• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA USAHA PENGGEMUKAN SAPI SIMENTAL DENGAN PEMBERIAN KULIT KAKAO DAN JERAMI FERMENTASI DI DAERAH SENTRA KAKAO SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA USAHA PENGGEMUKAN SAPI SIMENTAL DENGAN PEMBERIAN KULIT KAKAO DAN JERAMI FERMENTASI DI DAERAH SENTRA KAKAO SUMATERA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA USAHA PENGGEMUKAN SAPI SIMENTAL DENGAN

PEMBERIAN KULIT KAKAO DAN JERAMI FERMENTASI

DI DAERAH SENTRA KAKAO SUMATERA BARAT

Simental Cattle Business Analysis by Providing

Cocoa Leather and Straw Fermentation in

the Central Cocoa Regions of West Sumatera

Jefrey M. Muis, R. Wahyuni, dan A. Bamualim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat

Jl. Raya Padang Solok Km. 40, Sukarami 27366 E-mail: sumbar_bptp@yahoo.com

ABSTRACT

An assessment has been carried out to analyze simental fattening cattle in the central areas of cocoa and paddy rice in West Sumatera. Assessment conducted in propagation Sejahtera Farmers Group, Tanah Datar. The observations made is to compare two treatments in cattle simental each treatment consisted of 6 cows. Treatment first, as a control treatment, given basal feed 20 kg of fresh straw, 7 kg of tofu dregs, rice bran 2.0 kg, 0.5 kg of feed concentrate, 0.1 kg minerals. Assessment carried out for 4 months from March to July 2011. To see the effect of a given treatment is carried cattle weighing once every two weeks. Parameters were observed in the analysis of this farm is the advantage and feasibility (R/C and B/C ratio). The results showed that the ration formulation on Second Treatment granting more favorable treatment than the first. In the second treatment obtained a profit of Rp.30.908 million with a R/C ratio 1:56 , while the First Treatment profits earned Rp 21.961 million with R/C ratio of 1.38 . In addition, the growth of cattle with feed treatment showed increased significant weight compared to the control treatment.

Keywords: cocoa fermentation, fermentation straw, cattle simental, and business analysis.

ABSTRAK

Suatu pengkajian telah dilakukan untuk menganalisis usaha penggemukan sapi simental di daerah sentra kakao dan padi sawah di Sumatera Barat. Pengkajian dilakukan di Kelompok Tani Sejahtera Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan membandingkan dua perlakuan pada sapi simental yang masing-masing perlakuan terdiri atas 6 ekor sapi. Perlakuan Pertama, sebagai perlakuan kontrol, diberikan pakan basal 20 kg jerami segar, 7 kg ampas tahu, 2,0 kg dedak padi, 0,5 kg konsentrat, 0,1 kg mineral dan 0,01 kg starbio sebagaimana biasa diberikan oleh Kelompok Tani tersebut. Perlakuan Kedua diberikan pakan 10 kg jerami fermentasi (JF), 8 kg kulit kakao fermentasi (KKF), 5 kg ampas tahu dan 0,1 kg mineral. Pengkajian dilakukan selama 4 bulan dari bulan Maret hingga bulan Juli 2011. Untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan maka dilakukan penimbangan berat badan sapi setiap dua minggu sekali. Parameter yang diamati pada analisis usahatani ini adalah keuntungan dan kelayakan usaha (R/C Ratio dan B/C ratio). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan formulasi ransum pada Perlakuan

(2)

Kedua dengan pemberian KKF dan JF lebih menguntungkan dibanding Perlakuan Pertama. Pada Perlakuan Kedua diperoleh keuntungan sebesar Rp 30.908.000 dengan R/C Ratio 1.56, sedangkan Perlakuan Pertama diperoleh keuntungan Rp 21.961.000 dengan R/C Ratio 1,38. Selain itu, pertumbuhan sapi dengan perlakuan pakan KKF dan JF menunjukkan peningkatan petumbuhan berat badan yang signifikan dibanding perlakuan kontrol.

