• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIISOLASI DARI RHIZOSFER PERTANAMAN KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIISOLASI DARI RHIZOSFER PERTANAMAN KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KEDELAI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PEMBERIAN KEPADATAN POPULASI BAKTERI

PENAMBAT NITROGEN

Azospirillum

sp. YANG DIISOLASI

DARI RHIZOSFER PERTANAMAN KEDELAI TERHADAP

PERTUMBUHAN VEGETATIF KEDELAI (

Glycine max

L.

Merr.)

(

The Response of Population density of Nitrogen-Fixing Bacteria of

Azospirillum sp. Isolated from Rhizosphere of Soybean Planting to

Soybean (Glycine max L. Merr.) Vegetative Growth

)

Dewi Firnia

1*

, Kartina AM

1

, Cori Damayanti

2

1

Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jl. Raya Jakarta Km 4, Kampus Untirta Serang Banten

Telp (0254) 280706, ext 129. Fax (0254) 280706

*Korespondensi: dewi.firnia@untirta.ac.id

2

Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian

Jl. Raya Jakarta km 4, Kampus Untirta Serang Banten

Diterima: 18 Juli 2014 / Disetujui: 01 September 2014 ABSTRACT

A research was aimed to decribe the effect from the population density of nitrogen-fixing bacteria of Azospirillum sp. to soybean (Glycine max L. Merr.) vegetative growth. Research was conducted at the Laboratory of Agroecology and Garden Experiment of Agriculture Faculty in Sultan Ageng Tirtayasa University starting from August until October 2013. This research used factor Randomized Completely Block Design (RCBD). The factor was consisted of 6 levels which were without giving Azospirillum sp. (AZ0), population density of Azospirillum sp. 102 cfu/ml (AZ1), 104 cfu/ml (AZ2), 106 cfu/ml (AZ3), 108 cfu/ml (AZ4), 1010 cfu/ml (AZ5). Each one was repeated 4 times with further test of Duncan’s Multiple Range Test 5%. The observation was consisted of several parameters, that were plant height, quantity of leaves, root length, leaf area, crown dry weight and root dry weight. The results showed the two isolates founded of bacteria Azospirillum sp. who was ability to fixating a nitrogen from soybean rhizosphere soil with each given code Azp1 and Azp2. The population density of Azospirillum sp. also showed significantly different at 3, 4 and 5 weeks after planting and high significantly different at 6 weeks after planting of plant height parameters of soybean plants.

Keywords: Azospirillum sp., population density, soybean ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agroekoteknologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada bulan Agustus sampai Oktober 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu perlakuan yang terdiri atas 6 taraf yaitu tanpa pemberian Azospirillum sp. (ZA0), kepadatan populasi Azospirillum sp. 102 cfu/ml

(2)

(AZ1), kepadatan populasi Azospirillum sp. 104 cfu/ml (AZ2), kepadatan populasi Azospirillum sp. 106 cfu/ml (AZ3), kepadatan populasi Azospirillum sp. 108 cfu/ml

(AZ4), kepadatan populasi Azospirillum sp. 1010 cfu/ml (AZ5) dengan jumlah

ulangan sebanyak 4 kali. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan dengan = 5%. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hasil peneilitian menunjukkan bahwa isolat bakteri Azospirillum sp. yang memiliki kemampuan dalam menambat nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai ditemukan sebanyak 2 buah yang masing-masing diberikan kode Azp1 dan Azp2. Kepadatan populasi Azospirillum sp. memberikan pengaruh yang nyata pada minggu 3,4 dan 5 setelah penanaman, serta pengengaruh sangat nyata pada 6 minggu setelah penaman.

Kata kunci: Azospirillum sp., kepadatan populasi, kedelai

PENDAHULUAN

Kedelai adalah komoditas penting di Indonesia karena merupakan sumber protein yang dibutuhkan selain lemak, vitamin, dan mineral bagi masyarakat. Disamping itu, kedelai merupakan bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Namun, harga kedelai di dalam negeri masih jauh di atas harga internasional (Muhibuddin 2010). Masa-lah krisis kedelai di Indonesia terjadi tidak lepas dari kurangnya keberpi-hakan dan perhatian pemerintah terhadap petani kedelai dan pengem-bangan produksi kedelai secara nasional. Petani mengeluh biaya produksi kedelai yang terus naik karena dipicu oleh kenaikan harga benih, pupuk dan sewa lahan (Taliawo 2012) sehingga diperlukan adanya pengem-bangan teknologi yang mampu meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.

