• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III. Evaluasi Aspek Teknis Pengelolaan Sampah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab III. Evaluasi Aspek Teknis Pengelolaan Sampah"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 1

3. 1 GAMBARAN SISTEM TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN

PERSAMPAHAN KOTA TANGERANG SAAT INI

Sistem teknis operasional pengelolaan persampahan Kota Tangerang saat ini dapat dilihat dari bagan berikut :

(2)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 2 Dari gambar di atas terlihat bahwa sistem yang ada saat ini terdiri dari :

Tabel 3.1 Sistem Teknis Operasional

Model Jenis sumber sampah Alat

pengumpul Individual

langsung :

Mall, Hotel, Restaurant, Rumah Sakit, toko, kantor dan niaga dan rumah pinggir jalan

Dump truk

Komunal

Langsung :

Pasar, Pertokoan,Kantor dan niaga pinggir jalan yang saat ini membuang sampah ke TPS komunal pinggir jalan serta

perumahan yang membuang belum dilayani gerobak yang saat ini membuang sampah di pinggir jalan baik pada TPS maupun tumpukan liar

Truk arm roll

Individual Tidak

langsung :

Komplesk perumahan teratur dan perumahan campuran yang dilayani gerobak saat ini

Gerobak

3. 2 EVALUASI KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA

TANGERANG TERHADAP PEMENUHAN SPM

Bagian ini akan membandingkan kondisi saat ini dari teknis operasional pengelolaan persampahan di Kota Tangerang terhadap kriteria Standar Pelayanan Minimal (SPM) persampahan sebagaimana tertuang dalam Kepmen kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum.

3.2.1 Perbandingan Cakupan dan Tingkat Pelayanan sertas Kualitas

Pengelolaan dengan SPM

Semakin padat penduduk suatu wilayah, semakin bertambahnya volume timbulan sampah, semakin kompleks pula permasalahan pengelolaan sampah sehingga tingkat pelayanan harus ditingkatkan. Tingkat pelayanan adalah besarnya jumlah sampah yang terangkut oleh DKP dibandingkan dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga Kota Tangerang.

(3)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 3 Tabel 3.2Perbandingan Cakupan dan Tingkat Pelayanan dengan SPM

Komponen Tingkat Pelayanan

Menurut SPM Kondisi Kota Tangerang Saat ini Keterangan CAKUPAN PELAYANAN

Penduduk kota/perkotaan

80%

dilayani sistem DK/PDK dan sisanya ditangani secara on site

Tingkat pelayanan pddk perkotaan = 73.1%

TINGKAT PELAYANAN

Kawasan pusat kota 100% 100% Memenuhi SPM

Kawasan permukiman dengan kepadatan> 100 jiwa/ha 100% 100% Memenuhi SPM Kawasan permukiman perkotaan 80% 73,1% Belum memenuhi SPM

Penanganan limbah industri 100% 100% Memenuhi SPM

Penanganan limbah medis 100% 100% Memenuhi SPM

KUALITAS PENGELOLAAN

Penanganan sampah on-site dilakukan secara saniter individual composting, separasi sampah untuk diambil pemulung

Penanganan sampah oleh sistem DK/PDK dilakukan secara terintegrasi (pewadahan-Pengumulan-Gerobak 1 m3/Transfer dan penanganan Akhir);

Ya

Tempat Kapasitas pewadahan tersedia Ya

Pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara reguler

Ya

Tidak ada penanganan akhir sampah secara open

dumping Ada, TPA Rawa Kucing masih open dumping memenuhi SPM Belum Tidak ada pembuangan sampah secara liar Ada 3 unit di sekitar TPA Belum

memenuhi SPM Tingkat composting dan daur ulang sampah minimal 10% Baru 1,5% Belum

memenuhi SPM Penanganan akhir sampah setidaknya dengan controlled

landfill

Masih open dumping Belum memenuhi SPM Konsep 3R sudah diterapkan di industri Tidak ada data Tidak ada data Limbah medis (medical waste) ditangani secara swakelola

oleh Rumah Sakit

Ya, tapi sebagian sampah infeksius masih dicampur dengan sampah domestik RS dan dibawa ke TPA

Belum memenuhi SPM

Komposting dilakukan dengan Individual, vermin kompos, UDPK

Sudah dimulai di perumahan, sekolah, pasar,

puskesmas dan TPA sebagian dengan sistem

(4)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 4 Komponen Tingkat Pelayanan

Menurut SPM Kondisi Kota Tangerang Saat ini Keterangan windrow dan sebagian

dengan komposter rumah tangga

DAUR ULANG

diarahkan. untuk perkuatan jarigan konsumen, pemulung, lapak dan industri daur ulang

Opsi penanganan medical waste : incinerator Sudah dilaksanakan tetapi dari sampling rumah sakit

sitemukan sebagian kantong sampah infeksius

bercampur dengan sampah domestik RS dan

dibawa ke TPA

Ada rumah sakit yang belum memenuhi SPM

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2012

Dari tabel di atas terlihat beberapa komponen teknis operasional yang belum memenuhi SPM diantara mengenai tingkat pelayanan saat in sebesar 74,1 % di tahun 2012, dengan kriteria SPM yaitu 80% untuk kawasan permukiman perkotaan. Untuk kawasan pusat kota, penanganan limbah industri dan limbah medis sudah memenuhi SPM.

3.2.2 Perbandingan Kriteria Desain SPM dengan Jumlah Rasio Teknis

Operasional Saat Ini

Selanjutnya untuk menilai rasio ketersediaan sarana prasarana pengelolaan persampahan sejak pengumpulan hinga pemrosesan akhir disajikan tabel perbandingan rasio sarana prasarana dan rasio operasional dalam Tabel 3.3.

(5)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 5 Tabel 3.3Tabel KriteriaDesain Perencanaan Menurut SPM dan Kondisi Kota Tangerang Saat ini

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio sarana pengangkutan masih lebih kecil dari SPM demikian juga dengan ritasi sebagian armada pengangkutan yang masih lebih rendah dari SPM. Hasil perbandingan ini tentunya menjadi pendorong perlunya peningkatan sistem teknis operasional pengelolaan persampahan Kota Tangerang di masa yang akan datang.

(6)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 6

3. 3 EVALUASI PENGUMPULAN

Dari hasil observasi sistem pengumpulan langsung dan tidak langsung yang saat ini berjalan, konsultan mendapatkan temuan sebagai berikut :

Temuan Konsultan mengenai pengumpulan sampah rumah tangga :

 Pengumpulan masih tercampur, belum ada pemilahan antara sampah organik dan anorganik.

 Gerobak merupakan alat pengumpulan sistem tidak langsung di Kota Tangerang dan merupakan pilihan tepat untuk topografi umum Kota Tangerang yang relatif datar. Disamping itu biaya operasi dan pemeliharaan yang murah untuk sistem gerobak lebih menjamin ketahanan dan kelangsungan sistem pengumpulan dibandingkan dengan gerobak motor yang akan memerlukan biaya BBM tinggi.

Gambar 3.2Petugas Gerobak Menjemput Sampah pada Lorong-Lorong di Permukiman Penghasilan Rendah

(7)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 7 Gambar 3.4Gerobak Pengumpul di Perumahan Penghasilan Tinggi

 TPS kecil-kecil yang tersebar di pinggir jalan merupakan diangkut langsung oleh dump truk. Dari hasil survey diketahui bahwa untuk memenuhi satu dump truk dengan kapasitas 6 m3- 8 m3(munjung), memerlukan waktu 265 menit untuk bergerak di jalur

jalan Benteng Betawi, wilayah tengah. Dengan kebutuhan waktu jemput sampah dari TPS-TPS kecil di pinggir jalan ditambah waktu jalan ke TPA dan waktu antri di TPA, maka truk tersebut hanya dapat melakukan pengangkutan satu rit dalam sehari sehingga menjadi tidak efisien.

 Disamping menyebabkan inefisiensi waktu pengumpulan oleh dump truk, keberadaan TPS pinggir jalan telah disalah gunakan oleh warga kota Tangerang yang menghindari bayar jasa pengumpulan oleh gerobak dan juga oleh warga luar Kota Tangerang yang membuang sampahnya di TPS pinggir jalan dimana keberadaan TPS di pinggir jalan diartikan mereka sebagai “lampu hijau” bahwa di titik itu mereka bisa melempar sampahnya dari motor atau mobil. Keadaan semakin parah ketika pemulung datang mengorek kantorng-kantong sampah di sekitar TPS menyebabkan sampah berceceran yang bahkan mencapai rentang panjang ± 10 meter dari titik TPA yang merusak keindahan dan kenyamanan lingkungan pengguna jalan.Selain mengakibatkan inefisiensi pengangkutan, penyalahgunaan TPS pinggir telah merusak keindahan kota.

(8)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 8  Dari hasil interview Konsultan dengan masyarakat wilayah Timur diketahui bahwa secara umum masyarakat Timur tidak menginginkan TPS pinggir jalan karena banyak dimanfaatkan oleh orang-orang luar kota atau orang yang tidak mau bayar retribusi sampah ke RW dengan membuang sampahnya langsung ke TPS pinggir jalan.