Kata kunci: kulit kakao fermentasi, jerami fermentasi, sapi simental, dan analisa usaha

PENDAHULUAN

Rendahnya tingkat pengelolaan ternak sapi terutama dalam hal penyediaan pakan yang kurang memadai mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ternak dan lambatnya perkembangan populasi ternak. Oleh sebab itu pemerintah telah mencanangkan pelaksanaan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) untuk memacu peningkatan produksi ternak lokal dengan mengutamakan perbaikan aspek produksi dan pembibitan ternak.

Perbaikan produktivitas ternak yang rendah ini harus dipacu dengan mengutamakan perbaikan pakan yang memadai melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yang bermuatan IPTEK dalam setiap kebijakan pengembangan peternakan, antara lain melakukan perbaikan perbibitan dan pemuliaan ternak, peningkatan produksi dan populasi ternak, pengelolaan sumber pakan, perbaikan kesehatan ternak dan pengembangan sistem usaha peternakan yang merupakan “revitalisasi pembangunan peternakan” (Inounu et al., 2006) dalam mewujudkan pengembangan populasi ternak sapi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Hal ini dapat direalisasi melalui pemanfaatan hasil ikutan tanaman perkebunan dan tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak sapi (Bamualim dan Tiesnamurti, 2009)

Beberapa pengkajian yang dilakukan BPTP Sumbar menyatakan bahwa pemanfaatan limbah kulit kakao fermentasi sebagai pakan tambahan ternak sapi sangat potensial untuk meningkatkan usaha agribisnis peternakan sapi (Azwir et al., 2010). Penambahan kulit kakao fermentasi sebesar 3 kg ke dalam ransum ternak yang biasa diberikan peternak menghasilkan kenaikan berat badan tertinggi dengan potensi pertambahan berat badan 92,5 kg selama 90 hari pengamatan, atau pertambahan berat badan (PBB) harian rata-rata sebesar 1,05 kg/ekor/hari. Disamping itu limbah kulit buah kakao yang tidak terpakai untuk pakan ternak dan ditambah dengan limbah pemotongan dahan serta daun yang tua dan yang gugur dapat pula dikomposkan bersama kotoran ternak. Kompos ini dikembalikan lagi ke kebun kakao sebagai pupuk organik.

Selain memanfaatkan limbah kulit kakao yang biasanya terbuang, peternak sapi dapat memanfaatkan jerami padi sebagai pakan hijauan. Hijauan yang merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dapat diberikan secara cut and carry atau membiarkan ternak mencari pakannya sendiri dengan sistem penggembalaan. Pada prinsipnya ternak sapi akan mengonsumsi 10 persen hijauan segar atau 2,5 persen bahan kering pakan dari berat badannya. Praktek pemeliharaan secara konvensional yang hanya mengandalkan rumput alam, lahan

(3)

penggembalaan seringkali dihadapkan pada masalah ketersediaan pakan yang berdampak langsung pada penurunan produktivitas ternak sapi dan mengakibatkan penurunan berat badan sekitar 0,1-0,3 kg/hari terutama selama musim kemarau (Wirdahayati dan Bamualim, 2006; Wirdahayati et al., 2011). Oleh karena itu peternak perlu membuat persediaan pakan dengan kandungan gizi yang lebih baik, salah satunya dengan cara fermentasi jerami.

Sumatera Barat telah lama mengembangkan tanaman kakao, salah satu daerah sentra kakao adalah Kabupaten Tanah Datar dengan luas 4.168 ha dan jumlah produksi 1.979 ton/tahun (BPS dan Bappeda Sumbar, 2012). Selain itu Tanah Datar juga merupakan daerah pertanian padi sawah dengan jumlah produksi 237.178 ton pada tahun 2011. Dengan adanya potensi ini maka dapat dimanfaatkan hasil ikutannya menjadi pakan sapi yang berkualitas dan bernilai ekonomis.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Perlakuan

Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Sejahtera, Nagari Rambatan, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar yang dikelola oleh Sarjana Membangun Desa (SMD). Lokasi ini juga merupakan salah satu desa GERNAS kakao. Pengkajian dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada bulan Maret hingga bulan Juli 2011.

