Modul ke:
Fakultas
Program Studi
ETIK UMB
Syahlan A. Sume, SE. MM
FEB
MANAJEMEN
Korupsi Makin Membudaya
di NKRI
Korupsi Semakin Hari Semakin Membudaya
Berbicara tentang korupsi memang seakan tidak
akan pernah ada habisnya. Karena korupsi itu
sudah membudaya dan mengglobal di Negara
ini.Bahkan Indonesia sendiri merupakan salah
satu Negara yang kasus korupsinya besar
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak
dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era
Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era
KORUPSI SUDAH MENJADI PENYAKIT KRONIS di NKRI
Korupsi nampaknya menjadi budaya yang sulit diberantas,
karena masing-masing pihak saling melindungi agar mereka
tidak terungkap
Korupsi sudah menjelma menjadi penyakit yang saling
menyandera satu dengan lainnya sehingga sangat sulit
diurai.Korupsi telah melibatkan banyak pihak, termasuk
Korupsi Membudaya di Birokrasi
Tindak pidana korupsi dinilai sudah membudaya di
kalangan birokrasi, memiliki sistem canggih yang
membuat seakan-akan sudah bersifat legal.Selain
oleh para pemegang kebijakan, korupsi juga
dilakukan oleh para pejabat yang terkait dengan
pemberantasan korupsi, ini yang menjadikan
pemberantasan korupsi menjadi tumpul.
Penangkapan terhadap para koruptor hampir selalu
mengalami jalan buntu karena korupsi sudah
bersifat institusional, antar pejabat dan antar
BIROKRASI MENJADI DISFUNGSIONAL KARENA KORUPSI
Salah satu penyebab yang paling utama dan
sangat mendasar terjadinya korupsi di
kalangan para Birokrat, adalah menyangkut
masalah keimanan, kejujuran, moral,dan etika
sang Birokrat itu sendiri. Semakin tinggi
kekuasaannya,maka semakin destruktif pula
perannya, sehingga birokrasi menjadi
Budaya Korupsi di Indonesia Apakah dapat dimusnahkan
“jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah”.
Merupakan slogan yang sudah menyebar luas pada masyarakat
diIndonesia, maksudnya apabila masyarakat ingin agar
keperluannya cepat selesai harus membayar “uang pelicin”
terlebih dahulu kepada aparat birokrasi
Terjadinya banyak kasus korupsi di Indonesia merupakan akibat dari
buruknya kinerja birokrasi..
Budaya Korupsi di Indonesia Apakah dapat dimusnahkan
Buruknya kinerja birokrasi ini ternyata
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Adanya budaya
paternalistic
yang masih kuat;
sistem pembagian kekuasaan yang cenderung
memusat pada pimpinan;
dan tidak adanya sistem intensif yang tepat yang
mampu mendorong para aparat birokrasi
bertindak efisien, responsif, dan professional
(Dwiyanto dalam Suryono, 2007)
Kewenangan yang sangat luas dalam
otonomi daerah, temasuk masalah
pengelolaan sumber-sumber keuangan,
memungkinkan terjadinya
desentralisasi korupsi
lni disebabkan semakin luasnya kewenangan
yang dimiliki daerah yang tidak diikuti oleh
perubahan mendasar dalam rangka
penguatan daerah
(Abdulkarim, 2004)
•
Permasalahan sudah membudayanya korupsi
di negeri kita ini tentunya bisa dihilangkan.
•
Hal ini bisa terjadi jika semua lapisan
masyarakat Indonesia tanpa kecuali memiliki
jiwa nasionalisme tinggi terhadap negaranya
sendiri, dan saling bersinergi untuk
memberantas korupsi.
The Global Program Against Corruption
Dibuat dalam bentuk United Nations-Coruption Toolkits (UNODC, 2004):
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
a. Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi.
b. Di Hongkong bernama Independent Commission Against Corruption (ICAC), di Malaysia the Anti-Corrupton Agency (ACA), dan di Indonesia KPK.
c. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
d. Pengadilan adalah jantung penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur, dan adil.Banyak kasus korupsi tidak terjerat hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk.Bila kinerja buruk karena tidak mampu (unable) mungkin masih bisa dimaklumi karena berarti pengetahuan dan keterampilannya perlu ditingkatkan. Bagaimana bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak punya
keinginan kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi ? Dimana lagi kita akan mencari keadilan? e. Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat Jenderal harus ditingkatkan. f. Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak punya “gigi” ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan
pejabat tinggi.
g. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah satu cara mencegah korupsi.
h. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan terjadinya korupsi.
i. Hal lain yang krusial untuk mengurangi risiko korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah daerah.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
a. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik melaporkan dan
mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat.
b. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai
menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi
dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
c.
Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan daerah maupun militer
sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara terbuka.
d. Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil pelelangan tersebut.
e. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota TNI-Polri baru.
f.
Korupsi, kolusi, dan Nepotisme sering terjadi dalam proses rekrutmen tersebut. Sebuah sistem
yang transparan dan akuntabel dalam hal perekrutan dikembangkan.
g. Sistem nilai kinerja pegawai negeri yang menitikberatkan pada proses (process oriented) dan
hasil kerja akhir (result oreinted) perlu dikembangkan.
h. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai negeri yang berprestasi
perlu diberi insentif.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi.Perlu dibangun sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
b. Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik terhadap bahaya korupsi.Salah satu cara meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi.Salah satu cara memberdayakan masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menyediakan saran untuk melaporkan kasus korupsi.Misalnya melalui telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
c. Di beberapa negara pasal mengenai”fitnah” dan “pencemaran nama baik” tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi, dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan individu.Pers yang bebas adalah alah satu pilar demokrasi.Semakin banyak informasi yang diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya korupsi.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal maupun internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan memberantas korupsi.Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti Korupsi banyak berminculan.LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.Contoh LSM lokal adalah ICW (Indonesia Coruption Watch).
e. Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menggunakan perangkatelectronic surveillance.Alat ini digunakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan perqalatan
elektronik yang dipasang di tempat-tempat tertentu.Misalnya audio-microphone atau kamera video (CCTV) atau data interception di tempat-tempat dimana banyak digunakan telepon genggam atau e-mail.Di beberapa negara
penggunaan electronic surveillance harus disetujui dulu oleh masyarakat karena masyarakat tidak ingin pemerintah memata-matai segenap aktivitas dan langkah yang mereka lakukan.
f. Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan data para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah berkekuatan hukum tetap.