• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

4.

ANALISIS SOSIAL,

EKONOMI DAN

LINGKUNGAN

4.1 ANALISIS SOSIAL

Analisis sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4.1.1. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimunginkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

4.1.2. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan,

(2)

desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri

4.1.3. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan.Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

4.1.4. Pengarusutamaan Gender

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anak-anak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.Saat ini telah ada kegiatan-kegiatan responsif gender bidangCipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriPerkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),Pengembangan

Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minumdan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan InfrastrukturPerdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan StudiEvaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahuibentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahanyang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di daerah.

Permasalahan Pemberdayaan Perempuan

Permasalahan pembangunan pemberdayaan perempuan yang terjadiselama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktik diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yangbersumber dari ketimpangan struktur sosio kultural masyarakat.

Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan merupakan bagian penting dalam upaya pembangunan sumber dayamanusia yang berkualitas. Pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yangmemadai bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan,memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam prosespengendalian (control) pembangunan. Selain itu, pembangunan nasional harusmemegang prinsip pemenuhan hak asasi manusia, yang salah satunya tercermin dalampencapaian kesetaraan dan keadilan gender serta hak-hak anak yang tidak terabaikan.

(3)

Dalam rangka pemberdayaan perempuan diperlukan aksesseluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupandalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender.Untuk mengetahuiperan aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintahmaupun swasta.

Persentase Partisipasi Perempuan pada Lembaga Pemerintah

Kesetaraan dan keadilan gender merupakan hak penduduk perempuan dan laki-lakiuntuk mendapatkan kesempatan yang sama, baik dalam hal mengakses, menerimamanfaat, mengendalikan, maupun berpartisipasi dalam pembangunan. Keberhasilan dari upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya akses dan partisipasi perempuandalam pembangunan yang antara lain tercermin dalam angka persentase partisipasiperempuan di lembaga pemerintah.

4.1.5. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

4.1.6. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi social yang ada di masyarakat. Penguatan organisasi ini dapat dilihat melalui proses pengorganisasian BKM dan TIP serta munculnya kelompok-kelompok relawan atau kelompok peduli dalam masyarakat.

4.1.7. Kearifan Lokal

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan local.

4.1.8. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

4.1.9. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan

(4)

pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

4.1.10. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan.Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya.Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi sosial dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

4.2 ANALISIS EKONOMI

Kondisi Kemiskinan

Aspek ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukankeluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaanlainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, ataubarang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Berdasarkan hasil Susenas, jumlah dan persentase penduduk miskin di Padangsidimpuan menunjukan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin di Padangsidimpuan sebesar 10,53 persen

(5)

kemudian turun menjadi 10,08 persen pada tahun 2011. Angka ini kembali turun masing-masing menjadi 9,6%, 9,04%, 8,52% pada tahun 2012-2014.

Tabel 4.1. Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin Kota Padangsidimpuan Tahun 2010-2014

4.3 ANALISIS LINGKUNGAN

4.3.1. Prinsip Dasar

Seluruh program investasi infrastuktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kota Padangsidimpuan harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1 Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dalam sub proyek, dirumuskan dalam bentuk:

 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan-RPL);

 Upaya Pengelolaan Lingkungan – UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan – UPL; atau

 Standar Operasi Baku - SOP;

 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2 AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan keuangan subproyek;

3 Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi AMDAL;

4 Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai pembelian, produksi, atau penggunaan :

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;

(6)

 Bahan/material yang mengandung unsur B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan, atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

 Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPI2JM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;

 Pembangunan bendungan. RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;

 Kekayaan budaya. RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; danPenebangan kayu. RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

4.3.2. Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kota Padangsidimpuan telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

2. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

(7)

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2JM antara lain karena:

1. RPI2-JMmembutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2JM adalah karena RPI2JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2JM per sektor dengan mempertimbang kan isu-isu pokok seperti:

(1) Perubahan iklim,

(2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

(7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

4.3.4. Amdal, UKP-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008.Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Adapun jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

(8)

Tabel 4.2. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan system

Control landfill/sanitary landfill:

- luaskawasanTPA, atau

- KapasitasTotal > 10ha > 100.000ton b. TPA di daerahpasangsurut: - luas landfill,atau - KapasitasTotal Semua kapasitas/ besaran c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500ton/hari

d. Pembangunan InstalasiPengolahanSampah terpadu:

- Kapasitas > 500ton/hari e. Pengolahandenganinsinerator: - Kapasitas semuakapasitas f. CompostingPlant: - Kapasitas > 500ton/hari g. Transportasisampahdengan keretaapi: - Kapasitas > 500ton/hari B. PembangunanPerumahan/Permukiman: a. Kotametropolitan,luas > 25ha b. Kotabesar,luas > 50ha

c. Kota sedang dankecil,luas > 100ha d. keperluansettlementtransmigrasi > 2.000 ha C. Air LimbahDomestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: - Luas, atau

- Kapasitasnya

>2ha

> 11m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas

penunjangnya: - Luas, atau

- Kapasitasnya >3ha > 2,4ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

- Luas layanan, atau

- Debit air limbah > 500 ha >16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau

sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km b. Kota sedang, panjang: > 10 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

- Luas layanan > 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL.

(9)

Contents

Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan... 1

4.1 ANALISIS SOSIAL ... 1

4.1.1. Pembebasan Lahan/Tanah ... 1

4.1.2. Konflik Sosial ... 1

4.1.3. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat ... 2

4.1.4. Pengarusutamaan Gender ... 2

4.1.5. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM... 3

4.1.6. Penguatan Organisasi Masyarakat ... 3

4.1.7. Kearifan Lokal ... 3

4.1.8. Keterbukaan dan Demokrasi... 3

4.1.9. Transparansi dan Akuntabilitas ... 3

4.1.10. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan ... 4

4.2 Analisis Ekonomi ... 4

4.3 Analisis Lingkungan ... 5

4.1.1. Prinsip Dasar ... 5

4.1.2. Aspek Lingkungan ... 6

4.1.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS) ... 6

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin Kota Padangsidimpuan                  Tahun 2010-2014
Tabel 4.2.  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sektor jasa keuangan dan asuransi dalam perekonomian Provinsi Riau.Data yang digunakan adalah data sekunder yang

Jadi pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam proses kegiatan belajar mengajarnya, dengan setiap kelompok

IPK Materi Indikator Soal Level kogniti f Bentuk Soal No Soal Menentukan dan menganalisi s ukuran pemusatan dan penyebaran data yang disajikan dalam bentuk tabel

Association Loper (Actor) Administrasi Data Antar Media (UseCase)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN FISIK-MOTORIK DENGAN KESIAPAN SEKOLAH ANAK DI KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG : Penelitian Korelasional Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di

Membangun suatu sistem pelayanan pengembalian PPN kepada turis asing ( VAT refund for tourist ) sehingga memudahkan baik bagi merchant (toko retail yang bekerja

Perbanyakan benih tanaman buah merah disarankan menggunakan bahan setek yang berasal dari tunas atau anakan, dengan media tanah : pupuk organik (2:1) atau tanah

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang ada di kelas 5, guru masih menggunakan metode konvensional ceramah dan penugasan, sehingga siswa terlihat pasif