• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Kartika 18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kesehatan Kartika 18"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika

18

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI DENGAN MINAT BERHUBUNGAN INTIM IBU POST PARTUM

DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI

Oleh :

Yayat Suryati dan Ova Elliya

Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

ABSTRAK

Banyak ibu postpartum yang merasa tidak berhasrat untuk melakukan senggama pasca persalinan,

karena takut terhadap rasa nyeri yang mungkin ditimbulkannya. Dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan April 2011 terdapat 9 ibu bersalin normal dan

1 ibu bersalin melalui operasi caesarea, dari hasil wawancara 3 ibu mengatakan akan mulai berhubungan

seksual kira-kira 3 bulan setelah melahirkan dan 7 diantaranya mengatakan belum memikirkan tentang

kapan akan mulai berhubungan seksual lagi. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengetahuan dengan minat berhubungan seksual pasca istri melahirkan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan suami dengan minat berhubungan seksual

ibu post partum di Rumah Sakit Dustira Cimahi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif korelasi dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang

memiliki istri yang baru melahirkan sebanyak 62orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan tehnik

accidental sampilng. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis melalui dua

tahapan, yaitu univariat (deskriptif) dan bivariat dengan uji chi square (α=0,05). Hasil penelitian univariat

sebagian responden (40,3%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan (54,8%) memiliki minat yang rendah

untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini menunjukan bahwa responden sudah cukup memahami

tentang bagaimana berhubungan seksual setelah istri melahirkan.Hasil bivariat menunjukan adanya

hubungan antara pengetahuan dengan minat berhubungan seksual (p

value

= 0,000< α 0,05)hampir seluruh

responden yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai minat yang tinggi untuk melakukan

hubungan intim pasca ibu nifas. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan menjadi faktor yang

mempengaruhi minat seseorang.

Disarankan hendaknya perawat memberikan informasi yang cukup kepada respondendengan dilakukan

penyuluhan kesehatan agar dapat menambah pengetahuan responden mengenai hubungan seksual

pasca ibu melahirkan.

Kata kunci

: Cross Sectional,Pengetahuan, Nifas, Aktifitas Seksualdan Minat

A.

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Undang-Undang

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 : 66).Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika

19

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan

(Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992 Pasal 20 : 66).

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkanmahluk hidup

dalamaktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan)berusaha (http://Wikipedia.com/2011/ di

peroleh pada tanggal 7 april 2011). Kebutuhan dasarmasa nifas perawatankebersihan diri, gizi,

ambulasi dini, eliminasi, istirahat, seksual, latihansenamnifas, laktasi dan keluarga berencana (Retna

&Wulandari,2009).

Perawatan masa nifas merupakan hal yang sangat pentingdan menjadi kebutuhan

yangmendasar bagi ibu nifas.Selain itu ibu dan suami penting untuk mengetahui waktu yang tepat

untuk memulai berhubungan seksual pasca melahirkan,suami memerlukan pengetahuan yang

memadai mengenai kondisi ibu pasca melahirkan agar kodisi ibu selalu dalam rentang sehat

(http://health.kompas.com/read/2011/ di peroleh pada tanggal 7 april 2011).

Pertanyaan yang paling sering diajukan pada akhir kelas persiapan kelahiran adalah berapa

lama setelah melahirkan dapat melakukan kembali hubungan seksual yang normal (Jimenez,

1999).Pada masa ini ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan

perannya sebagai pasangan (Mellyana, 2003).

Manusia mempunyai kebutuhan yang konstan akan kasih sayang, kedekatan, dan penerimaan

oleh seseorang. Intensitas dari dorongan-dorongan ini berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung

situasi.Ekspresi yang mendalam dari dorongan ini diistilahkan sebagai siklus respon seksual.Respon

ini dapat berkurang tetapi tidak menghilang.

Banyak kekhawatiran yang biasanya melanda dan biasanya malu untuk ditanyakan kepada

dokter maupun orang-orang terdekat.Akibatnya aktivitas bercinta menjadi terganggu dan jika tidak

ditangani dengan benar, bisa berakibattidak baik.Banyak pertanyaan yang berputar soal itu

saja.Alasan ini terus bermunculan dan memenuhi pikiran kebanyakan suami istri.Akibatnya energi

yang seharusnya disalurkan untuk berhubungan seksual hilang seketika. Tingkat hubungan

seksualpun menjadi menurun (http ://www.astaga.com. diperoleh pada tanggal 24 februari 2011).