Pengamatan yang dilakukan adalah dengan membandingkan dua perlakuan pada kelompok sapi simental yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor sapi sebagai berikut:

(i) Kelompok pertama diberikan perlakuan pakan basal 20 kg jerami segar, 7 kg ampas tahu, 2,0 kg dedak, 0,5 kg konsentrat, 0,1 kg mineral dan 0,01 kg starbio sebagaimana biasa diberikan oleh Kelompok Tani tersebut, dan

(ii) Kelompok kedua diberikan perlakuan pakan 10 kg jerami padi fermentasi, 8 kg kulit kakao fermentasi, 5 kg ampas tahu dan 0,1 kg mineral.

Untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan maka dilakukan penimbangan berat badan sapi setiap dua minggu sekali. Parameter yang diamati pada analisis usahatani ini adalah keuntungan dan kelayakan usaha (B/C ratio).

Proses Fermentasi Kulit Kakao dan Jerami Padi

Kulit kakao yang biasanya dibuang oleh petani kakao setelah panen menjadi limbah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kakao. Agar dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak, kulit kakao harus difermentasi terlebih dahulu.

Proses pembuatan fermentasi untuk 1 ton kulit kakao dilakukan dengan cara dicincang/dicacah terlebih dahulu baik secara manual maupun dengan

(4)

menggunakan mesin chopper. Bahan aktivator yang digunakan terdiri dari ragi, gula dan urea masing-masing sebanyak 100 gr yang diaerasi dalam 20 liter air selama 24 jam sebelum dicampur dengan kulit kakao.

Setelah pencampuran bahan selesai, ditutup rapat dan dibiarkan selama 6 hari. Setelah 6 hari kulit kakao yang sudah difermentasi dapat dibuka, dapat diberikan langsung kepada ternak sapi. Hasil fermentasi yang baik ditandai dengan aroma fermentasi yang baik. Kemudian di keringkan dengan cara mengangin-anginkan, setelah itu siap untuk diberikan pada ternak. Agar ternak mau mengonsumsi hasil fermentasi ini bisa dicampur dengan sedikit dedak.

Proses fermentasi jerami padi dilakukan dengan menggunakan bahan dasar 1 ton jerami segar yang ditaburi dengan 2,5 kg starbio dan 2,5 kg urea. Jerami padi ditumpuk dalam lima lapisan jerami dimana pada masing-masing lapisan ditaburi dengan 0,5 kg starbio dan 0,5 kg urea, yang pada akhirnya ditutupi dengan jerami kering sehingga terjadi proses fermentasi anaerobik pada bagian dalamnya. Campuran jerami tersebut dibiarkan selama dua minggu, kemudian dibongkar dan diangin-anginkan untuk menghentikan terjadinya proses fermentasi lebih lanjut. Kemudian hasil fermentasi jerami tersebut disimpan pada tempat yang teduh untuk diberikan pada ternak.

Biaya dan Kandungan Nutrisi Pakan

Besarnya biaya dan kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada Perlakuan I disajikan dalam Tabel 1, sedangkan untuk Perlakuan II disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 1. Jumlah, Biaya dan Kandungan Nutrisi Pakan (TDN dan PK) yang Diberikan pada Perlakuan I (pola petani).

