1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Latar Belakang Proyek
Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki fasilitas oceanarium yang memadai. SeaWorld Ancol adalah satu-satunya oceanarium yang ada, hal ini tidak sebanding dengan kekayaan laut yang dimiliki Indonesia. Pusat Penelitian Oceanografi LIPI menyatakan bahwa Indonesia merupakan pusat biodiversitas kelautan dengan keanekaragaman spesies biota laut yang sangat tinggi. Informasi mengenai kekaayan laut yang berlimpah tersebut menjadi tidak tersalurkan sebagai bahan edukasi bagi masyarakat luas.
Berbeda halnya dengan Singapore yang memiliki oceanarium terbesar di dunia. Marine Life Park yang berlokasi di Sentosa Island ini dapat menampung 800 spesies biota laut di dalam 45 juta liter air. Kekayaan laut yang dimiliki Singapore tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Hal yang membedakannya adalah kesadaran negaranya untuk mengedukasi warga akan potensi laut yang dimiliki.
Oceanarium memiliki konten yang berhubungan dengan lingkungan, sehingga bangunan akan berfungsi baik jika memiliki konteks dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, oceanarium yang baik memiliki kriteria berlokasi di pesisir pantai (Britannica, 2008). Pantai memiliki beberapa masalah seperti kadar garam di udara, angin, panas matahari, dan sebagainya. Bangunan harus dapat beradaptasi dengan masalah tersebut, namun juga sekaligus dapat mengambil sisi positif pesisir pantai. Maka, pemilihan arsitektur kontekstual dianggap dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan oceanarium.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka oceanarium masih dibutuhkan di Indonesia. Seperti yang dikemukakan Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Didien Junaedy (Jumat 21/9), minimnya infrastruktur wisata bahari
2 di Indonesia menyebabkan arus wisatawan terbatas dan untuk memaksimalkannya membutuhkan komitmen.
1.1.2 Latar Belakang Lokasi
Oceanarium memiliki kriteria lokasi berada di pesisir pantai (Britannia, 2008) dan Bali merupakan pulau yang memiliki garis pantai yang panjang dan keindahan laut. Panjang garis pantai Bali kurang lebih 470 km² dengan perairan laut seluas 9500 km², hal ini menjadikan Bali memiliki potensi tinggi untuk dikunjungi wisatawan yang ingin menikmati keindahan laut. Tidak hanya wisatawan lokal, potensi laut Bali juga banyak dinikmati oleh turis mancanegara. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Badan Pusat Statistik bali yang mengatakan bahwa wisatawan mancanegara naik 9,71% pada bulan Juli 2013.
Pemilihan tapak didasari oleh beberapa pertimbangan. Lokasi tapak harus sesuai dan dapat mendukung perancangan yang di desain. Bali memiliki banyak alternatif tempat yang mendukung, seperti Nusa Dua, Jimbaran, atau Seminyak. Wilayah-wilayah itu masih memiliki kondisi pantai yang sangat indah dengan akses pencapaian yang lebih terjangkau.
Dengan pertimbangan tersebut maka Bali adalah lokasi yang cocok untuk oceanarium. Bali juga merupakan pulau internasional yang memiliki banyak wisatawan. Secara aksesibilitas, Bali lebih mudah dicapai oleh seluruh kalangan wisatawan.
1.1.3 Latar Belakang Topik dan Tema
Pada perancangan ini, tema pendekatan yang dipilih adalah arsitektur kontekstual. Oceanarium memiliki hubungan erat dengan lingkungan, karena konten yang dimiliki adalah biota laut hidup. Sehingga, untuk mengadaptasikan bangunan dengan lingkungan, dibutuhkan sebuah konsep kontekstual yang dapat membuat bangunan memiliki kesinambungan.
Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks, yaitu merancang bangunan dengan menyediakan
3 visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif atau menyatu (Brolin, 1980)
Pemilihan tema arsitektur kontekstual juga didasari oleh kesadaran bahwa gaya arsitektur suatu bangunan merupakan bagian dari gaya arsitektur yang lebih luas. Dalam hal ini, fungsi oceanarium diharapkan dapat menjadi pusat edukasi potensi laut Indonesia, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkan harus memiliki keserasian dan kesinambungan secara visual, memori dan makna dari fungsi bangunannya.
Selain itu, suatu bangunan harus beradaptasi dengan arsitektur disekitarnya agar memiliki kesatuan visual dan memiliki konteks dengan lingkungan sekitarnya. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dapat timbul dari adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada. Berangkat dari permasalahan dapat ditemukan tujuan. Dalam perancangan, masalah akan timbul dalam proses pencarian bentuk desain dan pemecahannya. Perancangan oceanarium memiliki sebuah masalah
utama yaitu bagaimana menentukan tatanan ruang yang konteks dengan
lingkungan sekitarnya.
Selain masalah utama tersebut, terdapat masalah lain yang juga perlu diselesaikan pada saat mendesign, seperti:
• Bagaimana menentukan lokasi tapak yang sesuai dengan kebutuhan oceanarium
• Bagaimana menentukan elemen lingkungan apa saja yang harus
diperhatikan untuk konsep kontekstual
• Bagaimana menentukan penerapan teknologi struktur bangunan yang sesuai dengan oceanarium
4
• Bagaimana merancang suasana di dalam bangunan yang dapat
dinikmati
• Apa saja jenis kegiatan pendukung yang harus ada untuk menunjang kebutuhan oceanarium
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan Perancangan
Perancangan ini memiliki satu tujuan utama yaitu untuk melengkapi fasilitas
oceanarium yang ada di Indonesia. Selain itu, terdapat maksud yang dapat
mendukung alasan utama tersebut, yaitu:
• Edukasi = Mengedukasi masyarakat akan potensi laut yang dimiliki
oleh Indonesia
• Konservasi = Mejaga dan membantu melestarikan hewan biota laut
yang habitat aslinya terancam
• Publikasi = Mengenalkan dan mempublikasi potensi laut Indonesia
kepada masyarakat
• Rekreasi = Memberikan alternatif wisata bahari yang baru sebagai tempat rekreasi
Dari keempat aspek tersebut, edukasi merupakan hal yang diutamakan dalam perancangan oceanarium. Kondisi yang diharapkan adalah masyarakat yang teredukasi dan dapat memahami potensi laut di Indonesia. Pertama, masyarakat dapat mengenal potensi laut melalui apa yang dilihatnya di dalam oceanarium. Kemudian masyarakat akan mencintai lautnya sendiri dan sesudah itu memahami potensinya.
1.3.2 Sasaran
Oceanarium merupakan pusat edukasi, sehingga sasaran yang ingin di capai adalah masyarakat dan pelajar. Selain edukasi, terdapat fungsi konservasi di dalam oceanarium sehingga pihak-pihak seperti peneliti dan ilmuan merupaka sasaran kedua. Dari segi bisnis, oceanarium memiliki sasaran yaitu pemerintah, kementrian kelautan dan perikanan, dan lain-lain, untuk mendukung proyek ini.
5 Institusi pemerintahan diperlukan karena oceanarium akan memperkenalkan kekayaan laut Indonesia berskala nasional.
1.4 Metode Pembahasan
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk menunjang perancangan oceanarium ini, dibutuhkan landasan data dan teori yang bersifat ilmiah sebagai acuan. Jenis data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diambil oleh sang penulis langsung. Dalam
proses pengumpulannya, digunakan beberapa metode:
Studi Lapangan. Metode studi ini mengambil data yang didapat dari survey langsung ke lapangan oleh penulis.