Banyak ibu postpartum setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk berhubungan

seksual lagi dengan pasangannnya.Banyak ibu postpartum yang merasa tidak berhasrat untuk

melakukan senggama pasca persalinan, karena takut terhadap rasa nyeri yang mungkin

ditimbulkannya.Dalam

satustudi

tentangibumelahirkan,

20persenmemilikisedikit

atautidak

adakeinginanuntuksekstigabulansetelahmelahirkan

(Fijolek

,

2011,

2,

http://www.babycenter.com/404_is-it-normal-not-to-want-sex-after-having-a-babydi peroleh pada

tanggal 12 Mei 2011). Waktu yang dibutuhkan oleh seorang perempuan untuk mengembalikan

gairahnya seperti semula, sangat bergantung kepada pengalaman persalinannya (apakah persalinan

normal atau dengan cara caesar) (Thamrin, 2007).

Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat mengganggu keseimbangan

dalam hubungan mereka, terutama dalam hubungan

seksual.Begitu juga setelah

persalinan.Sehingga muncul banyak pertanyaan, kapan seks yang aman setelah melahirkan

sehingga tidak mengganggu keharmonisan rumah tangga (Thamrin, 2007).

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika

20

Kementerian Agama RI menyebutkan, angka perceraian di Indonesia menunjukkan tren

peningkatan.Data terakhir mencatat terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia pada tahun

2009. Angka ini setara dengan 10% dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2,5 juta. Jumlah

perceraian tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu perceraian

(http://esq-news.com/nasional. diperoleh pada tanggal 23 maret 2011).Hubungan seks yang tidak

sehat dan atau pasangan yang tidak puas dengan aktifitas seks juga menjadi rapuhnya tali

pernikahan.Sebab bila seks yang menjadi kebutuhan biologis setiap manusia diabaikan, maka

pasangan bisa saja menggugat ke pengadilan agama (Dhuha, 2011, ¶ 7,http://today.co.id/read,

diperoleh tanggal 12 Mei 2011).

Dari informasi yang di dapat dari pengadilan agama yang terdapat di Kabupaten Soreang dari

sekitar 896 kasus perceraian pada tahun 2010 hampir sebagian besar di akibatkan karena faktor

ekonomi selain itu selingkuh juga menjadi salah satu sebab perceraian yang terjadi di Kabupaten

Soreang. Tapi ada sebagian kecil yaitu sekitar 4 kasus yang di sebabkan karena ketidakpuasan

dalam berhubungan seksual.

Kesiapan ibu postpartum untuk memulai kembali berhubungan seksual relatif berbeda satu

dengan yang lainnya.Namun secara medis setelah tidak ada perdarahan lagi, bisa dipastikan ibu

sudah siap berhubungan seks yaitu setelah masa nifas yang berlangsung selama 30-40 hari.Namun

masih banyak suami yang merasa takut untuk melakukan hubungan seksual di karenakan takut

melukai ibu post partum. Dan banyak faktor juga yang mempengaruhi suami untuk melakukan

hubungan seksual pasca ibu nifas diantaranya adalah merasakan perannya sebagai orang tua

sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya, psikologis, adat

istiadat, ketidakseimbangan hormon, adanya luka bekas episiotomy pada ibu post partum, dan

kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan. Karena alasan itulah menyebabkan suami

enggan

untuk

melakukan

hubungan

seksual

pasca

ibu

nifas.(Ayurai,

2009,http://ayurai.wordpress.com/ di peroleh pada tanggal 31 Mei 2011).

Melahirkan bayi adalah proses alamiah yang dialami para wanita, namun masih banyak pria

yang sulit menghadapi bahwa tubuh wanita tidak bisa berubah begitu saja secara cepat pasca

melahirkan bayi mereka. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh mental stereotype pria yang cenderung

mengabaikan masalah tersebut, serta kurangnya pengetahuan mereka tentang keadaan fisik wanita.

Banyak dari para pria yang berfikiran, begitu bayi mereka lahir, segalanya akan kembali normal,

dalam artian tubuh sang istri akan kembali normal seperti sediakala. Begitu juga dalam hal seks,

padahal pada tahap tersebut sang istri belum siap untuk melakukan hubungan seks secara normal

melaui vagina.