Bahan Pakan segar (kg) Harga/kg Biaya (Rp) BK (kg) TDN (kg) PK (gr) Jerami segar 20,0 100 2.000 17,5 7,35 735 Ampas tahu 7,0 350 2.450 1,10 0,88 265 Dedak padi 2,0 1.600 3.200 1,75 0,96 155 Konsentrat 0,5 3.600 1.800 0,45 0,40 125 Mineral 0,1 4.500 450 - - - Starbio 0,01 15.000 150 - - - Total 29.7 - 10.050 20.80 9.50 1.280

Keterangan: BK = Bahan kering; TDN = Total digestible nutrient; PK = Protein kasar

Analisa biaya pakan memperlihatkan bahwa Perlakuan I (pola petani) sebesar Rp 10.050/ekor/hari, sedangkan pada Perlakuan II (pemberian KKF) biayanya hanya sebesar Rp 6.450/ekor/hari. Kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada Perlakuan I memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan ternak sebesar 0,5 kg/ekor/hari, sedangkan pada Perlakuan II dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan 1,0 kg/ekor/hari (Kearl, 1982).

(5)

Tabel 2. Jumlah, Biaya dan Kandungan Nutrisi Pakan (TDN dan PK) yang diberikan pada Perlakuan II (pemberian KKF dan Jerami Fermentasi).

Bahan Pakan segar (kg) Harga (Rp) Biaya (Rp) BK (kg) TDN (kg) PK (gr) Jerami Fermentasi 10 200 2.000 5 2.16 550 KKF 8 200 1.600 4.41 2.65 610 Ampas tahu 5 350 1. 750 1. 31 1.04 310 Mineral 0.1 11.000 1.100 - - -

Total 20.1 - 6.450 9.32 5.85 1.470 Keterangan: BK = Bahan kering; TDN = Total digestible nutrient; PK = Protein kasar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Ternak Selama Pengkajian

Pengamatan selama empat bulan menunjukkan bahwa pada Perlakuan II dengan pemberian pakan 8 kg kulit kakao fermentasi (KKF) dan 10 kg jerami fermentasi (JF) mampu memberikan pertumbuhan rata-rata 1,23 kg/ekor/hari, sedangkan pada Perlakuan I hanya bertumbuh sekitar 0,8 kg/ekor/hari. Pada pengamatan setiap dua minggu sampai berikutnya terjadi lonjakan pertumbuhan harian ternak yang tergambar pada Gambar 1 berikut ini.

Keterangan: BB1–BB8 = Berat badan sapi rata-rata setiap dua minggu. = Sapi Kelompok II (KKF dan Jerami Fermentasi) = Sapi Kelompok I (Jerami segar dan konsentrat komersial)

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ternak Sapi

Analisa Usahatani Penggunaan KKF dan JF sebagai Pakan Sapi Simental Analisa usahaternak penggemukan sapi simental menggunakan suplemen Kulit Kakao Fermentasi (KKF) dan Jerami Fermentasi (JF) diperlihatkan dalam Tabel 3. Analisa usaha tersebut sangat ditentukan oleh besarnya biaya pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan.

(6)

Tabel 3. Analisa Usahaternak Penggemukan Sapi Simental pada Perlakuan I (Kontrol) Dibanding dengan Perlakuan II (pemberian KKF dan JF).

Pada Tabel 3. Digambarkan bahwa kandang sapi dirancang untuk masa pakai 20 tahun. Depresiasi kandang mencapai Rp 1.000.000 untuk 12 ruang kandang yang dipakai sebanyak 3 kali proses penggemukan sapi dalam 1 tahun. Penyusutan peralatan sebanyak 30 persen dalam 1 tahun. Pekerja yang dipakai sebanyak 2 orang, dimana satu orang mengurus 6 ekor sapi dengan upah Rp 300.000/bulan. Penjualan sapi berdasarkan rata-rata berat/kg daging, dimana 1 kg daging setara Rp 35.000/kg saat itu.

Sapi yang diberikan KKF dan JF lebih tinggi berat badannya sehingga mempengaruhi nilai jual dan produksi kotorannya. Kotoran sapi yang diberikan pakan KKF dan JF jauh lebih baik dari segi kuantitas dan kualitasnya karena sudah terfermentasi sebelum dimakan sapi, sehingga nilai jual pupuknya juga lebih mahal dibandingkan sapi yang diberikan pakan yang biasa diberikan oleh petani.