Teknologi budidaya pertanian kedelai pada dasarnya telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Per-tanian. Hal ini berarti bahwa secara teknis adanya potensi yang besar untuk meningkatkan produksi kedelai nasional (Zakaria 2010). Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2013), produksi kedelai tahun 2012 menunjukkan volume produksi sebesar 843,153 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebanyak 8,133 ribu ton (1,01%) dibandingkan tahun 2011 dengan angka 851,286 ribu ton. Penurunan produksi kedelai terjadi karena luas panen

me-ngalami lonjakan drastis seluas 54,63 ribu hektar (1,09%) meskipun terjadi pening-katan produktivitas sebesar 1,17 kuintal/hektar (0,92%).

Azospirillum merupakan bakteri tanah penambat nitrogen non simbiotis. Non simbiotis yaitu bakteri hidup bebas di dalam tanah, baik sekitar maupun dekat dengan perakaran (Rao 2007). Inokulasi dengan Azospirillum memiliki pengaruh yang baik dalam mening-katkan pertumbuhan tanaman secara nyata, demikian pula dengan kan-dungan nitrogen tanaman serta hasil bijinya pada kondisi lapangan (Gunarto

et al. 1999).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 yang bertempat di Laboratorium Agroekologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah rhizosfer perta-naman kedelai asal Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang, benih kedelai varietas baluran, medium Okon Padat dan Cair, air, plastik wrap, label, aluminium foil,

aquadest, alkohol 70%, polibag berukuran 20 x 25 cm, dan tanah.

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, wadah plastik, labu Erlenmeyer 500 ml dan 1000 ml, tabung reaksi, cawan Petri,

(3)

shaker, autoclave, bunsen, timbangan

analitik ketelitian tiga desimal, hot plate,

magnetic stirrer, colony counter, refrigerator, laminar air flow, inkubator,

jarum ose, spatula, pipet mikro 100-1000 µl, kamera, penggaris, leaf area

meter, pH meter dan oven.

Rancangan penelitian yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah Ran-cangan Acak Kelompok (RAK), dengan satu faktor perlakuan, yaitu kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. dengan dosis yang berbeda. Percobaan dilaksa-nakan dengan 6 taraf kepadatan popu-lasi bakteri, yaitu:

1. AZ0 = 0 cfu/ml (tanpa pemberian

Azospirillum sp.)

2. AZ1 = 102 cfu/ml (colony forming

unit/milliliter)

3. AZ2 = 104 cfu/ml 4. AZ3 = 106 cfu/ml 5. AZ4 = 108 cfu/m 6. AZ5 = 1010 cfu/ml

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh secara statistik diuji dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata sampai sangat nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range

Test dengan taraf 5%.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel tanah pada rhizosfer pertanaman kedelai. Pengambilan sampel tanah dilaku-kan pada daerah rhizosfer pertana-man kedelai yang berlokasi di Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang. Sampel tanah diambil menggunakan cangkul dengan kedalaman 20-30 cm dari atas permukaan tanah, masing-masing bagian rhizosfer tanah dimasukkan ke dalam wadah plastik dan diberi label.

2. Isolasi dan seleksi bakteri

Azospirillum sp.

Sampel tanah yang telah diperoleh dikompositkan terlebih dahulu, kemu-dian ditimbang sebanyak 10 g dan dimasukkan ke dalam aquadest dengan volume 90 ml pada tabung reaksi sebagai pengenceran 10-1. Kemudian, diambil 1 ml dari pe-ngenceran 10-1 menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam 9 m

aquadest sebagai pengenceran 10-2. Pengenceran dilakukan sampai 10-9 untuk mendapatkan biakan bakteri murni. Suspensi sampel tanah dari peng-enceran 10-1;10-3;10-5;10-7dan 10-9 dipindahkan sebanyak 1 ml pada cawan Petri yang telah terisi medium Okon padat menggunakan pipet mikro dengan metode spread plate dan sebanyak 1 ml pada tabung reaksi yang telah terisi medium Okon cair. Kemudian cawan Petri diinku-basi pada suhu ruang 27oC selama ±48 jam. Isolat Azospirillum sp. yang ditumbuhkan pada medium Okon cair yang memperlihatkan ciri-ciri khusus dengan berubahnya warna medium dari kuning menjadi biru di-simpan, kemudian akan diaplikasikan pada tanaman kedelai.