Gambar 3.5Sampah Berserakan di Sekitar TPS Pinggir Jalan

 Untuk perbaikan ke depan, dan mengingat karakter Kota Tangerang mirip dengan Kota Jakarta yang membutuhkan kenyamanan lingkungan lalulintas yang tinggi, maka TPS pinggir jalan perlu dihapuskan dan pengumpulan sampah rumah tangga dan komersil dialihkan menjadi sistem tidak langsung dengan menggunakan gerobak atau motor sampah yang dikelola oleh RW di bawah pengawasan Kelurahan dan Kecamatan berkoordinasi dengan DKP.

3.3.1 Pengumpulan Sampah Komersil dan Pasar

Temuan Konsultan mengenai pengumpulan sampah Komersil :

 Pengumpulan masih tercampur antara sampah organik dan anorganik.

 Sampah dari Mall dikumpulkan secara langsung oleh dump truk DKP dari TPS Mall menuju TPA

(9)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 9  Untuk sampah pasar, pengumpulan dari tiap kios/los pasar dailkukan oieh petugas kebersihan pasar ke kontainer yang disediakan atau ditumpuk di TPS pasar. Sampah kemudian kemudian diangkut oleh truk arm roll DKP atau oleh dump truk untuk sampah yang ditimbun di TPS landasan seperti di Pasar Tanah Tinggi.

 Untuk sampah terminal, DKP meletakkan container yang dakan ditarik oleh truk arm roll menuju TPA.

 Secara umum pengangkutan sampah komersil, pasar dan terminal dinilai cukup efisien karena dump truk and arm roll truk hanya bergerak modar-mandir dari masing-masing TPS di mall, pasar dan terminal langsung ke TPA tanpa harus menjemput sampah di TPS pinggir jalan.

 Saat ini baru sebagian Mall yang dilayani oleh truk DKP, sebagian lain masih dilayani oleh kontraktor pengangkutan sampah swasta yang menarik sampah tersebut ke TPA liar milik swasta dimana mereka akan mengambil barang daur ulangnya dan menimbun residunya di lahan terbuka tanpa perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini tentunya perlu segera ditertibkan oleh pemerintah Kota Tangerang mengingat operasional penimbunan terbuka yang tidak memenuhi syarat teknis yang saat ini dilakukan oleh operator TPA liar, telah mengakibatkan pencemaran lingkungan udara dan air tanah bagi lingkungan sekitarnya.

(10)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 10 Gambar 3.7Kontainer Sampah di Pasar

Gambar 3.8Contoh TPS Arm Roll Container Di Terminal

3.3.2 Pengumpulan Sampah Non-B3 Rumah Sakit

Dari salah satu rumah sakit yang telah dilakukan sampling ditemukan bahwa :

 Pewadahan menggunakan kantong berwarna kuning untuk sampah infektius dan warna hitam untuk sampah domestik rumah sakit sudah dilakukan dengan benar namun petugas pengumpul masih menyatukan kantong sampah infektius (kuning) di tempat sampah domestik yang akan diangkut oleh truk DKP.

(11)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 11  Sampah infeksius yang masuk ke TPS domestik rumah sakit banyak diisi jarum suntik penuh darah, botol-botol obat kecil, dan perban berdarah yang dapat membahayakan awak truk pengangkut yang mulai mengambil plastik dan botol infus pada saat memuat sampah ke dalam truk sambil tidak mempedulikan resiko bahaya dari jarum suntik dan perban berdarah yang ada di tumpukan sampah.

Gambar 3.9Sampah Rumah Sakit yang Masih Tercampur

(12)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 12 Gerobak

terpilah

Pada saat ini sudah banyak ditemukan gerobak untuk sampah kering tetapi hanya sebatas tulisan karena isinya tetap tercampur. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk memilah sampah masih sangat rendah atau hamper tidak ada. Hal ini merupakan fenomena umum yang juga ditemui di kota-kota lain di Indonesia. Gerakan pemilahan sampah memang merupakan tantangan berat yang belum terselesaikan sedangkan beban timbulan sampah semakin besar di tengah keterbatasan kapasitas tampung tempat pemrosesan akhir

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2012

3.3.3 Rekomendasi Pengumpulan

Berdasarkan evaluasi hasil observasi sistem pengumpulan saat ini maka untuk perbaikan sistem pengumpulan ke depan diperlukan langkah sebagai berikut :

 TPS di pinggir jalan dihapuskan

 Semua sampah rumah tangga dan pertokoan pinggir jalan dikumpulkan oleh gerobak yang dikelola RW. Masyarakat dilarang menumpuk sampah dipinggir jalan atau gang. Untuk mendukung kondisi ini diperlukan perda yang menetapkan bahwa Kelurahan dan Kecamatan bertanggung jawab terhadap ketertiban pengumpulan sampah di wilayahnya dengan berkoordinasi dengan DKP untuk pemindahan dan pengangkutannya.

 Pengumpulan langsung hanya berlaku untuk pasar, TPS domestic, rumah sakit, kompleks perkantoran dan mall.

 Perlu peningkatan penertiban rumah sakit untuk membuang mencegah sampah B3 masuk ke TPS non B3 rumah Sakit

 Selanjutnya terkait dengan sistem retribusi, ketika sIstem pengumpulan hanya dilakukan dengan model gerobak yang dikelola RT dan RW, maka semua gerobak yang masuk ke transfer depo harus terdaftar dan jelas asal RT dan RW serta jumlah rumah dan penduduk yang dilayaninya. Dengan cara ini UPTD akan mengetahui jumlah target retribusi dari wilayah yang dikelolanya dan memudahkan pemantauan dan pengendalian untuk sistem penarikan retribusi.

(13)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 13  Pemilahan sampah sejak sumber sampai dengan alat pengumpul harus diterapkan dalam rangka mengurangi beban pemilahan di TPST dan memaksimalkan daya serap bahan daur ulang di sumber. Warga dan petugas pengumpul harus didorong dan dikondisikan untuk tertib memilah sampah dengan pengendalian dari pihak pemantau kebersihan di bawah kelurahan dan koordinator wilayah DKP.Gerakan pemilahan di sumber merupakan tantangan berat bagi Pemkot karena Kota-Kota lain pun masih belum ada yang berhasil menerapkannya namun tak ada pilihan lain jika reduksi di sumber ingin sukses. Hal ini perlu diperkuat dengan paying hokum dan pendanaan kontinu untuk mendorong gerakkan pemilahan sampah dan kegiatan 3R di sumber.

3. 4 EVALUASI PEMINDAHAN (TPS DAN TRANSFER DEPO)

PEMETAAN GPS TPS

 Kelemahan sistem operasional pemindahan ditemukan konsultan pada beberapa transfer depo yang menerapkan sistem pemindahan secara manual dengan cara tumpah ke lantai dari gerobak kemudian dari lantai dimuat ke atas truk atau dengan cara menyekop sampah dari gerobak ke dalam truk. Hal ini diantaranya ditemukan di TPS Cemara. Lahan pemindahan yang sangat terbatas untuk melayani 100 gerobak yang masuk tiap hari menyebabkan operasional pemindahan dilakukan dengan cara gerobak menumpahkan sampah ke lantai TPS lalu keluar untuk memberi kesempatan pada antrian gerobak di belakangnya.

(14)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 14 Gambar 3.11Antrian Gerobak Sampah yang Sedang Masuk ke TPS

Gambar 3.12Pemindahan Sampah di TPS Al-Mahmud

 Cara seperti ini tidak efisien dari segi pemanfaatan kendaraan angkut dimana pada saat ini untuk TPST Cemara disediakan 3 truk dimana salah satu truk ukuran besar (p=483 cm, l=223 cm, dan t=121 cm) dengan volume kosong 13 m3 dan truk lainnnya dengan kapasitas rata-rata 6-8 m3. Mengingat cara pemindahan dengan manual dari lantai ke atas truk maka butuh waktu rata-rata 3 jam untuk mengisi truk dengan besar (13m3) dan 1,5 jam

(15)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 15 untuk mengisi truk kecil (6m3). Hal ini menyebabkan inefisiensi dalam hal manajemen kendaraan angkut. Akibatnya truk dengan kapasitas 13 m3 yang dapat diisi sampai dengan 18 m3 karena dijejal, hanya mampu beroperasi 1 rit sehari dengan jumlah waktu jalan PP (pulang pergi) dari untuk jalur TPST-TPA selama 151 menit pada kondisi normal dan 238 menit saat antrian di TPA panjang.

 Upaya peningkatan efisiensi pemakaian kendaraan angkut yang saat ini melayani TPST Cemara (Al-Mahmud) dapat dilakukan dengan membangun Ram untuk dermaga pemindahan sampah dari gerobak ke truk sehingga waktu muat dapat dipersingkat dan kemampuan ritasi truk dapat ditambah untuk digunakan melayani titik-titik tumpukan sampah lain yang belum terangkut.

 Bila dibandingkan dengan TPS pinggir jalan, model TPS yang dijaga oleh tim DKP mempermudah pengendalian sampah masuk hanya dari wilayah pelayanan dan juga menjadi jalan untuk penarikan retribusi bagi DKP. Saat ini TPS Cemara mengumpulkan retribusi sampah sebesar Rp.1000 /KK untuk disetorkan ke DKP.

 Lokasi TPS bak pasangan bata di pinggir jalan seperti terlihat pada gambar di bawah ini menjadi tempat pemindahahan sampah dari gerobak ke dalam truk.

