Jurnal Kesehatan Kartika
18
HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI DENGAN MINAT BERHUBUNGAN INTIM IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
Oleh :
Yayat Suryati dan Ova Elliya
Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
ABSTRAK
Banyak ibu postpartum yang merasa tidak berhasrat untuk melakukan senggama pasca persalinan,
karena takut terhadap rasa nyeri yang mungkin ditimbulkannya. Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan April 2011 terdapat 9 ibu bersalin normal dan
1 ibu bersalin melalui operasi caesarea, dari hasil wawancara 3 ibu mengatakan akan mulai berhubungan
seksual kira-kira 3 bulan setelah melahirkan dan 7 diantaranya mengatakan belum memikirkan tentang
kapan akan mulai berhubungan seksual lagi. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengetahuan dengan minat berhubungan seksual pasca istri melahirkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan suami dengan minat berhubungan seksual
ibu post partum di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif korelasi dengan
menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang
memiliki istri yang baru melahirkan sebanyak 62orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan tehnik
accidental sampilng. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis melalui dua
tahapan, yaitu univariat (deskriptif) dan bivariat dengan uji chi square (α=0,05). Hasil penelitian univariat
sebagian responden (40,3%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan (54,8%) memiliki minat yang rendah
untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini menunjukan bahwa responden sudah cukup memahami
tentang bagaimana berhubungan seksual setelah istri melahirkan.Hasil bivariat menunjukan adanya
hubungan antara pengetahuan dengan minat berhubungan seksual (p
value= 0,000< α 0,05)hampir seluruh
responden yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai minat yang tinggi untuk melakukan
hubungan intim pasca ibu nifas. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan menjadi faktor yang
mempengaruhi minat seseorang.
Disarankan hendaknya perawat memberikan informasi yang cukup kepada respondendengan dilakukan
penyuluhan kesehatan agar dapat menambah pengetahuan responden mengenai hubungan seksual
pasca ibu melahirkan.
Kata kunci
: Cross Sectional,Pengetahuan, Nifas, Aktifitas Seksualdan Minat
A.
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 : 66).Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan
Jurnal Kesehatan Kartika
19
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan
(Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992 Pasal 20 : 66).
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkanmahluk hidup
dalamaktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan)berusaha (http://Wikipedia.com/2011/ di
peroleh pada tanggal 7 april 2011). Kebutuhan dasarmasa nifas perawatankebersihan diri, gizi,
ambulasi dini, eliminasi, istirahat, seksual, latihansenamnifas, laktasi dan keluarga berencana (Retna
&Wulandari,2009).
Perawatan masa nifas merupakan hal yang sangat pentingdan menjadi kebutuhan
yangmendasar bagi ibu nifas.Selain itu ibu dan suami penting untuk mengetahui waktu yang tepat
untuk memulai berhubungan seksual pasca melahirkan,suami memerlukan pengetahuan yang
memadai mengenai kondisi ibu pasca melahirkan agar kodisi ibu selalu dalam rentang sehat
(http://health.kompas.com/read/2011/ di peroleh pada tanggal 7 april 2011).
Pertanyaan yang paling sering diajukan pada akhir kelas persiapan kelahiran adalah berapa
lama setelah melahirkan dapat melakukan kembali hubungan seksual yang normal (Jimenez,
1999).Pada masa ini ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan
perannya sebagai pasangan (Mellyana, 2003).
Manusia mempunyai kebutuhan yang konstan akan kasih sayang, kedekatan, dan penerimaan
oleh seseorang. Intensitas dari dorongan-dorongan ini berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung
situasi.Ekspresi yang mendalam dari dorongan ini diistilahkan sebagai siklus respon seksual.Respon
ini dapat berkurang tetapi tidak menghilang.
Banyak kekhawatiran yang biasanya melanda dan biasanya malu untuk ditanyakan kepada
dokter maupun orang-orang terdekat.Akibatnya aktivitas bercinta menjadi terganggu dan jika tidak
ditangani dengan benar, bisa berakibattidak baik.Banyak pertanyaan yang berputar soal itu
saja.Alasan ini terus bermunculan dan memenuhi pikiran kebanyakan suami istri.Akibatnya energi
yang seharusnya disalurkan untuk berhubungan seksual hilang seketika. Tingkat hubungan
seksualpun menjadi menurun (http ://www.astaga.com. diperoleh pada tanggal 24 februari 2011).