Seks adalah hal yang paling berat yang harus dihadapi pria pasca istrinya melahirkan, karena

meskipun keadaan fisik setiap orang berbeda, namun secara medis menyarankan para pria untuk

menunggu paling tidak selama 6 minggu setelah istrinya melahirkan sebelum mereka bisa

melakukan aktivitas seks seperti biasa, dan hal tersebut akan terasa sangat sulit dilalui oleh para

pria(

http://www.littlehipo.com/

diperoleh pada tanggal 4 Juli 2011).

Masa nifas dimulai sejak bayi lahir atau keluarnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika

21

minggu setelah persalinan yang merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayinya. Pada

masa ini akan terjadi perubahan-perubahan, antara lain: perubahan fisik, mengecilnya rahim dan

pengeluaran cairan, serta pengeluaran ASI serta system tubuh lain (BKKBN, 2003).

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu

persalinan.Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat

persalinan, termasuk luka episiotomi telah sembuh dengan baik dan 6 minggu adalah waktu dimana

rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan rahim adalah perubahan fisik utama

persalinan yang terakhir, cara alamiah rahim akan kembali mengecil pelahan-lahan ke bentuknya

semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram.Ini dianggap masa nifas telah

selesai.Sebetulnya rahim akan kembali ke posisi normal dengan berat 30 gram sekitar 3 bulan

kemudian. Setelah masa pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali normal tapi

juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan (Novitasari. 2007), mencegah timbulnya infeksi

merupakan alasan selanjutnya (Thamrin, 2007)

Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi

para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks.Tapi penelitian tersebut

juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka memiliki masalah sejak awal, terus

mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain menemukan 20% perempuan

yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik

saat bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan (http://cyberwoman.cbn.net.id. Diperoleh

pada tanggal 24 februari 2011).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan

April 2011 terdapat 9 ibu bersalin normal dan 1 ibu bersalin melalui operasi caesarea, dari hasil

wawancara 3 ibu mengatakan akan mulai berhubungan seksual kira-kira 3 bulan setelah melahirkan

dan 7 diantaranya mengatakan belum memikirkan tentang kapan akan mulai berhubungan seksual

lagi. Dan ketika ditanya tentang kapan waktu yang benar untuk melakukan hubungan seksual pasca

ibu nifas, 10 suami yang istrinya baru melahirkan yang terdapat di Rumah Sakit Dustira Cimahi, tidak

tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual kembali setelah melahirkan.

Dari data di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana

pengetahuan seksual ibu pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual.

B.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan

cross sectional

dimana peneliti melakukan

obserevasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach)

. Artinya, tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005). Pengumpulan data pada

penelitian ini dengan melakukan pengukuran/pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu)

dimana pengetahuan suami dengan minatnya berhubungan seksual ibu post partum diukur

bersamaan.

Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran.Namun secara

popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika

22

normal (Hughes, 1972 dalam Cunningham 2005).Hubungan seksual yang dianggap normal adalah

hubungan heteroseksual dikaitkan dengan norma, agama, kebudayaan, dan pengetahuan manusia

yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta (Ayu, 2009).

Keterangan :

= Variabel Tidak Diteliti

= Variabel Diteliti

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber: (Manuaba, 2008; Yayin, 2002; Saifuddin, 2001)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang memiliki istri yang baru melahirkan

yang terdapat di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada bulan Januari – Maret berjumlah 162 orang dan

rata-rata perbulan di dapat 54 orang.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling

yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria inklusi yang sudah dibuat sebelumnya oleh

peneliti.Jadi jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus

tersebut sebanyak 62responden.Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

kuesioner pada suami yang memiliki istri yang baru melahirkan yang dirawat di Rumah Sakit Dustira

Cimahi., kemudian memberi penjelasan

terlebih dahulu tentang tujuan penelitian serta meminta

kesediaan dari yang bersangkutauntuk dijadikan sebagai responden, kemudian peneliti

menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden, kemudian responden diminta

untuk mengisi kuisioner secara lengkap.

Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan Minat Minat Tidak Minat Faktor-faktor yang mempengaruhi minat seksual ibu nifas :

a. Paritas b. Adanya perlukaan jalan lahir c. Psikologis e. Adat isitiadat (budaya) f. Karena ketidak seimbangan hormon d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan (Pengetahuan)

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika

23

Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji

Chi-Square

(X

2

), untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan atau keterkaitan pada variabel (pengetahuan suami dengan

minat berhubungan seksual ibu pasca nifas).(Riyanto, 2009)

C.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.