3. Pengujian kepadatan populasi

bakteri penambat nitrogen

Azospirillum sp. terhadap pertum-buhan vegetatif kedelai (Glycine max L. Merr.).

Isolat yang telah ditumbuhkan pada medium Okon cair dipisahkan kemudian isolat tersebut diaplikasi-kan pada kecambah kedelai berumur 2 hari dan minggu kedua setelah tanam diberikan sebanyak 4 ml.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (centimeter), jumlah daun (trifoliate), panjang akar (cm), luas daun (cm2), bobot kering tajuk (gram), bobot kering akar (gram) dan jumlah koloni (cfu/m).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Bakteri

Seleksi isolat bakteri yang memiliki kemampuan dalam menambat nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik selama ± 2 minggu pada medium Okon padat. Dari penelitian ini didapatkan 2 isolat yang masing-masing diberikan kode Azp1 dan Azp2. Bakteri Azp1 memiliki ciri-ciri pelikel yang terbentuk permukaan atas-nya rata, tepi koloni utuh, berwarna kuning, dan mampu menunjukkan gram negatif. Sedangkan, bakteri Azp2 memi-liki ciri-ciri pelikel yang terbentuk permukaan atasnya rata, tepi koloni berombak, berwarna kuning, dan mam-pu menunjukkan gram negatif. Selain itu, Azp2 memperlihatkan pertumbuhan yang lambat daripada Azp1. Berda-sarkan hasil penelitian Widawati dan Muharam (2012) Azospirillum termasuk bakteri yang tumbuh lambat (slow

growing), sehingga pengamatan isolasi

bakteri dilakukan sampai hari ke-7 masa inkubasinya mengenai ada tidaknya jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Widawati dan Muharam (2012) menam-bahkan bahwa isolat Azospirillum sp. yang diisolasi dari semua ekosistem mampu menambat nitrogen pada media Okon.

Tarigan (2012), isolasi bakteri penambat nitrogen dilakukan dengan menggunakan medium pertumbuhan JNFB (James Nitrogen Free Malat

Bromthymol Blue). Terlebih dahulu

dilakukan pengenceran tanah secara

serial dan ditumbuhkan dengan metode cawan sebar. Kemudian bakteri diin-kubasi selama 48 jam, dan diamati koloni yang tumbuh. Tarigan (2012) menambahkan isolat tanah yang dila-kukan di perkebunan kedelai, diperoleh delapan isolat penambat bakteri nit-rogen. Bentuk koloni dari isolat pada umumnya bulat dan tak teratur, tepi koloni bervariasi seperti berombak, berbelah, utuh dan keriting.

Azospirillum termasuk ke dalam

grup bakteri gram negatif. Bakteri ini memiliki ciri khas yaitu memiliki sifat mikroaerofilik. Bentuk sel Azospirillum vibroid, koma atau batang lurus dengan lebar sel 0,9-1,2 mm dengan suhu optimum untuk tumbuh 34-37oC (Okon

et al. 1976). Untuk mengisolasi bakteri Azospirillum digunakan medium semi

padat bebas nitrogen karena bakteri ini mempunyai karakteristik yaitu berpindah dari suatu tempat di dalam media untuk mencari keseimbangan difusi oksigen (Saraswati et al. 2007).

Tinggi Tanaman

Perlakuan kepadatan populasi

Azospirillum sp. tidak berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST sampai 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST. Rerata tinggi tanaman dan hasil uji DMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter Tinggi Tanaman umur 2 MST sampai 6 MST

Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp. Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rerata AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5 22,38 24,50 26,00 25,63 26,00 23,50 34,50c 41,50abc 45,05ab 50,25a 47,00ab 38,50bc 50,25b 66,63ab 73,63a 77,13a 75,75a 58,88ab 66,63b 87,00ab 104,25a 101,25a 101,75a 71,25b 91,38bc 111,38ab 137,38a 131,50a 121,50ab 77,380c 53,03 66,20 77,26 77,15 74,40 53,90 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan

(5)