Banyak ibu postpartum setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk berhubungan
seksual lagi dengan pasangannnya.Banyak ibu postpartum yang merasa tidak berhasrat untuk
melakukan senggama pasca persalinan, karena takut terhadap rasa nyeri yang mungkin
ditimbulkannya.Dalam
satustudi
tentangibumelahirkan,
20persenmemilikisedikit
atautidak
adakeinginanuntuksekstigabulansetelahmelahirkan
(Fijolek
,
2011,
¶
2,
http://www.babycenter.com/404_is-it-normal-not-to-want-sex-after-having-a-babydi peroleh pada
tanggal 12 Mei 2011). Waktu yang dibutuhkan oleh seorang perempuan untuk mengembalikan
gairahnya seperti semula, sangat bergantung kepada pengalaman persalinannya (apakah persalinan
normal atau dengan cara caesar) (Thamrin, 2007).
Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat mengganggu keseimbangan
dalam hubungan mereka, terutama dalam hubungan
seksual.Begitu juga setelah
persalinan.Sehingga muncul banyak pertanyaan, kapan seks yang aman setelah melahirkan
sehingga tidak mengganggu keharmonisan rumah tangga (Thamrin, 2007).
Jurnal Kesehatan Kartika
20
Kementerian Agama RI menyebutkan, angka perceraian di Indonesia menunjukkan tren
peningkatan.Data terakhir mencatat terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia pada tahun
2009. Angka ini setara dengan 10% dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2,5 juta. Jumlah
perceraian tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu perceraian
(http://esq-news.com/nasional. diperoleh pada tanggal 23 maret 2011).Hubungan seks yang tidak
sehat dan atau pasangan yang tidak puas dengan aktifitas seks juga menjadi rapuhnya tali
pernikahan.Sebab bila seks yang menjadi kebutuhan biologis setiap manusia diabaikan, maka
pasangan bisa saja menggugat ke pengadilan agama (Dhuha, 2011, ¶ 7,http://today.co.id/read,
diperoleh tanggal 12 Mei 2011).
Dari informasi yang di dapat dari pengadilan agama yang terdapat di Kabupaten Soreang dari
sekitar 896 kasus perceraian pada tahun 2010 hampir sebagian besar di akibatkan karena faktor
ekonomi selain itu selingkuh juga menjadi salah satu sebab perceraian yang terjadi di Kabupaten
Soreang. Tapi ada sebagian kecil yaitu sekitar 4 kasus yang di sebabkan karena ketidakpuasan
dalam berhubungan seksual.
Kesiapan ibu postpartum untuk memulai kembali berhubungan seksual relatif berbeda satu
dengan yang lainnya.Namun secara medis setelah tidak ada perdarahan lagi, bisa dipastikan ibu
sudah siap berhubungan seks yaitu setelah masa nifas yang berlangsung selama 30-40 hari.Namun
masih banyak suami yang merasa takut untuk melakukan hubungan seksual di karenakan takut
melukai ibu post partum. Dan banyak faktor juga yang mempengaruhi suami untuk melakukan
hubungan seksual pasca ibu nifas diantaranya adalah merasakan perannya sebagai orang tua
sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya, psikologis, adat
istiadat, ketidakseimbangan hormon, adanya luka bekas episiotomy pada ibu post partum, dan
kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan. Karena alasan itulah menyebabkan suami
enggan
untuk
melakukan
hubungan
seksual
pasca
ibu
nifas.(Ayurai,
2009,http://ayurai.wordpress.com/ di peroleh pada tanggal 31 Mei 2011).
Melahirkan bayi adalah proses alamiah yang dialami para wanita, namun masih banyak pria
yang sulit menghadapi bahwa tubuh wanita tidak bisa berubah begitu saja secara cepat pasca
melahirkan bayi mereka. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh mental stereotype pria yang cenderung
mengabaikan masalah tersebut, serta kurangnya pengetahuan mereka tentang keadaan fisik wanita.
Banyak dari para pria yang berfikiran, begitu bayi mereka lahir, segalanya akan kembali normal,
dalam artian tubuh sang istri akan kembali normal seperti sediakala. Begitu juga dalam hal seks,
padahal pada tahap tersebut sang istri belum siap untuk melakukan hubungan seks secara normal
melaui vagina.