Wawancara. Penulis melakukan wawancara dan menanyakan langsung secara verbal kepada pihak yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan perancangan.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang di dapat dari sumber lain. Dalam proses pengumpulan data sekunder, digunakan metode:
Studi Literatur. Data diambil dari sumber literatur yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Literatur dapat berupa buku, karangan ilmiah, teori para ahli, ataupun data internet yang bersumber jelas.
1.4.2 Metode Analisa dan Penyimpulan Masalah
Untuk menganalisa dan memecahkan masalah, digunakan teori Robert
G. Hershberger Ph.D., FAIA dalam buku architectural programming and
predesign manager. Metode ini meliputi 8 aspek pembahasan, yaitu:
• Faktor Manusia (Human Issue)
6 • Nilai Kebudayaan (Cultural Issue)
• Nilai Teknologi (Teknological Issue)
• Nilai Waktu (Temporal Issue)
• Nilai Ekonomi (Economic Issue)
• Nilai Estetika (Aesthetic Issue)
• Faktor Keamanan (Safety Issue)
Dari kedelapan nilai tersebut, nilai lingkungan dianggap paling berpengaruh karena tema pendekatan yang diambil adalah kontekstual pada lingkungan. Proses analisa yang akan terjadi adalah bagaimana memdesain bangunan yang memiliki konteks dengan nilai-nilai lingkungan tersebut.
7 1.6 Sistimatika Penulisan
Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab: ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan penjabaran secara jelas dan ringkas mengenai deskripsi proyek “Perancangan Oceanarium Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual di Bali”. Bab ini dapat mengacu kepada garis besar seluruh bahasan dalam laporan ini.
Di dalam bab pendahuluan, dibahas beberapa hal, yaitu:
• Latar Belakang. Bagian ini membahas mengenai hal yang
mendasari perancangan. Di dalam latar belakang, dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar belakang proyek, latar belakang lokasi dan latar belakang tema pendekatan.
• Rumusan Masalah. Penjabaran singkat dan jelas
mengenai masalah-masalah yang akan dihadapi dalam mendesain.
• Tujuan dan Sasaran. Penjelasan mengenai tujuan
dibuatnya perancangan oceanarium dan sasaran yang ingin dituju.
• Kerangka Pikir. Merupakan skema atau diagram sistem
dan alur berfikir penulis dalam merancang tugas ini.
• Sistematika Penulisan. Penjelasan outline bab dan
sub-bab yang ada dalam seluruh makalah ini.
BAB II PEMODELAN
Bab ini mencakup landasan data dan teori mengenai tipologi bangunan oceanarium yang ditinjau, pendekatan tema perancangan yang dipakai serta analisa pemilihan lokasi.
8
• Tipologi Bangunan. Menjabarkan mengenai semua hal
yang berhubungan dengan tipologi bangunan oceanarium. Di dalam sub-bab ini dibahas tinjauan teori, studi banding, konteks perancangan dan model tipologi bangunan.
• Konten Oceanarium. Landasan teori mengenai konten
yang aka ada di dalam oceanarium dan apa pengaruhnya terhadap arsitektural.
• Pendekatan (Tema) Perancangan. Penjelasan mengenai
pendekatan atau tema yang diambil, termasuk di dalamnya tinjauan teori mengenai tema terkait dan studi banding.
• Pemilihan Lokasi. Pembahasan mengenai kriteria dan
pembobotan lokasi, analisis alternatif lokasi dan penjabaran lokasi terpilih.
BAB III ANALISIS DAN PERUMUSAN KONSEP PROGRAMATIK
BAB IV TRANSFORMASI KONSEP PROGRAMATIK KE KONSEP
PERANCANGAN
BAB V KESIMPULAN
Bab terakhir berupa kesimpulan atau rangkuman dari seluruh bahasan di dalam laporan ini. Hal penting yang perlu diperhatikan pada bab ini adalah kesesuaian rumusan perancangan yang ada di bab I dengan seluruh konten laporan.
LAMPIRAN