Pengertian Imbuhan (Afiks) Pengertian Imbuhan (Afiks)
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (
sebut afiksasi (affixationaffixation).).
Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu
Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi Morfologi.. Sedangkan definisi Morfologi Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
baik fungsi fungsi gramatik gramatik maupun maupun fungsi fungsi semantik. semantik. Contoh: Contoh: kata kata Sepeda Sepeda Motor Motor terdiri terdiri daridari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.
yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.
berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.
perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk
bentuk kata. kata. Karena Karena itu, itu, maka maka morfologi morfologi disamping disamping bidangnya bidangnya yang yang utama utama menyelidikimenyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk.
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa
bahwa imbuhan imbuhan (afiks) itu (afiks) itu ada ada sembilan, sembilan, yaitu prefiks, yaitu prefiks, infiks, sufiks, infiks, sufiks, simulfiks, kosimulfiks, konfiks,nfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.
superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks. Syarat-Syarat Kata Untuk Dapat Menjadi
Syarat-Syarat Kata Untuk Dapat Menjadi AfiksasiAfiksasi
Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan
yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan – – an yang di sebut bentuk terikat.an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarn
pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarn ya bentuk itu secaraya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa
berupa imbuhan. imbuhan. Sedangkan Sedangkan imbuhan imbuhan itu itu dapat dapat mempengaruhi mempengaruhi arti arti kata kata itu itu sendiri.sendiri. Contoh: bentuk
Contoh: bentuk – – nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya:nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar. Contoh: afiks b
Contoh: afiks baru: pembaruan → pengaru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.
bentukke-an.
Macam-Macam Imbuhan (Afiks) Macam-Macam Imbuhan (Afiks) a.
a. Awalan Awalan (prefiks/ (prefiks/ prefix)prefix)
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (
(prefiks) ini di sebut prefiksasi ( prefixation prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan
asli dan imbuhan serapan, baik dari imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. bahasa asing. AwalanAwalan terdiri dari
Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe-
pe- pada pada suatu suatu kata kata dasar dasar dapat dapat berfungsi berfungsi menjadi menjadi kata kata benda. benda. Perubahan Perubahan awalan awalan me- me-menjadi meng-, pe- me-menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
Contoh: ambilContoh: ambil – – mengambil, hancur mengambil, hancur – – penghancur penghancur
Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Contoh: cobaContoh: coba – – mencoba, dorong mencoba, dorong – – pendorong pendorong
Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
Contoh: beliContoh: beli – – membeli, pembeli membeli, pembeli
Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/
mengawali memiliki bunyi: /s/
Contoh: siksaContoh: siksa – – menyiksa, penyiksa menyiksa, penyiksa Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/
Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/diubah menjadi /m/ dan /n/
Contoh: pakaiContoh: pakai – – memakai, pemakai memakai, pemakai
Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/. Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Contoh: lamarContoh: lamar – – melamar, pelamar melamar, pelamar Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk k
Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif.ata kerja aktif.
Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
Contoh: RenangContoh: Renang – – berenang, perenang berenang, perenang
Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)(membawa arti pasif) Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif) Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda. Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
Contoh: IkatContoh: Ikat – – seikat, Indah seikat, Indah – – seindah seindah
Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek). Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
Contoh: LuarContoh: Luar – – keluar (Ia sedang keluar .) keluar (Ia sedang keluar .) Dalam
Dalam – – kedalam (Mereka sedang kedalam.) kedalam (Mereka sedang kedalam.)
Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut: 1.
1. aa – – seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
‘tidak’ atau ‘tidak ber’. 2.
2. antianti – – seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan den
antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan den gan’.gan’. 3.
3. bibi – – misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
‘dua’. 4.
4. dede – – seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’. 5.
5. ekseks – – seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’. 6.
6. ekstraekstra – – seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahas
juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-a Indonesia sendiri. Contoh: ketat, ekstra-
hati-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’. 7.
7. hiperhiper – – misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
‘lebih’ atau ‘sangat’. 8.
8. inin – – misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
‘tidak’. 9.