Analisis Kelayakan Usaha Return Cost Ratio

i. Perlakuan I :

R/C ratio = total pendapatan / total biaya = Rp79.320.000,- / Rp 57.359.000,- = 1.38

Keterangan Biaya Perlakuan

I (Rp)

Biaya Perlakuan II (Rp) Input A. Modal Investasi

• Biaya kandang untuk 6 ekor masa pakai 20 tahun

30.000.000 30.000.000

• Peralatan masa pakai 1 tahun 1.000.000 1.000.000

Jumlah Modal Investasi 31.000.000 31.000.000

B. Biaya Produksi

• Nilai Sapi bakalan 6 ekor 48.000.000 48.000.000

• Biaya Pakan (selama 4 bulan) 7.236.000 4.644.000

• Obat-obatan Rp. 15.000/ekor 90.000 90.000

• Tenaga Kerja 1 orang Rp. 300.000/bulan 1.200.000 1.200.000

• Depresiasi kandang Rp. 30.000.000 : (20 x 3) 500.000 500.000

• Depresiasi peralatan Rp. 1.000.000 : 3 333.000 333.000

Jumlah Biaya Produksi 57.359.000 54.767.000

Output • Hasil Penjualan Sapi 6 ekor 70.500.000 75.000.000

• Penjualan Pupuk Kompos 8.820.000 10.675.000

• Keuntungan {(Hasil Penjualan Sapi + Pupuk Kompos) – Biaya Produksi}

21.961.000 30.908.000

(7)

ii. Perlakuan II :

R/C ratio = total pendapatan / total biaya = Rp85.675.000,- / Rp 54.767.000,- = 1.56

Usaha Ternak sapi dengan pemberian pakan KKF dan JF sangat lebih layak diusahakan dibanding pemberian pakan yang biasa diberikan petani, karena R/C Ratio mencapai 1,56. Artinya usaha ini dilaksanakan dengan modal Rp 1.000,- akan memperoleh hasil sebesar Rp 1.560,-, ini jauh lebih untung dibanding pemberian pakan biasa yang R/C Rationya 1,38.

Benefit Cost Ratio i. Perlakuan I :

B/C ratio = Keuntungan / total biaya

= Rp 21.961.000,-/ Rp 57.359.000,- = 0.38

i. Perlakuan II :

B/C ratio = Keuntungan / total biaya

= Rp 30.908.000,-/ Rp 54.767.000,- = 0.56

Usaha ternak sapi dengan pemberian pakan KKF dan JF mencapai keuntungan sebesar Rp 560,- dari setiap penambahan biaya Rp 1.000. keuntungan yang diperoleh 56,4 persen dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pemberian pakan seperti yang biasa petani berikan hanya mendapat keuntungan sebesar Rp 380,- dari setiap penambahan biaya Rp 1.000,-, sedangkan keuntungan yang diperoleh hanya mencapai 38,3 persen.

Disamping dapat menekan biaya pakan, pemberian KKF dan JF juga mampu meningkatkan berat badan sapi simental dan menekan tenaga petani yang digunakan dalam penyediaan pakan harian.

KESIMPULAN

Pemanfaatan kulit kakao fermentasi (KKF) dan jerami padi fermentasi (JF) mampu meningkatkan berat badan sapi simental menjadi lebih baik. Inklusi KKF dan JF ternyata dapat menekan biaya pakan secara signifikan sekaligus menghasilkan pertumbuhan ternak yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan kontrol.

(8)

Pemanfaatan KKF dan JF dapat memberikan keuntungan bagi peternak dalam hal efisiensi biaya pakan, yang mana pada hasil pengkajian ini untuk 6 ekor sapi simental bisa diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 30.908.000 dengan R/C Ratio 1,56 dan B/C Ratio 0,56 lebih tinggi dibanding dengan pola petani yang menghasilkan pandapatan bersih sebesar Rp 21.961.000 dengan R/C Ratio 1,37 dan B/C Ratio 0,37.