(16)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 16  TPS Pahala merupakan salah satu contoh TPS bentuk kontainer namun karena jumlah sampah yang datang ke TPS jauh lebih banyak dari kapasitas tampung kontainer yang disediakan, maka sebagian sampah yang menumpuk di atas tanah diangkut oleh dump truk.

Gambar 3.14Aktivitas di TPS Pahala

Temuan dan Rekomendasi :

 Inefisiensi pengangkutan salah satunya disebabkan oleh model pemindahan dengan cara tumpah ke lantai baru dinaikkan ke truk yang membutuhkan waktu lama untuk mengisi truk. Sebaiknya untuk titik-titik pemindahan yang memiliki lahan cukup, diganti dengan model Ram untuk menghemat waktu muat sehingga ritasi truk dapat ditambah.

 Untuk TPST yang memiliki lahan cukup disekitarnya seperti TPST Cemara (Al-Mahmud) disarankan untuk dibangun transfer depo model Ram dan ketika hasil konstruksi siap dipakai, maka diberlakukan penjadwalan pemindahan sampah dari gerobak supaya efisiensi penggunaan truk kapasitas 10 m3 yang saat ini hanya mengangkut satu rit dapat ditingkatkan menjadi 2 atau 3 rit dimana truk tersebut dapat digunakan untuk pelayanan lokasi lain.

 Untuk wilayah yang sangat pada dimana sulit dan sangat mahal menemukan lahan untuk transfer depo (tempat pemindahan) maka transfer depo dapat dibuat dengan model hidrolis

(17)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 17  Operasional transfer depo harus disertai dengan SOP dan jadual pemindahan di setiap depo dimana jadual operasi pertemuan gerobak dan truk diatur sedemikian rupa untuk mengatur efisiensi waktu pemindahan sampah ke truk dengan menghindari antrian panjang gerobak dan truk yang masuk ke depo.

3. 5 EVALUASI PENGANGKUTAN

Pada saat ini, berdasarkan pengamatan konsultan selama 7 hari untuk lalulintas pengangkutan sampah ke TPA diketahui bahwa 44% dari armada angkutan sampah hanya mampu mengangkut satu rit ke TPA dan ini masih di bawah kriteria standar pelayanan minimal yaitu 2-6 rit/hari.

Data-data berikut ini merupakan observasi yang dilakukan konsultan dengan cara mencatat waktu tahapan pengisian dan pengangkutan sampah oleh truk ke TPA. Konsultan telah melakukan pengukuran contoh untuk 3 truk dari wilayah Barat, Tengah dan Timur pada tanggal yang berbeda sebagai berikut :

Tabel 3.4Evaluasi Sistem Pengangkutan Wilayah Timur

Temuan Timur:

 Waktu perjalanan dari TPS Larangan dalam kondisi truk sudah penuh dan tertutup terpal perlu 88 menit sekali jalan untuk sampai pintu 2 TPA

 Waktu antri di TPA : 44 menit  Alat berat yang bekerja : 2 unit

(18)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 18 Tabel 3.5 Evaluasi Sistem Pengangkutan Wilayah Barat

Temuan Barat:

 Waktu perjalanan dari TPS dalam keadaan truk penuh tertutup terpal sampai ke pintu 2 TPA : 41 menit

 Waktu antri di TPA: 97 menit karena sudah mulai masuk jam padat

 Alat berat yang bekerja: 2 unit

Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis Konsultan, 2012

Tabel 3.6 Evaluasi Sistem Pengangkutan Wilayah Tengah

Temuan Tengah:

 Waktu perjalanan dari titik terakhir muat sampah sampai dengan pintu 2 TPA : 35 menit

 Waktu keliling jemput dan muat sampah dari TPS pinggir jalan : 265 menit

 Waktu antri di TPA : 255 menit  Alat berat yang berfungsi: 1 buah

(19)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 19 Dari hasil observasi proses pengangkutan sampah di atas diketahui bahwa waktu inefisiensi pengangkutan disebabkan oleh :

1. Cara pemindahan manual dari TPS dengan cara menyekop sampah dari TPS pinggir jalan seperti yang ditemui di wilayah tengah yang menghabiskan waktu hingga 265 menit hanya untuk memenuhi satu dump truk dengan kapasitas 8 m3 (volume munjung dari

truk 6 m3).

2. Pemindahan manual di transfer depo landasan dengan cara tumpah gerobak dan kemudian angkat ke truk membutuhkan waktu 1 jam untuk memenuhi truk dengan kapasitas 8 m3 (volume munjung dari truk 6 m3) dan 3 jam untuk memenuhi truk

dengan kapasitas 14 m3 seperti ditemui di TPS Cemara wilayah Barat.

3. Kerusakan alat berat di TPA menyebabkan antrian truk di TPA sampai dengan 255 menit pada kasus wilayah tengah terjadi saat alat berat di TPA yang berfungsi hanya satu buah.

Waktu pengisian sampah yang lama di transfer depo ditambah dengan waktu antri di TPA karena kerusakan alat berat merupakan salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan ritasi angkutan sampah. Untuk pengelolaan di masa yang akan datang, ketika beban pengelolaan bertambah besar sebuahStasiun Peralihan Antara (SPA) dapat dijadikan sebagai alternatif solusi untuk mengurangi volume sampah terangkut ke TPA.

3. 6 SPA

Bagian ini menyajikan gambaran SPA yang dikutip dari Pedoman Pembangunan SPA dari Kementerian PU. Pengertian SPA berdasarkan literatur adalah sarana pemindahan sampah dari kendaraan pengumpul (gerobak) dan atau kendaraan pengangkut kecil (truk), ke kendaraan pengangkut besar (truk besar) dan atau trailer, melalui proses reduksi volume hingga mampu mengurangi kebutuhan transportasi ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan atau ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan atau pengguna akhir olahan sampah.

(20)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 20 Fungsi utama SPA adalah sebagai tempat pemindahan sampah sebelum diangkut ke TPA atau ke lokasi lainnya. Dengan perkembangan pengertian SPA berdasarkan kondisi di Indonesia, maka fungsi SPA adalah sebagai berikut :

1. Tempat pemindahan sampah dari kendaraan pengumpul kecil ke kendaraan pengangkut besar,

2. Tempat pemindahan tanggung jawab penanganan sampah, dari pengumpul sampah ke penanggung jawab penanganan sampah,

Contoh :

a) Sampah perkotaan dikumpulkan oleh masyarakat, dan di SPA di serahkan kepada Pemerintah sebagai Penanggung Jawab Pengelolaan sampah Kota,

b) Sampah B3 RT dikumpulkan oleh Masyarakat dan di SPA diserahkan kepada Pemerintah, untuk diteruskan kepada Produsen sebagai penanggung jawab sampah katagori B3 dari produksinya.

3. Tempat pengumpul sampah residu olahan, direduksi volume, dan di angkut ke TPA dan atau TPST,

4. Tempat pemilahan sampah yang dilanjutkan dengan reduksi volume, dan selanjutnya diangkut ke TPA dan atau TPST,

3.6.1 Alternatif Model SPA

SPA Model 1

(21)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 21 Sampah yang masuk berupa residu olahan dari TPS 3R dibawa dengan menggunakan kendaraan pengumpul menuju SPA. Di SPA, dilakukan reduksi volume sebelum sampah diangkut menuju TPA dan atau TPST, dan atau pengguna akhir olahan sampah.

SPA Model 2

Gambar 3.16 SPA Model 2

Sampah yang masuk berupa sampah domestik tercampur dibawa dengan menggunakan kendaraan pengumpul menuju SPA. Di SPA, dilakukan reduksi volume sebelum sampah diangkut menuju TPA dan atau TPST, dan atau pengguna akhir olahan sampah.

3.6.2 Skala Pelayanan

SPA akan menerima sampah dari sistem pengumpulan atau pengangkutan suatu wilayah pelayanan. Berdasarkan lingkup pelayanannya, SPA dapat dibedakan atas :

1. SPA Skala Kawasan/Wilayah

Lingkup pelayanan untuk lingkungan kelurahan, kecamatan, dan atau sebagian wilayah kota, dengan kapasitas 10-30 ton/hari

2. SPA Skala Kota

Lingkup pelayanan untuk seluruh wilayah pelayanan pengelolaan sampah di suatu kota dengan kapasitas 80 – 250 ton/hari.

(22)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 22

3.6.3 Jenis Sampah Tertangani di SPA

Sampah yang dapat ditangani di SPA adalah sebagai berikut :

1. Sampah yang ditangani di SPA adalah sampah sejenis sampah rumah tangga, diperbolehkan dalam kondisi tercampur dan atau sudah terpilah berdasarkan jenisnya, 2. SPA tidak menangani sampah medis, dan sampah B3 Industri

3.6.4 Metoda Reduksi Volume

Terdapat beberapa metoda dalam upaya reduksi volume sampah di SPA, diantaranya : 1. Proses Pemilahan

Yaitu proses pengambilan kembali sampah bernilai ekonomis yang masuk ke SPA. Dengan berkurangnya sampah bernilai ekonomis yang umumnya berukuran besar, maka densitas sampah akan meningkat.

Proses pemilahan dilakukan di SPA yang menangani sampah domestik tercampur dengan skala kawasan/wilayah. Proses pemilahan di SPA wajib dilengkapi dengan fasilitas conveyor belt .