Analisis Univariat

Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner pada 20 Juli –

27 Agustus 2011terhadap[ 62 responden, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Suami dan Minat Untuk Berhubungan Intim

Pasca Ibu Nifas di Rumah Sakit Dustira Tahun 2011

Kategori

Frekuensi

Persentase

Pengetahuan Suami

Baik

Cukup

Kurang

20

25

17

32,3 %

40,3 %

27,4 %

Total

62

100 %

Minat Berhubungan Intim

Tinggi

Rendah

28

34

45,2 %

54,8 %

Total

62

100 %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian responden yaitu 25 orang (40,3%)

mempunyai pengetahuan yang cukup dan sebagian responden yaitu 34 (54,8%)memiliki minat yang

rendah untuk melakukan hubungan seksual.

Hal ini menunjukan bahwa responden sudah cukup memahami tentang bagaimana

berhubungan seksual setelah istri melahirkan. Hasil yang didapat ini dikarenakan bahwa

pemahaman suami tentang berhubungan seksual sudah cukup baik, karena mereka memperoleh

informasi yang cukup dan benar, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang, karena sebagian besar perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pendidikan,

pengalaman, usia, informasi, motivasi, intelegensia, dan pekerjaan. Rumah Sakit dustira adalah

rumah sakit milik TNI AD oleh sebab itu sebagian besar klien yang datang adalah anggota TNI AD

sehingga sudah dapat diketahui pekerjaanresponden. Hal ini menjadi salah satu faktor yang

membuat pengetahuan sebagian responden memiliki pengetahuan yang cukup.

Sedangkan minat berhubungan seksual hampir seimbang antara yang memiliki minat yang

tinggi dengan yang rendah, sehingga memberikan gambaran tentang pengetahuan suami tentang

berhubungan seksual pasca istri melahirkan sudah cukup baik.

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika

24

Minat yang rendah untuk melakukan hubungan intim pasca istri melahirkan di sebabkan karena

suami masih merasa takut melukai istri jika melakukan hubungan intim terlalu cepat selain itu banyak

klien yang menjadi responden adalah orang tua baru sehingga masih sedikit informasi yang di

dapatkan responden mengenai hubungan seksual pasca istri melahirkan.

Hal ini sesuai dengan teori menurut pendapat Tampubolon (1993), minat adalah perpaduan

antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika adanya motivasi. bahwa minat

merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan

tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dalam

mewujudkan pencapaian tujuan yang menjadi keinginannya. Melihat bahwa adanya minat pada diri

seseorang tidak terbentuk secara tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui proses yang dilakukannya.

Ini berarti bahwa minat pada diri seseorang tidak hanya terbentuk dari dirinya akan tetapi ada

pengaruh juga dari luar dirinya termasuk lingkungan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi

minat menurut (Muhajirin, 2007): a). The factor inner urge: rangsangan dari dalam diri atau

pembawaan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan

minat; b). The factor of social motive: minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal, selain

dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif social; c). Emotional

factor: faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap objek.

Adapun faktor yang menurunkan minat seseorang terhadap sesuatu menurut (Muhajirin, 2007),

yaitu: a). Faktor ketidakcocokan, minat seseorang terhadap sesuatu hal akan berkembang jika hal

tersebut menarik dan sesuai dengan dirinya dan minat tersebut akan turun apabila tidak sesuai

dengan dirinya; b). Faktor kebosanan, melakukan suatu aktifitas secara terus-menerus secara

monoton akan membosankan, hal ini dapat menyebabkan menurunnya minat; c).Faktor kelelahan,

orang yang karena minatnya terhadap sesuatu aktifitas, akan melakukan aktifitas tersebut dengan

tidak memperhatikan batas waktu. Hal ini dapat mengakibatkan kelelahan. Orang yang lelah akan

malas melakukan sesuatu.

2.

Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan pengetahuan suami dengan minat berhubungan intim pasca ibu nifas di Rumah

Sakit Dustira Cimahi Tahun 2011.