Berdasarkan Tabel 1. perlakuan kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. menunjukkan hasil tidak ber-pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST. Hal ini diduga pada awal masa pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur hara yang sama dalam proses meningkatkan perbanyakan sel dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Kemudian, kemung-kinan lain keadaan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST disebabkan oleh kemampuan bakteri Azospirillum sp. dalam mem-fiksasi N dari udara dan di dalam tanah relatif sama atau pembagian unsur hara yang seimbang. Berdasarkan hasil penelitian Mala et al. (2010) pada tahap awal penanaman, peningkatan dari pertumbuhan tanaman Maize (jagung) dengan penggunaan Azotobacter dan

Azospirillum termasuk lambat. Pada

percobaan lapang, tanaman dengan perlakuan kontrol, Azotobacter dan

Azospirillum menunjukkan tidak

ber-pengaruh nyata pada pengamatan dari 4 MST; 6 MST; 8 MST dan 10 MST dengan rata-rata tinggi tanaman 161,30 cm; 158,01 cm dan 164,02 cm.

Azospirillum cenderung memiliki nilai

tertinggi sebesar 164,02 cm. Mala et al. (2010) menambahkan, nitrogen yang terkandung pada batang hasil panen tanaman Maize memperlihatkan pada perlakuan kontrol, Azotobacter dan

Azospirillum dengan nilai 0,39%; 0,56%

dan 0,51%. Sehingga, dapat disim-pulkan bahwa penggunaan masing-masing perlakuan dari bakteri memiliki kandungan nitrogen yang baik daripada tanaman kontrol.

Pada umur 3 dan 4 MST perlakuan AZ3 berbeda nyata dengan AZ0 dan AZ5. Namun, tidak berbeda nyata dengan AZ1, AZ2 dan AZ4. Terlihat jelas pada Tabel 1. bahwa perlakuan pemberian kepadatan populasi bakteri

Azospirillum sp. dengan jumlah

kepa-datan 102 cfu/mll sampai 1010 cfu/ml menunjukkan keadaan berbeda nyata dengan perlakuan 0 cfu/ml (tanpa pemberian bakteri Azospirillum sp.).

Pada 4 MST pemberian kepadatan 106 cfu/ml (AZ3) mampu meningkatkan tinggi tanaman menjadi 77,13 cm yaitu hampir 2/3 dari tinggi tanaman tanpa pemberian Azospirillum sp. (AZ0) dengan tinggi tanaman 50,25 cm. Menurut Panjaitan (2004) inokulasi

Azospirillum atau CMA (Cendawan

Mikoriza Arbuskula) dapat meng-efisiensikan penggunaan pupuk N dan P sebesar 75% dalam hal meningkatkan tinggi tanaman Setaria splendida.

Kemudian, Tien et al. (1979) mengemu-kakan Azospirillum menghasilkan hor-mon pemacu pertumbuhan tanaman diantaranya adalah IAA (Indol Acetic

Acid), giberelin dan sitokonin. Rao

(2007) menjelaskan beberapa pengaruh morfogenetik yang penting dari IAA terhadap pertumbuhan tanaman adalah pemanjangan batang dan pembentukan bintil akar, yang merupakan reaksi inang terhadap auksin. Auksin ini ber-fungsi memacu pertumbuhan akar/bulu-bulu akar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor auksin yang terdapat dalam akar tanaman kedelai mampu memberikan respon yang baik terhadap perlakuan dari AZ1 sampai AZ5 sehingga dapat memacu pemanjangan batang tana-man. Sutanto (2002) menyatakan mikro-organisme melepaskan asam yang mampu melarutkan mineral, sehingga unsur hara yang terlarut dapat dima-nfaatkan oleh tanaman.

Pada umur 5 MST dan 6 MST perlakuan AZ2 berbeda nyata dengan AZ0 dan AZ5. Namun, tidak berbeda nyata dengan AZ1, AZ3 dan AZ4. Selama masa pertumbuhan AZ0 (tanpa pemberian Azospirillum sp.) dan AZ5 (1010 cfu/ml) berbeda nyata dengan AZ1, AZ2, AZ3 dan AZ4 (102; 104; 106 dan 108 cfu/ml). Dilihat dari keadaan tanahnya yang terkandung pH sebesar 6,95 dan kadar air 42% memungkinkan tanaman kedelai tumbuh dengan baik sehingga dalam masa vegetatif tidak ditemukannya batang tanaman kedelai yang mati. Pada pemberian kepadatan populasi 104 cfu/ml dan 106 cfu/ml

(6)

memiliki kecenderungan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan.