2. Proses Pemadatan

Yaitu proses peningkatkan densitas sampah dengan cara memberikan tekanan tertentu terhadap suatu besaran volume sampah. Kriteria pemadatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.7 Kriteria Pemadatan

Kriteria Pemadatan Skala Kawasan/Wilayah (10-30 ton/hari)

Skala Kota (80-250 ton/hari) Daya tekan pompa hidrolik 100 – 160 Bar 100 – 160 Bar Gaya tekan oleh balok pemadat 10 - 30 ton 20 – 40 ton

Sumber Listrik Genset atau PLN PLN

(23)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 23 Pada mekanisme pemadatan untuk SPA skala kawasan/wilayah dengan sistem Balled Press, diperlukan upaya dalam mempertahankan densitas sampah setelah terpadatkan, sehingga dianjurkan pengikatan terhadap balok sampah terpadatkan. Pengikatan dapat dilakukan pada sampah terpadatkan dengan beberapa cara berikut :

(a) Dilakukan pengingatan pada balok sampah terpadatkan dengan menngunakan tali pengikat terbuat dari bahan yang umum dipakai sebagai pengikat barang,

(b) Dilakukan pembalutan terhadap seluruh permukaan balok, dengan menggunakan plastik biodegradable.

Disyaratkan, terhadap balok sampah terpadatkan, ketika sampai di TPA, tidak dilakukan pembongkaran kembali. Harus ada area khusus untuk menimbun balok sampah terpadatkan di area penimbunan di TPA.

3. Proses Pencacahan

Yaitu proses peningkatan densitas sampah dengan cara memperkecil ukuran partikel sampah. Pencacahan dilakukan dengan mesih pencacah sampah dengan spesifikasi khusus untuk pencacahan sampah domestik tercampur.

3.6.5 Efisiensi Biaya Pengangkutan

Keberadaan SPA ternyata mampu menurunkan biaya pengangkutan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan biaya pengangkutan adalah :

1. Sampah terangkut ke TPA 2. Biaya tenaga kerja pengangkut

3. Biaya operasional dan pemeliharaan kendaraan angkut a) BBM

b) Oli

c) Penggantian ban

d) Biaya perbaikan dan pemeliharaan kendaraan angkut 4. Depresiasi terhadap investasi kendaraan angkut

(24)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 24 Tabel 3.8Perbandingan Biaya Transportasi Pengangkutan Sampah Dari SPA Berdasarkan Jarak

Dari hasil kajian SPA diatas diketahui bahwa penempatan SPA terbukti mengurangi biaya pengangkutan secara signifikan untuk jarak sumber ke TPA ≥ 30 km. Untuk aplikasi di Kota Tangerang, SPA dapat ditempatkan di wilayah Timur misalnya di Pasar Lembang.Kriteria sampah yang boleh masuk SPA adalah hanya sampah residu dari TPST-TPST di wilayah timur yang menunjukkan kinerja 3R yang optimal berdasarkan pemantauan DKP. Ijin mengangkut residu sampah ke SPA sebaiknya dijadikan reward bagi TPST-TPST tersebut.

Tabel 3.9 Data Jarak Lokasi Terjauh dari TPA Lokasi Alternatif Jalur Jalan ke TPA Rawa

Kucing Jarak (km)

Perkiraan Waktu Tempuh (menit)

Kecamatan Larangan Jl. KH.Hasyim Ashari 23,9 32

Jl.Daan Mogot 30,3 39

Jl. Jend Sudirman 31,2 42

Kecamatan Ciledug Jl. KH.Hasyim Ashari 21 28

Jl.Daan Mogot 27,3 35

Jl. Jend Sudirman 28,2 38

(25)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 25 Rekomendasi :

 Pengangkutan langsung oleh dump truk hanya dilakukan pada TPS pasar, rumah sakit, mall, kawasan perkantoran, dan terminal yang memiliki TPS dalam bentuk container arm roll dan atau TPS landasan.

 Sistem pengangkutan langsung oleh dump truk pada TPS kawasan pertokoan dan perumahan pingir jalan harus diganti dengan pengumpulan tidak langsung oleh gerobak atau motor sampah (jika efisien dari segi biaya operasional).

 Semua dump truk dan arm roll hanya bergerak mondar-mandir antara TPA dan transfer depo atau antara TPA dengan TPS besar di kawasan komersil, pasar, terminal, rumah sakit dan perkantoran tanpa menjemput sampah di pinggir jalan.

 Untuk mengurangi beban angkutan sampah di wilayah Timur disarankan membangun SPA di wilayah timur yang diperuntukkan bagi residu sampah dari TPST-TPST 3R di wilayah timur. SPA hanya akan dibangun bila program TPST 3R di wilayah Timur berhasil.

3. 7 ANALISIS LALULINTAS ANGKUTAN SAMPAH

3.7.1 Evaluasi Kondisi Eksisting

Bagian ini menyampaikan hasil kajian atau evaluasi angkutan sampah terkait dengan kinerja lalulintas dan jaringan jalan.Data-data yang digunakan, sepenuhnya mengacu pada hasil pembahasan sebelumnya mengenai perkiraan volume sampah, kebutuhan angkutan (volume perjalanan) dan lokasi transfer depo. Secara keseluruhan, di Kota Tangerang, terdapat 47 titilk lokasi transfer depo, 3 titik lokasi Rumah Sakit dan 8 titik lokasi pasar. Adapun gambaran penyebaran lokasinya disampaikan pada Gambar 3.17. Pada gambar yang sama juga disampaikan gambaran prediksi kawasan pelayanan transfer depo serta perkiraan atau alternatif rute transportasi truk angkutan sampah dari masing-masing transfer depo ke TPA yang berada di Kelurahan Kedaung, Kecamatan Neglasari.

Secara umum terdapat 8 rute transportasi utama angkutan sampah dari 47 titik transfer depo ditambah 3 titik lokasi Rumah Sakit dan 8 titik lokasi pasar. Pada dasarnya, 8 rute transportasi

(26)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 26 utama angkutan sampah tersebut diprediksi berbasis asumsi pilihan rute terpendek.Adapun ke-8 rute utama tersebut, beberapa digunakan secara bersama oleh truk-truk pengangkut sampah dari lokasi transfer depo yang berbeda menuju ke TPA dan sebaliknya (pulang-pergi). Secara tabelaris, perkiraan pemanfaatan rute angkutan sampah dari masing-masing transfer depo ke TPA dan pemanfaatan bersama rute angkutan tersebut disampaikan pada Tabel 3.10.

Pada Gambar 3.17 dan Tabel 3.10, ditunjukkan bahwa transfer depo dengan lokasi berdekatan atau, lebih tepatnya, menggunakan alternatif rute yang sama menuju ke TPA dapat dikelompokkan pada zona yang sama.

Tabel 3.10 Rute Angkutan Sampah di Kota Tangerang No

Transfer Depo

Kelurahan Kecepatan Rata-rata

Jumlah Ritasi (trip/hari) *) Alternatif Rute ke TPA **) 1 Neglasari-Mekarsari-TDH 4.8 10 1

2 Kedaung Baru-Kedaung Wetan-Selapajang Jaya-TDH 17.3 15

2

3 Karang Anyar-Karang Sari-TDH 18.6 13

4 Benda-TDH 17.4 3 3 5 Tanah Tinggi-TDH 18.5 13 6 Belendung-Jurumudi Baru-Jurumudi-Pajang-TDH 17.9 11 7 Batusari-Batujaya-TDH 18.6 8 8 Kebon Besar-Batuceper-TDH 17.9 7 9 Porisgaga-Porisgaga Baru-Porisjaya 14.5 11

29 Poris Plawad Utara-TDH 18.2 5

10 Periukjaya-Periuk 14.0 12

4

11 Gembor 14.6 9

12 Gebang Jaya-Sangiang Jaya 14.3 19

16 Keroncong-Alam Jaya 11.2 13

17 Pasir Jaya-Jatake 17.6 12

18 Manis Jaya-Gandasari 14.7 14

22 Bugel-NamboJaya- Margasari-TDH 17.6 15

23 Gerendeng-Sumur Pacing-TDH 17.7 7

24 Koang Jaya-Pasar Baru- Pabuaran Tumpeng-TDH 18.5 11

13 Cibodas-Cibodas Baru-Cibodas Sari 14.5 24

5

(27)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 27 No Transfer Depo Kelurahan Kecepatan Rata-rata Jumlah Ritasi (trip/hari) *) Alternatif Rute ke TPA **) 15 Jatiuwung-Uwung Jaya 14.6 15