Selain keuntungan yang lebih tinggi, petani juga lebih efisien dinilai dari segi waktu dan tenaga yang digunakan dalam hal penyediaan pakan yang harus diberikan setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

Azwir K., Ishak Manti, Buharman, Irmansyah Rusli, Burbey, Artuti AM, Ismon L, Aryunis, Kasma Iswari, Atman Roja, Yulimasni, Aguswarman, Yunasri, Farida Artati, Ermidias, Nasril, Rum Herayitno, dan Yatno. 2010. Demonstrasi dan Uji Coba serta Penyediaan Materi dan Nara Sumber Mendukung Kegiatan FMA Kabupaten FEATI di Sumatera Barat. Kegiatan FEATI 2010 Provinsi Sumatera Barat. Laporan Akhir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumaterra Barat.

Bamualim, A. dan B. Tiesnamurti. 2009. Konsepsi Sistem Integrasi antara Tanaman Padi, Sawit dan Kakao dengan Ternak Sapi di Indonesia. Dalam “Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao”, hal 1-14. Puslitbang Peternakan, Balitbang Pertanian. Bappeda Sumbar dan BPS. 2012. Sumatera Barat Dalam Angka 2011/2012. Kerjasama

Bappeda Propinsi Sumatera Barat dan BPS Sumatera Barat.

Inounu I. Sani Y. dan Atien Piyanti. 2006. Arah Kebijakan Penelitian Peternakan Sapi dan Kerbau. Perosiding Nasional Peternakan. Revitalisasi Potensi Lokal untuk Mewujudkan Swasembada Daging 2010 dalam Kerangka Pembangunan Peternakan yang Berkelanjutan. dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Kerjasama BPTP Sumatera Barat Fakultas Peternakan Universitas Andalas BPTU Padang Mengatas dan Dinas Peternakan Sumatera Barat. Padang 11-12 September 2006.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries. Utah State University Logan Utah USA.

Wirdahayati R.B. dan A. Bamualim 2006. Profil Peternakan Sapi dan Kerbau di Propinsi Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan BPTP Sumatera Barat. Wirdahayati R.B., Y. Hendri, A. Bamualim, Ratna A.D., Agusviwarman dan Supriyadi 2011.

Pendampingan PSDS/K Melalui Inovasi Teknologi Pakan Lokal Sapi Potong Berbiaya Murah Memanfaatkan Kulit Kakao Fermentasi. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2011.

Gambar

Tabel 1.  Jumlah, Biaya dan Kandungan Nutrisi Pakan (TDN dan PK)  yang  Diberikan pada Perlakuan I (pola petani)
Tabel 2.  Jumlah, Biaya dan Kandungan Nutrisi Pakan (TDN dan PK) yang  diberikan pada Perlakuan II (pemberian KKF dan Jerami Fermentasi)
Tabel 3.  Analisa  Usahaternak Penggemukan Sapi Simental pada  Perlakuan I  (Kontrol) Dibanding dengan Perlakuan II (pemberian KKF dan JF)

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive (berdasarkan pertimbangan tertentu), yaitu dipilih produk yang telah mencantumkan nomor P-IRT dalam label kemasannya

Maraknya pernikahan diluar negeri yang pasangannya berbeda agama ini disebabkan karena masih lemahnya Undang-undang Perkawinan yang memberikan peluang terjadinya

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

Dengan pertolongan teman-teman barunya, Morse mengajukan paten untuk telegraf barunya pada tahun 1837, yang dijelaskannya termasuk sebuah sandi yang terdiri dari titik dan garis

3.3.Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat  perbuatan riya’ dan nifaq dalam

Metode ini didasarkan pada persamaan momen contoh dan momen teoritis, kemudian memecahkan persamaan-persamaan tersebut untuk mendapatkan penduga bagi parameter

Berdasarkan pada peneltian atas yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yakni bahwa pada pemberitaan tanggal 5 Juli mengenai lengsernya Mursi, Republika cenderung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kinerja dan harapan pasien terhadap kualitas pelayanan jasa di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang, maka