Jumlah Daun

Perlakuan kepadatan populasi

Azospirillum sp. tidak berpengaruh

nyata terhadap jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST. Rerata jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST disajikan pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan kepadatan populasi bakteri

Azospirillum sp. secara keseluruhan

menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2 MST sampai 6 MST. Hal ini diduga kurangnya unsur hara N yang diserap oleh tanaman dan tidak digunakan secara maksimal untuk memperbanyak jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka, semakin banyak pula kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Hasil rerata jumlah daun memperlihatkan kecenderungan AZ3 dan AZ4 yang dapat meningkatkan jumlah daun lebih banyak dengan nilai 6,30 dan 6,45. Jumin (2005) berpen-dapat bahwa tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Cahaya akan dapat dilihat saja yang berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Tingkat-an pengaruh cahaya ditentukTingkat-an oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lamanya penyinaran, dimana unsur

cahaya tersebut tertuju pada pertum-buhan vegetatif dan generatif tanaman. Menurut Hanafiah (2002) defisiensi unsur K dapat menghambat proses fotosintesis tetapi meningkatkan respirasi, sehingga menghambat tran-sportasi karbohidrat dan secara keseluruhan menghambat pertum-buhan. Sutedjo (2010) menambahkan unsur hara K mempunyai peranan penting pada tanaman salah satunya mengatur pergerakan stoma dan hal yang berhubungan dengan air atau mempertahankan turgor tanaman yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan proses-proses lain agar dapat berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa kurangnya unsur Kalium pada tanaman kedelai yang secara fisiologis meru-pakan salah satu peranan penting dalam kegiatan metabolisme untuk mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik daun.

Panjang Akar, Luas Daun, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk dan

Bobot Kering Akar

Perlakuan kepadatan populasi

Azospirillum sp. tidak berpengaruh

nyata terhadap panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Rerata panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Parameter jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST

Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp.

Jumlah Daun (trifoliate)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rerata AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 2,75 4,00 4,00 3,75 4,25 4,00 3,25 4,75 6,00 5,75 6,25 6,50 5,75 6,50 6,00 8,00 7,25 8,00 6,75 9,75 8,25 10,50 10,75 10,75 10,75 5,55 5,45 6,20 6,30 6,45 5,85

(7)

Tabel 3 Parameter panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp. Panjang Akar (cm) Luas Daun (cm²)

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot Kering Akar (g) AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5 33,25 28,00 18,00 22,00 20,13 22,50 536,00 506,93 765,05 718,23 910,98 595,88 3,20 3,66 4,29 6,06 5,58 4,61 1,06 0,74 0,57 0,95 0,68 0,74

Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan kepadatan populasi bakteri

Azospirillum sp. secara keseluruhan

menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Sehingga, untuk perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang sama terhadap parameter yang diamati. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa fiksasi N oleh bakteri Azospirillum sp. belum dapat bekerja dan memacu pertumbuhan tanaman kedelai secara optimal.

Husen (2009) secara umum pupuk hayati HEG (pupuk padat yang terdiri dari Azospirillum lipoverum, Aspergillus

niger, Aeromonas punctata, Azotobacter beijerinckii 1,9 x 105 – 5,8 x 107 cfu/g) cukup efektif meningkatkan beberapa aspek pertumbuhan vegetatif, namun belum mempresentasikan efektifitas pupuk hayati yang sebenarnya karena lambatnya respon tanaman yang diduga terkait dengan rendahnya kepadatan populasi inokulan. Husen (2009) menambahkan efektivitas mikroba yang menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati terbukti mampu mengurangi kemampuan penggunaan pupuk tunggal NPK, dalam menyediakan hara sangat tergantung pada daya hidup dan perkembangannya di lingkungan rhizosfer. Sehingga kepadatan populasi inokulan saat diaplikasikan juga sangat menentukan kemampuan bersaing inokulan dengan mikroba alami.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pemba-hasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Ditemukan dua isolat bakteri

Azospirillum sp. yang memiliki

kemampuan dalam menambat

nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai yang masing-masing diberikan kode Azp1 dan Azp2.