19 Bojong Jaya- Nusa Jaya- Karawaci Baru-TDH 17.3 15

20 Cimone-Cimone Baru-TDH 17.2 14

21 Pabuaran-Sukajadi-Karawaci 13.9 11

25 Petir-Gondrong-TDH 17.3 12

6

26 Ketapang-Cipondoh Indah-Kenanga-TDH 17.4 15

27 Cipondoh-Poris Plawad Indah 14.9 12

28 Cipondoh Makmur- Poris Plawad-TDH 17.9 12

30 Sukaasih-Sukarasa-TDH 18.5 9

31 Buaran Indah-TDH 18.4 9

32 Kelapa Indah-Sukasari-Babakan-TDH 18.7 18

33 Cikokol-TDH 18.0 10

45 Norogtok-Kunciran Jaya-Pakojan 14.3 8

46 Parung Jaya-Pondok Bahar 14.6 6

34 Sudimara Barat- Sudimara Selatan - Sudimara Jaya - Tajur 14.7 16

7

35 Sudimara Timur-Paninggilan Utara 14.7 8

36 Paninggilan- Parung Serab 14.8 9

37 Gaga-Cipadu Jaya-Larangan Selatan 14.8 17

38 Kereo Selatan- Cipadu 14.8 11

39 Kereo-Larangan Utara-Larangan Indah 14.7 16

40 Karang Mulya-Karang Tengah- Pondok Pucung 14.7 18

41 Karang Timur-Pedurenan 14.7 11

42 Pinang-Sudimara Pinang 14.5 10

43 Kunciran-Kunciran Indah 14.7 12

44 Panunggangan Timur - Panunggangan Selatan 14.3 4

8

47 Panunggangan Utara- Cipete 14.0 9

Keterangan:

*) trip per hari = perjalanan pulang pergi dalam satu hari; pada tahun 2013

(28)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 28 Gambar 3.17Penyebaran Lokasi Depo Transfer Sampah di Kota Tangerang

1

2

4

3

5

6

7

8

(29)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 29 Secara visual diketahui bahwa terdapat ruas-ruas jalan yang digunakan secara bersama oleh beberapa rute perjalanan angkutan sampah dari transfer depo ke TPA. Pada Tabel 3.11 disampaikan daftar nama ruas jalan yang digunakan lebih dari satu alternatif rute angkutan sampah menuju TPA dilengkapi dengan prediksi jumlah perjalanan truk sampah (dalam kend/hari).

Tabel 3.11 Ruas-ruas Jalan yang Digunakan Sebagai Alternatif Rute Angkutan Sampah di Kota Tangerang

No. Nama Jalan Sampah Pengguna Rute Angkutan

Jumlah Rute Angkutan Sampah Jumlah Perjalanan (kend/hari) - 2013

1 Iskandar Muda 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 8 1090

2 Bouraq 3,6,7 dan 8 4 620

3 Dr Sitanala 3,6,7 dan 8 4 620

4 Daan Mogot 3 1 116

5 KS Tubun 4 dan 5 2 394

6 Moh. Toha 4 1 224

7 Otista (Merdeka dan Imam Bonjol) 5 1 170

8 MH. Thamrin 8 (dan sebagian 6) 2 82

9 Sudirman 8 (dan sebagian 6) 2 36

10 KH Hasyim Ashari 7 (dan sebagian 6) 2 422

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2012

Mengacu pada tabel tersebut, diperoleh Jalan Iskandar Muda, yang merupakan jalan akses utama ke lokasi TPA, diketahui menjadi ruas jalan dengan beban kendaraan angkutan sampah terbesar dengan 1090 kend/hari (prediksi volume tahun 2013). Selanjutnya diikuti Jalan Bouraq dan Jalan DR. Sitanala diperkirakan akan menerima beban volume perjalanan truk sampah hingga, masing-masing, 620 kend/hari. Sesuai dengan prediksi beban atau volume truk sampah, urutan berikutnya ditempati oleh Jalan. KH Hasyim Ashari, Jalan KS Tubun, Jalan Moh. Toha, Jalan Otto Iskandardinata (yang merupakan muara Jalan Merdeka dan Jalan Imam Bonjol) dan Jalan Daan Mogot, berturut-turut, dengan beban volume truk sampah per hari sebesar 422, 394, 224, 170 dan 116. Sedangkan jalan MH.Thamrin dan Jalan Sudirman, berturut-turut, terbebani volume truk sampah per hari sebesar 82 dan 36, secara berturut-turut.

3.7.2 Perkiraan Kondisi yang Akan Datang

Perkiraan kondisi yang akan datang, dalam hal ini, mengacu pada hasil prediksi volume sampah di masa yang akan datang, seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya. Pada Tabel

(30)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 30 3.12disampaikan prediksi volume perjalanan truk sampah di Kota Tangerang (tahun 2013 – 2033).Selanjutnya, pada Tabel 3.13 disampaikan prediksi beban lalulintas truk angkutan sampah pada beberapa ruas jalan yang merupakan rute utama angkutan sampah di Kota Tangerang sampai dengan tahun 2033.

Tabel 3.12 Prediksi Volume Angkutan Sampah di Kota Tangerang 2013-2033

No. Kelurahan Trip - PP (kendaraan/hari)

2013 2018 2023 2028 2033

1 Neglasari-Mekarsari-TDH 10 14 16 19 22

2 Kedaung Baru-Kedaung Wetan-Selapajang Jaya-TDH 15 20 24 29 32

3 Karang Anyar-Karang Sari-TDH 13 18 22 26 29

4 Benda-TDH 3 6 8 9 10 5 Tanah Tinggi-TDH 13 14 15 16 17 6 Belendung-Jurumudi Baru-Jurumudi-Pajang-TDH 11 23 29 34 39 7 Batusari-Batujaya-TDH 8 9 10 11 12 8 Kebon Besar-Batuceper-TDH 7 9 10 11 11 9 Porisgaga-Porisgaga Baru-Porisjaya 11 14 15 17 17

29 Poris Plawad Utara-TDH 5 7 8 10 10

10 Periukjaya-Periuk 12 16 19 22 24

11 Gembor 9 12 14 16 17

12 Gebang Jaya-Sangiang Jaya 19 25 29 33 36

16 Keroncong-Alam Jaya 13 17 19 21 22

17 Pasir Jaya-Jatake 12 15 17 19 20

18 Manis Jaya-Gandasari 14 18 20 22 24

22 Bugel-NamboJaya- Margasari-TDH 15 17 19 20 22

23 Gerendeng-Sumur Pacing-TDH 7 8 8 9 10

24 Koang Jaya-Pasar Baru- Pabuaran Tumpeng-TDH 11 13 14 15 16

13 Cibodas-Cibodas Baru-Cibodas Sari 24 31 36 41 44

14 Panunggangan Barat 6 8 9 10 11

15 Jatiuwung-Uwung Jaya 15 19 22 25 27

19 Bojong Jaya- Nusa Jaya- Karawaci Baru-TDH 15 17 19 20 22

20 Cimone-Cimone Baru-TDH 14 15 17 18 19

21 Pabuaran-Sukajadi-Karawaci 11 12 13 14 15

25 Petir-Gondrong-TDH 12 16 19 22 25

26 Ketapang-Cipondoh Indah-Kenanga-TDH 15 20 24 28 31

27 Cipondoh-Poris Plawad Indah 12 16 19 23 25

28 Cipondoh Makmur- Poris Plawad-TDH 12 16 19 22 24

30 Sukaasih-Sukarasa-TDH 9 5 5 5 6

(31)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 31

No. Kelurahan Trip - PP (kendaraan/hari)

2013 2018 2023 2028 2033

32 Kelapa Indah-Sukasari-Babakan-TDH 18 20 21 23 25

33 Cikokol-TDH 10 11 12 13 14

45 Norogtok-Kunciran Jaya-Pakojan 8 10 12 14 15

46 Parung Jaya-Pondok Bahar 6 8 9 10 11

34 Sudimara Barat- Sudimara Selatan - Sudimara Jaya - Tajur 16 22 26 29 31

35 Sudimara Timur-Paninggilan Utara 8 10 12 13 14

36 Paninggilan- Parung Serab 9 12 13 15 16

37 Gaga-Cipadu Jaya-Larangan Selatan 17 24 28 32 35

38 Kereo Selatan- Cipadu 11 16 18 21 23

39 Kereo-Larangan Utara-Larangan Indah 16 22 26 30 33

40 Karang Mulya-Karang Tengah- Pondok Pucung 18 26 30 35 38

41 Karang Timur-Pedurenan 11 15 18 21 22

42 Pinang-Sudimara Pinang 10 12 14 16 17

43 Kunciran-Kunciran Indah 12 15 18 20 22

44 Panunggangan Timur - Panunggangan Selatan 4 5 6 7 7

47 Panunggangan Utara- Cipete 9 11 13 14 16

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2012

Tabel 3.13Prediksi Truk Angkutan Sampah pada Ruas-ruas Jalan Rute

No. Nama Jalan Rute Angkutan Sampah Pengguna

Jumlah Rute Angkutan

Sampah

Jumlah Perjalanan (kend/hari) 2013 2018 2023 2028 2033

1 Iskandar Muda 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 8 1090 1398 1610 1824 1982

2 Bouraq 3,6,7 dan 8 4 620 808 936 1066 1158

3 Dr Sitanala 3,6,7 dan 8 4 620 808 936 1066 1158

4 Daan Mogot 3 1 116 164 190 216 232

5 KS Tubun 4 dan 5 2 394 486 550 610 658

6 Moh. Toha 4 1 224 282 318 354 382

7 Otista (Merdeka dan

Imam Bonjol) 5 1 170 204 232 256 276

8 MH. Thamrin 8 (dan sebagian 6) 2 82 94 104 114 124

9 Sudirman 8 (dan sebagian 6) 2 36 42 48 54 58

10 KH Hasyim Ashari 7 (dan sebagian 6) 2 422 550 642 736 802

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2012

3.7.3 Waktu Tempuh Satu Rit Angkutan

Berdasarakan hasil survey waktu pengakutan ke TPA, Konsultan telah mengelompokkan perkiraan kebutuhan waktu angkut untuk satu rit kendaraan masing-masing jalur pada setiap wilayah operasional sebagai berikut.