Pengetahuan Suami

Minat Berhubungan Seksual

Total

P

Value

Tinggi

Rendah

n

%

n

%

N

%

Baik

Cukup

Kurang

16

11

1

80

40

5,9

4

14

16

20

56

94,1

20

25

17

100

100

100

0,000

Jumlah

28

45,2

34

54,8

62

100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 17 responden yang pengetahuannya kurang

memiliki minat yang rendah untuk berhubungan seksual sebanyak (94,1%), dan dari 20 reponden,

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika

25

hampir seluruh responden (80%) mempunyai pengetahuan yang baik memiliki minat yang tinggi

untuk berhubungan intim. Hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

Pengetahuan Suami Dengan Minat Berhubungan Intim Pasca Ibu Nifas di Rumah Sakit Dustira

dengan (p value = 0,000 dan α = 0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sony Sonjaya yang di lakukan di

kabupaten Cirebon pada tahun 2010. Dari penelitian didapatkan responden yang berpengetahuan

baik sebanyak 65,22% dan 52,17% berminat melakukan hubungan seksual pasca nifas.Kesimpulan

dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu pasca nifas tentang hubungan

seksual pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual.

Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak semua responden yang memiliki

pengetahuan yang baik berminat tinggi untuk melakukan hubungan intim pasca ibu nifas. Sebaliknya

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang bukan berarti tidak berminat untuk melakukan

hubungan intim pasca ibu nifas. Namun hampir seluruh responden yang memiliki pengetahuan yang

baik mempunyai minat yang tinggi untuk melakukan hubungan intim pasca ibu nifas. Hal ini

menunjukkan bahwa pengetahuan menjadi faktor yang mempengaruhi minat seseorang.

Kurangnya pengetahuan membuat suami merasa cemas untuk melakukan hubungan intim

pasca ibu nifasdan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali membuat gairah bercinta

pasangan suami istri menjadi hilang, terutama pada wanita.

Sedikitnya informasi tentang seks setelah melahirkan menjadikan para suami enggan

melakukan hubungan seksual. Selain itu banyak pasangan suami istri belum tahu kapan boleh

melakukan hubungan seksual pasca melahirkan, karena melahirkan baginya adalah pengalaman

baru, sehingga banyak pasangan yang ingin tahu kapan mereka boleh kembali berhubungan seks

setelah melahirkan.

Trauma psikis (kejiwaan) kadang terjadi pada wanita usai melahirkan yang belum siap dan

memahami segala urusan mengurus anak. Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah

siap mengeluarkan ASI, cara pemberian ASI yang benar sampai urusan mengganti popok.

Akibatnya, pasangan suami istri merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan

enggan untuk berhubungan seksual. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Close

(1998) Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik, bila trauma dikelola

dengan baik, kehidupan seks bisa kembali berjalan dengan baik seperti semula.

Maka dari itu peneliti berasumsi tidak hanya sebatas pengetahuan yang mempengaruhi minat

seseorang untuk melakukan hubungan intim pasca ibu nifastetapi terdapat faktor lain juga yang

mempengaruhi minat berhubungan intim pasca ibunifas. Misalnya Adanya perlukaan jalan lahir, adat

istiadat (budaya), menjadi faktor yang mempengaruhi minat berhubungan intim pasca ibu nifas. Hal

ini sesuai dengan teori menurut Saifuddin,(2001) banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

(9)

Jurnal Kesehatan Kartika

26

D.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan mengenai hubungan

pengetahuan suami dengan minat berhubungan seksual ibu post partum di Rumah Sakit Dustira

Cimahi, maka dapat disimpulkan:

a.

Sebagian responden yaitu 25 responden (40,3%) di Rumah Sakit Dustira Cimahi memiliki

pengetahuan yang cukup.

b.

Sebagian respondenyaitu 34 responden (54,8%) memiliki minat yang rendah untuk

melakukan hubungan intim pasca ibu nifas di Rumah Sakit Dustira Cimahi

c.

Terdapat hubungan antara pengetahuan suami dengan minat berhubungan seksual pasca

istri melahirkan di Rumah Sakit Dustira Cimahi dengan p palue = 0,000 yang berarti nilai

tersebut kurang dari α = 0,05

2.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka saran yang dapat penulis

sampaikan adalah sebagai berikut:

a.

Di sarankan hasil penelitian ini dapat dikembangkan keilmuan keperawatan maternitas

khususnya mengenai minat hubungan seksual pasca istri melahirkan, sehingga dapat

menambah/memperkarya wawasan dan informasi bagi pasangan suami istri

b.

Dipergunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai minat berhubungan seksual pasca istri melahirkan. Peneliti selanjutnya

bisa mengembangkan tentang faktor lain yang mempengaruhi minat berhubungan seksual

pasca istri melahirkan selain pengetahuan, penelitian dengan analisa yang berbeda serta

diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak serta luang lingkup penelitian yang lebih

luas mengenai minat berhubungan seksual pasca istri melahirkan.

c.

Diharapkan rumah sakit dapat lebih optimal dalam memberi pelayanan pada klien di ruang

nifas Rumah Sakit Dustira Cimahi. Seperti menjadwalkan suami harus bisa bertemu dengan

perawat, agar perawat dapat memberikan informasi mengenai hubungan intim pasca ibu

nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu., & Supriyono, Widodo. (2002).

Psikologi Belajar

. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S., (2006).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

. Jakarta: Rineka Cipta

Ayu, Ida., (2009).

Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita

. Jakarta: EGC

(10)

Jurnal Kesehatan Kartika

27

Ayurai, 2009, http://ayurai.wordpress.com/gambaran-pengetahuan-ibu/ di peroleh pada tanggal 31 Mei

2011

BKKBN, (2003).

Panduan Konseling Kontrasepsi Bagi Bidan.

Jakarta

Bobak, L., (2004).

Keperawatan Maternitas.

Jakarta: EGC

Chaplin, J. P. (2006).

Kamus Lengkap Psikologi

. Jakarta : Rajawali PT Rajagrafindo Persada

Christine, (2006).

Konsep Kebidanan

. Jakarta EGC

Close, Sylvia., (1998).

Kehidupan Seks Selama Kehamilan dan Setelah Melahirkan

. Jakarta: Arcan

Derek, (1999).

Setiap Wanita

. Jakarta : Delapratasa

Fijolek , 2011, ¶ 2,

http://www.babycenter.com/404_is-it-normal-not-to-want-sex-after-having-a-baby

di

peroleh pada tanggal 12 Mei 2011

Format referensi elektronik tersedia,

http://www.littlehipo.com/index.

di peroleh pada tanggal 4 Juli 2011

Format referensi elektronik, dari http ://www.astaga.com. diperoleh pada tanggal 24 februari 2011

Format referensi elektronik, dari http://cyberwoman.cbn.net.id. Diperoleh pada tanggal 24 februari 2011

Format referensi elektronik, dari

http://Wikipedia.com/2011/

di peroleh pada tanggal 7 april 2011

Gary, F., (2005).

Obstetri Williams Ed. 21

. Jakarta: EGC

Manuaba, (2008).

Mamahami Reproduksi Wanita

. Jakarta: EGC

Mellyana, (2003). Dari

http://www.canboyz.co.cc/2010/06/pengertian-definisi-dan-tingkat.html

diperoleh

pada tanggal 27 Mei 2011

Mochtar, Rustam., (1998).

Sinopsis Obtetri Ed. 2

. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, (2002).

Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan

. Jakarta : PT. Rineka Cipta

(2003).

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan

. Jakarta: PT. Rineka Cipta

(2005).

Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi

. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam, (2003).

Konsep Dan Penerangan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

. Jakarta: Salemba

Medika

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Suami dan Minat Untuk Berhubungan Intim    Pasca Ibu Nifas di Rumah Sakit Dustira Tahun 2011
Tabel 2. Hubungan pengetahuan suami dengan minat berhubungan intim pasca ibu nifas  di Rumah  Sakit Dustira Cimahi Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Mulyasa (2007:24) dalam Manajemen Berbasis Sekolah, MBS adalah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk

5 Rumus Bangun Propylene Gglycol (Rowe., et al., 2009) Propylene glycol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik,

[r]

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel iklan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian sabun mandi Lux cair di Gelalel Mall Ciputra Semarang

Loyalitas merupakan perilaku konsumen yang akan dapat diketahui jika konsumen telah melakukan pembelian kepada produk yang ditawarkan dipasar, konsumen yang loyal

Walhasil, pengembangan pendidikan Entrepreneurship yang terintegrasi ke dalam kurikulum mata ajaran di madrasah menjadi sesuatu yang bersifat “urgent” untuk segera

Pola penggunaan lahan yang dapat mem berikan kelestarian total pendapatan PLTA Way Besai adalah skenario 2 (agroforestry berbasis kopi) dapat dicapai dengan meman faatkan semak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pada budaya organisasi terhadap komitmen pegawai yang bekerja di Kementerian “X” Jakarta..