2) Perlakuan tingkat kepadatan popu-lasi bakteri penambat nitrogen

Azospirillum sp. mampu

menun-jukkan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 3

MST sampai 5 MST dan

berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. yang diisolasi dari pertanaman kedelai terhadap pertumbuhan kedelai pada fase vegetatif dan pengujian unsur hara N, P dan K yang diserap oleh tanaman kedelai.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2013. Tanaman Kedelai. (http://bps.go.id/kedelai. html, diakses 1 Maret 2013).

Gunarto L, K Adachi, T Senboku. 1999. Isolation and Selection of Indigenous Azospirillum sp. from a Subtropical Island and Effect of Inoculation on Growth of Lowland Rice Under Several Level of N Application. Biol. Fertil. Soils. 28: 129-135.

Hanafiah KA. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta. 360 hlm.

Husen E. 2009. Telaah Efektivitas Pupuk Hayati Komersial dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tana-man. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal 105-117.

Jumin HB. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Edisi Kelima. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mala T, S Chotchuangmaneerat, W. Phuengsaeng and J. Phumphet. 2010. Efficiency of Glomus aggreratum, Azotobacter, Azos-pirillum and Chemical Fertilizer on

Growth an Yield of Single Cross Hybrid 4452 Maize. Natural Science 44: 789-799.

Muhibuddin A. 2010. Efektivitas Strain

Bradyrhizobium japonicum pada

Tanaman Kedelai Varietas Maha-meru dan Baluran. Jurnal Agriculture. 3(1): 28-34.

Okon Y, SL Albrecht and RH Barris. 1976. Factor Affecting Growth and Nitrogen Fixation of Azospirillum

lipoferum. J. Bacteriol. 127(3)::

1248-1254.

Panjaitan I. 2004. Efektivitas

Azospi-rillum dan Cendawan Mikoriza

Arbuskular Terhadap Produksi dan Serapan Hara Setaria splendida pada Dosis N dan P Berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 107 hlm.

Rao NSS. 2007. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Terje-mahan Herawati Susilo. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 533 hlm.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Cetakan ke-5. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.

Sutedjo MM. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan ke-8. Rineke Cipta. Jakarta. 177 hlm.

Taliawo RG. 2012. Krisis Kedelai dan

Keberpihaka Pemerintah.

(http://kompasiana.com/2012/krisis-

kedelai-dan-keberpihakan-pemerintah. html, diakses 1 Maret 2013).

Tien TM, Gaskins H., and Hubbell DH. 1979. Plant Growth Subtances

Produced by Azospirillum

brasilense and Their Effect on

Growth of Pearl Millet (Pennisetum

americanum L.). Appl. Environ. Microbiol. 37(10): 16-24.

Widawati S dan Muharam A. 2012. Uji Laboratorium Azospirillum sp. yang Diisolasi dari Beberapa Ekosistem.

J.Hort. 22(3): 258-267.

Zakaria AK. 2010. Kebijakan Pengem-bangan Budidaya Kedelai Menuju Swasembada Melalui Partisipasi Petani. Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan Pertanian. J. Analisis

Gambar

Tabel 1 Parameter Tinggi Tanaman umur 2 MST sampai 6 MST
Tabel 2 Parameter jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST
Tabel 3  Parameter  panjang  akar,  luas  daun,  bobot  kering  tajuk  dan  bobot  kering akar  Kepadatan Populasi  Bakteri Azospirillum sp

Referensi

Dokumen terkait

Setiap proses kegiatan yang mengacu pada teroptimalnya kemampuan anak tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Adapun faktor pendukung

Sunan Bonang menulis, “Tegesê angapesaken ing sifating Pangēran, sifating Pangēran ora matēni ora andadēken ora angjatēni ora wēh rijeki.” Keempat, sekte Bâthiniyah

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka simpulannya orang tua menyekolahkan anaknya di pesantren karena (1) keinginan agar anak memiliki ahklak yang

Berdasarkan pengamatan hasil sayatan melintang daun tanaman asam keranji (Pitchelobium dulce) dan ketapang (Terminalia catapa L.) di bawah mikroskop dengan perbesaran

menggunakan software design expert dengan metode simplex latice design pada kekerasan dan waktu hancur tablet sebagai parameter kritisnya didapatkan hasil formula

Kegiatan guru di MGMP sangat strategis untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru, oleh karena itu pemberdayaan MGMP merupakan hal mendesak yang harus

Dari hasil analisa aspek ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa prarancangan pabrik pembuatan Natrium Bikarbonat berkapasitas 115.000 ton/tahun layak untuk