(32)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 32 Tabel 3.14 Perkiraan Waktu Tempuh 1 Ritasi pada Wilayah Tengah

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2012

Tabel 3.15 Perkiraan Waktu Tempuh 1 Ritasi pada Wilayah Barat

(33)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 33 Tabel 3.16 Perkiraan Waktu Tempuh 1 Ritasi pada Wilayah Timur

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2012

Berdasarkan waktu tempuh rata-rata untuk setiap wilayah pelayanan, disimpulkan bahwa jumlah target ritasi pengangkutan sampah untuk tiap wilayah adalah :

- 2 rit/hari/kendaraan untuk wilayah Timur

- 3 rit/hari/kendaraan untuk wilayah Tengah dan Barat

3.7.4 Kesimpulan

Bagian berikut ini menyampaikan diskusi penutup sebagai kesimpulan atas hasil analisis lalulintas yang telah disampaikan serta beberapa rekomendasi terkait kinerja lalulintas.

 Diskusi pertama dialamatkan pada volume truk sampah per hari pada beberapa ruas jalan. Dalam hal ini , jalan Iskandar Muda yang merupakan jalan akses utama ke TPA perlu mendapat perhatian paling serius. Diperhitungkan, pada tahun 2013 akan terdapat 1,090 kend/hari melintas pada ruas jalan tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk zona 1 yang murni menggunakan Jalan Iskandar Muda sebagai rute ke TPA dengan jarak hanya 1 km, membutuhkan waktu siklus perjalanan hingga 48 menit. Diperkirakan kecepatan perjalanan di ruas Jalan Iskandar Muda kurang dari 5 km/jam.Hal ini dapat dipahami mengingat jalan ini merupakan muara dari keseluruhan rute angkutan sampah (terbagi dalam 8 zona) di Kota Tangerang. Kondisi ini menuntut perhatian khusus terkait kinerja prasarana jalan ini sehingga pelayanan angkutan sampah dapat diperbaiki dan dipertahankan di masa yang akan datang.

(34)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 34  Diskusi kedua dialamatkan pada tambahan volume angkutan truk sampah yang berada pada rentang 36 – 620 kend/hari. Sebagai catatan, kapasitas 2 lajur ruas jalan dengan lebar 7 meter adalah 3.500 kend./jam atau identik dengan 31.800 kend/hari. Dengan kata lain, tambahan maksimum 620 kend/hari identik dengan tambahan sebesar „hanya‟ 2% saja. Dengan demikian, seharus tidak secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja lalulintas pada jaringan jalan Kota Tangerang.

Namun demikian, sebagai diskusi ketiga, hasil prediksi kecepatan angkutan truk pengangkut sampah yang melayani rute dari transfer depo, rumah sakit maupun pasar menunjukkan angka rata-rata 16 km/jam (minimum 11,2 km/jam dan maksimum 18,7 km/jam). Kondisi tersebut secara umum memberikan indikasi kecepatan lalulintas pada jaringan jalan di Kota Tangerang yang relatif rendah (atau perlu ditingkatkan). Ke depan (hingga tahun 2033), dengan tambahan hingga maksimum 1,158 kend/hari diprediksi kinerja lalulintas pada jaringan jalan di Kota Tangerang akan semakin buruk tanpa perbaikan. Untuk kebutuhan tersebut, koordinasi dengan dinas teknis terkait (Dinas Pekerjaan Umum/Bina Marga, Dinas Perhubungan dan juga Bappeda) sangat diperlukan. Dalam hal ini mengakomodasi kebutuhan angkutan sampah dalam rencana pengembangan jaringan jalan perkotaan merupakan alternatif solusi yang optimal. Sebagai catatan, ruas-ruas jalan yang perlu dikembangkan atau diperhatikan terkait kebutuhan angkutan sampah adalah:

1 Iskandar Muda 2 Bouraq 3 Dr Sitanala 4 Daan Mogot 5 KS Tubun 6 Moh. Toha

7 Otista (Merdeka dan Imam Bonjol) 8 MH. Thamrin

9 Sudirman

(35)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 35  Diskusi terakhir dialamatkan pada sistem operasi pengangkutan sampah di Kota Tangerang. Mengacu pada kondisi yang telah dibahas sebelumnya, dengan menggeser waktu operasi truk sampah ke jam tidak sibuk (malam hari hingga pagi hari) diperkirakan akan diperoleh perbaikan kinerja, terutama, dari sisi angkutan sampah. Operasi angkutan sampah yang dilakukan sejauh ini, pada periode siang hari, diketahui sering mengalami kendala atau gangguan operasi lalulintas mengingat volume lalulintas yang padat, terutama di kawasan perkotaan.

3. 8 EVALUASI PEMROSESAN AKHIR

Pada saat ini jenis aktivitas di TPA terdiri dari : 1. Pencatatan sampah masuk

2. Penimbunan sampah dengan bantuan alat berat : excavator, bulldozer dan shovel 3. Pengomposan sampah organik

4. Penampungan lindi

5. Pemanfaatan biogas dari lindi 6. Pengelolaan kebersihan TPA 7. Pembibitan tanaman 8. Aktivitas pemulung di TPA

(36)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 36 Tabel 3.17 Evaluasi Temuan Pengelolaan Sampah di TPA

Pengelolaan Sampah di TPA Temuan Pengendalian sampah masuk dan pencatatan sampah

Pengendalian sampah masuk ke TPA Rawa Kucing diatur dengan membuat 3 pintu gerbang dimana truk sampah masuk melalui pintu dua dan keluar di pintu 3. Sedangkan pintu 1 digunakan untuk keluar masuk truk pendukung operasional pengomposan dan kantor TPA. Ketika terjadi kerusakan alat berat pendukung operasional penimbunan, seperti dialami pada saat survey maka antrian truk panjang ditemukan pada jalur masuk pintu 2 dan di jalan raya pada jalur antara pintu 3 dan pintu 2. Hal ini tentunya cukup menghambat lalulintas jalur sekitar TPA.

Gambar Antrian truk di pintu 2 (pintu masuk) TPA

Operasional penimbunan

Sejak awal operasi pada tahun 1993 hingga saat ini, penimbunan sampah di TPA Rawa Kucing dilakukan dengan metode open dumping dimana awalnya penimbunan dilakukan untuk mengurug cekungan-cekungan bekas tambang pasir. Kegiatan penimbunan dilakukan dengan mengoperasikan bulldozer yang berfungsi sebagai penyebar dan pemadat sampah sedangkan dua jenis alat berat lainnya yaitu excavator dan shovel berfungsi sebagai alat bantu untuk pengumpan sampah ke zona operasi bulldozer. Pada system open dumping dimana tidak ada pemadatan sampah oleh tanah penutup, truk sampah tidak dapat bergerak di atas timbunan sampah sehingga tidak dapat menumpahkan sampah langsung di zona operasi bulldozer. Untuk itu diperlukan excavator dan shovel sebagai alat bantu untuk member umpan sampah ke zona operasi bulldozer. Saat ini di TPA terdata 4 shovel (2 berfungsi baik

(37)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 37 dan 2 rusak); 4 bulldozer (2 berfungsi baik dan 2 rusak) dan 3 excavator (1 berfungsi baik dan 2 rusak). Ketika alat berat banyak yang rusak dan hanya 1 (satu) buah alat berat yang berfungsi, maka waktu antrian truk di TPA mencapai 255 menit yang berdampak pada penurunan drastis ritasi angkutan sampah. Untuk perbaikan sistem ke depan, jaminan fungsi operasional alat berat di TPA merupakan salah satu ujung tombak operasional yang berpengaruh pada efisiensi pengangkutan dengan meminimalkan resiko antrian panjang di TPA akibat kerusakan alat berat . Pemantauan fungsi, pemeliharaan dan peremajaan alat berat di TPA harus harus diprioritaskan oleh pihak manajemen untuk menjamin kelancaran operasional penimbunan yang berdampak pada ritasi pengangkutan.

(38)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 38 Operasional

pengelolaan lingkungan

Sistem open dumping saat ini tidak dilengkapi sistem pelapis dasar, tanpa pengumpul dan pengolah lindi dan tanpa penyalur gas metan. Hal ini menyebabkan polusi lingkungan akibat lindi, gas dan bau. Pada saat ini aliran lindi dari timbunan TPA mengalir pada satu kolam lindi yang merupakan titik terendah di wilayah tersebut. Kolam lindi tersebut tidak memiliki titik keluaran ke badan air terdekat karena merupakan titik paling rendah di kawasan TPA. Sebuah

(39)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 39 aerator terlihat di kolam lindi tetapi tidak difungsikan.

Gambar Kawasan TPA Rawa Kucing (ditandai titik-titik warna merah)

Gambar Kolam Lindi di TPA Rawa Kucing

Kondisi pengelolaan lingkungan dari operasional TPA open dumping saat ini jelas menyebabkan pencemaran lingkungan dalam bentuk :

- Pencemaran air tanah oleh lindi

- Peningkatan emisi gas rumah kaca dari gas metan di TPA - Polusi bau dan lalat bagi lingkungan sekitar TPA

Memang pada saat ini sudah ada usaha pemanfaatan gas metan dari timbunan TPA tetapi masih skala penelitian dan hanya menangkap timbulan gas dari sebagian kecial areal

(40)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 40 timbunan TPA.

