0.51 14 Puncak Jaya 64.17 5.97 3.19 4979.03 44.87 1.22 22 Mimika 71.89 10.78 9.38 10952.21 70.89 0.70 2 Boven Digoel 58.24 10.96 7.72 7717.08 59.02 1.40 12 Mappi 64.02 10.42 5.97 5780.37 56.11 0.67 13 Asmat 55.50 7.57 4.38 5533.33 46.62 1.53 20 Yahukimo 65.06 7.48 3.98 4108.80 46.63 0.58 19 Pegunungan Bintang 63.78 4.85 2.06 5176.46 40.91 3.12 27 Tolikara 64.86 7.68 3.06 4518.13 46.38 0.47 21 Sarmi 65.69 10.91 8.07 6379.31 60.99 0.85 10 Keerom 66.09 11.55 6.85 8608.73 63.43 1.12 8 Waropen 65.73 12.34 8.55 6070.48 62.35 0.62 9 Supiori 65.25 12.69 8.12 5180.11 60.09 0.66 11 Membramo Raya 56.57 10.65 4.61 4324.08 48.29 0.86 17 Nduga 53.60 2.17 0.64 3625.36 25.47 0.37 29 Lanny Jaya 64.86 7.45 2.75 3964.78 44.18 2.08 25 Mamberamo Tengah 62.72 7.65 2.49 4051.07 43.55 0.83 26 Yalimo 64.86 7.71 2.08 4320.63 44.32 0.25 24 Puncak 65.08 4.47 1.61 5117.57 39.41 3.59 28 Dogiyai 64.86 9.58 4.88 5119.59 52.78 1.01 16 Intan Jaya 64.98 6.28 2.48 5014.55 44.35 1.93 23 Deiyai 64.47 9.76 2.96 4320.07 48.28 0.34 18 Kota Jayapura 69.97 14.16 11.11 14249.43 78.05 0.24 1 PAPUA 65.09 9.95 5.99 6468.55 57.25 0.88 34

Badan Pusat Statistik Kabupaten Asmat. Jl. Safan No.1 Bis Agats, Asmat – Papua 99977 Email : bps9415@bps.go.id. Website : http://asmatkab.bps.go.id

Gambar

Grafik  1  menunjukkan  bahwa  dalam  kurun  waktu  lima  tahun  terakhir,  IPM  Kabupaten  Asmat  dan  komponen-komponennya  berada  di  bawah  IPM  Propinsi  Papua
Grafik 2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015
Grafik 3. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Asmat Tahun 2011-2015
Grafik 4. HLS dan RLS Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hendra (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penilaian Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Balanced Scorecard Sebagai Alternatif pada PT.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan 1) bentuk penerimaan dan penolakan masyarakat Gedongkuning RT 07 RW 08 terhadap mantan pengguna NARKOBA

kaizen untuk meningkatkan kapasitas produksi karena berdasarkan analisis dari diagram tulang ikan diketahui akar permasalahan bahwa kapasitas yang ada saat ini tidak dapat memenuhi

Klik ganda option (Default), dan pada bagian Value Data, isi dengan path Windows Explorer ( C:WINDOWSExplorer.exe).. Mengembalikan Folder Documents Yang Hilang Di

dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data seismik hasil pemrosesan ke dalam kondisi geologi  yang mendekati kondisi geologi bawah permukaan.. sebenarnya agar

Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Desember 2016 di Kota Singkawang, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,3434 persen; kelompok makanan jadi,

Respirasi atau oksidasi glukosa adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh

Dengan demikian, dalam perekonomian komando, pemerintah merupakan pemegang pengambilan keputusan secara sentral yang menjawab masalah-masalah ekonomi utama