9. infrainfra – – misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘dimisalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
tengah’. 10.
10.intraintra – – misalnya pada misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘diintrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
dalam’. 11.
11.interinter – – misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
dengan antar-. 12.
12.koko – – misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersam
artinya ‘bersama-a-sama’ atau ‘beserta’.sama’ atau ‘beserta’. 13.
13.kontrakontra – – misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’. 14.
14.makromakro – – misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’. 15.
15.mikromikro – – seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
artinya ‘kecil’ atau ‘renik’. 16.
16.multimulti – – seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’. 17.
17.neoneo – – seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
18.
18.nonnon – – seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber
ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber --‘.‘. b.
b. Akhiran Akhiran (sufiks/ (sufiks/ sufix)sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan
pembentukan kata kata ini ini tidak tidak pernah pernah mengalami mengalami perubahan perubahan bentuk. bentuk. ProsesProses pembentukannya di sebut
pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man,nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh. Contoh: -an + pi
Contoh: -an + pikir→pikiran,kir→pikiran, --in + hadir→hadirin,in + hadir→hadirin, --wan + karya→karyawan,wan + karya→karyawan, --wati+karya→kryawati,
wati+karya→kryawati, --wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagaiwi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk
akhiran untuk kata bendakata benda..
Sedangkan akhiran yang berupa
Sedangkan akhiran yang berupa kata sifatkata sifat, seperti: -, seperti: -if→aktif, sportif.if→aktif, sportif. --ik→magnetik,ik→magnetik, elektronik.
-elektronik. -is→praktis, anarkis.is→praktis, anarkis. --er→komplementer, parlementer.er→komplementer, parlementer. --wi→manusiawi,wi→manusiawi, surgawi, duniwi.
surgawi, duniwi.
Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh:
-ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional.al→formal, nasional. --iah→alamiah,iah→alamiah, batiniah.
batiniah. --i→abadi, alami, hewani, rohani.i→abadi, alami, hewani, rohani. --nya→melihatnya, mendengarnya,nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya.
-mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin.in→muslimin, mu’minin. --at→muslimat, mu’minat.at→muslimat, mu’minat. --us→politikus.us→politikus. --or→koruptor.
or→koruptor. --if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:
seperti berikut: 1.
1. – – al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yangal misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran
berakhiran – – al ini tergolong kata sifat.al ini tergolong kata sifat. 2.
2. – – asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi,asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
‘penambahan’. 3.
3. – – asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran iniasme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.
menyatakan kata benda. 4.
4. – – er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakaner seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
sifat. 5.
5. – – et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakanet seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’. 6.
6. .. – – i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani,i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat. 7.
7. – – if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran iniif misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
menyatakan sifat. 8.
8. – – ik ik ((11) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan
menyatakan‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’. 9.
9. -ik (-ik (22) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
10.
10. – – il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-katail seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata ini diganti dengan
lain kata-kata ini diganti dengan – – al.al. 11.
11. – – is is ((11) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat.
ini menyatakan sifat. 12.
12. – – is is ((22) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar. orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar. 13.
13. – – isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Ismeisme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
artinya ‘faham’. 14.
14. – – logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinylogi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.a ‘ilmu’. 15.
15. – – ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yangir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber
bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber -.-. 16.
16. – – or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orangor seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
pada kata dasar. 17.
17. – – ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran iniur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;
seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku; 18.
18. – – itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran iniitas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.
menyatakan benda. c.
c. Sisipan Sisipan (infiks (infiks /infix)/infix)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain: Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
i.
i. Menyatakan Menyatakan banyak banyak dan dan bermacam-bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinyamacam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-terdapat bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, ar
sabut→serabut, ar tinya tinya terdapat terdapat bermacam-bermacam-macam macam sabut. sabut. kelut→kemelut,kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam
gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.-macam gunung. ii.
ii. Menyatakan Menyatakan intensitas intensitas frekuentif, frekuentif, artinya artinya menyatakan menyatakan banyaknya banyaknya waktu. waktu. Contoh:Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar ata
getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.u gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
banyaknya waktu bunyi cicit. iii.
iii. Menyatakan Menyatakan sesuatu sesuatu yang yang mempunyai mempunyai sifat sifat seperti seperti yang yang di di sebut sebut pada pada katakata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempun
dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempun yai sifat samayai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning.
mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya
mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyaisesuatu yang mempunyai sifat
terus-sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunmenerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempun yai sifat sepertiyai sifat seperti tunjuk.
tunjuk.
Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan
sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan – – in- yang artinyain- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.
sekunder, dan kata dasar tersier. Kata dasar primer
Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai
pakai sebagai sebagai kata kata dasar dasar pertama pertama dalam dalam pembentukan pembentukan kata kata jadian. jadian. Contoh:Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran
kata dengar yang mendapat akhiran – – kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal
berasal dari dari kata kata dasar dasar dengar dengar yang yang mendapat mendapat konfiks konfiks per-kan. per-kan. Kata Kata dasar dasar primer,primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap. Kata dasar sekunder
Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain
dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main,-main, merata→meratakan.
merata→meratakan. Kata dasar tersier
Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→ guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→ diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks
prefiks ter-. ter-. Hasil Hasil pengafiksan pengafiksan dengan dengan infiks infiks atau atau sisipansisipan – – em- pada nomina, adjektivaem- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
yang jumlahnya sangat terbatas. Benda (nomina) →sifat (adjectifa) Benda (nomina) →sifat (adjectifa)
Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serbak → semerbak .
serbak → semerbak . REFERENSI:
REFERENSI: Anonim, 2010.
Anonim, 2010. Dasar-Dasar Tata Bahasa Indonesia Dasar-Dasar Tata Bahasa Indonesia:: http://edukasi.kompasiana.com/http://edukasi.kompasiana.com/ Wahyu.
Utarining Hadiyati, 2008.
Utarining Hadiyati, 2008. Imbuhan Imbuhan:: http://utarininghadiyati.multiply.com/http://utarininghadiyati.multiply.com/
Anonim, 2009.
Anonim, 2009. Imbuhan (Afeks) Imbuhan (Afeks):: http://www.humbud.uin-malang.ac.id/http://www.humbud.uin-malang.ac.id/
Anonim, 2007.
Anonim, 2007. Bahasa dan Budaya Indonesia Bahasa dan Budaya Indonesia:: http://forum.alambahasa.com/http://forum.alambahasa.com/
Anonim, 2009.
Anonim, 2009. Kata dan Pembentukan Kata Kata dan Pembentukan Kata:: http://gemasastrin.wordpress.com/http://gemasastrin.wordpress.com/
Widi, 2009.
Widi, 2009. Sastra dan Seni PendidikanSastra dan Seni Pendidikan:: Imbuhan Imbuhan, :, : http://bilikide.blogspot.com/http://bilikide.blogspot.com/
Tentang iklan-iklan ini
Tentang iklan-iklan ini
Terkait
Terkait
[Tips] Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan Khusus: Gangguan P
[Tips] Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan Khusus: Gangguan Penglihatan,englihatan,
Pendengaran dan Wicara
Pendengaran dan Wicaradalam "Keperawatan"dalam "Keperawatan"
[Ilmu] Fenomena Ucapan Amin. Aamin. Amiin dan Aamiin
[Ilmu] Fenomena Ucapan Amin. Aamin. Amiin dan Aamiindalam "Coretan Hidup"dalam "Coretan Hidup" [FISIKA] Bahasan Bio-Optik
[FISIKA] Bahasan Bio-Optik dalam "Ilmu Pengetahuan"dalam "Ilmu Pengetahuan" Kategori
Kategori::Ilmu PengetahuanIlmu PengetahuanTags:Tags: afiksafiks,, awalan akhiran sisipanawalan akhiran sisipan,, bahasa indonesia bahasa indonesia,, imbuhan
imbuhan
Komentar (75) Trackbacks (5)