Untuk memperbaiki pengelolaan lingkungan TPA ke depan, maka operasional penimbunan secara open dumping harus dihentikan dan diganti dengan sistem controlled atau sanitarylandfill yang dilengkapi fasilitas pengedalian dampak lingkungan yang terdiri dari :

- Sistem liner (pelapis dasar) untuk mencegah pencemaran air tanah oleh lindi dari sistem timbunan baru yang setidaknya dapat menurunkan resiko pencemaran air tanah lebih lanjut mengingat sistem timbunan yang ada saat ini tidak memiliki pelapis dasar sama sekali karena sejak awal timbunan dilakukan dengan mengurug cekungan bekas galian pasir.

- Sistem penangkap, penyalur dan pembakaran gas metan untuk mengurangi resiko peningkatan emisi gas rumah kaca

- Instalasi pengolahan lindi - Sistem drainase eksternal

- Aplikasi tanah penutup dan sistem pelindung akhir yang dilengkapi dengan sistem keseimbangan air untuk mencegah penetrasi air hujan ke dalam timbunan sampah - Zona penyangga atau jalur hijau untuk melindungi semua aktivitas penimbunan di TPA

dan pengelolaan lingkungannya supaya tidak terlihat dari luar sehingga lebih memberi kenyamanan pada lingkungan sekitarnya karena jika aktifitas penimbunan sampah tidak terlihat maka secara psikologis, masyarakat tidak melihat sumber masalah.

(41)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 41 Gambar Instalasi pemanfaatan gas metan di TPA Rawa Kucing

Operasional pengomposan

TPA Rawa Kucing dilengkapi dengan instalasi pengomposan sampah organik yang menerima sampah organik dari Pasar induk Tanah Tinggi. Kapasitas pengomposan adalah 30 m3/hari. Saat ini kompos yang diproduksi tidak dijual tetapi digunakan sendiri untuk kebutuhan DKP. Pada awalnya kompos sempat dijual, namun karena belum ada payung peraturan yang mengatur mengenai penjualan kompos oleh DKP dan fluktuasi harga kompos akan menyulitkan pelaporan keuangan, DKP memutuskan untuk tidak menjual kompos tetapi hanya digunakan untuk kebutuhan sendiri.

Gambar Instalasi Pengomposan di TPA Rawa Kucing

Untuk kedepan sebaiknya Pemda membuat payung hukum untuk memungkinkan penjualan kompos apakah oleh DKP atau mitra DKP supaya diperoleh masukkan untuk membantu menutup kebutuhan operasional pemeliharaan unit pengomposan sehingga bias berjalan berkelanjutan.

Pemulung di TPA

Jumlah pemulung yang saat ini aktif di TPA Rawa Kucing adalah ± 600 orang. Mereka beraktivitas langsung di zona bongkar sampah yang sebetulnya menghambat kerja alat berat karena setiap gerakan alat berat harus hati-hati supaya tidak membahayakan pemulung dan hal ini menyebabkan inefisiensi kerja alat berat.

(42)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 42 Untuk kedepan ketika operasional TPA akan diubah menjadi sistem controlled atau sanitary landfill, maka harus ada lokalisasi pemulung pada zona atau instalasi pemilahan sehingga pemulung tidak diperbolehkan lagi bergerak di sekitar alat berat karena menyebabkan inefisiensi penggunaan alat berat.

Gambar Aktivitas Pemulung Di Tengah Operasi Alat Berat Yang Membahayakan Keselamatan Pemulung dan Juga Menghambat Kerja Alat Berat

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2012

Rekomendasi :

1. Inefisiensi pengangkutan dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki operasional TPA dengan menjamin kelangsungan fungsi alat berat yang beroperasi di TPA

2. Membangun dermaga Ram pada TPS yang memiliki lahan untuk mempermudah dan mempercepat pemindahan sampah dari TPS ke truk

3. Pemda perlu membuat payung hukum untuk memungkinkan penjualan kompos apakah oleh DKP atau mitra DKP supaya diperoleh masukkan untuk membantu menutup kebutuhan operasional pemeliharaan unit pengomposan sehingga bias berjalan berkelanjutan.

(43)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 43 4. Untuk kedepan ketika operasional TPA diubah menjadi sistem controlled atau sanitary landfill, maka harus ada lokalisasi pemulung pada zona atau instalasi pemilahan sehingga pemulung tidak diperbolehkan lagi bergerak di seitar alat berat karena menyebabkan inefisiensi penggunaan alat berat.

3. 9 SURVEY KOMPOSISI DAN LAJU TIMBULAN SAMPAH

Survey komposisi sampah dan laju timbulan sampah dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan untuk memperkirakan potensi 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Tangerang. Konsultan telah melakukan survey pada :

1. Sampah rumah tangga di kawasan perumahan yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu : a. Perumahan berpenghasilan tinggi

b. Perumahan berpenghasilan sedang c. Perumahan berpenghasilan rendah 2. Sampah komersil

3. Sampah pasar tradisional 4. Sampah rumah sakit

Adapun data dan peta sebaran titik sampling disajikanberikut ini :

Tabel 3.18 Data Sebaran Titik Sampling

No Alamat Jenis Perumahan

1 Perumahan, Jalan Bawang V, RW 7, Desa

Cibodas, Kecamatan Cibodas

Rumah tangga kelompok penghasilan menengah

2 Perumahan , Jalan Mangga VIII Desa

Cibodas, Kecamatan Cibodas

Rumah tangga kelompok penghasilan menengah

3 Kompleks Metro Permata 1, Desa Karang

Mulya, Kec. Karang Tengah

Perumahan penghasilan tinggi

4 RW 7 Kel. Gaga, dan RW 5 Kel.Kereo

Selatan Kecamatan Larangan

Perumahan penghasilan rendah

5 Desa Kreo, Kecamatan Larangan Perumahan penghasilan rendah

6 Supermarket CBD Ciledug Komersil

7 Pasar Anyar Pasar Tradisional

(44)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 44 Gambar 3. 18 Peta Lokasi Titik Survey Komposisi dan Laju Timbulan Sampah

Dari hasil sampling, diperoleh bahwa rata-rata laju timbulan sampah rumah tangga untuk Kota Tangerang yaitu :

Tabel 3. 19 Data Rata-rata Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga Liter/orang/hari Kg/orang/hari Laju timbulan sampah rumah tangga

(RT) rata-rata

2.2 0.4

Laju timbulan sampah rumah tangga berpenghasilan tinggi

3.31 0.6

Laju timbulan sampah rumah tangga berpenghasilan menengah

2.60 0.47

Laju timbulan sampah rumah tangga berpenghasilan rendah

1.72 0.31

Berat jenis sampah RT di sumber

Min (kg/liter) Max (kg/liter) Rata-rata (kg/liter) 0.1 0.23 0.18

(45)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 45 Adapun hasil uji komposisi sampah rumah tangga adalah sebagai berikut.

1. Komposisi Sampah Rumah Tangga

Hasil uji komposisi sampah rumah tangga disajikan sebagai berikut:

Tabel 3. 20 Uji Komposisi Sampah Rumah Tangga

Komponen Komposisi Organik 59.2% Kertas 1.9% Kartoon 3.2% Plastik 20.8% Gelas 1.6% Logam 0.3% Tekstil 1.7%

Karet, Kulit, Bahan imitasi 0.7%

Tulang 0.1%

B3 0.2%

Inert 0.7%

Residu 9.6%

Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa potensi daur ulang didominasi oleh sampah organik diikuti kemudian oleh komponen plastik, karton, kertas, dan gelas. Dari survey sampah rumah tangga diketahui bahwa komposisi sampah plastik adalah 20.8 % dengan fraksi laku jual adalah 44%. Dengan hasil tersebut maka pilihan kegiatan 3R untuk sampah rumah tangga adalah pengolahan sampah organik dan pemanfaatan bahan daur ulang.

Tabel 3. 21 Data Fraksi Plastik Laku dan Plastik Tidak Laku pada Sampah Rumah Tangga

(46)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 46 Gambar 3. 19 Diagram Komposisi Sampah Rumah Tangga Kota Tangerang

(47)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 47 2. Komposisi Sampah Komersil

Hasil uji komposisi sampah komersil disajikan sebagai berikut:

Tabel 3. 22 Uji Komposisi Sampah Komersil Komponen Komposisi Organik 46.52% Kertas 1.65% Kartoon 3.29% Plastik 20.09% Gelas 2.47% Logam 0.04% Tekstil 0.16%

Karet, Kulit, Bahan imitasi 0.25%

Residu 25.52%

Komponen Komposisi

Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2012

Tabel 3. 23 Data Fraksi Sampah Plastik Laku dan Plastik Tidak Laku pada Sampah Komersil

Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2012

Dari survey sampah komersil diketahui bahwa komposisi sampah plastik adalah 20.09% dengan fraksi sampah plastik laku jual adalah 67% sehingga sampah komersil merupakan prioritas sumber sampah untuk kegiatan instalasi pemilahan karena memiliki potensi daur ulang yang paling tinggi dibandingkan dengan sampah rumah tangga, pasar dan taman.