Seks adalah hal yang paling berat yang harus dihadapi pria pasca istrinya melahirkan, karena
meskipun keadaan fisik setiap orang berbeda, namun secara medis menyarankan para pria untuk
menunggu paling tidak selama 6 minggu setelah istrinya melahirkan sebelum mereka bisa
melakukan aktivitas seks seperti biasa, dan hal tersebut akan terasa sangat sulit dilalui oleh para
pria(
http://www.littlehipo.com/
diperoleh pada tanggal 4 Juli 2011).
Masa nifas dimulai sejak bayi lahir atau keluarnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
Jurnal Kesehatan Kartika
21
minggu setelah persalinan yang merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayinya. Pada
masa ini akan terjadi perubahan-perubahan, antara lain: perubahan fisik, mengecilnya rahim dan
pengeluaran cairan, serta pengeluaran ASI serta system tubuh lain (BKKBN, 2003).
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu
persalinan.Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat
persalinan, termasuk luka episiotomi telah sembuh dengan baik dan 6 minggu adalah waktu dimana
rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan rahim adalah perubahan fisik utama
persalinan yang terakhir, cara alamiah rahim akan kembali mengecil pelahan-lahan ke bentuknya
semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram.Ini dianggap masa nifas telah
selesai.Sebetulnya rahim akan kembali ke posisi normal dengan berat 30 gram sekitar 3 bulan
kemudian. Setelah masa pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali normal tapi
juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan (Novitasari. 2007), mencegah timbulnya infeksi
merupakan alasan selanjutnya (Thamrin, 2007)
Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi
para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks.Tapi penelitian tersebut
juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka memiliki masalah sejak awal, terus
mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain menemukan 20% perempuan
yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik
saat bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan (http://cyberwoman.cbn.net.id. Diperoleh
pada tanggal 24 februari 2011).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan
April 2011 terdapat 9 ibu bersalin normal dan 1 ibu bersalin melalui operasi caesarea, dari hasil
wawancara 3 ibu mengatakan akan mulai berhubungan seksual kira-kira 3 bulan setelah melahirkan
dan 7 diantaranya mengatakan belum memikirkan tentang kapan akan mulai berhubungan seksual
lagi. Dan ketika ditanya tentang kapan waktu yang benar untuk melakukan hubungan seksual pasca
ibu nifas, 10 suami yang istrinya baru melahirkan yang terdapat di Rumah Sakit Dustira Cimahi, tidak
tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual kembali setelah melahirkan.
Dari data di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan seksual ibu pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual.
B.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan
cross sectional
dimana peneliti melakukan
obserevasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach)
. Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005). Pengumpulan data pada
penelitian ini dengan melakukan pengukuran/pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu)
dimana pengetahuan suami dengan minatnya berhubungan seksual ibu post partum diukur
bersamaan.
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran.Namun secara
popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan
Jurnal Kesehatan Kartika
22
normal (Hughes, 1972 dalam Cunningham 2005).Hubungan seksual yang dianggap normal adalah
hubungan heteroseksual dikaitkan dengan norma, agama, kebudayaan, dan pengetahuan manusia
yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta (Ayu, 2009).
Keterangan :
= Variabel Tidak Diteliti
= Variabel Diteliti
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian
Sumber: (Manuaba, 2008; Yayin, 2002; Saifuddin, 2001)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang memiliki istri yang baru melahirkan
yang terdapat di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan Januari – Maret berjumlah 162 orang dan
rata-rata perbulan di dapat 54 orang.
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria inklusi yang sudah dibuat sebelumnya oleh
peneliti.Jadi jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus
tersebut sebanyak 62responden.Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner pada suami yang memiliki istri yang baru melahirkan yang dirawat di Rumah Sakit Dustira
Cimahi., kemudian memberi penjelasan
terlebih dahulu tentang tujuan penelitian serta meminta
kesediaan dari yang bersangkutauntuk dijadikan sebagai responden, kemudian peneliti
menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden, kemudian responden diminta
untuk mengisi kuisioner secara lengkap.
Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan Minat Minat Tidak Minat Faktor-faktor yang mempengaruhi minat seksual ibu nifas :
a. Paritas b. Adanya perlukaan jalan lahir c. Psikologis e. Adat isitiadat (budaya) f. Karena ketidak seimbangan hormon d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan (Pengetahuan)