(48)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 48 Gambar 3. 20 Diagram Komposisi Sampah Komersil Kota Tangerang

3. Komposisi Sampah Pasar

Hasil uji komposisi sampah pasar disajikan sebagai berikut:

Gambar 3. 21Uji Komposisi Sampah Pasar Komponen Komposisi Organik 93.2% Kertas 0.4% Karton 0.7% Plastik 4.1% Gelas 0.1% Logam 0.002% Tekstil 0.1%

Karet, Kulit, Bahan imitasi 0.022%

Tulang 0.4%

B3 0.0%

Inert 0.0%

Residu 0.9%

(49)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 49 Dari survey sampah pasar diketahui bahwa fraksi organic merupakan fraksi paling dominan sehingga prioritas kegiatan 3R untuk sampah pasar adalah pengolahan sampah organik. Selanjutnya untu sampah plastik dengan komposisi 4.1% diketahui bahwa fraksi bahan laku jualnya adalah adalah 42%.

Tabel 3. 24 Data Fraksi Sampah Plastik Laku dan Plastik Tidak Laku pada Sampah Pasar

Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2012

Berdasarkan hasil uji komposisi tersebut, fraksi daur ulang potensial untuk masing-masing sumber adalah sebagai berikut :

Gambar 3. 22Diagram Komposisi Sampah Pasar Kota Tangerang

4. Komposisi Sampah Rumah Sakit

(50)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 50 Tabel 3. 25 Uji Komposisi Sampah Rumah Sakit

Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa sampah domestik rumah sakit masih mengandung sampah infeksius (B3) yang disebabkan oleh kelalaian internal rumah sakit terhadap pengawasan pengelolaan sampah.

Gambar 3. 23 Diagram Komposisi Sampah Rumah Sakit Kota Tangerang

Mengingat sampah rumah sakit banyak mengandung sampah infektius, disarankan untuk tidak masuk instalasi pemilihan karena faktor bahaya dari sampah infektius yang bercampur dengan sampah domestik.

(51)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 51 Tabel 3. 26 Potensi Fraksi Daur Ulang Sampah Laku Jual

Komponen Sampah Rumah Tangga Sampah Komersil Sampah Pasar Kertas 50% 75% 25% Karton 75% 100% 75% Gelas 75% 75% 75% Plastik 44% 67% 41% Logam 100% 100% 100%

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2012

Berikut data potensi potensi reduksi bahan daur ulang hasil analisis data survey.

Tabel 3. 27 Potensi Reduksi Bahan Daur Ulang Dan Bahan Organik

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2012 Catatan :

*): pendekatan perhitungan bobot sampah dari tiap jenis sumber diketahui berdasarkan hasil pengamatan sampah masuk ke TPA selama 7 hari.

(52)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 52

3. 10 IDENTIFIKASI PROGRAM 3R

Program 3R yang saat ini berjalan di Kota Tangerang terdiri dari :

- Kegiatan pengomposan dengan komposter rumah tangga yang dibagikan ke rumah-rumah, sekolah, kantor, pasar dan puskesmas

- Pengomposan di TPA

- Kegiatan pemilahan bahan daur ulang dan pengomposan di TPST - Kegiatan daur ulang yang dijalankan oleh sektor informal terdiri dari :

 Pemulung jalanan dan jaringan kolektor daur ulangnya  Pemulung di TPA dan jaringan kolektor daur ulangnya

 Kontraktor pengumpul sampah wilayah bandara dan komersil yang mengoperasikan TPA liar

Data kegiatan dan kapasitas pengomposan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 28 Kegiatan dan Kapasitas Pengomposan

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa kegiatan 3R yang ada saat ini hanya mengolah 37,398 m3/hari

dari total potensi timbulan 2482 m3/hari artinya hanya 1,5% dari total potensi timbulan.

Konsultan telah melakukan observasi TPST yaitu ke TPST Cemara (Al-Mahmud) dan TPST Keroncong. Hasil observasi dari kedua TPST tersebut adalah:

(53)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 53 Tabel 3. 29 Identifikasi TPST Al-Mahmud dan TPST Keroncong

TPST Al-Mahmud TPST Keroncong

Luas TPST Luas bangunan 400 m2 600 m2

(operasi dimulai sejak Agustus 2012). Cakupan pelayanan 3 kelurahan

30 RW 30 ribu jiwa

1 pasar, 1 sekolah dan 13 RT yang dilayani bergilir dalam 1 minggu. Pengumpulan rata-rata 2 gerobak/hari untuk sampah RT, dan sisanya sampah pasar dan sekolah

Jumlah staff pengelola

12 orang terdiri dari :

 2 sopir (salah satu sopir merangkap kepala TPST)  8 kenek

 4 pemilah

7 orang terdiri dari :  4 pemilah

 1 orang pengumpul

 2 orang untuk pengomposan dan kebersihan,

Jumlah sampah masuk

100 gerobak = 100 m3/hari 7 gerobak = 7 m3

Kapasitas

pemilahan oleh 4 staff

17-20 gerobak =17-20 m3/hari (17-20)% dari sampah masuk

7 m3/4 orang

Jumlah sampah organik yang dikomposkan

Tidak tentu 3 m3/hari atau 60% berat dari sampah

masuk

Pendapatan pengelola TPST

Khusus pemilah, selain mendapat honor harian dari DKP juga mendapat tambahan dari hasil jual bahan daur ulang

Retribusi warga dan hasil jual bahan daur ulang

Sumber Biaya operasional

DKP Retribusi pelayanan kebersihan

Permasalahan

 Kemampuan pemilahan masih sangat rendah hanya 17-20% sampah masuk yang dipilah  Pemilahan lebih terkonsentrasi

 Karena tidak ada pelayanan pengangkutan sampah residu oleh DKP, maka pihak TPS melakukan pembakaran residu

(54)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 54

TPST Al-Mahmud TPST Keroncong

pada bahan daur ulang karena jumlah staff sangat terbatas  Reduksi daur ulang dipekirakan

hanya 2-3 % dari total sampah masuk

 Pengomposan sampah organik tidak terjadwal teratur dan jumlahnya tidak tentu. Hasil kompos masih banyak KomKulitas

pada tungku bakar dan saat inicerobongnya rusak tidak berfungsi sehingga pembakaran sampah residu mengakibatkan kepulan asap yang mencemari udara bagi perumahan sekitar TPST

 Sampah organik hasil cacacahan masih bercampur dengan sampah plastik yang ikut tercacah pula  Reduksi organik diperkirakan 60%

berat dan 44 % volume = 3m3/hari

 Reduksi non organik diperkirakan 14% berat atau 2.5 m3/hari

 Residu diperkirakan 1.5 m3/hari

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2012

(55)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA TANGERANG III - 55 Gambar 3. 25Asap dari Pembakaran Residu Di TPST Keroncong

Rekomendasi :

 Pemilahan harus didorong untuk dimulai dari sumber karena jika hanya mengandalkan pemilahan di TPST akan menyebabkan tingginya biaya operasional untuk honor pemilah dan efisiensi pemilahan menjadi lebih kecil ketika jumlah sampah masuk tidak sebanding dengan kemampuan dari staf dalam jumlah sangat terbatas

 Pengomposan skala rumah tangga sebaiknya tidak hanya mengomposkan sampah daun tapi juga sampah dapur dan sisa makanan

 Untuk pengomposan dengan menggunakan drum komposter yang dilakukan secara komunal sebaiknya ada organisasi swadaya masyarakat yang bertanggung jawab

 Membangun bank sampah di masing-masing RW untuk menyerap bahan daur ulang di sumber

 Meningkatkan usaha kerajinan daur ulang sampah plastik dan karton/kertas tidak laku dan menyediakan pasar penyerap hasil kerajinan daur ulang

 Perlu dikembangkan TPST 3R skala kawasan atau kelurahan untuk melayani sekitar 500-1000 KK dengan kapasitas antara 10-20 m3/hari yang dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat

Gambar

Gambar 3.1Sistem Teknis Operasional Pengelolaa Persampahan Kota Tangerang Saat ini
Gambar 3.2Petugas Gerobak Menjemput Sampah pada Lorong-Lorong di Permukiman Penghasilan  Rendah
Gambar 3.5Sampah Berserakan di Sekitar TPS  Pinggir Jalan
Gambar 3.8Contoh TPS Arm Roll Container Di Terminal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

Atas hasil dari beberapa penelitian terdahulu yang berbeda-beda jadi menimbulnya adanya research GAP bagaimana pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal,

The research focuses upon the significant contributions of TPM implementation success factors like top management leadership and involvement, traditional maintenance practices

Kriteria tersebut akan disesuaikan dengan kriteria kebutuhan ruang dari pembangunan monorail, sehingga pada nantinya akan terlihat bagaimana peluang

Pendapat yang sama yang dikemukakan Winkel (1986) bahwa faktor non intelektual seperti rasa percaya diri, motivasi belajar, minat dan kondisi berpengaruh terhadap proses

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Sebab, liturgi, waktu ibadah, pengurus yang pasif, konflik sosial, dan kehadiran kelompok sosial merupakan faktor-faktor penyebab pemuda GBKP Runggun Jalan Katepul tidak

[r]